Tujuan pendampingan swasembada daging

4

1.3. Tujuan

Tujuan pendampingan program swasembada daging sapi kerbau pada tahun 2014 adalah : 1. Menyediakan rekomendasi teknologi spesifik lokasi penggemukan sapi potong melalui temu lapang, penyebaran informasi media budidaya sapi potong, menjadi narasumber teknologi pada pelatihan dan pertemuan kelompok serta membuat percontohan teknologi penggemukan sapi potong. 2. Menyediakan kalender penggemukan, informasi dan teknologi penggemukan sapi potong. 3. Menyediakan juknis penggemukan sapi potong. 1.4.Keluaran yang Diharapkan Keluaran tahunan Rekomendasi pendampingan penerapan inovasi teknologi penggemukan pada ternak sapi potong,peningkatan Pertambahan Bobot Badan Harian PBBH ternak sapi potong lokal dari 0,2 kg hari menjadi lebih dari 0,6 kg hari Keluaran jangka panjang Meningkatkan produktivitas sapi potong kerbau di Bengkulu dengan dukungan I PTEK untuk memenuhi swasembada daging sapi kerbau. 5 I I . TI NJAUAN PUSTAKA Konsumsi daging sapi di I ndonesia terus mengalami peningkatan. Namun peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. Laju peningkatan populasi sapi potong relatif lambat, yaitu 4,23 pada tahun 2007 Direktorat Jenderal Peternakan, 2007. Kondisi tersebut menyebabkan sumbangan sapi potong terhadap produksi daging nasionl rendah Mersyah, 2005; Santi, 2008 sehingga terjadi kesenjangan yang makin lebar antara permintaan dan penawaran Setiyono et al, 2007. Budidaya ternak sapi potong dilakukan dalam dua tipe, yaitu tipe peternakan rakyat dan tipe industri swasta yang dikelola dalam skala besar dan dilakukan oleh perusahaan feedloter. Aktivitas usaha swasta dalam memeliharaternak sapi potong biasanya dalam bentuk penggemukkan sapi feedloter dimana sapi dipelihara dalam kurun waktu tertentu dan diberikan pakan berkualitas baik untuk memperoleh pertambahan berat badan yang diinginkan, kemudian dijual. Sedangkan usaha ternak sapi potong dikalangan peternak rakyat biasanya merupakan campuran mix farming antara pembesaran dan pembibitan, dengan ciri skala usaha rumah tangga dan kepemilikan ternak sedikit, menggunakan teknologi sederhana, bersifat padat karya, dan berbasis azaz organisasi kekeluargaan Aziz dalam Yusdja dan I lham, 2004. Usahaternak sapi potong pembibitan sampai saat ini masih diusahakan secara tradisional, belum dilakukan sebagai tujuan usaha komersial dengan target-target produksi yang jelas, belum dilakukan pencatatan recording untuk mengetahui kinerja reproduksi ternak. Dengan demikian pemeliharaan dan pengembangbiakan sapi masih merupakan bagian minor dari kegiatan usahatani, dengan orientasi sebagai tabungan, dan penyedia tenaga kerja, atau untuk mengisi wakyu luang, serta untuk meningkatkan produktivitas lahan Hadiana, et al., 2007. Untuk memacu peningkatan kinerja usaha ternak sapi potong rakyat diperlukan strategi atau dukungan teknologi yang tepat. Teknologi yang dapat diimplementasikan pada peternakan rakyat antara lain perbaikan kualitas pakan yang diberikan dengan memanfaatkan bahan yang tersedia di lokasi seperti pemberian gamal, lamtoro dan kaliandra yang memiliki kandungan protein lebih 6 tinggi dibandingkan dengan rumput atau jerami. Selain itu untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein diperlukan penggunaan probiotik untuk meningkatkan efisiensi ransum. Probiotik adalah suplemen dalam bentuk jasad renik hidup yang dapat meningkatkan bobot badan, efisiensi ransum feed conversion ratio dan menambah kesehatan ternak. Peningkatan cadangan energi tubuh yang biasanya ditandai dengan kenaikan bobot badan merupakan usaha untuk menormalkan proses estrus pada induk sapi Winugroho, 2002. Akibat perbaikan bobot badan, status reproduksi sapi meningkat seperti kenaikan persentase kebuntingan sapi SO di Sumba dari 25 menjadi 90 Winugroho et al., 1996 serta perpendekan jarak beranak sapi Bali dari 15 bulan menjadi 13 bulan Winogroho et al., 1995. Hasil demplot penggemukan sapi kegiatan Pendampingan PSDSK tahun 2012 di Kabupaten Seluma pada ternak sapi Simental menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan tertinggi dicapai oleh perlakuan C yaitu sebesar 0,72 kg ekor hari dengan formula pakan terdiri dari ampas tahu 2,9 kg, dedak padi 1 kg dan mineral 0,1 kg, selanjutnya adalah perlakuan B yang diberikan pakan ampas tahu 1,9 kg, dedak padi 2 kg dan mineral 0,1 kg dengan PBBH sebesar 0,53 kg ekor hari dan terendah perlakuan A kontrol yaitu 0,30 kg ekor hari dengan pemberian pakan berupa hijauan saja.Hal ini menunjukkan bahwa formula ampas tahu 65 lebih banyak daripada dedak padi memberikan PBBH tertinggi Wulandari, et al., 2012. 7 I I I . PROSEDUR 3.1.Pendekatan kerangka pemikiran Pengawalan pendampingan PSDSK dilaksanakan di 2 kabupaten yaitu di Seluma dan Kepahiang untuk pelaksanaan demonstrasi plot Penggemukan Sapi Potong. Dalam rangka pencapaian swasembada daging sapi, Bengkulu sebagai provinsi penunjang program PSDSK, maka untuk memenuhi kebutuhan daging di Provinsi Bengkulu sendiri perlu dilakukan upaya agar pasokan daging dapat dipenuhi dari dalam provinsi sendiri dan dapat memasok ke provinsi tetangga seperti Sumsel dan Sumbar. Untuk itu perlu dilakukan usaha penggemukan sapi dengan pakan yang banyak tersedia di Bengkulu terutama limbah tanaman pertanian, perkebunan dan limbah pabrik CPO, tahu dan kopi. Pendampingan terhadap Program PSDSK dilaksanakan secara proporsional sesuai dengan jumlah kelompok ternak di kabupaten tersebut. Pendampingan dilakukan mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga pelaporan. Pada tahun 2014 pendampingan difokuskan pada usaha penggemukan sapi potong. Waktu pelaksanaan kegiatan berlangsung selama 1 satu tahun yaitu dari bulan Januari – Desember 2014.

3.2. Ruang Lingkup