Latar Belakang pendampingan swasembada daging

1 I . PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada tahun 2010 permintaan daging sapi nasional mencapai 402,9 ribu ton, dimana pemerintah baru dapat menyediakan dari produksi lokal sebesar 282,9 ribu ton. Guna memenuhi permintaan daging nasional, pemerintah melakukan impor sebesar 35 yang terdiri dari sapi bakalan sebesar 46,3 ribu ton dan daging sebesar 73,7 ribu ton. Seiring dengan pertambahan penduduk dan meningkatnya pendapatan, kebutuhan daging sapi pada tahun 2014 diprediksi meningkat menjadi 467 ribu ton meningkat 10 dari tahun 2010. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut sekitar 420,3 ribu ton diperoleh dari produksi local, 46,7 ribu ton 10 dipenuhi dari impor Bahri S, 2011. Dalam rangka memenuhi target produksi daging sapi lokal sebesar 420,3 ribu ton, Kementerian Pertanian mencanangkanProgram Swasembada Daging Sapi PSDS Tahun 2014, yang terdiri dari 5 Program Pokok yaitu: 1 Penyediaan bakalan daging sapi lokal; 2 Peningkatan produktivitas dan reproduktivitas ternak sapi lokal, 3 Pencegahan pemotongan sapi betina produktif, 4 Penyediaan bibit sapi, dan 5 Pengaturan stock daging sapi dalam negeri. Program Pokok tersebut dijabarkan ke dalam 13 kegiatan operasional, yaitu: 1 Pengembangan usaha pengembangbiakan dan penggemukan sapi; 2 Pengembangan pupuk organik dan biogas; 3 Pengembangan integrasi ternak- tanaman; 4 Pemberdayaan dan peningkatan kualitas rumah potong hewan; 5 Revitalisasi kegiatan I B dan I NKA beserta sarana pendukungnya; 6 Penyediaan dan pengembangan pakan dan air; 7 Penanggulangan gangguan reproduksi dan peningkatan pelayanan kesehatan hewan; 8 Penyelamatan sapi betina produktif; 9 Penguatan wilayah sumber bibit dan kelembagaan usaha pembibitan; 10 Pengembangan usaha pembibitan sapi potong melalui village breeding centre VBC; 11 Penyediaan bibit melalui subsidi bunga program KUPS; 12 Pengaturan impor sapi bakalan dan daging; serta 13 Pengaturan distribusi dan pemasaran sapi bakalan dan daging sapi di dalam negeri. Pada bulan November 2010 dalam rangka launching Gerakan Aksi Membangun Pertanian Rakyat Terpadu Provinsi Banten, Menteri Pertanian menyatakan bahwa PSDS juga berasal dari daging kerbau, sehingga Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan telah melakukan revisi Blue Print Program 2 Swasembada Daging Sapi menjadi Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau PSDSK 2014. Permasalahan yang dihadapi dalam bidang peternakan adalah masih rendahnya produktivitas dan mutu genetik ternak. Perkembangan populasi sapi di Provinsi Bengkulu berjalan lambat. Kontribusi peternakan sapi rakyat dalam upaya pencapaian swasembada cukup tinggi 61 , mengingat basis populasi sapi potong ada pada pemeliharaan rakyat. Kondisi produktivitas saat ini masih tergolong rendah, PBBH penggemukan 0,5 kg. Tingkat produktivitas yang rendah ini masih berpeluang untuk ditingkatkan secara signifikan. Melalui pendampingan diharapkan produktifitasnya meningkat secara nyata dengan target output yaitu PBBH penggemukan sapi PO 0,7 kg, untuk sapi Bali Madura 0,6 kg. Program PSDSK memerlukan peningkatan populasi sapi potong dengan cara meningkatkan jumlah kelahiran pedet dan calon induk sapi dalam jumlah besar. Untuk mendukung peningkatan populasi tersebut terutama pada usaha peternakan rakyat dan peningkatan produktivitas per unit ternak pada usaha ternak sapi potong diperlukan suatu teknologi tepat guna spesifik lokasi sesuai dengan kondisi agroekosistem dan kebutuhan pengguna. Usaha penggemukan adalah usaha yang memiliki keunggulan dengan tingkat perputaran modal usaha yang sangat tinggi.Tujuan usaha penggemukan adalah untuk memenuhi kebutuhan ternak pada hari-hari biasa suplai untuk RPH-RPH, hari raya kurban, idul fitri dan kebutuhan lainnya.Kelemahan dari usaha penggemukan adalah keterbatasan penyediaan sapi bakalan.Selama ini usaha penggemukan sapi di Bengkulu di kelompok tani belum berjalan secara berkesinambungan.Sapi bakalan masih didatangkan dari Pulau Jawa sehingga harga bakalan di peternak cukup mahal. Potensi pakan ternak untuk sapi potong masih cukup tersedia di Provinsi Bengkulu.Pakan ternak berupa hijauan makanan ternak HMT masih cukup tersedia lahan untuk pengembangan kebun HMT.Selain itu juga limbah pertanian seperti limbah tanaman jagung tongkol, kelobot dan batang daun jagung, jerami padi, kulit kopi dan limbah sayuran cukup melimpah.Potensi pakan konsentrat yang banyak tersedia diantaranya dedak padi, limbah pabrik tahu, dan pelepah sawit. 3

1.2. Dasar Pertimbangan