Sampel Komposisi Asam Lemak pada Sampel Minyak Nabati dan Lemak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sampel

Sampel yang digunakan adalah minyak nabati dan lemak hewani. Minyak nabati yaitu minyak goreng yang banyak beredar berdasarkan survei yang dilakukan pada 16 supermarket di pasaran Kota Medan. Data minyak goreng yang beredar di pasaran Kota Medan dapat dilihat pada Lampiran 1. Produk minyak kelapa murni dan lemak hewani yang diperoleh secara acak dari pasaran Kota Medan. Sampel minyak nabati dan lemak hewani dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Sampel minyak nabati dan lemak hewani No. Sampel Minyak nabati 1. Kelapa 2. Kelapa Murni 3. Kelapa Sawit 4. Jagung 5. Kedele 6. Campuran Lemak hewani 7. Sapi 8. Ayam 9. Babi 10. Kambing Minyak kelapa berwarna putih kuning jernih, sedangkan minyak kelapa murni berwarna bening jernih. Minyak kelapa murni lebih bening dari pada minyak kelapa disebabkan karena proses pembuatannya dengan teknik proses dingin yang steril dan diekstraksi dari daging buah kelapa segar sehingga masih mengandung antioksidan yang terkandung dari minyak kelapa maka minyak Universitas Sumatera Utara kelapa murni dapat langsung dikonsumsi. Proses pembuatan minyak kelapa biasanya dengan memanaskan kopra daging buah kelapa dan juga dilakukan pemurnian dengan bahan kimia, maka penggunaannya hanya untuk proses penggorengan atau menumis makanan dan tidak untuk langsung dikonsumsi Carandang, 2008; Gopala, et al., 2010. Sama seperti minyak nabati lainnya, minyak kelapa sawit, jagung dan campuran berwarna kuning jernih, sedangkan minyak kedele berwarna kuning putih jernih. Spesifikasi lemak hewani yaitu minyak ayam dan babi berwarna kuning jernih, sedangkan minyak kambing dan sapi berwarna putih. Daftar informasi sampel minyak goreng lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 7.

4.2 Komposisi Asam Lemak pada Sampel Minyak Nabati dan Lemak

Hewani Metil ester asam lemak yang diperoleh dari esterifikasi minyak nabati dan lemak hewani kemudian dianalisis dengan alat Kromatografi Gas. Analisis metil ester asam lemak adalah berdasarkan waktu retensi metil ester asam lemak yang tertahan di dalam kolom. Waktu retensi metil ester asam lemak kromatogram standar dan sampel relatif sama, sehingga detektor dapat menganalisis puncak- puncak asam lemak pada sampel. Metil ester asam lemak jenuh yang lebih pendek dan asam lemak tak jenuh trans akan lebih mudah menguap dibandingkan metil ester asam lemak jenuh yang lebih panjang dan asam lemak tak jenuh cis lalu masuk ke detektor untuk dideteksi tinggi puncak asam lemaknya. Komposisi asam lemak dari minyak nabati dan lemak hewani dapat dilihat pada Tabel 4.2. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.2 Komposisi asam lemak minyak nabati dan lemak hewani Asam lemak Minyak nabati Lemak hewani Kelapa K. murni K. sawit Kedele Jagung Campuran Sapi Ayam Babi Kambing SFA 6 : 0 1,73 ± 1,01 0,66 ± 0,02 8 : 0 5,31 ± 3,20 8,75 ± 0,08 10 : 0 5,56 ± 0,98 6,17 ± 0,04 12 : 0 49,18 ± 0,84 50,54 ± 0,06 0,25 ± 0,04 0,15 ± 0,01 0,09 ± 0,00 2,41 ± 0,07 14 : 0 18,97 ± 1,55 18,32 ± 0,03 1,01 ± 0,03 0,08 ± 0,00 0,11 ± 0,01 4,65 ± 0,10 4,65 ± 0,10 0,75 ± 0,03 5,42 ± 0,10 3,02 ± 0,24 15 : 0 1,17 ± 0,02 1,17 ± 0,02 1,04 ± 0,02 16 : 0 9,11 ± 1,16 7,69 ± 0,05 39,33 ± 0,71 11,94 ± 0,15 10,79 ± 0,12 28,88 ± 0,25 28,88 ± 0,25 28,51 ± 1,77 29,54 ± 0,19 33,63 ± 0,0 6 17 : 0 2,15 ± 0,01 2,15 ± 0,01 1,92 ± 0,05 18 : 0 2,69 ± 0,42 2,32 ± 0,02 3,62 ± 0,23 3,68 ± 0,02 2,04 ± 0,00 23,18 ± 0,22 23,18 ± 0,22 4,93 ± 0,42 13,56 ± 0,03 33,75 ± 1,61 20 : 0 0,32 ± 0,04 0,27 ± 0,03 0,33 ± 0,02 M UF A 14 : 1 0,21 ± 0,01 16 : 1 0,18 ± 0,01 0,10 ± 0,00 2,69 ± 0,02 2,69 ± 0,02 6,56 ± 0,67 2,58 ± 0,23 2,03 ± 0,46 18 : 1 6,08 ± 0,74 4,61 ± 0,05 43,69 ± 0,36 22,13 ± 0,06 30,77 ± 0,02 31,86 ± 0,15 31,86 ± 0,15 41,61 ± 4,31 35,99 ± 0,10 23,02 ± 1,81 18:1t 4,08 ± 0,02 4,08 ± 0,02 0,15 ± 0,01 0,64 ± 0,08 20 : 1 0,13 ± 0,02 0,16 ± 0,01 0,20 ± 0,00 0,29 ± 0,03 PU FA 18 : 2 1,38 ± 0,13 0,93 ± 0,02 11,41 ± 0,57 57,13 ± 0,05 54,81 ± 0,10 1,33 ± 0,01 1,33 ± 0,01 16,19 ± 1,35 9,81 ± 0,02 0,95 ± 0,03 18 : 3 0,09 ± 0,02 4,62 ± 0,01 0,70 ± 0,01 0,70 ± 0,06 0,68 ± 0,03 Keterangan : C 6:0 : Asam karpoat C 15:0 : Asam pentadekanoat C 14:1 : Asam miristoleat C 18:3 : Asam linolenat C 8:0 : Asam kaprilat C 16:0 : Asam palmitat C 16:1 : Asam palmitoleat C 18:2 : Asam linoleat C 10:0 : Asam kaprat C 17:0 : Asam margarat C 18:1 : Asam oleat C 12:0 : Asam laurat C 18:0 : Asam stearat C 18:1 t : Asam oleat trans C 14:0 : Asam miristat C 20:0 : Asam arakidat C 20:1 : Asam gadoleat Universitas Sumatera Utara Kromatogram metil ester asam lemak standar sebelum dihidrolisis dapat dilihat pada Lampiran 8. Kromatogram metil ester asam lemak minyak nabati dan lemak hewani sebelum dihidrolisis dapat dilihat pada Lampiran 9 sampai dengan Lampiran 38. Berdasarkan daftar informasi sampel minyak goreng, minyak kelapa memadat dan berwarna putih pada suhu 26 o C, sedangkan pada suhu 29 o Sifat fisika asam lemak dipengaruhi panjang rantai; semakin panjang rantai atom C yang dimiliki asam lemak, maka titik lelehnya akan semakin tinggi. Sebaliknya pada lemak nabati lainnya, yaitu minyak kelapa sawit, kedele, jagung dan campuran jagung, kedele dan jarak, pada suhu kamar tetap mencair karena persentase komposisi MUFA dan PUFA yang tinggi. Pada minyak kedele, persentase asam oleat C 18:1 22,13 ± 0,06 dan asam linoleat C 18:2 57,13 ± 0,05. Pada minyak jagung, persentase asam oleat C 18:1 30,77 ± 0,02 dan asam linoleat C 18:2 54,81 ± 0,10. Pada minyak campuran, persentase asam oleat C 18:1 39,63 ± 0,07 dan asam linoleat C 18:2 41,72 ± 0,07. Maka semakin banyak ikatan rangkap yang dimiliki asam lemak, maka semakin rendah titik leleh minyak tersebut Silalahi, 2000; Silalahi dan Tampubolon, 2002. C minyak kembali cair dan jernih juga terjadi pada minyak kelapa murni. Hal ini disebabkan karena adanya persentase komposisi SFA sangat tinggi terutama pada asam lemak rantai panjang asam laurat C 12:0 yaitu 49,18 ± 0,84 dan asam miristat C 14:0 yaitu 18,97 ± 1,55. Pada lemak hewani yaitu sapi dan kambing juga memadat pada suhu kamar dan berwarna putih. Hal ini juga disebabkan karena persentase komposisi Universitas Sumatera Utara SFA pada lemak sapi sangat tinggi pada asam lemak rantai panjang asam palmitat C 16:0 yaitu 28,88 ± 0,25 dan asam stearat C 18:0 yaitu 23,18 ± 0,22. Sedangkan pada lemak kambing persentase komposisi SFA pada asam lemak rantai panjang asam palmitat C 16:0 yaitu 33,63 ± 0,06 dan asam stearat C 18:0 yaitu 33,75 ± 1,61. Pada lemak sapi dan kambing juga terdapat asam lemak trans yaitu pada sapi, asam oleat trans C 18:1 t 4,08 0,02 dan pada kambing 0,64 ± 0,08. Persentasenya kecil tetapi asam lemak trans juga dapat mempengaruhi titik leleh dari lemak hewani selain dari panjangnya rantai C yang dimiliki asam lemak jenuh pada minyak nabati dan lemak hewani. Titik leleh asam lemak bentuk trans lebih tinggi dibandingkan asam lemak bentuk cis Silalahi 2000; Silalahi dan Tampubolon 2002. Sebaliknya pada lemak ayam dan babi mencair pada suhu kamar, karena persentase komposisi MUFA dan PUFA lebih tinggi dibandingkan komposisi SFA. Pada lemak ayam, asam oleat C 18:1 41,61 ± 4,31 sedangkan asam linoleat C 18:2 16,19 ± 1,35. Pada lemak babi, asam oleat C 18:1 35,99 ± 0,10 sedangkan asam linoleat C 18:2 9,81 ± 0,02. Maka sama seperti minyak kelapa sawit, kedele, jagung dan campuran, semakin banyak ikatan rangkap yang dimiliki asam lemak, maka semakin rendah titik lelehnya. Pada Gambar 4.1, dapat dilihat hasil kromatogram standar dan sampel minyak kelapa sawit dan lemak babi. Sumbu y menyatakan tinggi puncak kromatogram dan sumbu x menyatakan waktu retensi. Dapat dilihat bahwa waktu retensi asam lemak dari standar dan sampel tidak jauh berbeda. Universitas Sumatera Utara A. B. Gambar 4.1 Kromatogram standar asam lemak dengan minyak kelapa sawit dan lemak babi Keterangan: Gambar A. Kromatogram standar dan minyak kelapa sawit, Gambar B. Kromatogram standar dan lemak babi Kromatogram standar, Kromatogram minyak kelapa sawit dan lemak babi, Universitas Sumatera Utara Komposisi asam lemak pada sampel minyak nabati yaitu minyak kelapa, kelapa murni, kelapa sawit, kedele, jagung, campuran dan lemak hewani yaitu lemak sapi, ayam, babi, kambing dari Tabel 4.2 dibandingkan dengan literatur yang terdapat pada Doyle 2004, Sardjono 1999, Silalahi 2007, Stolyhwo 2007 yang dapat dilihat pada Tabel 2.2. Komposisi asam lemak minyak nabati yaitu minyak kelapa dan kelapa murni hampir sama. Tetapi apabila dilihat secara organoleptis, minyak kelapa murni lebih jernih dibandingkan minyak kelapa yang berwarna putih kekuning- kuningan. Hal ini disebabkan karena proses pembuatannya yang berbeda, bahwa minyak kelapa murni dibuat dengan teknik proses dingin Carandang, 2008; Gopala, et al., 2010. Apabila komposisi asam lemak minyak kelapa dan kelapa murni dibandingkan dengan Tabel 2.2, juga relatif sama. Tetapi pada kedua jenis minyak ini terdapat asam kaproat C 6:0 yang seharusnya tidak ada, sedangkan asam palmitoleat tidak terdapat yang seharusnya ada walaupun dalam jumlah yang sangat sedikit. Pada minyak kelapa sawit, kandungan SFA yaitu asam palmitat C 16:0 39,33 ± 0,71 lebih kecil dari kisaran 44,30–49,77. Kandungan MUFA yaitu asam oleat C 18:1 43,69 ± 0,36 lebih besar dari kisaran 32,14–38,70. Asam gadoleat C 20:1 0,13 ± 0,02 biasanya tidak terdapat pada minyak kelapa sawit. Kandungan PUFA yaitu asam linolenat C 18:3 0,09 ± 0,02 lebih kecil dari kisaran 0,18–0,30. Pada minyak kedele, kandungan PUFA yaitu asam linoleat C 18:2 57,13 ± 0,05 lebih besar dari kisaran 42,12–53,70. Sedangkan pada minyak jagung, Universitas Sumatera Utara kandungan SFA yaitu asam laurat C 12:0 0,15 ± 0,01, biasanya tidak terdapat pada minyak jagung. Asam stearat C 18:0 2,04 ± 0,00 lebih besar dari kisaran 1,41–2,00. Kandungan MUFA yaitu asam oleat C 18:1 30,77 ± 0,02 lebih besar dari kisaran 21,61–25,40. Kandungan PUFA yaitu asam linoleat C 18:3 0,70 ± 0,01 lebih besar dari kisaran 1,20–1,60. Pada kemasan minyak campuran, dicantumkan merupakan campuran minyak jagung, kedele dan jarak. Perbandingan pencampuran tersebut tidak dapat diketahui dengan pasti. Pada Tabel 4.2 dapat dilihat bahwa perbandingan total SFA, MUFA dan PUFA minyak jagung dan kedele hampir sama. Pencampuran ini dapat diketahui dari kandungan MUFA yaitu asam lemak palmitoleat C 16:1 yang tidak terdapat pada minyak kedele dan jarak. Tingginya asam oleat C 18:1 39,63 ± 0,07 dibandingkan asam oleat minyak jagung dan kedele karena berasal dari minyak jarak 62,00. Pada kandungan PUFA, asam linolenat C 18:3 4,85 ± 0,07 berasal dari minyak jarak 10,00 dan kedele 1,60–7,42 yang diketahui dari literatur Bell, 1997; Doyle, 2004; Sardjono, 1999; Silalahi, 2007; Stolyhwo, 2007. Pada lemak sapi, kandungan SFA yaitu asam pentadekanoat C 15:0 1,17 ± 0,02, walaupun menurut literatur tidak terdapat pada lemak sapi. Asam margarat C 17:0 2,15 ± 0,01 lebih besar dari kisaran 1,74–2,00. Kandungan MUFA yaitu asam palmitoleat C 16:1 2,69 ± 0,02 lebih besar dari kisaran 1,40–2,00. Asam oleat trans C 18:1 t 4,08 ± 0,02, biasanya tidak ada pada lemak sapi. Universitas Sumatera Utara Pada lemak ayam, kandungan SFA yaitu asam laurat C 12:0 0,09 ± 0,00, seharusnya tidak terdapat pada lemak ayam. Kandungan MUFA yaitu asam palmitoleat C 16:1 6,56 ± 0,67 lebih kecil dari kisaran 7,01–7,17. Asam oleat trans C 18:1 t 0,15 ± 0,01, seharusnya tidak ada pada lemak ayam. Kandungan PUFA yaitu asam linolenat C 18:3 0,70 ± 0,06 seharusnya tidak terdapat pada lemak ayam. Pada lemak babi, kandungan SFA yaitu asam kaprat C 10:0 tidak terdapat pada lemak babi yang seharusnya berkisar 0,04–0,50. Asam miristat C 14:0 5,42 ± 0,10 lebih besar dari kisaran 0,98–1,07. Asam palmitat C 16:0 29,54 ± 0,19 lebih besar dari kisaran 20,06–25,00. Asam arakidat C 20:0 tidak terdapat pada lemak babi yang seharusnya berkisar 0,30–1,00. Kandungan MUFA yaitu asam oleat C 18:1 35,99 lebih kecil dari kisaran 40,74–47,46. Kandungan PUFA yaitu asam linoleat C 18:2 9,81 ± 0,02 lebih kecil dari kisaran 12,00–14,94. Asam linolenat C 18:3 0,68 ± 0,03 lebih kecil dari kisaran 1,50–1,7. Pada lemak kambing, kandungan SFA yaitu asam laurat C 12:0 tidak terdeteksi pada lemak kambing yang seharusnya berkisar 0,33–1,76. Asam miristat C 14:0 3,02 ± 0,24 lebih kecil dari kisaran 3,80–4,53. Asam pentadekanoat C 15:0 1,04 ± 0,02 seharusnya tidak terdapat pada lemak kambing. Asam palmitat C 16:0 33,63 ± 0,06 lebih kecil dari kisaran 47,17– 53,16. Asam margarat C 17:0 1,92 ± 0,05 seharusnya tidak ada pada lemak kambing. Asam stearat C 18:0 33,75 1,61 lebih besar dari kisaran 23,00– 24,50. Kandungan MUFA yaitu asam miristoleat C 14:1 tidak terdapat pada Universitas Sumatera Utara lemak kambing yang seharusnya berkisar 2,34–3,00. Asam pamitoleat C 16:1 2,03 ± 0,46 seharusnya tidak ada pada lemak kambing. Asam oleat C 18:1 23,02 ± 1,81 lebih kecil dari kisaran 26,85–27,79. Asam oleat trans C 18:1 t 0,64 ± 0,08, seharusnya tidak ada pada lemak kambing. Kandungan PUFA yaitu asam linoleat C 18:2 0,95 ± 0,03 lebih kecil dari kisaran 4,07–5,00. Pada umumnya, perbedaan komposisi asam lemak dan hilang atau munculnya asam lemak pada minyak nabati dan lemak hewani dipengaruhi oleh proses pembuatannya. Misalnya pada produk minyak kelapa murni secara teknik dibuat dengan proses teknik dingin. Pada produk minyak kelapa sawit proses pembuatannya secara Pemurnian Multi Proses. Walaupun proses pembuatan minyak nabati tersebut berbeda-beda tetapi tidak menghasilkan komposisi asam lemak yang terlalu mencolok dibandingkan dengan Tabel 2.2. Dengan proses pembuatan yang sama pun, dapat menghasilkan komposisi yang berbeda dan muncul atau hilangnya asam lemak dari produk minyak nabati tersebut. Apabila dibandingkan dengan literatur Silalahi, dkk., 2011, yaitu pada produk minyak kelapa, kelapa sawit, jagung dan kedele dengan nomor batch yang berbeda dengan produk minyak nabati yang diteliti pada penelitian ini. Walaupun adanya perbedaan, tetapi menghasilkan komposisi asam lemak yang relatif sama. Pada lemak hewani, pengambilan asam lemak dilakukan dengan proses dry rendering dengan proses pemanasan tanpa penambahan bahan lainnya. Pada lemak babi tidak terdapat asam oleat trans, hal ini disebabkan karena babi bukan hewan ruminansia, kalaupun ada persentasenya sedikit sekali sehingga tidak dapat terdeteksi. Minyak nabati maupun lemak hewani tidak mengandung asam lemak Universitas Sumatera Utara trans, kecuali produk pangan sumber minyaklemak yang dihidrogenasi seperti margarin dan lemak hewan ruminansia. Hewan ruminansia adalah hewan pemakan rumput seperti sapi dan kambing sehingga terdapat kandungan asam oleat trans. Beberapa jenis bakteri yang terdapat dalam rumen hewan tersebut menghidrogenasi sebagian dari asam lemak tidak jenuh cis yang berasal dari pakan, sehingga daging sapi dan kambing mengandung asam lemak trans. Kandungan asam lemak trans pada daging dalam makanan olahan biasanya lebih tinggi dibandingkan daging segar Puspitasari, 1996.

4.3 Nilai Gizi Minyak Nabati dan Lemak Hewani