proporsi sedimen dari hulu yang merupakan area terbangun akan mempengaruhi sedimen pada outlet DAS Newson, 1997.
2.1.5. Curah Hujan
Presipitasi merupakan faktor penting dalam siklus hidrologi. Jenis presipitasi dapat berupa hujan salju, hujan es, waktu turun dan distribusi
merupakan aspek penting dalam mempelajari hidrologi suatu wilayah. Hujan adalah jatuhnya hydrometeor yang berupa partikel-partikel air dengan diameter
0,5 mm atau lebih. Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap dan tidak mengalir
Hardiyatmo, 2006. Curah hujan 1 satu milimeter artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau
tertampung air sebanyak satu liter. Intensitas hujan adalah banyaknya curah hujan persatuan jangka waktu tertentu.
Menurut Asdak 2004, perhitungan curah hujan harian, bulanan dan tahunan di suatu sub DASDAS umumnya digunakan dua cara yaitu rata-rata
aritmatik dan teknik poligon Thiessen polygon. Faktor erosivitas hujan R merupakan fungsi dari energi kinetik total hujan dengan intensitas hujan
maksimum selama 30 menit. Dalam satu kejadian hujan, energi kinetik dapat dihitung dengan persamaan Wischmeier dan Smith 1978 dalam Hardiyatmo
2006 :
E = 210 + 89 Log I ............................................2
keterangan : E = energi kinetik hujan tonhacm hujan dan I = intensitas hujan cmjam.
Erosivitas hujan dinyatakan oleh persamaan EI30 = E.I30100. EI30 merupakan interaksi energi dengan intensitas hujan 30 menit dan I30 adalah intensitas
maksimum hujan selama 30 menit. Menurut Hardiyatmo 2006 curah hujan yang jatuh ke permukaan tanah terdiri dari tetes-tetes air yang berbeda diameternya
sehingga energi tumbukan terhadap tanah juga berbeda. Energi benturan bergantung pada :
1. Kecepatan jatuhnya tetesan hujan
2. Diameter butiran tetesan hujan 3. Intensitas hujan
Semakin besar energi benturan maka semakin besar partikel tanah yang terlepas. Dengan demikian makin besar potensi erosi tanah. Hubungan antara kecepatan,
diameter dan intensitas hujan terhadap pengaruh pelepasan partikel ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hubungan kecepatan, diameter dan intensitas hujan terhadap pelepasan partikel
Kecepatan jatuh butiran hujan cmdet
Diameter butiran hujan mm
Intensitas hujan cmjam
Pelepasan partikel dari agregat gram
540 540
540 3,5
5,1 5,1
12 12
20,25 223
446 690
Sumber : Allison 1947 dalam Kartasapoetra, dkk 2005
Cara menentukan indeks erosivitas hujan menggunakan beberapa rumus. Bols 1978 dalam Asdak 2004 menggunakan data curah hujan harian untuk
menentukan besarnya erosivitas hujan tahunan rata-rata menggunakan rumus sebagai berikut :
EI30 = 6,12 RAIN
1,21
DAYS
-0,47
MAXP
0,53
................3
keterangan : EI30 = erosivitas hujan rata-rata tahunan
RAIN = curah hujan rata-rata tahunan cm DAYS = jumlah hari hujan rata-rata per tahun hari
MAXP = curah hujan maksimum rata-rata dalam 24 jam per bulan untuk kurun waktu satu tahun cm
Selain rumus Bols, indeks erosivias hujan juga dikemukakan oleh Lenvain 1989 dalam Asdak 2004 menggunakan data curah hujan bulanan sebagaimana rumus
berikut :
R = 2,21 P
1,36
................................................4
keterangan : R = indeks erosivitas
P = curah hujan bulanan cm Pengukuran hujan dilakukan dengan berbagai cara, yaitu dengan gelas
ukur, penakar hujan analog, penakar hujan digital dan lainnya. Penakar hujan hanya mengukur hujan yang jatuh pada lokasi tertentu sedangkan curah hujan
wilayah umumnya dengan metode interpolasi geostatistik antara lain aritmatika, poligon thiessen, isohyet, inverse distance dan kriging Indarto, 2010.
2.1.6. Topografi