Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura APBN-P 2017
168 dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan hortikultura secara
Petunjuk teknis disusun untuk memberikan acuan, kerangka kerja, petunjuk dan tolak ukur bagi pelaksanaan kegiatan
pengembangan hortikultura yang berbasis kinerja. Tujuan yang diharapkan dari tersedianya dokumen petunjuk teknis adalah
untuk meningkatkan pemahaman bagi pelaksana kegiatan dan meningkatkan efisiensi, efektivitas, ketertiban dan transparansi
serta tanggungjawab bagi pelaksana kegiatan sehingga memudahkan pelaporan dan evaluasi kinerja pelaksanaan
pengembangan sub sektor hortikultura.
2. Penataan dan pengelolaan kerjasama bidang hortikultura
Beberapa dokumen perencanaan terkait penataan dan pengelolaan kerjasama bidang hortikultura mencakup :
Kerjasama Bilateral a. Sidang bilateral Working Group on Agriculture, Forestry and
Fisheries Indonesia –Belanda.
b. Sidang bilateral Working Group on Agriculture, Food and Forestry Cooperation Indonesia
– Australia c. Sidang bilateral Indonesia
– New Zealand. d. Sidang bilateral Agribusiness Working Group AWG Indonesia
– Singapore. Kerjasama Regional
a. Sidang ASEAN Expert Working Group on Minimum Residue Limits.
b. SidangASEAN Expert Working Group on Good Agricultural Practices.
c. ASEAN Sectoral Working Group on Crop. Kerjasama Multilateral
a. WTO Pihak Amerika Serikat AS dan Selandia Baru NZ
Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura APBN-P 2017
169 menggugat bahwa ijin impor yang diterapkan Indonesia
Pinjaman Hibah Luar negeri Direktorat Jenderal Hortikultura bekerjasama dengan Jepang
International Cooperation
Agency JICA
melaksanakan kegiatanThe PPP Project for Improvement of Agriculture Product
Distribution System for the Republic of Indonesia. Tujuan dari kegiatan ini adalah mengembangkan sistem produksi dan
distribusi modern untuk produk pertanian yang aman dan bermutu dan mampu meningkatkan pendapatan petani di lokasi kegiatan
dan Provinsi Jawa Barat pada umumnya. Kegiatan ini akan dilaksanakan di 6 lokasi yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten
Bandung Barat, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Garut, Kota Bogor dan Kota Sukabumi selama 4 empat tahun 2016
– 2019. Salah satu komponen yang akan ditelaah dan dioptimalkan
fungsinya adalah Sub Terminal Agribisnis STA yang merupakan perwujudan atas fenomena yang selama ini berkembang dalam
tatanan pemasaran komoditas pertanian dan sekaligus sebagai bagian dari rangkaian kegiatan agribisnis, di mana selama ini
pemasaran komoditas pertanian pada umumnya mempunyai mata rantai yang panjang, mulai dari petani produsen, pedagang
pengumpul, pedagang besar hingga mengakibatkan kecilnya keuntungan yang diperoleh petani serta konsumen membayar
lebih mahal dari harga yang selayaknya ditawarkan sehingga biaya pemasaran dari produsen ke konsumen menjadi cukup
tinggi.
Tahun 2017 akan diadakan Proyek Percobaan untuk 22 kelompok tani. Setiap kelompok tani akan dibantu pendanaan oleh pihak
JICA untuk lahan seluas 100 m
2.
Pengarasutamaan Gender PUG Pengarusutamaan Gender PUG atau gender mainstreaming
dalam Pembangunan Pertanian merupakan amanat dari INPRES Nomor 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender
dalam Pembangunan Nasional. Sebagai salah satu strategi dalam Pembangunan Nasional, PUG merupakan salah satu
Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura APBN-P 2017
170 bentuk pelaksanaan dari UU Nomor 7 tahun 1984 tentang
Penerapan PUG pada Direktorat Jenderal Hortikultura masih difokuskan pada satu kegiatan yaitu Sekolah Lapang
Pengendalian Hama Terpadu SL-PHT. SL-PHT Hortikultura telah dimulai sejak tahun 2007 hingga sekarang.
SLPHT merupakan metode penyuluhan dalam bidang perlindungan
tanaman untuk
mengimplementasikan Pengendalian Hama Terpadu PHT. OPT yang ramah
lingkungan akhir-akhir ini sering menjadi wacana dalam usaha tani. Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam UU No.
121992 dan PP No. 61995 yang mengisyaratkan bahwa perlindungan tanaman dilakukan sesuai sistem PHT.
Persyaratan Sekolah Lapangan yaitu i mempunyai peserta dan pemandu lapangan, ii peserta mempraktekkanmenerapkan
secara langsung apa yang dipelajari di lapangan, iii mempunyai kurikulum, evaluasi dan sertifikat tanda lulus, dan iv
melaksanakan tahapan pembukaan, pelaksanaan, kunjungan lapanganstudy tour dan diakhiri dengan temu lapangan.
Pertemuan Kerjasama Internasional
Berdasarkan hasil sidang The 12nd Agribusiness Working Group AWG Indonesia
– Singapura, yang telah dilaksanakan pada tanggal 1 September 2016 di Singapura, Indonesia berkomitmen
untuk melaksanakan pertemuanThe 13rd Agribusiness Working Group AWG Indonesia
– Singapura. Pertemuan akan dihadiri oleh sector pemerintah antara kedua Negara dan sector industry
atau swasta yang berkomitmen melakukan perdagangan di sector pertanian.
Sidang ini akan dilaksanakan back – to – back dengan pertemuan
Sub Working Group dan Task Force Meeting. Pertemuan Sub Working Group terdiri dari 3 forum yaitu : 1 SWG on Agriculture;
2 SWG on Sanitary and Phyto-Sanitary; dan 3 SWG on Fish and Fisheries Products. Pertemuan SWG membahas upaya-upaya
Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura APBN-P 2017
171 peningkatan ekspor produk hortikultura Indonesia ke Singapura
Pertemuan Kerjasama Anta r Lembaga a. Workshop focus group discussion and capacity building
Sebagai salah satu hasil rapat pada sidang Indonesia –
Singapura yaitu
melaksanakan workshop
identifikasi permasalahan dan upaya perbaikan pascapanen untuk buah
dan sayur yang akan diekspor ke Singapura. Workshop yang akan dilaksanakan berupa focus group discussion dan
capacity building bagi kelompok – kelompok tani maju yang
siap untuk mengekspor produknya ke Singapura. b. Joint Coordination Committee JCC Meeting
The Public Private Partnership Project PPP for Improvement of Agriculture Product, Marketing and Distribution System yaitu
suatu kerjasama kemitraan antara pemerintah, masyarakat dan pelaku usaha untuk perbaikan system distribusi dan
pemasaran produk
– produk pertanian. Tujuan dari proyek ini adalah memperbaiki system produksi dan distribusi produk
– produk pertanian modern yang aman dan bermutu yang
mengarah pada peningkatan pendapatan petani dan dikembangkan di tempat-tempat yang menjadi lokasi kegiatan,
yaitu Kab. Cianjur, Kab.Garut, Kota Sukabumi, Kota Bogor, Kab. Bandung dan Kab.Bandung Barat.
Untuk meningkatkan efektifitas dan tercapainya tujuan kegiatan yang seoptimal mungkin maka diperlukan adanya
koordinasi masing-masing lokasi proyek kegiatan serta melakukan mitigasi resiko pelaksanaan kegiatan ini. Hal ini
akan menjadi dasar pertimbangan bagi Tim Konsultan JICA untuk melakukan pendampingan dan penyusunan konsep
system distribusi dan pemasaran produk hortikultura yang tepat di lokasi-lokasi proyek.
3. Penataan dan pengelolaan dokumen anggaran pengembangan hortikultura