28
ONIGHT : Suku bunga overnight dipasar uang antar bank sebagai indikator kebijakan moneter
Sedangkan menurut Ascarya : 2010 melakukan penelitian mengenai transmisi moneter syariah menggunakan SBIS Sertifikat Bank Indonesia
Syariah. SBIS dibuat oleh Bank Indonesia sebagai upaya dalam meningkatkan efektifitas mekanisme moneter dengan prinsip Syariah, instrumen ini digunakan
sebagai Operasi Pasar Terbuka dalam rangka pengendalian moneter untuk mencapai nilai tukar dan tingkat inflasi yang stabil. Disini SBIS berperan sebagai
variabel kebijakan moneter.
2.5. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti untuk mengetahui efektivitas transmisi kebijakan moneter ganda yang juga
mengaitkannya dengan pengaruhnya terhadap inflasi tidak semua peneliti menggunakan metode analisis Granger causality untuk melihat hubungan antara
variabel-variabel yang terkait. 1.
Peran Perbankan Syariah Dalam Transmisi Kebijakan Moneter Ganda Ascarya, 2010. Mengkaji tujuan adanya transmisi kebijakan moneter
pada jalur pembiyaan perbankan Syariah Indonesia ke tujuan akhir kebijakan moneter, yaitu pertumbuhan ekonomi dan kestabilan nilai uang,
yang dirumuskan sebagai berikut :
IPI =
f IFIN, IDEP, PUAS, SBIS CFI
= f IFIN, IDEP, PUAS, SBIS
Universitas Sumatera Utara
29
Dimana: -
IPI: adalah Industrial Production Index sebagai proksi pertumbuhan ekonomi atau output
- CPI : adalah Consumer Price Index sebagai proksi inflasi
- IFIN : adalah pembiayaan perbankan syariah
- IDEP: adalah pendanaan atau dana pihak ketiga DPK perbankansyariah
- PUAS: adalah suku bunga satu hari dipasar uang antar bank syariah
- SBIS: adalah imbal bagi hasil sertifikat bank indonesia syariah yang
digunakan sebagai indikator moneter. Menyimpulkan pentingnya peran perbankan syariah dalam Transmisi
kebijakan moneter ganda di indonesia melalui jalur pembiayaan perbankan karena variabel-variabel syariah khususnya pendanaan dan pembiayaan syariah
memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi namun tidak memberikan pengaruh negatif terhadap inflasi.
2. Penelitian yang dilakukan Espinosavega dan Rebucci, 2003 Dikutip
dalam Ascarya:2012 tentang transmisi kebijakan moneter dalam persfektif konvensional, khususnya tentang interest rate pass through.
yaitu dengan membandingkan Chile dan negara lain Euro, Canada,US,Australia dan New Zealand, Egert et al 2006 menggunakan
sampel lima negara Eropa Tengah dan Timur atau CEE-5 Crech Republic, Hungary, Poland, Slovakia, dan Slovenia sedangkan Sorensen
dan Werner 2006 menggunakan sampel negara-negar Euro area dengan panel data dinamis dan metode ECM.egert et al 2006 menemukan bahwa
Universitas Sumatera Utara
30
interest rate pass through di CEE-5 rendah dan menurun dari tahun ke tahun karena tidak adanya kointegrasi anatara suku bunga kebijakan
dengan suku bunga perbankan jangka pendek dan jangka panjang, serta diperkirakan akan terus menurun di masa yang akan datang. Hal ini
berdampak pada kondisi inflasi sehingga Bank Sentral perlu menentukan kebijakan untuk menstabilkan inflasi.
3. Bank Interest Rate Pass Through In Euro Area A Cross Country
Comparison Christoffer Kok Sorenses dan Thomas Werner, 2014. Mengkaji adanya heterogenitas yang besar di negara-negara Euro area
tentang keseimbangan pass through jangka panjang dan kecepatan penyesuaiannya. Hasil ini juga mengkonfirmasi lambat dan tidak
komplitnya proses penyesuaian suku bunga perbankan terhadap suku bunga kebijakan yang dapat memicu inflasi.
4. Mekanisme Transmisi Syariah Pada Sistem Moneter Ganda di Indonesia
Aam Slamet Rusydiana, 2009. Mengkaji tentang mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui jalur kredit menyimpulkan bahwa semakin
tinggi SWBI yang ditetapkan bank indonesia maka akan semakin rendah pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah. Terdapat hubungan
yang negatif antara pembiayaan syariah dan SBI. Semakin tinggi SBI akan menyebabkan penurunan pembiayaan syariah dan sebaliknya. Hal ini
disebabkan kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh bank sentral akan memicu perbakan konvensional untuk menaikkan suku bunganya, baik
bunga pinjaman maupun bunga deposito yang berdampak pada penurunan
Universitas Sumatera Utara
31
daya saing perbankan syariah dan menjadi kurang kompetitif. Namun pembiayaan syariah berkontribusi pada penurunan tingkat inflasi karena
pembiayaan perbankan syariah khususnya pembiayaan produktif dengan prinsip bagi hasil memungkinkan terjadinya pertumbuhan yang seimbang
antara sektor moneter dan rill.
2.6. Kerangka Pemikiran