PENDAHULUAN PETUNJUK TEKNIS APBNP 2017 Ditjen Horti 25 Agustus 2017

Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura APBN-P 2017 59

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman obat merupakan komoditas yang prospektif untuk dikembangkan secara komersial untuk memenuhi permintaan konsumen, baik dalam maupun luar negeri. Salah satu upaya untuk memanfaatkan potensi dan prospek tersebut adalah dengan pengembangan agribisnis tanaman obat melalui pelaksanaan program peningkatan produksi dan produktivitas produk tanaman obat ramah lingkungan. Untuk merespon tuntutan tersebut Pemerintah telah mengeluarkan 2 dua Permentan yaitu Permentan Nomor Nomor 62PermentanOT.140102010 tentang Tatacara Penerapan dan Registrasi Kebun atau Lahan Usaha dalam Budidaya Buah dan Sayur yang Baik dan Permentan Nomor 57PermentanOT.14092012 tentang Petunjuk Budidaya Tanaman Obat Yang Baik. Konsumsi tanaman obat cenderung dipengaruhi oleh budaya masyarakat setempat, dan perubahan pola hidup penduduk terutama di perkotaan yang cenderung beralih kepada konsumsi produk alami back to nature. Ditunjang pula dengan program pemerintah yang mendorong peningkatan konsumsi Jamu, pemanfaatan kosmetik dan SPA berbasis tanaman obat merupakan peluang pasar bagi para produsen tanaman obat. Komitmen yang tinggi dan sinergi program lintas sektor diyakini akan mampu Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura APBN-P 2017 60 menjadikan tanaman obat sebagai sumber kesehatan dan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia. Salah satu komoditas tanaman obat prospektif adalah aloe vera atau dikenal dengan lidah buaya, yang merupakan salah satu komoditas binaan Direktorat Jenderal Hortikultura yang memilki manfaat baik untuk kesehatan, kecantikan dan menjaga kebugaran. Untuk itu perlu ditetapkan kawasan pengembangan lidah buaya, khususnya di wilayah yang memiliki kesesuaian agroekologi dan agroekosistem untuk pengembangan lidah buaya sehingga menghasilkan kandungan aktif yang optimal dan berkhasiat. Dalam rangka pencapaian tujuan tersebut maka Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat melakukan pendekatan pengembangan kawasan lidah buaya melalui perluasan areal, perbaikan mutu, dan pengelolaan lahan usaha tani di daerah sentra produksi yang berkelanjutan. Kawasan lidah buaya adalah sebaran usaha lidah buaya yang disatukan oleh faktor ilmiah, sosial budaya, dan infrastruktur fisik buatan, serta dibatasi oleh agroekosistem yang sama sedemikian rupa sehingga mencapai skala ekonomi dan efektivitas manajemen usaha. Kawasan ini meliputi kawasan yang memiliki potensi SDA yang sesuai dengan agroekosistem, dan lokasinya dapat berupa hamparan dan atau luasan terpisah, dalam satu kawasan yang dihubungkan dengan aksesibilitas memadai. Kegiatan kawasan tanaman obat, khususnya lidah buaya akan dilaksanakan di Provinsi dan Kota yang melibatkan berbagai institusi pemerintah, pelaku usaha hortikultura Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura APBN-P 2017 61 maupun swasta yang saling sinergi dan mendukung sesuai dengan bidang tugas, potensi dan sumberdaya masing- masing. Pengembangan Kawasan Tanaman Obat Lidah Buaya pada APBN-P tahun 2017 akan dilakukan melalui dana Pusat, dana Tugas Pembantuan TP Provinsi dan Dekonsentrasi Provinsi. B. Tujuan dan Sasaran Tujuan kegiatan pengembangan kawasan tanaman obat adalah untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya kawasan dan sentra produksi tanaman obat, khususnya lidah buaya yang berkelanjutan melalui penerapan prinsip budidaya ramah lingkungan. Sasaran yang ingin dicapai adalah terlaksananya pengembangan kawasan tanaman obat, khususnya lidah buaya melalui perluasan areal, perbaikan mutu, dan pengelolaan lahan usaha di daerah sentra produksi yang berkelanjutan. Petunjuk Teknis Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura APBN-P 2017 62

BAB II PELAKSANAAN