4. Jenis Kelamin. Penyakit TB paru cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki
dibandingkan perempuan. Menurut WHO, sedikitnya dalam periode setahun ada sekitar 1 juta perempuan yang meninggal akibat TB-Paru,
dapat disimpulkan bahwa pada kaum perempuan lebih banyak terjadi kematian yang disebabkan oleh TB paru dibandingkan dengan akibat
proses kehamilan dan persalinan. Pada jenis kelamin laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena merokok tembakau dan minum alkohol sehingga dapat
menurunkan sistem pertahanan tubuh, sehingga lebih mudah terpapar dengan agent penyebab TB paru.
2.3.5. Cara penularan
Penularan TB paru dapat melalui lingkungan hidup yang sangat padat dan permukiman di wilayah perkotaan kemungkinan besar telah mempermudah proses
penularan dan berperan sekali atas peningkatan jumlah kasus TB. Proses terjadinya infeksi biasanya melalui inhalasi, sehingga TB paru merupakan
manifestasi klinis yang paling sering dibanding organ lainnya. Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei,
khususnya yang di dapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam BTA.
Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bisa melalui inokulasi langsung. Infeksi yang disebabkan oleh M. bovis dapat disebabkan oleh susu yang
kurang disterilkan dengan baik atau terkontaminasi. Sudah dibuktikan bahwa lingkungan sosial ekonomi yang baik, pengobatan teratur dan pengawasan minum
obat ketat berhasil mengurangi angka morbiditas dan mortalitas di Amerika selama tahun 1950-1960. Amin, Zulkifli. Bahar, Asril, 2006.
2.3.6. Patogenesis
Penularan kuman terjadi melalui udara dan diperlukan hubungan yang intim untuk penularannya. Selain itu jumlah kuman yang terdapat pada saat batuk
adalah lebih banyak pada tuberkulosis laring di banding dengan tuberkulosis pada
Universitas Sumatera Utara
organ lainnya. Tuberkulosis yang mempunyai kaverna dan tuberkulosis yang belum mendapat pengobatan mempunyai angka penularan yang tinggi. Amin,
Zulkifli. Bahar, Asril, 2006. Berdasarkan penularannya maka TB paru dapat dibagi menjadi 3 bentuk,
yakni : • Tuberkulosis primer
Terdapat pada anak-anak. Setelah tertular 6-8 minggu kemudian mulai dibentuk mekanisme imunitas dalam tubuh, sehingga tes tuberkulin
menjadi positif. Di dalam alveoli yang kemasukan kuman terjadi penghancuran lisis bakteri yang dilakukan oleh makrofag dan dengan
terdapatnya sel langhans, yakni makrofag yang mempunyai inti di perifer, maka mulailah terjadi pembentukan granulasi. Keadaan ini disertai pula
dengan fibrosis dan kalsifikasi yang terjadi di lobus bawah paru. Proses infeksi yang terjadi di lobus bawah paru yang disertai dengan pembesaran
dari kelenjar limfe yang terdapat di hilus disebut dengan kompleks Ghon yang sebenarnya merupakan permulaan infeksi yang terjadi di alveoli atau
di kelenjar limfe hilus. Kuman tuberkulosis akan mengalami penyebaran secara hematogen ke apeks paru yang kaya dengan oksigen dan kemudian
berdiam diri dorman untuk menunggu reaksi yang lebih lanjut. • Reaktifasi dari tuberkulosis primer
Sekitar 10 dari infeksi tuberkulosis primer akan mengalami reaktifasi, terutama setelah dua tahun dari infeksi primer. Reaktifasi ini disebut juga
dengan tuberkulosis postprimer. Kuman akan disebarkan melalui hematogen ke bagian segmen apikal posterior. Reaktifasi dapat juga terjadi
melalui metastasis hematogen ke berbagai jaringan tubuh. • Reinfeksi
Infeksi yang baru terjadi setelah infeksi primer adalah jarang terjadi. Mungkin dapat terjadi apabila terdapat penurunan dari imunitas tubuh atau
terjadi penularan scara terus-menerus oleh kuman tersebut dalam suaru keluarga.
Universitas Sumatera Utara
2.3.7. Klasifikasi Tuberkulosis Paru