Hambatan : Penguatan Kelembagaan Pangan dan Gizi a. Tantangan :

34 Strategi dengan peningkatan sarana prasarana dasar dan tenaga kesehatan secara menyeluruh, promosi kesehatan, pelayanan KB serta cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan.

B. Peran serta Dampak Pangan dan Gizi Dalam Pembangunan

Keberhasilan pembangunan pangan dan gizi selain meningkatkan kualitas sumberdaya manusia juga akan memberikan sumbangan bagi pembangunan berkelanjutan berikutnya. Adapun peran dan dampak pangan dan gizi dalam pembangunan diuraikan sebagai berikut :

1. Peran dan Dampak Pangan Dalam Pembangunan

Seperti diketahui bahwa pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama, yang pemenuhannya tidak dapat ditunda dan tidak dapat disubstitusi dengan bahan lain, dan merupakan salah satu hak asasi manusia. Pangan juga memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas sumber daya manusia. Untuk itu, pemerintah berupaya mewujudkan ketahanan pangan yaitu dengan upaya peningkatan produksi pangan beragam, yang selanjutnya dapat diakses secara mudah oleh penduduk, dan selanjutnya dapat menjadi asupan konsumsi yang aman dan bergizi. Dengan ketersediaan pangan yang cukup bagi penduduk, maka kebutuhan dasar akan pangan menjadi kunci utama dalam pemenuhan gizi bagi penduduk dan selanjutnya dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara lebih menyeluruh. Ketahanan pangan tidak hanya mencakup pengertian ketersediaan pangan yang cukup, tetapi juga kemampuan untuk mengakses termasuk membeli pangan dan tidak terjadinya ketergantungan pangan pada pihak manapun. Dalam hal inilah, petani memiliki kedudukan strategis dalam ketahanan pangan : petani adalah produsen pangan dan petani adalah juga sekaligus kelompok konsumen terbesar yang sebagian masih miskin dan membutuhkan daya beli yang cukup untuk membeli pangan. Petani harus memiliki kemampuan untuk memproduksi pangan sekaligus juga harus memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri. Di sinilah perlu sekali peranan pemerintah dalam melakukan pemberdayaan petani karena berkaitan langsung terhadap kesejahteraan maupun upaya dalam pembangunan pangan dan gizi. Peningkatan produktivitas lahan sawah dapat meningkatkan ketahanan pangan. Lahan sawah yang luas, cenderung menciut akibat konversi untuk memenuhi tuntutan pembangunan di berbagai sektor, bahkan di antaranya terancam akan dialihfungsikan, sebagaimana tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW kabupatenkota. Kaitan dalam RAD-PG, koordinasi kerja untuk merumuskan arah kebijakan dalam pembangunan pangan dan giz sangat diperlukan dengan harapan Pemerintah Perovinsi dapat meningkatkan keamanan pangan daerah dan ketersediaan maupun peredaraannya. Makanan yang kita makan hendaknya bersih dan bermanfaat bagi tubuh untuk meminimalisir tren penyakit yang ada di masyarakat. Pangan merupakan suatu hal pokok yang paling berpengaruh terhadap kualitas kesehatan dan sumber daya manusia.

2. Peran dan Dampak Gizi dalam Pembangunan

Fokus perbaikan gizi adalah 1.000 Hari Pertama Kehidupan HPK yang terdiri dari 270 hari masa kehamilan dan 730 hari yaitu sampai anak berusia 2 tahun. Periode ini sering disebut periode emas, atau dikenal sebagai “window of opportunity”. Maknanya adalah kesempatan untuk meningkatkan mutu SDM di masa yang akan datang ternyata sangat sempit, yaitu 1.000 hari. Rentang 1.000 hari pertama kehidupan merupakan periode yang sensitif, karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Diketahui bahwa faktor lingkungan sejak konsepsi sampai usia 2 tahun 35 merupakan penyebab terpenting ukuran tubuh pendek, gemuk, dan penyakit degeneratif, dan indikator kualitas hidup lainnya Hales, 2001. Profesor David Barker menyimpulkan hipotesis The fetal origins of disease yang menyatakan kondisi kurang gizi semasa janin dapat menyebabkan perubahan struktur dan metabolisme tubuh secara permanen Barker, 1998. Saat ini berkembang teori developmental plasticity, yaitu janin sangat fleksibel atau plastis terhadap lingkungan, termasuk lingkungan gizi. Perubahan tersebut merupakan interaksi antara gen dengan lingkungan barunya. Lingkungan gizi yang buruk pada masa janin menyebabkan janin mengalami reaksi penyesuaian yang dapat meliputi perlambatan pertumbuhan dengan pengurangan jumlah dan pengembangan sel-sel tubuh pembentuk organ, seperti otak dan organ lainnya. Reaksi penyesuaian tersebut akan berakibat pada salah gizimalnutrition pada usia anak-anak yang cenderung meningkatkan risiko kelebihan gizi dan obesitas pada usia dewasa dan berdampak pada meningkatnya risiko menderita PTM seperti diabetes, penyakit jantung koroner, dan stroke pada usia dewasa Hales, 2001. Peningkatan risiko penyakit tidak menular bermula saat proses tumbuh kembang janin hingga usia 2 tahun. Apabila lingkungan anak, termasuk lingkungan gizi, dan asupan makan anak baik, maka anak akan tumbuh dengan normal hingga dewasa sesuai dengan faktor keturunan atau gen yang sudah diprogram dalam sel. Namun apabila terdapat gangguan, salah satunya akibat kurang gizi maka proses pertumbuhannya akan terganggu. Akibatnya terjadi ketidaknormalan dalam bentuk tubuh pendek, meski faktor gen dalam sel menunjukkan potensi untuk tumbuh normal Barker, 2012. Penelitian terbaru menyimpulkan pertumbuhan yang lambat pada bayi dan pertambahan berat badan yang cepat pada masa anak-anak mismatch berdampak pada peningkatan risiko menderita PTM seperti diabetes WHO, 2003. Di Indonesia dan di negara berkembang lainnya, gangguan pertumbuhan tidak hanya dikarenakan lingkungan gizi, namun juga dikarenakan faktor lingkungan lainnya. Masalah gizi 1.000 HPK diawali dengan perlambatan atau retardasi pertumbuhan janin yang dikenal dengan pertumbuhan janin terhambat atau Intra Uterine Growth Restriction IUGR. Sejumlah 20 persen kasus IUGR dikarenakan pertambahan berat badan saat kehamilan yang rendah dan ¼ lainnya dikarenakan status gizi ibu yang tidak memadai saat memasuki usia kehamilan. Di negara berkembang, kurang gizi yang terjadi pada ibu sebelum dan saat kehamilannya dapat mengakibatkan hambatan pertumbuhan janin yang berdampak pada BBLR. Sebagian besar kasus BBLR di negara berkembang dikarenakan IUGR, berbeda dengan di negara maju yang lebih banyak dikarenakan prematuritas. Sebagian kondisi IUGR berkaitan dengan status gizi ibu. Ibu malnutrisi saat prahamil mengalami kesulitan untuk mencapai kenaikan berat badan ideal yang harus dicapai, sebab ibu dengan status gizi lebih rendah harus mencapai kenaikan berat badan yang lebih tinggi. Selain itu, ibu yang bertubuh pendek juga cenderung melahirkan bayi BBLR. Dalam jangka pendek IUGR berakibat pada gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak. Dalam jangka panjang dapat berdampak pada menurunnya kemampuan kognitif, tubuh yang pendek, dan peningkatan risiko penyakit degeneratif pada usia dewasa. Lebih jauh lagi, ternyata orang dewasa yang bertubuh pendek saat berusia 2 tahun cenderung tumbuh sebagai orang dewasa yang pendek, dan apabila hal tersebut terjadi pada wanita yang akan memasuki masa kehamilan, ditambah dengan lingkungan gizi yang buruk, akan mengulang permasalahan yang sama, sebagaimana ditampilkan pada Gambar 9. Gambar tersebut juga memperlihatkan penyebab terjadinya beban gizi ganda double burden di mana terjadi kondisi kekurangan dan kelebihan gizi