PEMBAHASAN HASIL TEMUAN T PKN 1302203 Chapter4

Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4.3 PEMBAHASAN HASIL TEMUAN

Pada bagian ini hasil temuan akan diuraikan mengenai analisis kritis terhadap data yang telah berhasil dikumpulkan melalui berbagai metode. Data yang telah terkumpul akan dianalisis dengan cara dibandingkan dengan berbagai teori yang berhubungan dengan hal tersebut dan juga akan dikontraskan dengan berbagai penelitian terdahulu yang sejenis dengan penelitian-penelitian ini. Secara lengkap hasil analisis akan diuraikan dibawah ini sesuai dengan rumusan yang telah dirumuskan sebelumnya. 4.3.1 Kompetensi Pedagogik Guru Dalam Perencanaan Pembelajaran PPKn Untuk Pencapaian Kompetensi Sikap Peserta Didik Deskripsi hasil temuan mengungkapkan bahwa Kompetensi pedagogik guru PPKn SMP Negeri 1 Pekanbaru dalam perencanaan pembelajaran PPKn yang berkaitan dengan memahami karakteristik peserta didik dilakukan dengan cara mengenal dan memahami peserta didik. Memahami karakteristik peserta didik merupakan suatu yang penting dan merupakan suatu keharusan bagi seorang guru dalam melaksanakan tugas kependidikan. Mengenal peserta didik dengan baik akan membantu guru mengantarkan peserta didik dalam meraih cita-citanya. Memahami karakteristik peserta didik tidaklah mudah, semudah mengenal biodata peserta didik. Memahami karakteristik peserta didik butuh kesungguhan dan keterlibatan hati dan pikiran guru sehingga dia dapat memahami karakter peserta didiknya dengan baik dan benar. Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kompetensi pedagogik guru PPKn di SMP Negeri 1 Pekanbaru dalam hal memahami karakteristik peserta didik secara jelasnya yakni dilakukan dengan cara menganalisa tutur kata cara bicara, sikap dan perilaku, serta mengetahui latarbelakang peserta didiknya. Karakteristik bisa berupa bakat, minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir dan kemampuan awal yang telah dimilikinya Uno, 2006, hlm. 58. Memahami karakteristik peserta didik diperlukan kejelian dan kehati-hatian dai guru agar nantinya dapat mengelompokkan peserta didik berdasarkan karakteristiknya masing-masing. Manfaat dari memahami karakteristik peserta didik ini berguna bagi guru maupun bagi peserta didik itu sendiri. Bagi guru, manfaatnya adalah untuk dapat mempermudah dalam memetakan peserta didik berdasarkan karakternya masing- masing. Bagi peserta didik, mereka akan mendapat pelayanan prima, perlakuan yang adil, tidak ada diskriminasi, merasakan bimbingan yang maksimal dari gurunya. Perlakuan seperti ini akan membuat peserta didik dapat lebih mudah dalam menjalankan tugas perkembangan sebagai peserta didik. Begitu pentingnya mengenal dan memahami karakteristik peserta didik maka seorang guru harus meluangkan waktunya bersama peserta didik dan memberikan perhatian yang maksimal pada peserta didik dalam membimbing mereka pada tercapainya tujuan pendidikan. Sesungguhnya keberadaan dan kesunguhan guru dalam melaksanakan tugas akan memberikan energi positif bagi peserta didiknya dalam mewujudkan cita-citanya. Usaha yang dilakukan guru PPKn di SMP Negeri 1 Pekanbaru dalam memahami karakteristik peserta didik diharapkan agar lebih memudahkan guru dalam mengembangkan menggali potensi yang ada pada peserta didiknya. Masing-masing peserta didik pasti memiliki potensi yang berbeda-beda dalam dirinya. Untuk mengetahui potensi peserta didik dapat dikenali dari keberbakatan yang dimiliki oleh peserta didik peserta didik. Keberbakatan merupakan konsep yang tidak mudah dipahami secara harfiah, mengingat keberbakatan sedikit banyak terkait dengan persoalan budaya Hawadi, 2001, hlm. 3. Marland dari United States Commision of Education USOE mengusulkan satu pengertian keberbakatan sebagai berikut: Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Anak berbakat gifed and talented adalah mereka yang diidentifikasi oleh orang-orang yang berkualifikasi profesional, memiliki kemampuan luar biasa, mampu berprestasi tinggi. Anak-anak ini membutuhkan program pendidikan yang berdiferensiasi dan atau pelayanan program sekolah reguler agar dapat merealisasikan kontribusi mereka bagi dirinya dan masyarakat Hawadi, 2001, hlm. 5. Senada dengan pendapat tersebut, Depdiknas 2003, anak berbakat adalah mereka yang oleh psikolog dan atau guru diidentifikasi sebagai peserta didik yang telah mencapai prestasi memuaskan dan memiliki kemampuan intelektual umum yang berfungsi pada taraf cerdas, kreativitas yang memadai, dan keterikatan pada tugas yang tergolong baik. Berdasarkan pengertian diatas, maka keberbakatan peserta didik dapat diidentifikasi salah satunya oleh guru. Guru bertugas mengidentifikasi keberbakatan peserta didiknya dan kemudian dapat diketahui potensi peserta didik yang akan dikembangkan. Pengembangan potensi peserta didik ini sangat berguna untuk menunjang prestasi, baik prestasi dalam pengetahuan maupun keterampilan. Keberbakatan peserta didik sangat beragam, maka dari itu guru yang memiliki tugas mengidantifikasi hal tersebut harus mengatahui karakteristik atau ciri-ciri keberbakatan yang dimiliki oleh peserta didik. Guru harus memperhatikan potensi yang dimiliki peserta didiknya, baik dalam proses pembelajaran berlangsung ataupun diluar kegiatan belajar mengajar. Menurut Renzulli dalam Hadawi, 2001, hlm. 6, keberbakatan merupakan interaksi dari tiga kelompok ciri kluster yaitu intelegensi, kreatifitas, dan pengikatan diri terhadap tugas dalam mencapai produktivitas. Pendapat Renzulli dikenal dengan sebutan The Ring Conception. Masing-masing klister berperan sama pentingnya dan sejajar untuk mewujudkan keberbakatan seseorang. Senada dengan pendapat tersebut, Utami Munandar 2002, hlm. 31 menjelaskan bahwa yang perlu diperhatikan bahwa hanya memilki salah satu ciri saja tidak dapat dikatakan anak tersebut memiliki keberbakatan tapi harus memiliki ciri-ciri tersebut secara bersamaan. Pembahasan mendalam mengenai masing-masing ciri- ciri diuraikan sebagai berikut: Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Kemampuan di atas Rata-rata Dalam istilah kemampuan umum tidak hanya menitik beratkan pada kecerdasan dan kecakapan umum yang diukur denagn tes intelagensi, melainkan tercakup pada berbagai bidang kemampuan. Kemampuan tersebut antaranya prestasi, bakat, kemampuan mental primer, dan berpikir kreatif. Utami Munandar, 2002, hlm. 33 Sebagai contoh adalah penalaran verbal numerikal, kemampuan spasial, kelancaran dalam memberikan ide, dan orisinalitas. Kemampuan umum ini merupakan salah satu ciri-ciri keberbakatan di samping kreativitas dan pengikatan diri terhadap tugas. 2. Kreativitas Kreativitas sebagai kemampuan umum untuk mencipta sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberi gagasan-gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan masalah. 3. Pengikatan Diri terhadap Tugas Pengikatan diri terhadap tugas sebagai bentuk motivasi internal yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet mengerjakan tugasnya meskipun mengalami berbagai hambatan, menyelesaikan tugas yang menjadi tanggungjawabnya karena ia telah mengikat dirinya terhadap tugas tersebut. Berdasarkan ciri-ciri keberbakatan tersebut maka dapat dikenali potensi peserta didik yang nantinya akan dikembangkan oleh seorang guru. Potensi peserta didik juga dapat dideteksi dari keberbakatan intelektual peseta didik. Keberbakatan intelektual yang dimiliki peserta didik dapat diidentifikasi salah satunya dengan mengukur bekal ajar peserta didik. Deskripsi hasil temuan mengenai identifikasi bekal ajar peserta didik oleh guru PPKn di SMP Negeri 1 Pekanbaru yang dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab kepada peserta didik mengenai materi pelajaran pertemuan sebelumnya. Setelah guru mengetahui bekal ajar yang dimiliki peserta didik, maka kemudian guru dapat melanjutkan materi pelajaran selanjutnya. Selama proses pembelajaran berlangsung, teradapat kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik. Kesulitan belajar merupakan gangguan belajar yang dialami peserta didik dalam suatu proses belajar yang ditandai dengan hambatan untuk mencapai hasil belajar. Dalam keadaan di mana peserta didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya, itulah yang disebut dengan “kesulitan belajar” Ahmadi dan Widodo, 1991, hlm. 74. Menurut Sabri 1996, hlm. 88 Kesulitan belajar yang dimaksud Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu disini ialah kesukaran yang dialami siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran, kesulitan belajar yang dihadapi siswa ini terjadi pada waktu mengikuti pelajaran yang disampaikanditugaskan oleh seorang guru. Dalam definisi lain dikatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi di mana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar Djamarah, 2011, hlm. 235. Sedangkan menurut Mulyadi 2010, hlm. 6-7 kesulitan belajar mempunyai pengertian yang luas dan termasuk di dalamnya pengertian-pengertian seperti: 1. Learning Disorder ketergangguan belajar Adalah keadaan di mana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya orang yang mengalami gangguan belajar, prestasi belajarnya tidak terganggu, akan tetapi proses belajarnya yang terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan. Dengan demikian hasil belajarnya lebih rendah dari potensi yang dimiliki. 2. Learning Disabilities ketidakmampuan belajar Adalah ketidakmampuan seseorang murid yang mengacu kepada gejala di mana murid tidak mampu belajar, sehingga hasil belajarnya di bawah potensi intelektualnya. 3. Learning Disfungtion ketidakfungsian belajar Menunjukkan gejala di mana proses belajar tidak berfungsi dengan baik meskipun pada dasarnya tidak ada tanda-tanda subnormalitas mental, gangguan alat dria atau gangguan-gangguan psikologis lainnya. 4. Under Achiever pencapaian rendah Adalah mengacu kepada murid-murid yang memiliki tingkat potensi intelektual di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. 5. Slow Learner lambat belajar Adalah murid yang lambat dalam proses belajarnya sehingga membutuhkan waktu dibandingkan dengan murid-murid yang lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. Berdasarkan beberapa pengertian kesulitan belajar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa yang disebut dangan kesulitan belajar ialah keadaan dimana peserta didik tidak dapat secara maksimal menyerap pelajaran yang diberikan oleh guru sebagaimana mestinya sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kesulitan belajar yang dialami peserta didik dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang menyebabkan kesulitan belajar pada peserta didik dapat datang dari peserta didik itu sendiri, keluarga, teman sebaya, guru, ataupun pihak-pikah yang lainnya. Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Faktor kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik di SMP Negeri 1 Pekanbaru yakni yang berasal dari faktor eksternal. Salah satunya yaitu kurikulum yang diterapkan di sekolah, SMP Negeri 1 Pekanbaru ini sebelumnya menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP, namun sejak tahun 2013 sekolah ini menerapkan Kurikulum 2013, kecuali yang sekarang berada di kelas IX. Perubahan kurikulum ini membuat peserta didik menjadi kesulitan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Berdasarkan pembahasan mengenai kompetensi pedagogik guru PPKn dalam memahami karakteristik peserta didik di SMP Negeri 1 Pekanbaru, maka dapat dirumuskan kesimpulan sementara sebagai berikut: Guru PPKn di SMP Negeri 1 Pekanbaru melakukan identifikasi karakteristik peserta didik dengan cukup baik. yakni dalam hal mengidentifikasi potensi yang dimiliki peserta didik, mengetahui bekal ajar peserta didik, maupun mengidentifikasi kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik. Identifikasi karakteristik peserta didik yang dilakukan saat perencanaan pembelajaran merupakan proses awal sebelum merencanakan dan menyusun RPP. Hal tersebut perlu dilakukan untuk mengetahui potensi yang dimiliki peserta didik, bekal ajar yang ada pada peserta didik, serta faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan kendala peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran. Setelah proses tersebut dilakukan oleh guru, selanjutnya guru merencanakan RPP yang diturunkan dari silabus. RPP dirancang agar proses pembelajran dapat berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan dalam RPP diuraikan mengenai materi, model, serta metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran. Proses perencanaan pencapaian kompetensi sikap peserta didik yang dilakukan oleh guru PPKn harus dipersiapkan dengan matang dalam sebuah silabus dan dalam pengembangan menjadi sebuah RPP harus diintergrasikan dengan sikap spiritual dan sosial yang sesuai dengan materi pembelajaran, hal itu dimaksudkan agar adanya sinkronisasi antara kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial yang ingin dicapai dengan materi PPKn yang akan diajarkan kepada peserta didik. Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Senada dengan penjelasan diatas, Komalasari 2013, hlm. 3-4 menjelaskan bahwa untuk merencanakan supaya siswa mau belajar, guru PPKn harus bisa untuk melaksanakan 1 Persiapan, dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan persiapan mengajar berikut penyiapan perangkat kelengkapannya, antara lain berupa alat peraga dan alat-alat evaluasi. 2 Melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan pembelajaran yang telah dibuatnya. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran ini, struktur dan situasi pembelajaran yang diwujudkan guru akan banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan metode-metode pembelajaran yang telah dipilih atau dirancang penerapannya, serta filosofi kerja dan komitmen guru, persepsi, dan sikapnya terhadap siswa. 3 Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan pascapembelajaran ini dapat berbentuk pengayaan dapat pula pemberian layanan remedial bagi siswa yang berkesulitan belajar. Berdasarkan penjelasan daiatas dapat diambil kesimpulan bahwa proses perencanaan pembelajaran merupakan bagian dari proses pembelajaran yang sangat dibutuhkan dan harus dipersiapkan secara matang, hal itu dikarenakan ketercapaian dari tujuan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perencanaan yang sudah dilakukan. Dalam proses pembelajaran mata pelajaran PPKn sangat dibutuhkan perencanaan yang matang, hal ini dikarenakan mata pelajaran PPKn memiliki tujuan pembelajaran yang kompleks. Tujuan pembelajaran PPKn tidak hanya untuk mencapai kompetensi pengetahuan saja akan tetapi juga harus mencapai kompetensi sikap peserta didik. Deskripsi hasil temuan mengungkapkan bahwa kompetensi pedagogik guru PPKn SMP Negeri 1 Pekanbaru dalam membuat perencanaan pembelajaran khususnya dalam menyusun RPP masih belum maksimal. Hal ini diindikasi dari keterangan guru yang mengajar PPKn yang mengemukakan bahwa dengan perubahan kurikulum yang diterapkan dari KTSP menjadi Kurikulum 2013 menjadikan guru-guru tersebut merasa kesulitan. Namun demikian, guru-guru PPKn SMP Negeri 1 Pekanbaru tetap menyusun dan membuat rencana pelaksaan pembelajaran. Pada dasarnya bila suatu kegiatan direncanakan terlebih dahulu Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu maka tujuan dari kegiatan tersebut akan lebih terarah dan berhasil sesuai dengan tujuan yang terlah ditetapkan. Dalam hal ini tujuan utama yang harus di capai yakni kompetensi sikap peserta didik, baik sikap spiritual maupun sikap sosialnya. Oleh karena itu seorang guru harus memiliki kemampuan dalam merencanakan pembelajaran. Seorang guru harus membuat rencana pelaksanaan pembelajaran sebelum pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Sehubungan dengan hal itu, Johnson dalam Suryosubroto, 2009, hlm. 22 menyatakan: Teacher are expected to design and delever instruction so that student learning is facilitated. Instruction is asset ot event design to initiated aclivate and support learning in student, it is the process of arranging the learning in student, it is the process of arranging the learning situation including the classroom, the srudent, and the curriculum materials so that learning is facilitated. Secara garis besar dapat diartikan bahwa guru diharapkan merencanakan dan menyampaikan pengajaran, karena rencana pengajaran memudahkan siswa untuk belajar. Pengajaran merupakan rangkaian peristiwa yang direncanakan untuk disampaikan, untuk mengingatkan dan mendorong belajar siswa yang merupakan proses merangkai situasi belajar yang terdiri dari ruang kelas, peserta didik, materi dan kurikulum agar belajar menjadi lebih mudah. Dalam perencanaan pembelajaran tersebut memuat analisis materi pembelajaran yang di dalamnya memuat tentang standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan materi pokok. Dengan adanya acuan terhadap rencana pembelajaran diyakini bahwa pembelajaran yang diajarkan guru akan lebih terarah, berkesinambungan, dan lebih fleksibel. Hal ini sesuai dengan pernyataan Harun 2010, hlm. 29 yang mengatakan bahwa perencanaan pengajaran akan berhasil dilakukan apabila mencakup tujuh kategori, yaitu: a perencanaan berdasarkan tujuan yang jelas, b adanya kesatuan rencana, c logis, d kontinuitas, e sederhana dan jelas, f fleksibel, dan g stabilitas. Dapat disimpulkan bahwa PPKn merupakan pelajaran yang tidak hanya mencapai kompetensi pengetahuan, akan tetapi juga harus mencapai kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial peserta didik. Mengingat hal tersebut, maka PPKn Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu perlu diajarkan dari tingkat pendidikan dasar sampai kepada pendidikan tinggi karena mengingat misi dan tujuan PPKn yaitu membentuk sikap warga negara yang baik. Selanjutnya, analisis dokumentasi pada RPP, peneliti juga mengamati komponen-komponen lain, seperti pemilihan metode, media, sumber belajar, dan evaluasi pembelajaran. Pada setiap pertemuan, guru membawa beragam sumber pembelajaran, seperti buku paket, LKS Lembar Kerja Siswa, internet, informasi dari media cetak dan elektronik dan juga yang lainnya. Selanjutnya, guru juga merencanakan pembelajaran dengan menyiapkan media pembelajaran. Media yang digunakan yakni power pointslide, dengan media tersebut guru dapat menampilkan video dan juga gambar-gambar yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Berkaitan dengan metode pembelajaran Hamzah. B. Uno 2007, hlm. 3 menjelaskan bahwa “Metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan oleh pengajar dalam memilih kegiatan belajar yang akan digunakan selama proses pembelajaran. Pemilihan strategi dilakukan dengan mempertimbangkan lingkungan sekolah, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai bukan hanya pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga kompetensi sikap peserta didik. Hal ini dilakukan untuk mempersiapkan warga negara yang baik yang berakhlak mulia. Penanaman sikap warga negara yang baik dapat dilakukam sejak usia sekolah. Sikap tersebut yakni sikap spiritual peserta didik terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan sikap sosial yang meliputi tanggung jawab, jujur, gotong royong, disiplin, toleransi, sopan santun serta percaya diri merupakan identitas dari kepribadian setiap peserta didik. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu sekali ditanamkan dipersekolahan, khususnya pada jenjang sekolah menengah. Hal ini dikarenakan banyak sekali fonomena-fenomena peserta didik yang sudah tidak memiliki sikap yang baik. Dapat diidentifikasi bahwa hal demikian merupakan proses degradasi moral yang diakibatkan oleh kurangnya penanaman sikap kepada peserta didik. Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap guru PPKn bahwasannya penanaman sikap spiritual dan sikap sosial peserta didik sangat tepat apabila diintegrasikan dengan mata pelajaran PPKn di sekolah. Hal itu berdasarkan kepada pernyataan dari Somantri 2001, hal. 299 mendefinisikan Pendidikan Kewarganegaraan PKn sebagai Pendidikan Kewarganegaraan program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat dan orang tua, yang kesemuanya itu diproses guna melatih para siswa untuk berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sedangkan Djahiri dalam Fajar, 2003, hlm. 670 mendefinisikan Pendidi kan Kewarganegaraan sebagai berikut “Pendidikan Kewarganegaraan sebagai bagian Pendidikan Ilmu Kewarganegaraan atau IKN dimanapun dan kapanpun samamirip ialah program dan rekayasa pendidikan untuk membina dan membelajarkan anak didik menjadi warga negara yang baik, iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki nasionalisme rasa kebangsaan yang kuatmantap, sadar dan mampu membina serta melaksanakan hak-hak kewajiban dirinya sebagai manusia, warga masyarakat dan bangsa negaraya, taat azaskemampuan rule of law , demokratis dan partisipatif aktif-kreatif-positif dalam kebhinekaan kehidupan masyarakat-bangsa-negara madani Civil Society yang menjunjung tinggi hak azasi manusia serta kehidupan yang terbuka mendunia global dan modern tanpa melupakan jati diri masyarakat, bangsa dan negaranya. Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik guru dalam mengelola pembelajaran PPKn di kelas untuk pencapaian kompetensi sikap peserta didik yang merupakan kompetensi inti dalam kurikulum 2013 memiliki tujuan yang sama dengan Pendidikan Kewarganegaraan yang pada intinya adalan menjadikan manusia yang lebih baik lagi, baik dari sisi spiritual maupun sosialnya. Mata pelajaran PPKn bukan sekedar mata pelajaran yang dibelajarkan di kelas dan terbatas kepada materi yang Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu diajarkan saja. Akan tetapi mata pelajaran PPKn memiliki tanggung jawab yang lebih terhadap penanaman sikap spiritual dan sikap sosial peserta didik. Hal ini diperlukan kompetensi guru PPKn untuk mengelola pembelajaran, khususnya kompetensi pedagogik guru yang pada dasarnya merupakan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. 4.3.2 Kompetensi Pedagogik Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran PPKn Untuk Pencapaian Kompetensi Sikap Peserta Didik Pelaksanaan pembelajaran PPKn tidak lepas dari perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Setelah membuat perencanaan pembelajaran yang baik dengan memasukkan kompetensi sikap peserta didik, baik sikap spiritual maupun sosial seorang guru hendaknya mampu melaksanakan rencana tersebut dalam pembelajaran di kelas. Kegiatan belajar-mengajar di kelas dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Pada pembelajaran dengan pencapaian kompetensi sikap peserta didik di dalamnya diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan ketika telah tercipta pembelajaran seperti itu diharapkan dapat membantu dalam pengembangan sikap spiritual dan sosial peserta didik. Hamzah B Uno 2007, hlm. 19 berdasarkan peran guru sebagai pengelola proses pembelajaran, guru harus memiliki kemampuan : a. Merencanakan sistem pembelajaran  Merumuskan tujuan,  Memilih prioritas materi yang akan diajarkan,  Memilih dan menggunakan metode,  Memilih dan menggunakan sumber belajar yang ada,  Memilih dan menggunakan media pembelajaran. b. Melaksanakan sistem pembelajaran  Memilih bentuk kegiatan pembelajaran yang tepat,  Menyajikan urutan pembelajaran secara tepat. c. Mengevaluasi sistem pembelajaran  Memilih dan menyusun jenis evaluasi,  Melaksanakan kegiatan evaluasi sepanjang proses,  Mengadministrasikan hasil evaluasi. d. Mengembangkan sistem pembelajaran  Mengoptimalisasikan potensi peserta didik, Nurul Fadilah, 2015 KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DALAM PEMBELAJARAN PPKN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI SIKAP SPIRITUAL DAN SOSIAL PESERTA DIDIK Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu  Meningkatkan wawasan kemampuan diri sendiri,  Mengembangkan program pembelajaran lebih lanjut. Berdasarkan pendapat tersebut, guru yang memilki kopetensi pedagogik dalam mengelola proses pembelajaran yang baik seharusnya memenuhi aspek tersebut diatas. Hal tersebut merupakan dapat dilakukan dan diterapkan mulai dari pendahuluan sampai dengan penutup.

a. Kegiatan Pendahuluan