Teori Tingkat Bunga TINJAUAN PUSTAKA

14 banyaknya pekerja yang mencari kerja sehingga melebihi jumlah kapasitas yang diperlukan bukan karena jumlah uang yang melebihi jumlah barang. Maka dari itu diperlukan kebijakan moneter yang mampu menyeimbangkan antara permintaan dan penawaran dalam perekonomian yang dilaksanakan secara bijaksana dan sesuai dengan perkembangan yang ada. Kebijakan moneter yang dibuat mempunyai sasaran dalam jangka menengah dan panjang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan, sedangkan dalam jangka pendek kebijakan moneter yang dibuat umumnya sesuai dengan target yang akan dicapai.

2.2. Teori Tingkat Bunga

Menurut teori klasik tabungan merupakan fungsi dari tingkat bunga di mana pergerakan tingkat bunga pada perekonomian akan mempengaruhi tabungan saving yang terjadi. Dalam hal ini keinginan masyarakt untuk menabung sangat tergantung pada tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga, semakin besar keinginan masyarakat untuk menabung atau masyarakat akan terdorong untuk mengorbankan penggeluarannya guna menambah besarnya tabungan. Jadi tingkat bunga menurut klasik adalah balas jasa yang diterima seseorang karena menunda konsumsinya Nopirin, 1992 : 70. Menurut keynes tingkat bunga adalah balas jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut tidak menimbun uang atau balas jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut mengorbankan liquidity preferencenya. Makin besar liquidity preference seseorang makin besar keinginan orang tersebut untuk menahan uang tunai, makin besar tingkat bunga yang diterima orang tersebut Universitas Sumatera Utara 15 bilamana dia meminjamkan uang tersebut kepada orang lain. Pendapat keynes ini sangat berbeda dengan pendapat aliran klasik, dimana tingkat bunga menurut klasik adalah premi yang diterima karena menunda konsumsinya pada masa yang akan datang Nopirin, 1992 : 92 . Permintaan uang mempunyai hubungan yang negatif dengan tingkat bunga. Hubungan negatif antara permintaan dengan tingkat bunga ini diterangkan Keynes, dia mengatakan bahwa masyarakat mempunyai pendapatan tentang adanya tingkat bunga nominal natural rate. Bilamana tingkat bunga turun dari tingkat bunga normal, dalam masyarakat ada suatu keyakinan akan naik suku bunga masa yang akan datang. Tanggapan Keynes tentang bunga juga berhubungan dengan ongkos harga memegang uang kas, karena semakin tinggi tingkat bunga semakin besar ongkos memegang uang kas sesuai dengan tingkat bunga yang diperoleh karena kekayaan dinyatakan dalam bentuk uang kas. Hal ini akan menyebabkan keinginan memegang uang kas juga akan semakin menurun. Bila tingkat bunga turun berarti ongkos memegang uang kas akan semakin rendah sehingga permintaan uang kas naik. Penambahan jumlah uang beredar akan mempengaruhi tingkat bunga yang terjadi. Dimana penambahan uang beredar tersebut dilakukan melalui kebijakan moneter. Teori bunga moneter dan teori bunga rill merupakan hal yang sangat rumit belakangan ini, apakah tingkat bungakeseimbangan ditentukan oleh faktor- Universitas Sumatera Utara 16 faktor rill seperti kebiasaan menabung atau produktivitas investasi, atau tingkat bunga tersebut hanya merupakan fenomena gejala yang murni bersifat moneter. Secara umum banyak yang beranggapan bahwa suku bunga yang terjadi ditentukan oleh faktor-faktor rill, sedangkan pengaruh dari sudut moneter hanya bersifat gangguan jangka pendek yang tidak mengubah tingkat bunga keseimbangan. Tingkat suku bunga keseimbangan merupakan suatu tingkat dimana permintaan barang dan jasa sama dengan penawarannya dalam keadaan full employment. Karena yang menentukan suku bunga keseimbangan ini tergantung pada permintaan investasi dan tabungan full employment. Menurut kaum moneteris klasik berpendapat bahwa kekuatan-kekuatan rillah yang menentukan suku bunga rill, sehingga suku bunga nominal sama dengan dengan tingkat suku bunga nominal ditambah inflasi. Bila ekspansi moneter atau adanya pertambahan jumlah uang beredar akan menyebkan terjadinya inflasi, dan selanjutnya akan menurunkan suku bunga nominal dan rill. Jadi suku bunga nominal naik sebesar laju inflasi, dan suku bunga rill tidak akan naik sehingga mengalami perubahan. Sebagai alat untuk menekan inflasi kenaikan BI rate dimaksudkan untuk menarik jumlah uang yang beredar di masyarakat, yang jumlahnya besar, melebihi kebutuhan aktivitas perekonomian. Dengan naiknya suku bunga pemilik uang diharapkan akan menabung uangnya di bank. Uang akan masuk ke dalam kas bank umum. Itu berarti jumlah uang yang beredar tidak lagi banyak dan dapat dikendalikan dalam penggunanya, baik itu dalam pemberian barang maupun Universitas Sumatera Utara 17 kegiatan lainnya. Motif spekulasi penggunaan uang dapat dikurangi, sehingga kecepatan uang yang beredar melemah. Dengan melemahnya jumlah uang yang beredar dimaksudkan juga dapat menekan laju inflasi. Bank Indonesia mengisyaratkan suku bunga SBI sebagai target operasional dalam mengendalikan moneter. Dengan cara ini Bank Indonesia akan lebih mudah di dalam mengendalikan inflasi dan mencapai sasaran pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian bank indonesia menjadi pengendali suku bunga di indonesia. Ketidakseimbangan perbandingan mata uang yang beredar, antara uang kartal dan uang giral, menyebabkan kebijakan moneter yang mempergunakan jumlah uang primer yang beredar selalu menjadi kurang efektif. Perbandingan tersebut kini, kira-kira 80 uang kartal dan kira-kira 20 uang giral. Perbandingan yang memihak pada peenggunaan uang kartal yang lebih besar sebagai pertanda bahwa perekonomian indonesia masih dalam kondisi tertinggal. Perputaran uang dan pertukaran perdagangan masih berjalan lambat. Efisiensi perekonomian juga masih relatif rendah. Jumlah uang kartal dapat berubah secara substantif jika permintaannya naik tidak terkendali, terutama pada masa liburan umum dan hari besar agama. Hal yang sebaliknya juga bisa terjadi. Dengan demikan jumlah uang primer yang beredar naik turun, sesuai dengan kebutuhan. Semuanya ini akan mempengaruhi nilai tukar uang kartal itu sendiri. Dengan demikian jumlah uang primer yang beredar, sebagai target operasional perbankan menjadi tidak menentu karena kebijakan moneter lainnya tak kuasa menstabilkannya. Universitas Sumatera Utara 18 Alasan lainnya adalah suku bunga dapat mempengaruhi alokasi aset yang dimiliki oleh masyarakat. Pemilik aset dapat memilih penempatan dana, yang lebih menguntungkan bagi dirinya. Dengan demikian terjadinya alokasi dana yang efektif, yang lebih menguntungkan secara ekonomis. Disamping itu, dana dimaksud akan mengalir ke sektor-sektor ekonomi yang memerlukan, sektor ekonomi yang produktif sehingga sangat mendukung perekonomian makro. Aliran dana akan terjadi dan masuk ke kantong – kantong produksi yang memerlukan. Perekonomian pun terdorong untuk berkembang. Penempatan aset menjadi lebih pasti dan lebih menguntungkan, apakah akan masuk ke pasar uang atau masuk ke pasar modal. Pemilik aset tinggal memilih. Suku bunga di pakai sebagai alat komparasi mengenai penempatan aset yang lebih menguntungkan.

2.3. Transmisi Kebijakan Moneter Konvensional