Pruritus yang terjadi akibat Hemodialisis

juga hanya berupa refleks spinalis saja. Selain itu, rasa ingin menggaruk juga bisa disebabkan adanya rangsang korteks tanpa rangsang pruritus sesungguhnya. Keadaan ini menyebabkan puritus psikologis Widiana, Lydia, Prodjosudjadi, 2003 dalam Prasetya, 2009 . Beberapa keadaan patologis yang bisa menyebabkan pruritus mencakup Penyakit Ginjal Kronik, cholestasis, defisiensi besi, penyakit endokrin, keganasan, polisitemia, dermatitis, dan penuaan Sherwood, 2001; Patrick, 1999 dalam Prasetya, 2009.

2.5 Pruritus yang terjadi akibat Hemodialisis

Pruritus merupakan masalah yang paling sering dialami pasien peritoneal dialisis maupun hemodialisis HD dan prevalensinya dilaporkan antara 50-90 mulai dari yang lokal, umum, ringan dan berat Narita et al, 2008 . Pruritus dapat menyebar dan bersifat menetap Razeghi et al, 2008. Akhyani et al 2005 melaporkan prevalensi pruritus mencapai 41,9 pada suatu penelitian di Iran. Sementara Giovambattitsta 2003 melaporkan prevalensi pruritus sebesar 50 pada pasien penyakit ginjal kronik di sebuah rumah sakit di Italia. Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Widiana et al di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta menunjukkan bahwa 71,4 pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis rutin ternyata mengalami pruritus Prasetya, 2009. Penilaian pruritus pada pasien penyakit ginjal kronik umumnya dilakukan dengan Visual Analog Scale VAS, dengan skala 0 tidak ada pruritus, dan 10 adalah pruritus yang sangat berat Elman et al, 2010. Beberapa faktor telah di duga untuk etiologi dan patogenesisnya, termasuk hipertiroid, hipofosfatemia, dan peningkatan akumulasi dari kalsium dan fosfat di kulit, peningkatan serum level dari histamin dan skin mast cells dan peningkatan opioid reseptor. Tetapi tidak ada studi manapun yang telah menemukan kebenaran faktor mana yang paling menyebabkan pruritus pada pasien HD Razeghi et al, 2008. Universitas Sumatera Utara Faktor resiko untuk pruritus sendiri masih belum jelas. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pruritus tidak dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, penyakit ginjal yang mendasari, dan lama HD Giovambattista, 2003; Kato et al, 2000; Mesic E et al, 2004 Walaupun begitu, Kentaro et al 2001 menyatakan sebaliknya. Dugue et al 2006 dalam Prasetya 2009 menyebutkan juga bahwa pruritus dipengaruhi oleh lama HD, di mana lama HD yang semakin lama akan meningkatkan resiko timbulnya pruritus. Beberapa faktor telah diduga untuk etiologi dan patogenesisnya, termasuk hipertiroid, hipofosfatemia, dan peningkatan akumulasi dari kalsium dan fosfat di kulit, peningkatan serum level dari histamin dan skin mast cells dan peningkatan reseptor opioid. Tetapi tidak ada studi manapun yang telah menemukan kebenaran faktor mana yang paling menyebabkan pruritus pada pasien HD Razeghi et al, 2008. Xerosis kutis biasanya disebabkan karena retensi vitamin A karena berkurangnya fungsi ginjal untuk mengekskresikan zat ini. Maka vitamin A akan menumpuk di jaringan subkutan kulit. Vitamin yang terlalu berlebih ini akan menyebabkan atrofi kalenjar sebasea dan kalenjar keringat sehingga kulit menjadi kering dan gatal Sherwood, 2001; Akhyani et al, 2005 Beberapa sumber juga menyebutkan adanya peningkatan histamin pada penyakit ginjal kronik, walau mekanismenya belum diketahui pasti. Anemia defisiensi besi juga disebut-sebut sebagai salah satu pencetus pruritus, namun menurut salah satu penelitian dikatakan tidak ada hubungan antara pruritus dengan kadar hemoglobin pasien Akhyani et al, 2005. Hiperfosfatemia, hiperkalsemia, dan hipermagnesia adalah mekanisme yang banyak diterima sebagai penyebab pruritus. Kalsium dan magnesium darah dalam kadar tinggi akan berikatan dengan fosfat sehingga membentuk kristal. Kristal ini akan terdeposit di kulit dan menimbulkan rangsangan terhadap serabut saraf c yang akan menyebabkan sensasi gatal. Skorecki, 2005; Giovambattista, 2003. Salah satu literatur menyebutkan bahwa pembentukan kristal kalsium fosfat Universitas Sumatera Utara terutama akan terjadi bila perkalian kadar kalsium dan fosfat serum masing- masing dalam mgdl lebih dari 70. Seperti etiologinya, terapi untuk mengatasi pruritus pada pasien penyakit ginjal kronik juga masih belum memiliki standar baku. Cara yang cukup efektif adalah dengan memberikan agen pengikat fosfat oral. Contoh yang sering digunakan adalah kalsium karbonat atau kalsium asetat Akhyani et al, 2005 ; Skorecki, 2005. Cara lain adalah dengan memberikan obat-obat imunosupresi untuk menekan reaksi gatal Skorecki, 2005. Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka kerangka konsep pada penelitian ini adalah:

3.2. Definisi Operasional

Definisi operasional dari penelitian perlu dijabarkan untuk menghindari perbedaan persepsi dalam menginterpretasikan masing-masing variabel penelitian. Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pasien hemodialisis adalah pasien yang menjalani hemodialisis di RSUP H. Adam Malik pada bulan Juni-Agustus 2011 dengan prosedur dimana terjadi suatu proses difusi partikel terlarut salut dan air secara pasif melalui darah menuju kompartemen cairan dialisat melewati membran semi permeabel dalam dialiser Price dan Wilson, 2005. 2. Pruritus adalah sensasi kulit yang iritatif dan menimbulkan rangsangan untuk menggaruk Juanda, 2008 Cara ukur : wawancara Pasien hemodialisis Pruritus Universitas Sumatera Utara