LAMPIRAN_PERGUB_NO_29_TH_2015_RAD PENANGGULANGAN KEMISKINAN TH 2015-2017

(1)

iii

RENCANA AKSI DAERAH (RAD)

PENANGGULANGAN KEMISKINAN

TAHUN 2015‐2017


(2)

iv

RENCANA AKSI DAERAH (RAD)

PENANGGULANGAN KEMISKINAN

TAHUN 2015‐2017


(3)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 i

DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR iv

DAFTAR SINGKATAN v

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Penyusunan RAD Penanggulangan Kemiskinan 1 1.2 Maksud dan Tujuan Penyusunan RAD Penanggulangan Kemiskinan 2 1.3 Dasar Hukum Penyusunan RAD Penanggulangan Kemiskinan 2 1.4 Sistematika RAD Penanggulangan Kemiskinan 3

BAB II PERKEMBANGAN KEMISKINAN DAN PROGRAM PENANGGULANGAN

KEMISKINAN 4

2.1 Perkembangan Kemiskinan di Indonesia 4 2.2 Perkembangan Kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta 12 2.3 Sasaran Penanggulangan Kemiskinan 18 2.4 Perkembangan Program Penanggulangan Kemiskinan 24 2.4.1 Program Bantuan dan Jaminan Sosial (Klaster 1) 25 2.4.2 Program Pemberdayaan Masyarakat (Klaster 2) 39 2.4.3 Program Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(Klaster 3) 50

2.4.4 Program Pendukung (Klaster 4) 61

BAB III TARGET DAN PRIORITAS WILAYAH SASARAN PENANGGULANGAN

KEMISKINAN 69

3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan 69 3.2 Target Indikator Capaian Penanggulangan Kemiskinan 70 3.3 Prioritas Wilayah Sasaran Penanggulangan Kemiskinan

Berbasis Data PPLS 70


(4)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 ii

BAB IV STRATEGI DAN KEBIJAKAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 75 4.1 Strategi dan Kebijakan Makro 75 4.2 Strategi dan Kebijakan Klaster 77 4.2.1 Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Klaster 1 77 4.2.2 Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Klaster 2 80 4.2.3 Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Klaster 3 84 4.2.4 Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Klaster 4 86

4.3 Strategi Khusus 88

4.4 Keterkaitan Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan

dengan Prioritas Lainnya 89

BAB V RENCANA AKSI 91

5.1 Penjelasan Matriks Rencana Aksi 91 5.2 Matriks Rencana Aksi 92 5.3.1 Rencana Aksi Klaster 1 92 5.3.2 Rencana Aksi Klaster 2 95 5.3.3 Rencana Aksi Klaster 3 100 5.3.4 Rencana Aksi Klaster 4 102


(5)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 iii

Tabel 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Periode 2002–2012 6 Tabel 2. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Maret

2011-Maret 2012

8 Tabel 3. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan

Tahun 2011-2012

8 Tabel 4. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Wilayah, Maret

2012

10 Tabel 5. Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin

Per Provinsi, Tahun 2012

12 Tabel 6. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin DKI Jakarta Periode 2002–

2012

15 Tabel 7. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan

DKI Jakarta Tahun 2011-2012

16 Tabel 8. Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin

Per Kabupaten/Kota, Tahun 2011

17 Tabel 9. Jumlah Rumah Tangga Secara Nasional Berdasarkan Kriteria Sangat

Miskin, Miskin dan Hampir Miskin

20 Tabel 10. Jumlah Rumah Tangga Provinsi DKI Jakarta Berdasarkan Kriteria

Sangat Miskin, Miskin dan Hampir Miskin

20 Tabel 11. Jumlah Rumah Tangga dari Basis Data Terpadu, 2011 24 Tabel 12. Distribusi Pendapatan, 2010 25 Tabel 13. Jumlah sasaran Biaya Personal Pendidikan, 2013 28 Tabel 14. Jumlah Siswa Putus Sekolah (jiwa) 28 Tabel 15. Perhitungan Kebutuhan dan Unit Cost Siswa Penerima Bantuan 29 Tabel 16. Proyeksi Sasaran Baduta Gakin, 2011 33 Tabel 17. Data Panti Sosial Provinsi DKI Jakarta 35 Tabel 18. Jenis Pelayanan KB Beserta Satuan Biaya Yang Ditanggung 40 Tabel 19. Perhitungan Unit Cost Bantuan Biaya Penyelenggaraan Pendidikan

Kesetaraan bagi PKBM

42 Tabel 20. Penyelenggaraan PAUD Tahun 2012 44 Tabel 21. Jumlah RW Kumuh Provinsi DKI Jakarta 61 Tabel 22. Perkembangan Pelaksanaan BOP 65 Tabel 23. Perkembangan Pelaksanaan BOB 67 Tabel 24. Target RPJMD 2013-2017 69 Tabel 25. Instansi Pelaksana Strategi Makro Penanggulangan Kemiskinan 75


(6)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 iv

Gambar 1. Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Nasional, 2002-2012

5 Gambar 2. Skenario Penurunan Tingkat Kemiskinan Nasional 7 Gambar 3. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2), 2002-2012

9 Gambar 4. Persentase Penduduk Miskin Per Provinsi Tahun 2012 11 Gambar 5. Perbandingan Penduduk Miskin per Provinsi, Maret 2012 13 Gambar 6. Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin DKI

Jakarta, 2002–2012

14 Gambar 7. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks

Keparahan Kemiskinan (P2) DKI Jakarta, 2002-2012

17 Gambar 8. Persentase Penduduk Miskin Per Kabupaten/Kota Tahun 2011 18 Gambar 9. Kesalahan penetapan sasaran program (exclusion dan inclusion

error)

21 Gambar 10. Distribusi Pendapatan, 2010 23 Gambar 11. Mekanisme Pemberian Kartu Jakarta Pintar 30 Gambar 12. Perkembangan Kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Daerah 2007-2012

32 Gambar 13. Persentase kelangsungan pemakaian alat dan obat kontrasepsi

oleh Pasangan Usia Subur 2007-2011

39 Gambar 14. Mekanisme pelaksanaan PPMK 46 Gambar 15. Ilustrasi Gambar Rencana Penataan Kampung 62 Gambar 16. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi dan Persentase Penduduk

Miskin Provinsi DKI Jakarta 2009-2013

68 Gambar 17. Prioritas Wilayah Berdasarkan Jumlah Sasaran Desil 1-4 72 Gambar 18. Prioritas Wilayah Berdasarkan Persentase Jumlah Sasaran Desil

1-4 (PPLS 2011) terhadap Jumlah Penduduk (Sensus Penduduk, 2010)

73


(7)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 v

A

Adm Administrasi

AMHP Alat Medis Habis Pakai

APBN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APK Angka Partisipasi Kasar

APM Angka Partisipasi Murni

ARAM Angka Ramalan

Askeskin Asuransi Kesehatan Untuk Masyarakat Miskin ASEAN Association of Southeast Asia Nations

ATAP Angka Tetap

B

Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Bappeda Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAU Bussiness As Usual

BBM Bahan Bakar Minyak

BDT Basis Data Terpadu

BLM Bantuan Langsung Mandiri BLUD Badan Layanan Umum Daerah BOK Bantuan Operasional Kesehatan BOP Biaya Operasional Pendidikan BOS Bantuan Operasional Sekolah

BPLHD Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah

BPMPKB Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga Berencana BPN Badan Pertanahan Nasional

BPJS Badan Penyelenggara Jaminan Sosial


(8)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 vi BPS Badan Pusat Statistik

BPSM Biaya Personal Siswa Miskin BSM Bantuan Siswa Miskin BULOG Badan Urusan Logisitik

C

CCT Conditional Cash Transfer

CPR Contraceptive Prevalence Rate

CSR Corporate Social Responsibility

D

DO Delivery Order

Dinsos Dinas Sosial Dinkes Dinas Kesehatan Disdik Dinas Pendidikan

Disnakertrans Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Disparbud Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Disorda Dinas Olahraga dan Pemuda DKI Daerah Khusus Ibukota DKP Dinas Kelautan dan Pertanian

DPGP Dinas Perumahan Permukiman dan Gedung PEMDA DPP Dinas Pertamanan dan Permakaman

DPU Dinas Pekerjaan Umum

F

FCC Food Crisis Center

G

Gemasko Gerakan Masyarakat Sadar Koperasi


(9)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 vii

H

HGU Hak Guna Usaha

HPB Harga Pembelian Beras HPP Harga Pembelian Pemerintah

I

IKK Ibukota Kecamatan

INA-DRGs Indonesia-Diagnosis Related Groups

INA-CBGs Indonesia-Case Based Groups

Indeks P1 Indeks Kedalaman Kemiskinan Indeks P2 Indeks Keparahan Kemiskinan Ingub Instruksi Gubernur

Inpres Instruksi Presiden

J

Jamkesda Jaminan Kesehatan Daerah Jamkesmas Jaminan Kesehatan Masyarakat JDA Jakarta Dalam Angka

JPKM Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat

JPKMM Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin JPS Jaring Pengamanan Sosial

K

Ka. Kepala

Kadivre Kepala Divisi Regional Kadis Kepala Dinas

KaKansilog Kepala Kantor Seksi Logistik

Kanppekab Kantor Perencanaan Pembangunan Kabupaten Administrasi Kanppeko Kantor Perencanaan Pembangunan Kota Administrasi KAPET Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu

Kasubdivre Kepala Sub-Divisi Regional KBI Kawasan Barat Indonesia


(10)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 viii Kepgub Keputusan Gubernur

Kesmas Kesejahteraan Masyarakat Kesos Kesejahteraan Sosial

KIA-KB Kesehatan Ibu Anak dan Keluarga Berencana KJP Kartu Jakarta Pintar

KJS Kartu Jakarta Sehat KJK Koperasi Jasa Keuangan

KK Kepala Keluarga

KKMB Konsultan Keuangan Mitra Bank Korwil Koordinator wilayah

KPA Komisi Penanggulangan Aids

KPAP Komisi Penanggulangan Aids Provinsi KPS Keluarga Pra Sejahtera

KS1 Keluarga Sejahtera I

KSP-KJKS Koperasi Simpan Pinjam-Koperasi Jasa Keuangan Syariah KTI Kawasan Timur Indonesia

KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KUBE Kelompok Usaha Bersama

KUR Kredit Usaha Rakyat

L

Lapas Lembaga Pemasyarakatan LCGC Low Cost and Green Car

LDP Lembaga Diklat Profesi LKM Lembaga Keuangan Mikro LMK Lembaga Masyarakat Kelurahan

M

MA Madrasah Aliyah

MBR Masyarakat Berpenghasilan Rendah MDGs Millennium Development Goals

MI Madrasah Ibtidaiyah


(11)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 ix MoU Memorandum of Understanding

MP3EI Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia MP3KI Master Plan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia

MTs Madrasah Tsanawiyah

N

NPL Non­ Performing Loan

NTB Nusa Tenggara Barat NTP Nilai Tukar Petani NTT Nusa Tenggara Timur

O

Opsus Operasi Pasar Khusus

P

PBB Perserikatan Bangsa Bangsa PDB Produk Domestik Bruto Pemda Pemerintah Daerah

PEMK Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan Pemprov Pemerintah Provinsi

Perda Peraturan Daerah

Permendagri Peraturan Menteri Dalam Negeri

Permendikbud Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Permendiknas Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Permenkes Peraturan Menteri Kesehatan Perpres Peraturan Presiden

Perum Perusahaan Umum

PKH Program Keluarga Harapan PKS Perjanjian Kerja Sama

PMKS Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PNPM Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM-KP PNPM Kelautan dan Perikanan


(12)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 x PNPM-MP PNPM Mandiri Perdesaan

PNS Pegawai Negeri Sipil Pokja Kelompok Kerja Pokmas Kelompok Masyarakat POLRI Polisi Republik Indonesia Posyandu Pos Pelayanan Terpadu

P4T Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah PP Peraturan Pemerintah

PPI Pangkalan Pendaratan Ikan

PPK Program Penanggulangan Kemiskinan PPKD Pusat Pengembangan Kebijakan Daerah PPLS Pendataan Program Perlindungan Sosial PPMK Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan PPN Perencanaan Pembangunan Nasional

PPP Public Private Partnership

PPP Purchasing Power Parity

PSE Pendataan Sosial Ekonomi

PSKLH Prasarana Sarana Kota dan Lingkungan Hidup

PT Pendidikan Tinggi

PTA Pendidikan Tinggi Agama PTPN PT Perkebunan Nusantara

PUAP PNPM Usaha Agribisnis Perdesaan PUGAR Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat PUMP Pengembangan Usaha Mina Perdesaan PUS Pasangan Usia Subur

Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat

R

RAD Rencana Aksi Daerah RAN Rencana Aksi Nasional

Raskin Program Beras untuk Masyarakat Miskin RI Republik Indonesia

RKM Rencana Kerja Masyarakat RKP Rencana Kerja Pemerintah


(13)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 xi RKPD Rencana Kerja Pemerintah Daerah

RPJMN Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJPN Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional RPJPD Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

RS Rumah Sakit

RSUD Rumah Sakit Umum Daerah RTM Rumah Tangga Miskin

RTHM Rumah Tangga Hampir Miskin RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah RTS Rumah Tangga Sasaran RTSM Rumah Tangga Sangat Miskin

RTS-PM Rumah Tangga Sasaran-Penerima Manfaat

Ruta Rumah Tangga

S

Satker Satuan Kerja

SD Sekolah Dasar

SDA Sumber Daya Alam

SDKI Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia SDM Sumber Daya Manusia

SHAT Sertifikasi Hak Atas Tanah SJSN Sistem Jaminan Sosial Nasional SKB Surat Keputusan Bersama SKP Surat Keabsahan Peserta SKPD Satuan Kerja Perangkat Daerah SMA Sekolah Menengah Atas

SMK Sekolah Menengah Kejuruan SMP Sekolah Menengah Pertama SPA Surat Perintah Alokasi

SPBU Stasiun Pengisian Bahan Bakar

SPDKP Survey Pelayanan Dasar Kesehatan dan Pendidikan SPBN Stasiun Pengisian Bahan Bakar Untuk Nelayan SPPB Surat Perintah Pengeluaran Barang


(14)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 xii SSM Subsidi Siswa Miskin

Susenas Survey Sosial Ekonomi Nasional

T

Tapem Tata Pemerintahan TD Titik Distribusi

TKPK Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan TNI Tentara Nasional Indonesia

TNP2K Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan TUK Tempat Uji Kompetensi

U

UKM Usaha Kecil dan Menengah UKPD Unit Kerja Perangkat Daerah UMKM Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

UMKMP Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan Perdagangan

UP4B Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat UPDB Unit Pengelola Dana Bergulir

UPPKH Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan

UPPKS Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera UPT Unit Pelaksana Teknis

UU Undang Undang

UUD Undang Undang Dasar

W

Waka Wakil Kepala Wardes Warung Desa


(15)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 1 1.1 Latar Belakang

Penyusunan RAD

Penanggulangan Kemiskinan 2015-2017

Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan utama yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia dalam proses pembangunan secara nasional. Indonesia, sebagaimana seluruh wilayah lainnya di dunia, memiliki permasalahan kemiskinan sesuai dengan karakteristiknya masing-masing yang bersifat multi-dimensi, multi-sektor dan multi-periode, sehingga membutuhkan upaya penanganan secara serius dan berkelanjutan. Dalam rangka memantapkan upaya

penanggulangan kemiskinan tersebut, Pemerintah

melakukan intergrasi Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan rancangan

Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan

Kemiskinan Indonesia (MP3KI) ke dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2013, yang bertujuan untuk memperkuat perkonomian domestik bagi peningkatan dan perluasan kesejahteraan rakyat.

Adanya kecenderungan perlambatan penurunan tingkat kemiskinan nasional secara makro, dikhawatirkan akan

berpengaruh negatif terhadap pencapaian target

penanggulangan kemiskinan pada akhir 2014, dan apabila

penanganannya masih bersifat business as usual. Untuk itu,

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional

(PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

(Bappenas) selanjutnya menyiapkan Rencana Aksi Nasional Program Penanggulangan Kemiskinan (RAN-PPK) 2012-2014. RAN-PPK ini dimaksudkan untuk mempertajam strategi, kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan sehingga mampu mengantisipasi berbagai perubahan eksternal yang memiliki dampak signifikan dalam upaya pencapaian target penurunan kemiskinan sesuai RPJMN 2010-2014.

Dalam konteks regional, kecenderungan pelambatan penurunan tingkat kemiskinan juga terjadi di Provinsi DKI Jakarta yang juga merupakan Ibukota Negara, di mana

dikhawatirkan akan mempengaruhi target capaian

penanggulangan kemiskinan, sebagaimana yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013-2017 dan Rencana Aksi Daerah (RAD) Percepatan Pencapaian MDGs Provinsi DKI Jakarta sebagaimana Peraturan Gubernur Nomor 114 tahun 2012 tentang Rencana Aksi Daerah (RAD) Percepatan Pencapaian MDGs. Untuk itu diperlukan sebuah

kajian jangka menengah (mid-term review) dari seluruh

kebijakan-kebijakan pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang

BAB I PENDAHULUAN


(16)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 2

terkait dengan upaya penurunan angka kemiskinan dalam bentuk rencana aksi daerah (RAD) penanggulangan kemiskinan Provinsi DKI Jakarta. Sehingga diharapkan dapat menjadi tinjauan secara menyeluruh yang mencakup proyeksi penurunan angka kemiskinan secara realistis serta penyempurnaan program penanggulangan kemiskinan yang ada, baik melalui perhitungan kembali alokasi anggaran,

penajaman sasaran dan target program afirmatif

(keberpihakan) serta perbaikan dalam pengelolaan program secara keseluruhan agar upaya penanggulangan kemiskinan berjalan efektif, efisien dan terarah dalam 5 (lima) tahun ke depan

1.2 Maksud dan Tujuan Penyusunan RAD

Penanggulangan Kemiskinan 2015-2017

Maksud penyusunan RAD Penanggulangan Kemiskinan

2015-2017 adalah tersedianya dokumen rencana

tindakan/aksi dalam upaya penanggulangan kemiskinan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

Sedangkan tujuan penyusunan RAD Penanggulangan Kemiskinan 2015-2017 adalah untuk :

1. Mempertajam arah kebijakan, strategi dan program

penanggulangan kemiskinan sehingga mampu

mengantisipasi adanya dinamika perubahan eksternal yang memiliki dampak signifikan terhadap pencapaian target penurunan kemiskinan sesuai dokumen RPJMD 2013-2017 dan RAD Pencapaian MDGs;

2. Menciptakan pedoman dan acuan bagi SKPD Provinsi DKI

Jakarta dan semua pemangku kepentingan dalam pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan.

1.3 Dasar Hukum Penyusunan RAD

Penanggulangan Kemiskinan 2015-2017

Dasar hukum yang melandasi penyusunan RAD

Penanggulangan Kemiskinan 2015-2017 adalah:

1. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang

Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;

2. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang

Pembangunan yang Berkeadilan;

3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010

tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Provinsi dan Kabupaten/Kota;

4. Peraturan Gubernur Nomor 77 Tahun 2011 tentang Tim

Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan; dan

5. Instruksi Gubernur Nomor 106 Tahun 2012 tentang

Penggunaan Data Rumah Tangga Hasil Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011.


(17)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 3 1.4 Sistematika RAD

Penanggulangan Kemiskinan 2015-2017

Dokumen RAD Penanggulangan Kemiskinan terdiri atas 6 (enam) bab sebagai berikut:

1. Pendahuluan

Bab ini membahas mengenai latar belakang penyusunan RAD Penanggulangan Kemiskinan, maksud dan tujuan penyusunan RAD Penanggulangan Kemiskinan, dasar hukum dan sistematika penulisan RAD Penanggulangan Kemiskinan.

2. Perkembangan Kemiskinan dan Program Penanggulangan

Kemiskinan

Bab ini membahas mengenai perkembangan kemiskinan (2002-2012), baik secara nasional maupun regional, serta

perkembangan pelaksanaan dari program-program

afirmatif (keberpihakan) dalam kerangka 4 (klaster) penanggulangan kemiskinan.

3. Target dan Prioritas Wilayah Sasaran Penanggulangan

Kemiskinan

Bab ini membahas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan, target indikator capaian penanggulangan kemiskinan, serta prioritas wilayah sasaran penanggulangan kemiskinan berbasis data PPLS.

4. Strategi dan Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan

Bab ini membahas mengenai strategi dan kebijakan baru yang akan diterapkan oleh Pemerintah Daerah Provinsi

DKI Jakarta terkait penanggulangan kemiskinan,

sebagaimana juga tercantum dalam RPJMD 2013-2017, sebagai respon terhadap dinamika eksternal yang ada.

5. Rencana Aksi

Bab ini membahas mengenai rencana tindak/aksi berupa

kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan terkait

penanggulangan kemiskinan berdasarkan 4 (empat) klaster yang ada (termasuk matriks target dan indikasi anggaran).

6. Penutup

Bab ini membahas mengenai kaidah pelaksanaan dokumen RAD Penanggulangan Kemiskinan ini, baik dalam kerangka perencanaan maupun penganggaran, sehingga diharapkan implementasinya dapat berjalan dengan baik.


(18)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 4 2.1 Perkembangan

Kemiskinan di Indonesia

Secara nasional, perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin secara makro selama satu dekade terakhir sejak tahun 2002 sampai dengan tahun 2012 terus menunjukkan tren penurunan yang signifikan. Hal ini sejalan dengan salah satu target pencapaian MDGs dalam rangka

menanggulangi kemiskinan dan kelaparan, yaitu

menurunkan hingga setengahnya porsi penduduk dengan tingkat pendapatan kurang dari USD PPP 1 per hari dalam kurun waktu 1990-2015. Ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan kesejahteraan, yang ditunjukkan melalui penurunan jumlah penduduk miskin di Indonesia, walaupun pada tahun 2006 telah terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin di Indonesia hingga mencapai 39,3 juta jiwa (lihat gambar 1).

Gambar 1.

Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Nasional, 2002–2012

Sumber:BPS, diolah dari Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) beberapa tahun.

BAB II PERKEMBANGAN KEMISKINAN DAN PROGRAM

PENANGGULANGAN KEMISKINAN


(19)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 5

Secara nasional, jumlah penduduk yang masih hidup di bawah garis kemiskinan pada bulan Maret 2012 tercatat sebesar 29,1 juta jiwa (11,96 persen). Jika dilakukan komparasi dengan jumlah penduduk miskin pada bulan yang sama di tahun 2011 yaitu sebesar 30,0 juta jiwa (12,49 persen), maka telah terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 0,89 juta jiwa atau setara dengan penurunan angka kemiskinan sekitar 0,53 persen.

Capaian tersebut menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan pada paruh dekade terakhir telah berhasil diturunkan dengan laju penurunan berkisar antara 0,53 sampai 1,27 persen per tahunnya dan mampu mengentaskan hampir 5 juta penduduk miskin dari garis kemiskinan pada periode tersebut, jika dibandingkan dengan paruh paruh dekade

sebelumnya yang memiliki laju penurunan tingkat

kemiskinan antara 0,78 sampai 1,17 persen per tahunnya (lihat tabel 1).

Tabel 1.

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Periode 2002–2012

Tahun Jumlah Penduduk

Miskin (juta)

Persentase terhadap total penduduk (Poverty Incidence)

Persentase Perubahan Tingkat Kemiskinan

2002 38,4 18,20

2003 37,3 17,42 2002-2003 -0,78

2004 36,1 16,66 2003-2004 -0,76

2005 35,1 15,97 2004-2005 -0,69

2006 39,3 17,75 2005-2006 1,78

2007 37,2 16,58 2006-2007 -1,17

2008 35,0 15,42 2007-2008 -1,16

2009 32,5 14,15 2008-2009 -1,27

2010 31,0 13,33 2009-2010 -0,82

2011 30,0 12,49 2010-2011 -0,84

2012 29,1 11,96 2011-2012 -0,53

Sumber:BPS, diolah dari Susenas beberapa tahun.

Selanjutnya, jika dilihat dari skenario target tingkat kemiskinan secara nasional dapat kita lihat bahwa telah terjadi perlambatan penurunan tingkat kemiskinan. Hal ini dapat kita amati dengan membandingkan perkembangan tingkat kemiskinan secara dan target capaian sesuai RPJMN 2010-2014, di mana capaian pada bulan Maret 2012 sebesar 11,96 persen bahkan berada di atas target skenario moderat yang telah ditentukan sebesar 11,50 persen (lihat gambar 2). Maka dapat digambarkan bahwa secara makro capaian


(20)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 6

tingkat kemiskinan secara nasional tersebut sudah off-track

dari targetnya.

Gambar 2.

Skenario Penurunan Tingkat Kemiskinan Nasional

Sumber:TNP2K

Dari capaian pada tahun 2012 tersebut, secara makro,

porporsi penduduk miskin terbanyak berada pada rural area

atau perdesaan sebesar 15,12 persen atau sebanyak 18,48 juta jiwa. Sedangkan persentase penduduk miskin pada

urban area hanya 8,78 persen atau sebanyak 10,65 juta jiwa (lihat tabel 2). Sehingga, selama periode Maret 2011-Maret 2012 penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan masing-masing mengalami penurunan sebanyak 399,5 ribu jiwa (0,45 persen) dan 487 ribu jiwa (0,60 persen). Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1. Peningkatan upah harian (nominal) buruh tani dan buruh

bangunan;

2. Peningkatan jumlah penerima raskin;

3. Peningkatan penerima pelayanan kesehatan gratis;

4. Rendahnya inflasi periode Maret 2011-Maret 2012

sebesar 3,97 persen;

5. Perbaikan penghasilan petani yang ditunjukkan dengan

kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP);


(21)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 7

Tabel 2.

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Maret 2011-Maret 2012

Daerah/Tahun Jumlah Penduduk

Miskin (Juta)

Persentase Penduduk Miskin

(1) (2) (3)

Perkotaan

Maret 2011 11,05 9,23

Maret 2012 10,65 8,78

Perdesaan

Maret 2011 18,97 15,72

Maret 2012 18,48 15,12

Kota+Desa

Maret 2011 30,02 12,49

Maret 2012 29,13 11,96

Sumber:BPS, diolah dari Susenas Maret 2011 dan Maret 2012.

Jika melihat Indeks P1 dan Indeks P2 pada periode Maret 2011-Maret 2012, dapat kita lihat terjadi penurunan Indeks P1 sebesar 0,2 dan Indeks P2 sebesar 0,08. Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata

pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin

mendekati Garis Kemiskinan (GK) dan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin juga semakin menyempit atau berkurang (lihat tabel 3).

Tabel 3.

Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Tahun 2011-2012

Tahun Kota Desa Kota+Desa

(1) (2) (3) (4)

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Maret 2011 1,52 2,63 2,08

Maret 2012 1,40 2,36 1,88

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Maret 2011 0,39 0,70 0,55

Maret 2012 0,36 0,59 0,47


(22)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 8

Dalam perkembangannya, Indeks P1 dan Indeks P2 selama satu dekade terakhir menunjukkan tren penurunan yang cukup signifikan. Indeks P1 tercatat turun sebesar 1,13 poin, di mana pada saat yang bersamaan Indeks P2 pun mengalami penurunan hingga sebesar 0,32 poin. Dengan demikian terdapat kecenderungan perbaikan pendapatan penduduk miskin dan ketimpangan di antara penduduk miskin semakin berkurang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keadaan penduduk miskin semakin membaik dalam satu dekade terakhir.(lihat gambar 3). Dapat kita lihat pula penurunan Indeks P1 dalam paruh dekade terakhir cukup pesat, dari 2,99 pada tahun 2007 menjadi 1,88 pada tahun 2012. Sedangkan penurunan Indeks P2 cenderung melandai dengan penurunan berkisar 0,03 sampai 0,08.

Gambar 3.

Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2), 2002-2012


(23)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 9

Di sisi lain, perkembangan kemiskinan di Indonesia dapat juga dilihat secara regional berdasarkan kawasan atau wilayah kepulauan besar. Pada tahun 2012, Kawasan Timur Indonesia (KTI) memiliki persentase penduduk miskin yang lebih besar daripada Kawasan Barat Indonesia (KBI) (lihat tabel 4).

Dari data yang ada, gabungan wilayah Maluku dan Papua memiliki persentase penduduk miskin hingga mencapai 24,77 persen. Sedangkan wilayah dengan persentase penduduk miskin terendah adalah Kalimantan, dengan capaian 6,69 persen. Wilayah Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara serta Sulawesi mencatatkan capaian persentase penduduk miskin pada masing-masing wilayah di atas 10 persen.

Tabel 4.

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Wilayah, Maret 2012

Pulau Jumlah Penduduk Miskin (000)

Persentase Penduduk Miskin (%)

Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Sumatera 2075,54 4225,33 6300,87 10,15 13,30 12,07

Jawa 7209,94 8897,26 16107,20 8,84 15,46 11,57

Bali dan Nusa

Tenggara 640,23 1393,71 2033,94 12,13 17,03 15,11

Kalimantan 266,15 688,42 954,57 4,41 8,37 6,69

Sulawesi 341,04 1756,20 2097,24 5,70 14,86 11,78

Maluku dan Papua 114,33 1524,27 1638,60 5,88 32,64 24,77

Indonesia 10.647,23 18.485,19 29.132,42 8,78 15,12 11,96

Sumber:BPS, diolah dari Susenas Maret 2012

Pada tahun 2012 tercatat pula bahwa provinsi Papua memiliki persentase penduduk miskin sebesar 31,11 persen dan provinsi Papua Barat sebesar 28,2 persen (lihat gambar 4). Capaian tersebut merupakan capaian terendah dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Sedangkan pada provinsi DKI Jakarta tercatat memiliki persentase penduduk miskin sebesar 3,69 persen, yang diikuti oleh provinsi Bali dengan persentase penduduk miskin sebesar 4,18 persen. Capaian kedua provinsi tersebut merupakan capaian terbaik secara nasional dan lebih baik daripada rata-rata persentase penduduk miskin nasional yang hanya sebesar 11,96 persen sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya.


(24)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 10

Gambar 4.

Persentase Penduduk Miskin Per Provinsi Tahun 2012

Sumber:BPS, diolah dari Susenas Maret 2012

Namun demikian, secara kuantitas, konsentrasi penduduk miskin pada tahun 2012 masih berada di wilayah pulau Jawa, terutama di provinsi Jawa Timur (5,1 juta jiwa), Jawa Tengah (4,9 juta jiwa) dan Jawa Barat (4,5 juta jiwa). Provinsi lainnya yang memiliki konsentrasi penduduk miskin di atas 1 juta jiwa antara lain Sumatera Utara (1,4 juta jiwa), Lampung (1,2 juta jiwa), Sumatera Selatan (1,1 juta jiwa) dan Nusa Tenggara Timur (1,0 juta jiwa). Dengan demikian provinsi dengan jumlah penduduk miskin terbesar adalah Jawa Timur sebanyak 5,07 juta jiwa, diikuti oleh Jawa Tengah sebanyak 4,97 juta jiwasedangkan provinsi dengan jumlah penduduk miskin terendah adalah Kepulauan Bangka Belitung sebanyak 71,36 ribu jiwa, diikuti oleh Maluku Utara sebanyak 91,79 ribu jiwa (lihat tabel 5 dan gambar 5).


(25)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 11

Tabel 5.

Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin Per Provinsi, Tahun 2012

No Provinsi Jumlah Penduduk Miskin

(ribu jiwa)

Persentase Penduduk Miskin (%)

1 DKI Jakarta 363,20 3,69

2 Bali 168,78 4,18

3 Kalimantan Selatan 189,88 5,06

4 Kepulauan Bangka Belitung 71,36 5,53

5 Banten 652,80 5,85

6 Kalimantan Tengah 148,05 6,51

7 Kalimantan Timur 253,34 6,68

8 Kepulauan Riau 131,22 7,11

9 Kalimantan Barat 363,31 8,17

10 Sulawesi Utara 189,12 8,18

11 Sumatera Barat 404,74 8,19

12 Riau 483,07 8,22

13 Jambi 271,67 8,42

14 Maluku Utara 91,79 8,74

15 Jawa Barat 4.477,53 10,09

16 Sulawesi Selatan 825,79 10,11

17 Sumatera Utara 1.407,25 10,67

18 Sulawesi Barat 160,46 13,24

19 Jawa Timur 5.070,98 13,40

20 Sulawesi Tenggara 316,33 13,71

21 Sumatera Selatan 1.057,03 13,78

22 Jawa Tengah 4.977,36 15,34

23 Sulawesi Tengah 418,64 15,40

24 DI Yogyakarta 565,32 16,05

25 Lampung 1.253,83 16,18

26 Gorontalo 186,91 17,33

27 Bengkulu 311,66 17,70

28 Nusa Tenggara Barat 852,64 18,63

29 Aceh 909,04 19,46

30 Nusa Tenggara Timur 1.012,52 20,88

31 Maluku 350,23 21,78

32 Papua Barat 229,99 28,20

33 Papua 966,59 31,11

Indonesia 29.132,42 11,96


(26)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 12

Gambar 5.

Perbandingan Penduduk Miskin per Provinsi, Maret 2012

Sumber:BPS, diolah dari Susenas Maret 2012

2.2 Perkembangan Kemiskinan di Provinsi DKI Jakarta

Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di DKI Jakarta secara makro pada kurun waktu yang sama tahun 2002-2012, menunjukkan fluktuasi dari tahun ke tahunnya. Pada tahun 2002, tercatat 286,88 ribu jiwa penduduk provinsi DKI Jakarta (sekitar 3,42 persen) berada di bawah Garis Kemiskinan. Dalam kurun waktu satu dekade, jumlah penduduk miskin di provinsi DKI Jakarta tercatat oleh BPS menjadi 363,20 ribu jiwa (atau sekitar 3,69 persen). Sehingga dapat kita lihat bahwa ternyata jumlah penduduk miskin di Jakarta telah mengalami peningkatan sebanyak 76,32 ribu jiwa atau meningkat 0,27 persen (lihat gambar 6).


(27)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 13

Gambar 6.

Perkembangan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin DKI Jakarta, 2002–2012

Sumber:BPS, diolah dari Susenas beberapa tahun.

Melihat kenyataan tersebut, BPS Provinsi DKI Jakarta menyatakan bahwa jumlah dan persentase penduduk miskin

di Jakarta telah memasuki tahap Hardcore Poverty, yang sulit

untuk diturunkan lagi atau menurun secara signifikan. Namun demikian, dalam paruh dekade terakhir terdapat penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin di provinsi DKI Jakarta. BPS mencatat persentase penduduk miskin di DKI Jakarta berkurang 0,92 persen pada paruh dekade terakhir.

Sebagai Ibukota Negara, capaian jumlah dan persentase penduduk miskin di provinsi DKI Jakarta ini memiliki pengaruh terhadap capaian secara nasional. Paruh dekade terakhir menunjukkan kesamaan tren pelambatan, baik di provinsi DKI Jakarta maupun secara nasional.


(28)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 14

Tabel 6.

Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin DKI Jakarta Periode 2002–2012

Tahun Jumlah Penduduk

Miskin (ratus ribu)

Persentase terhadap total penduduk (Poverty Incidence)

Persentase Perubahan Tingkat Kemiskinan

2002 2,87 3,42

2003 2,94 3,42 2002-2003 0,00

2004 2,77 3,18 2003-2004 -0,24

2005 3,16 3,61 2004-2005 0,43

2006 4,07 4,57 2005-2006 0,96

2007 4,06 4,61 2006-2007 0,04

2008 3,80 4,29 2007-2008 -0,32

2009 3,23 3,62 2008-2009 -0,67

2010 3,12 3,48 2009-2010 -0,14

2011 3,63 3,75 2010-2011 0,27

2012 3,63 3,69 2011-2012 -0,06

Sumber:BPS, diolah dari Susenas beberapa tahun

Secara umum, jumlah penduduk miskin di Provinsi DKI Jakarta yang masih hidup di bawah garis kemiskinan per bulan Maret 2012 adalah sebesar 363, 20 ribu jiwa (3,69 persen). Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada bulan Maret 2011 yaitu sebesar 363,42 ribu jiwa (3,75 persen), maka telah terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 0,22 ribu jiwa atau telah terjadi penurunan angka kemiskinan sebesar 0,06 persen. Posisi Provinsi DKI

Jakarta yang telah mencapai hardcore poverty, menjadikan

deviasi naik-turunnya angka kemiskinan sangat tipis. Kisaran capaian penurunan per tahun hanya sebesar 0,06 sampai dengan 0,64 persen selama satu dekade terakhir (lihat tabel 6).


(29)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 15

Tabel 7.

Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan DKI Jakarta Tahun 2011-2012

Bulan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

(1) (2) (3)

Maret 2011 0,6 0,15

Maret 2012 0,5 0,13

Sumber:BPS, diolah dari Susenas Maret 2011 dan Maret 2012

Jika melihat Indeks P1 dan Indeks P2 di provinsi DKI Jakarta pada periode Maret 2011-Maret 2012, dapat kita lihat terjadi penurunan Indeks P1 sebesar 0,1 dan Indeks P2 sebesar 0,02. Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin meningkat dan mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin juga semakin menyempit atau berkurang (lihat tabel 7).

Dalam perkembangannya, Indeks P1 dan Indeks P2 provinsi DKI Jakarta selama satu dekade terakhir menunjukkan tren peningkatan. Indeks P1 tercatat naik sebesar 0,11 poin, di mana pada saat yang bersamaan Indeks P2 pun mengalami peningkatan hingga sebesar 0,06 poin. Dengan demikian terdapat kecenderungan penurunan pendapatan penduduk miskin dan ketimpangan di antara penduduk miskin semakin melebar. Maka dapat dikatakan bahwa keadaan penduduk miskin sedikit memburuk dalam satu dekade terakhir (lihat gambar 7).

Meskipun berfluktuasi, dalam paruh dekade terakhir Indeks P1 mengalami penurunan dari 0,59 pada tahun 2007 menjadi 0,5 pada tahun 2012. Namun, pada Indeks P2 terjadi peningkatan dari 0,12 pada tahun 2007 menjadi 0,13 pada tahun 2012.

Untuk data per wilayah dalam provinsi DKI Jakarta, kita harus menggunakan data tahun 2011. Hal ini dikarenakan data pada tingkat kabupate/kota dihitung pada tahun berikutnya. Sampai dengan saat ini, data tahun 2012 sampai dengan tingkat kabupaten/kota belum dapat diperoleh dari BPS RI


(30)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 16

Gambar 7.

Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) DKI Jakarta, 2002-2012

Sumber:BPS, diolah dari Susenas beberapa tahun.

Tabel 8.

Jumlah Penduduk Miskin dan Persentase Penduduk Miskin Per Kabupaten/Kota, Tahun 2011

No Kabupaten/Kota Jumlah Penduduk Miskin

(ribu jiwa)

Persentase Penduduk Miskin (%)

1 Kepulauan Seribu 2,47 11,53

2 Jakarta Selatan 71,84 3,43

3 Jakarta Timur 83,82 3,06

4 Jakarta Pusat 32,63 3,56

5 Jakart Barat 79,71 3,44

6 Jakarta Utara 84,73 5,07

Jakarta 355,20 3,64


(31)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 17

Secara kawasan atau wilayah, sebaran tingkat kemiskinan pada wilayah kabupaten/kota administrasi di tahun 2011 memiliki disparitas yang cukup tinggi. Kabupaten Kepulauan Seribu memiliki persentase penduduk miskin tertinggi sebesar 11,53 persen, sedangkan Kota Administrasi Jakarta Timur memiliki persentase penduduk miskin paling rendah sebesar 3,06 persen (lihat gambar 8).

Namun demikian, konsentrasi penduduk miskin pada wilayah kabupaten/kota administrasi di Provinsi DKI Jakarta banyak ditemukan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara sebanyak 84,73 ribu jiwa, diikuti oleh Kota Administrasi Jakarta Timur sebanyak 83,82 ribu jiwa. Sedangkan Kabupaten Kepulauan Seribu memiliki jumlah penduduk miskin paling sedikit, yaitu sebanyak 2,47 ribu jiwa. (lihat tabel 8 dan gambar 8)

Gambar 8.

Persentase Penduduk Miskin Per Kabupaten/Kota Tahun 2011


(32)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 18

2.3 Sasaran Penanggulangan Kemiskinan

Konsep Pendataan Kemiskinan

Sebelum mendalami masing-masing kelompok program penanggulangan kemiskinan atau klaster, perlu diketahui bahwa sasaran program menggunakan data kemiskinan mikro (berbeda dengan data makro kemiskinan yang sebelumnya dibahas pada sub bab 2.1 dan 2.2). Keduanya digunakan oleh pemerintah, baik pusat maupun dan daerah, namun memiliki metodologi yang berbeda.

Secara umum dapat dijabarkan bahwa data makro kemiskinan merupakan data yang hanya menunjukkan jumlah agregat. Data ini dihasilkan dengan menggunakan Garis Kemiskinan atau berdasarkan rata-rata pengeluaran per kapita per bulan, yang diperoleh melalui Susenas yang diadakan setiap tahunnya oleh BPS. Data ini digunakan sebagai dasar bagi perencanaan, monitoring dan evaluasi pembangunan secara makro. Data makro kemiskinan ini memiliki keunggulan karena dapat digunakan untuk melihat

perkembangan jumlah penduduk dengan berbagai

karakteristiknya dari waktu ke waktu berikutnya (time

series). Namun demikian data tersebut tidak dapat menunjukkan identitas individu dan keberadaan/alamat mereka, sehingga tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk

melaksanakan program-program pembangunan yang

bersifat langsung ditujukan kepada masyarakat miskin (targeting), terutama untuk program-program yang ditujukan untuk memenuhi akses terhadap pelayanan dasar (kemiskinan non pendapatan). Untuk tujuan tersebut dan dalam rangka peningkatan efektivitas penanggulangan kemiskinan, pemerintah melalui BPS melengkapi data kemiskinan dengan data mikro kemiskinan.

Data mikro kemiskinan adalah data kemiskinan yang menunjukkan identitas individu/rumah tangga (ruta) dan keberadaan/alamat. Data mikro kemiskinan diperoleh melalui survey PSE-05 dan diperbaharui melalui PPLS 2008 dan PPLS 2011. Pada awalnya, RTS dikelompokkan menjadi ruta sangat miskin (RTSM), ruta miskin (RTM) dan ruta

hampir miskin/near poor (RTHM). RTHM dapat

diklasifikasikan sebagai penduduk yang berada sedikit di atas garis kemiskinan, namun sangat rentan terhadap guncangan ekonomi. Dasar pengelompokan tersebut adalah nilai skor RTS (IRM), yang dihitung dari bobot variabel dan nilai skor variabel terpilih. (lihat tabel 9). Data mikro kemiskinan ini digunakan sebagai data target program terkait penanggulangan kemiskinan.


(33)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 19

Tabel 9.

Jumlah Rumah Tangga Secara Nasional

Berdasarkan Kriteria Sangat Miskin, Miskin dan Hampir Miskin Kategori

PSE-05 PPLS-2008

Rumah

Tangga %

Rumah

Tangga %

Anggota Rumah Tangga (jiwa)

RT Sangat Miskin (RTSM) 3.894.314 20,4 2.988.865 17,1 15.944.536

RT Miskin (RTM) 8.236.990 43,1 6.828.824 39,1 25.190.010

RT Hampir Miskin (RTHM) 6.969.601 36,5 7.665.288 43,8 19.261.505

TOTAL 19.100.905 100,0 17.482.977 100,0 60.396.051

Sumber:BPS, PSE 2005 dan PPLS 2008

Berdasarkan data PSE-05 dan PPLS 2008, dapat kita lihat bahwa terjadi penurunan jumlah ruta yang masuk kategori RTSM dan RTM dari 12,13 juta pada tahun 2005 menjadi 9,81 juta pada tahun 2008. Namun demikian, jumlah ruta yang masuk kategori RTHM justru mengalami peningkatan dari 6,97 juta pada tahun 2005 menjadi 7,66 juta pada tahun 2008. Hal ini mengindikasikan peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin , tetapi di sisi lain juga menunjukkan kerentanan masyarakat terhadap gejolak ekonomi dan sosial masih cukup tinggi, di mana penduduk yang berada pada kategori hampir miskin tersebut masih sangat rentan untuk terjatuh ke dalam kemiskinan bila terjadi krisis ekonomi berkepanjangan yang mempengaruhi daya beli, terutama kebutuhan pokok.

Tabel 10.

Jumlah Rumah Tangga Provinsi DKI Jakarta

Berdasarkan Kriteria Sangat Miskin, Miskin dan Hampir Miskin Kategori

PSE-05 PPLS-2008

Rumah Tangga % Rumah Tangga %

RT Sangat Miskin (RTSM) 23.651 14,7 28.909 16,0

RT Miskin (RTM) 70.316 43,8 51.063 28,3

RT Hampir Miskin (RTHM) 66.513 41,4 100.688 55,7

TOTAL 160.480 100,0 180.660 100,0

Sumber:BPS, PSE 2005 dan PPLS 2008

Hal serupa juga terjadi di Provinsi DKI Jakarta, di mana terjadi penurunan jumlah ruta yang masuk ke dalam kategori RTSM dan RTM dari 93,97 ribu pada tahun 2005 menjadi 79,97 ribu pada tahun 2008. Namun, terjadi peningkatan jumlah ruta dengan kategori RTHM dari 66,51 ribu pada tahun 2007 menjadi 100,68 ribu pada tahun 2008


(34)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 20

(lihat tabel 10). Hal lain yang perlu dicermati pula adalah terjadinya peningkatan jumlah ruta dengan kategori RTSM dari 23,65 ribu pada tahun 2005 menjadi 28,90 ribu pada tahun 2008.

Basis Data Terpadu Efektifitas penanggulangan kemiskinan oleh Pemerintah Indonesia sangat ditentukan oleh kualitas sistem penetapan target sasaran yang digunakan. Sistem tersebut dapat dikatakan efektif bila mampu dengan tepat mengidentifikasi kelompok ruta/keluarga miskin dan menjadikan kelompok miskin sebagai peserta program atau penerima bantuan, sekaligus di saat yang bersamaan mampu mengidentifikasi kelompok ruta/keluarga tidak miskin dan menjadikan kelompok tidak miskin tersebut sebagai bukan penerima bantuan.

Jika kelompok miskin tidak menjadi penerima bantuan, maka sistem penetapan sasaran tersebut membuat kesalahan yang

disebut dengan exclusion error. Sementara itu, apabila

kelompok tidak miskin menjadi penerima bantuan maka sistem penetapan sasaran tersebut membuat kesalahan

yang disebut inclusion error (lihat gambar 9)

Gambar 9.

Kesalahan penetapan sasaran program (exclusion dan inclusion error)

Sumber:TNP2K

Berbagai studi dan pengalaman selama ini memperlihatkan bahwa program penanggulangan kemiskinan umumnya memiliki ke dua jenis kesalahan tersebut dan menggunakan sistem penetapan sasaran serta basis data yang berbeda (World Bank, 2012). Selain itu, data ruta miskin hasil PSE 2005 dan PPLS 2008 yang digunakan dalam penentuan


(35)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 21

sasaran beberapa program juga sudah seharusnya

diperbaharui karena kondisi sosial ekonomi masyarakat selama beberapa tahun mungkin berubah dan terdapat penilaian bahwa sumber data tersebut kurang tepat.

Dalam rangka mendukung penetapan sasaran program perlindungan sosial dan mengacu pada Perpres Nomor 15/2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, Inpres Nomor 1/2010 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2010, dan Inpres Nomor 3/2010 tentang Program Pembangunan Yang

Berkeadilan serta mempercepat pencapaian target

penurunan tingkat kemiskinan absolut menjadi 8%-10% pada tahun 2014, TNP2K bekerja sama dengan BPS dan Bank Dunia kemudian mengembangkan sistem penetapan sasaran yang baru, yang merupakan kelanjutan dari PSE 2005 dan PPLS 2008, melalui PPLS 2011.

PPLS 2011 ini bertujuan untuk memperbaiki hasil ke dua pendataan sebelumnya (PSE 2005 dan PPLS 2008) guna mengurangi kesalahan dalam penargetan. PPLS 2011 ini diselenggarakan untuk membangun sistem basis data terpadu (BDT) yang mencakup 40% rerata nasional ruta dengan kondisi sosial ekonomi terendah di Indonesia atau sekitar 24 juta ruta (sekitar 96 juta individu) dan dapat digunakan untuk penargetan seluruh program perlindungan sosial. Untuk itu, sekitar 45%-50% ruta menengah ke bawah (+ 25 juta ruta) dicacah melalui PPLS 2011, yang dilakukan pada Juli-Agustus 2011. Sebagai perbandingan, PPLS 2008 hanya mencakup kurang dari 30% ruta.

Saat BDT dikembangkan, cakupan 40% dirasa cukup untuk memenuhi kebutuhan penargetan program perlindungan sosial dan penanggulangan kemiskinan. Jika kita melihat distribusi pendapatan, dapat kita lihat bahwa distribusi condong/miring di sebelah kiri distribusi atau berada di sekitar garis kemiskinan (lihat gambar 10). Banyak penduduk yang memiliki pendapatan per kapita per bulan tidak jauh dari GK (garis biru) atau sebanyak 13% populasi. Untuk menjangkau penduduk yang rentan terhadap kemiskinan, GK perlu disesuaikan. Peningkatan GK sebanyak 1,5 kali akan meningkatkan populasi penduduk yang berada di bawah GK menjadi 40% populasi. Cakupan 40% inilah yang dianggap dapat mewakili penduduk miskin, termasuk mereka yang rentan untuk jatuh ke dalam kemiskinan karena guncangan ekonomi berkepanjangan yang akan mempengaruhi daya beli.


(36)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 22

Gambar 10.

Distribusi Pendapatan, 2010

Sumber:World Bank

Data ruta yang tersimpan dalam BDT dari TNP2K diklasifikasikan ke dalam 4 (empat) kelompok/desil, yang didasarkan pada distribusi konsumsi seluruh ruta secara nasional. Ke empat desil tersebut adalah:

o Desil 1, merupakan ruta yang termasuk dalam 10% ruta dengan tingkat kesejahteraan terendah di Indonesia, atau yang biasanya disebut ruta miskin

o Desil 2, merupakan ruta yang termasuk dalam 11%-20% ruta dengan tingkat kesejahteraan terendah di Indonesia, atau yang biasa disebut dengan ruta hampir miskin

o Desil 3, merupakan ruta yang termasuk dalam 21%-30% ruta dengan tingkat kesejahteraan terendah di Indonesia, atau yang biasa disebut dengan ruta rentan miskin

o Desil 4, merupakan ruta yang termasuk dalam 31%-40% ruta dengan tingkat kesejahteraan terendah di Indonesia, atau biasa disebut dengan ruta rentan miskin lainnya.


(37)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 23

Tabel 11.

Jumlah Rumah Tangga dari Basis Data Terpadu, 2011

No Provinsi

Jumlah Rumah Tangga

Desil 1 Desil 2 Desil 3 Desil 4 Total

1 Nanggroe Aceh Darussalam 156,60 115,91 115,90 98,63 487,04

2 Sumatera Utara 277,91 281,79 281,77 78,26 919,721

3 Sumatera Barat 83,78 105,88 105,86 28,26 323,788

4 Riau 76,78 90,42 90,41 24,68 282,282

5 Jambi 52,21 66,86 66,85 7,36 193,276

6 Sumatera Selatan 178,15 154,07 154,06 63,86 550,142

7 Bengkulu 54,65 38,80 38,79 18,27 150,497

8 Lampung 268,48 191,03 191,01 95,75 746,267

9 Kepulauan Bangka Belitung 12,92 16,70 16,70 4,39 50,715

10 Kepulauan Riau 15,79 28,36 28,35 5,46 77,955

11 DKI Jakarta 92,68 89,73 89,72 13,95 286,075

12 Jawa Barat 990,01 1.164,61 1.164,59 417,08 3736,279

13 JawaTengah 1.115,06 997,91 997,89 513,88 3624,746

14 DI Yogyakarta 132,24 114,45 114,45 79,20 440,343

15 Jawa Timur 1.230,04 1.189,67 1.189,65 421,72 4031,085

16 Banten 136,95 246,54 246,54 91,18 721,211

17 Bali 41,23 76,68 76,68 10,48 205,066

18 Nusa Tenggara Barat 192,98 158,82 158,82 77,76 588,377

19 Nusa Tenggara Timur 167,10 141,30 141,28 100,46 550,136

20 Kalimantan Barat 71,71 93,22 93,21 27,63 285,78

21 Kalimantan Tengah 25,77 33,30 33,29 8,91 101,271

22 Kalimantan Selatan 40,93 70,72 70,72 9,54 191,915

23 Kalimantan Timur 55,32 56,82 56,82 11,52 180,477

24 Sulawesi Utara 43,94 65,13 65,12 9,31 183,504

25 Sulawesi Tengah 82,78 69,92 69,91 31,87 254,474

26 Sulawesi Selatan 160,63 189,88 189,87 103,56 643,942

27 Sulawesi Tenggara 59,20 58,53 58,52 23,57 199,818

28 Gorontalo 34,10 32,84 32,84 11,41 111,193

29 Sulawesi Barat 27,30 28,29 28,29 17,46 101,344

30 Maluku 55,75 36,70 36,69 15,37 144,516

31 Maluku Utara 15,08 22,98 22,98 2,38 63,427

32 Papua Barat 44,69 24,10 24,08 0,00 92,869

33 Papua 220,04 113,04 113,08 0,00 446,157

Indonesia 6.212,78 6.164,99 6.164,76 2.423,17 20.965,69

Sumber:TNP2K, BDT

Jumlah ruta berdasarkan BDT 2011 yang diperoleh dari TNP2K menunjukkan bahwa secara nasional total jumlah ruta adalah sebanyak 20,96 juta ruta. Sedangkan jumlah ruta yang masuk kategori desil 1 s.d 3 memiliki jumlah yang berimbang, sekitar + 6 juta ruta. Sedangkan ruta yang masuk kategori desil 4 hanya sekitar 2,4 juta ruta (lihat tabel 11). Untuk wilayah DKI Jakarta, populasi ruta dengan kategori


(38)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 24

desil 1 adalah sebanyak 92,68 ribu ruta atau setara dengan 478,14 ribu jiwa, sedangkan jumlah ruta dengan kategori desil 2 dan 3 hampir berimbang, sekitar + 89 ribu ruta atau total sebanyak 733,49 ribu jiwa. Jumlah ruta yang masuk kategori desil 4 sebanyak 13,95 ribu ruta atau 46,50 ribu jiwa. Sehingga secara total populasi ruta yang masuk ke dalam BDT di Provinsi DKI Jakarta adalah sebanyak 286,075 ribu ruta atau sebanyak 1,25 juta jiwa (lihat tabel 12).

Tabel 12.

Distribusi Pendapatan, 2010

Desil 1 92,68

Desil 2 89,73

Desil 3 89,72

Desil 4 13,95

Desil 1 478,14

Desil 2 391,17

Desil 3 342,32

Desil 4 46,50

Jumlah Rumah Tangga

Jumlah Individu

Sumber:TNP2K, BDT

2.3 Perkembangan Program

Penanggulangan Kemiskinan

Untuk mencapai sasaran penurunan tingkat kemiskinan provinsi DKI Jakarta pada akhir tahun 2017 sebesar 3,40 -3,50 persen, sebagaimana diamanatkan sebagai target RPJMD 2013-2017, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah

merumuskan program-program yang pro-poor atau memiliki

sifat keberpihakan (affirmative) kepada masyarakat miskin.

Senada dengan pemerintah, dalam rangka meningkatkan efektifitas pelaksanaan program, usaha perbaikan terus dilakukan sehingga program dapat tepat sasaran dan tepat alokasi pendanaan, sesuai dengan jumlah dan sebaran penduduk miskin, sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya.

Lebih lanjut, dalam rangka mempertajam fokus pelaksanaan, setiap program penanggulangan kemiskinan dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kelompok program atau klaster, sebagai berikut:

1. Klaster 1

Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga, dengan tujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar, mengurangi beban pengeluaran dan perbaikan kualitas hidup keluarga miskin;


(39)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 25

2. Klaster 2

Kelompok program penanggulangan kemiskinan

berbasis pemberdayaan masyarakat, dengan tujuan untuk mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas kelompok masyarakat miskin untuk terlibat dalam pembangunan, meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat melalui usaha dan kerja sama untuk mencapai keberdayaan dan kemandirian;

3. Klaster 3

Kelompok program penanggulangan kemiskinan

berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil (UMK), dengan tujuan untuk membuka dan memberikan akses permodalan dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil;

4. Klaster 4

Kelompok program pendukung penanggulangan

kemiskinan, dengan tujuan untuk mensinergikan

kebijakan dan program yang mendukung

penanggulangan kemiskinan (pro rakyat).

2.3.2 Program Bantuan dan Jaminan Sosial (Klaster 1)

Cakupan Klaster 1 Cakupan program pada kelompok bantuan sosial dilakukan dengan konsentrasi penanggulangan kemiskinan berbasis keluarga dan individu. Program-program pada klaster ini meliputi:

1. Bantuan pendidikan yaitu penyediaan biaya personal

pendidikan bagi peserta didik dari keluarga tidak mampu melalui Kartu Jakarta Pintar (KJP) mulai jenjang pendidikan dasar hingga menengah.

2. Bantuan kesehatan antara lain penyediaan jaminan

kesehatan masyarakat melalui Kartu Jakarta Sehat (KJS) dan penanganan permasalahan kurang gizi dan gizi buruk melalui pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).

3. Bantuan langsung kepada keluarga/individu sasaran

lainnya antara lain berupa pelayanan dan rehabilitasi bagi Warga Binaan Sosial, pelayanan pemakaman gratis, pelayanan dokumen kependudukan bagi penduduk rentan adminduk, pelayanan Keluarga Berencana (KB) gratis, Pemberian jaminan hidup di lokasi transmigrasi


(40)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 26

Biaya Personal Pendidikan melalui Kartu Jakarta Pintar (KJP)

Biaya personal pendidikan melalui Kartu Jakarta Pintar (KJP) merupakan biaya yang diberikan kepada peserta didik untuk pemenuhan kebutuhan dasar dalam bidang pendidikan yang meliputi seragam sekolah, sepatu dan kaos kaki, tas, buku dan alat tulis, biaya transportasi ke sekolah, tambahan gizi, biaya bimbingan belajar dan/atau biaya ekstrakurikuler. Biaya personal ini diperuntukkan bagi peserta didik dari keluarga tidak mampu, sesuai dengan kriteria PPLS dari BPS. Secara umum, program ini bertujuan untuk:

1. Mendukung terselenggaranya wajib belajar 12 (dua

belas) tahun;

2. Meningkatkan akses layanan pendidikan;

3. Menjamin kepastian layanan pendidikan;

4. Menurunkan angka putus sekolah; dan

5. Meningkatkan kualitas hasil pendidikan

Secara khusus program tersebut untuk membantu siswa dari keluarga kurang mampu (miskin) agar tidak putus sekolah. Hal ini dikarenakan alokasi dana BOP yang diberikan belum mencakup biaya untuk keperluan pribadi peserta didik (biaya transportasi, seragam, buku dan alat tulis, dll). Ini yang menjadi masalah, khususnya bagi peserta didik yang berasal dari keluarga kurang mampu, di mana mereka tidak memiliki kemampuan untuk menyediakan keperluan pribadinya. Berdasarkan data yang ada dari JDA tahun 2012, jumlah peserta didik yang putus sekolah pada semua jenjang pendidikan masih cukup banyak.

Biaya Personal Pendidikan melalui KJP ini merupakan pengembangan dari program sebelumnya yaitu Beasiswa Rawan Putus Sekolah. Hanya saja sasaran programnya diperluas, tidak hanya pada jenjang SMA/MA/SMK saja melainkan pada seluruh jenjang pendidikan. Jumlah target sasaran program ini dihitung dengan mengacu pada jumlah penduduk miskin dengan usia sekolah yang masuk ke dalam BDT. Total jumlah penerima sebanyak 332.465 jiwa, dengan rincian kelompok usia 7-12 tahun sebanyak 170.386 jiwa, kelompok usia 13-15 tahun sebanyak 83.852 jiwa, dan kelompok usia 16-18 tahun sebanyak 78.227 jiwa (lihat tabel 13).


(41)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 27

Tabel 13.

Jumlah sasaran Biaya Personal Pendidikan, 2013 Kelompok

Usia Jenjang Desil 1 Desil 2 Desil 3 Desil 4 Total

7-12 Setara SD/MI 84.830 49.913 32.176 3.467 170.386

13-15 Setara SMP/MTs 36.996 26.029 18.607 2.220 83.852

16-18 Setara SMA/MA/SMK 28.710 24.980 21.721 2.816 78.227

TOTAL 150.536 100.922 72.504 8.503 332.465

Sumber:TNP2K, BDT

Tabel 14.

Jumlah Siswa Putus Sekolah (jiwa)

Jenjang Tahun

2006/2007 2007/2008 2008/2009 2009/2010 2010/2011 2011/2012

SD/MI 914 914 612 507 347 533

SMP/MTs 2.172 2.103 1.086 1.592 1.076 1.070

SMA/MA 1.229 1.253 943 618 686 342

SMK 2.857 3.186 2.488 2.355 2.399 2.761

Sumber:BPS DKI Jakarta, JDA 2012

Selain itu, program ini juga untuk mengurangi jumlah siswa putus sekolah akibat kekurangan biaya. Jumlah siswa putus sekolah berdasarkan data BPS, pada tahun 2011/2012 khususnya untuk jenjang SD/MI dan SMK meningkat dibanding tahun sebelumnya, dimana dapat dilihat pada tabel 14.

Besarnya bantuan sebagai berikut :

• Jenjang SD/SDLB/MI sebesar Rp. 180.000,- per siswa

per bulan

• Jenjang SMP/SMPLB/MTs sebesar Rp. 210.000,- per

siswa per bulan

• Jenjang SMA/SMALB/SMK/SMKLB/MA sebesar Rp.

240.000,- per siswa per bulan

Bantuan tersebut diharapkan dapat memenuhi kebutuhan personal siswa kurang mampu seperti transportasi, buku, alat tulis dan tas sekolah, baju dan sepatu sekolah, serta tambahan makan dan minum. Detil kebutuhan dapat dilihat pada tabel 15 di bawah ini.


(42)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 28

Tabel 15.

Perhitungan Kebutuhan dan Unit Cost Siswa Penerima Bantuan

Sumber: Dinas Pendidikan

No Unit Kebutuhan

Unit Cost/Tahun/Satuan Pendidikan

SD/SDLB/MI SMP/SMPLB/ MTs

SMA/SMALB/ SMK/SMKLB/MA

1 Transport ke dan dari

Sekolah

Rp. 900.000,- Rp. 1. 200.000,- Rp.

1.320.000,-2 Buku, Alat Tulis, dan Tas

Sekolah

Rp. 400.000,- Rp. 450.000,- Rp.

450.000,-3 Baju dan Sepatu Sekolah Rp. 560.000,- Rp. 560.000 Rp.

710.000,-4 Tambahan Makan dan

Minum

Rp. 300.000,- Rp. 335.000,- Rp.

400.000,-Jumlah Total Per Tahun Rp. 2.160.000,- Rp. 2.520.000,- Rp. 2.880.000,-

Mekanisme Pemberian Kartu Jakarta Pintar (KJP)

Mekanisme pemberian KJP dapat dijelaskan sebagai berikut

a. Calon penerima Kartu Jakarta Pintar berasal dari

Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) yang

dikeluarkan oleh Tim Nasional Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) ditambahkan dengan usulan peserta diluar PPLS yang dihimpun oleh satuan pendidikan, Seksi Pendidikan Kecamatan, dan Kanwil Agama.

b. Calon Penerima kemudian diverifikasi oleh Satuan

Pendidikan dan direkapitulasi oleh Dinas Pendidikan dan diusulkan kepada TAPD.

c. TAPD menetapkan penerima KJP melalui Surat

Keputusan yang menjadi dasar untuk pembuatan rekening dan pencetakan Kartu Jakarta Pintar oleh Bank DKI.

d. Kartu Jakarta Pintar diserahkan kepada penerima yang

termuat dalam SK Penerima KJP dan dana KJP dapat dimanfaatkan.

Secara lengkap dapat dilihat melalui diagram alur pada Gambar 11 dibawah ini.


(43)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 29

Gambar 11.


(44)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 30

Penyediaan Dana Premi Warga Miskin Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari APBD

Pelaksanaan Program Kartu Jakarta Sehat

Sebelum diberlakukannya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) oleh Pemerintah Pusat yang merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Provinsi DKI Jakarta melaksanakan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Daerah melalui Kartu Jakarta Sehat.

Dengan adanya Program Kartu Jakarta Sehat (KJS) ini, diharapkan akan meningkatkan akses penduduk miskin ke fasilitas kesehatan. Guna mendukung Program KJS, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta telah bekerjasama dengan

Fakultas Kedokteran UI-RSCM guna meningkatkan

kemampuan dokter Puskesmas sehingga terjadi penguatan di pelayanan primer. Selain itu telah dibentuk Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu 119 (SPGDT 119) yang akan membantu petugas kesehatan dan masyarakat untuk mengetahui ketersediaan tempat tidur di kelas III, ICU, ICCU, NICU dan PICU di rumah sakit provider Program KJS.

Pelayanan yang ditanggung oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta antara lain Unit Gawat Darurat, Rawat Jalan, Rawat Inap, ICU, ICCU, NICU, PICU, HCU, HCU, Isolasi, Ambulans, Tindakan Operasi dan Tindakan Penunjang.

Sasaran Program KJS adalah penduduk Provinsi DKI Jakarta yang miskin dan rentan dengan lama domisili minimal 3 (tiga) tahun, sebagaimana diatur dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 14 Tahun 2013 pasal 6 ayat 2 dengan maksimum kuota 4.700.000 jiwa termasuk peserta Jamkesmas DKI Jakarta, penduduk yang telah mendapatkan Kartu Jakarta Sehat yang diterbitkan sebelum 1 April 2013, Kartu JPK Gakin dan Kartu Jamkesda Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, serta penduduk DKI Jakarta yang berobat ke Puskesmas, dan yang dirawat inap di kelas 3 (tiga) rumah sakit, tidak termasuk Peserta Askes Sosial, Pejabat Negara, Peserta Jaminan Pelayanan Kesehatan (JPK) Jamsostek, karyawan Badan Usaha Milik Negara, Karyawan Lembaga/Institusi/Perusahaan, dan penduduk yang telah mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan lainnya, kecuali yang termasuk dalam definisi masyarakat rentan sesuai Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta nomor 14 tahun 2013.


(45)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 31

Gambar 12.

Perkembangan Kepesertaan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Daerah 2007-2012

Sumber: UPT Jamkesda, Dinas Kesehatan, 2013

Penduduk DKI Jakarta yang miskin dan rentan (dengan lama domisili minimal 3 (tiga) tahun) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No 14 tahun 2013 antara lain:

a. penduduk yang termasuk dalam data kemiskinan pada

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi DKI Jakarta.

b. penduduk miskin atau rentan yang tidak termasuk

dalam data kemiskinan BPS Provinsi DKI Jakarta namun mudah terkena dampak dari suatu keadaan dan/atau kebijakan pemerintah dan belum mempunyai jaminan kesehatan.

c. penduduk miskin atau rentan berdasarkan hasil

verifikasi administrasi dan peninjauan lapangan oleh petugas UP Jamkesda Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.

d. penduduk miskin atau rentan dalam pelayanan

kesehatan Ambulans Gawat Darurat milik Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.

e. penghuni panti sosial/rumah singgah yang telah

memiliki sertifikat kepesertaan yang bersifat kolektif dan direkomendasikan oleh Kepala Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta.

f. korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT).

g. korban perdagangan orang (trafficking).


(46)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 32

Penyediaan Dana Premi Warga Miskin Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dari APBD

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.

Peserta BPJS Kesehatan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat terbagi ke dalam 2 kelompok yaitu:

1. Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan.

Adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang iurannya dibayarkan oleh Pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan oleh Pemerintah dan diatur melalui Peraturan Pemerintah.

2. Bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan. Peserta bukan PBI jaminan kesehatan terdiri dari:

a. Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya.

b. Pekerja bukan penerima upah dan anggota

keluarganya.

c. Bukan pekerja dan anggota keluarganya.

Penduduk DKI Jakarta yang masuk dalam kategori miskin dan rentan miskin dan tidak termasuk dalam daftar Penerima Bantuan Iuran (PBI) program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), akan dibayarkan preminya oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui dana APBD. Hal ini diatur dalam Peraturan Gubernur Nomor 123 Tahun 2014 tentang Kepesertaan dan Pelayanan Jaminan Kesehatan.

Pendaftaran sebagai peserta PBI dilakukan oleh Kepala Puskesmas setempat kepada BPJS Kesehatan cabang setempat dengan tembusan Kepala Dinas Kesehatan melalui Kepala UP Jamkesda. Khusus pendaftaran Warga Binaan Sosial (WBS), orang terlantar di daerah dan korban tindak kekerasan di daerah sebagai peserta PBI dilakukan oleh Kepala Puskesmas setempat kepada BPJS Kesehatan cabang setempat dengan tembusan Kepala Dinas Kesehatan melalui UP Jamkesda dengan terlebih dahulu mendapat rekomendasi Kepala Dinas Sosial melalui Kepala Panti Sosial setempat.


(47)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 33

Tabel 16.

Proyeksi Sasaran Baduta Gakin, 2011

SASARAN BADUTA GAKIN JUMLAH

Jakarta Pusat 1,099

Jakarta Utara 2,011

Jakarta Barat 2,788

Jakarta Selatan 2,519

Jakarta Timur 3,291

Kepulauan Seribu 26

DKI Jakarta 11,734

Sumber: Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)

Usia di bawah dua tahun (baduta) merupakan masa kritis yang sangat penting dalam proses tumbuh kembang bayi dan anak baik fisik maupun kecerdasan. Oleh sebab itu masalah gangguan tumbuh kembang pada bayi dan anak usia dibawah dua tahun harus ditanggulangi secara serius. Hasil survei kesehatan menunjukkan bahwa beberapa faktor penyebab terjadinya gangguan tumbuh kembang usia 6-11 bulan dan anak usia 12-24 bulan (baduta) di Indonesia adalah rendahnya mutu Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) dan pola asuh pemberian makan yang tidak tepat sehingga kebutuhan zat gizi tidak tercukupi khususnya energi dan zat gizi seperti Zat Besi (Fe) dan Seng (Zn).

Kesulitan ekonomi yang dialami sebagian masyarakat Indonesia, termasuk Provinsi DKI Jakarta mengakibatkan menurunnya daya beli masyarakat terhadap pangan di tingkat keluarga sehingga memperburuk asupan zat gizi Baduta. Sebagian kasus kekurangan gizi dari tingkat ringan sampai tingkat berat terjadi pada keluarga miskin (gakin). Keadaan bencana seperti banjir juga makin memperburuk kondisi tersebut.

Upaya penanggulangan perlu dilakukan khususnya bagi bayi usia 6-11 bulan dan anak usia 12-24 bulan dari keluarga miskin agar gangguan tumbuh kembang dapat dicegah dan ditanggulangi dengan baik. Bantuan berupa Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) bagi bayi usia 6-11 bulan dan anak usia 12-24 bulan gakin diberikan dengan harapan dapat mencegah terjadinya gizi buruk, gizi kurang serta mempertahankan status gizi baik, pada baduta keluarga miskin.


(48)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 34

Perkembangan pelaksanaan program ini, jika dibandingkan terhadap sasaran bayi dua tahun dari keluarga miskin (baduta gakin) Provinsi DKI Jakarta sebesar 11.734 jiwa (diolah dari data sasaran BPS), maka realisasi capaian cakupan pemberian MP-ASI untuk baduta gakin pada tahun 2011 adalah 33,71%, dan mengalami sedikit kenaikan pada capaian tahun 2012 menjadi 34,62%. Capaian ini diharapkan terus mengalami kenaikan sehingga mencakup ke seluruh sasaran baduta gakin.

Mekanisme pelaksanaan pemberian bantuan MP-ASI, yaitu: Puskemas Kecamatan menganggarkan MP-ASI untuk baduta gakin sesuai dengan kemampuan dan mendistribusikan MP-ASI tersebut ke Puskesmas Kelurahan untuk diberikan kepada sasaran. Bentuk bantuan MP-ASI yang diterima yakni berupa bubur dan biskuit dengan besaran total nominal Rp.720.000,00 per baduta.

Pelayanan dan

Rehabilitasi bagi Warga Binaan Sosial

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) Jalanan yang tersebar di wilayah Provinsi DKI Jakarta senantiasa dilakukan proses penjangkauan / penertiban untuk mendapatkan perlindungan dan kemandirian pelayanan kesejahteraan sosial. Hal ini dilakukan secara terintegrasi seiring dengan usaha pembangunan kesejahteraan sosial di Provinsi DKI Jakarta dan perwujudannya dilakukan melalui Panti-Panti Sosial.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki sebanyak 27 panti sosial yang terbagi menjadi 13 rumpun menurut jenis warga binaan, yaitu :

1. Balita, 2. Anak, 3. Remaja

4. Usia lanjut terlantar, 5. Anak jalanan,

6. Penyandang cacat tubuh, 7. Tuna grahita,

8. Tuna netra

9. Penyandang psikotik, 10. Gelandangan dan pengemis, 11. Wanita tuna susila,

12. Wanita korban kekerasan dan 13. Mantan pengguna narkoba

Layanan yang diberikan di panti-panti sosial ini meliputi perawatan dan asrama, kesehatan dan gizi, pembinaan dan mental, pendidikan, kesejahteraan sosial, bimbingan dan latihan keterampilan, penampungan sementara, identifikasi dan motivasi hingga pembinaan awal rujukan.


(49)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 35

Tabel 17.

Data Panti Sosial Provinsi DKI Jakarta

Sumber: Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta

NO NAMA PANTI WARGA BINAAN SOSIAL DAYA

TAMPUNG 1. Panti Sosial Asuhan Anak Balita Tunas

Bangsa

Balita Terlantar 100 Orang

2. Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 1 Klender

Anak Terlantar ( Usia SD, Laki-laki dan Perempuan)

100 Orang 3. Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 2 Anak Jalanan (Khusus laki-laki,

Usia SD sd SMA)

150 Orang 4. Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 3 Anak Terlantar (Khusus

Perempuan, Usia SD sd SMA)

100 Orang 5. Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 4 Anak Terlantar (Khusus

Laki-laki, Usia SD sd SMA)

100 Orang 6. Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 5 Anak Jalanan (Khusus

Perempuan, Usia SD sd SMA)

190 Orang 7. Panti Sosial Asuhan Anak Putra Utama 6 Anak Jalanan (Khusus Laki-laki,

Usia SD sd SMA)

200 Orang

8. Panti Sosial Bina Remaja Taruna Jaya Remaja Terlantar 120 Orang

9. Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Lanjut Usia Terlantar 110 Orang

10. Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Lanjut Usia Terlantar 175 Orang

11. Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Lanjut Usia Terlantar 125 Orang

12. Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4 Lanjut Usia Terlantar 160 Orang

13. Panti Sosial Tresna Werdha Usada Mulia 5 Lanjut Usia Terlantar (sakit) 200 Orang

14. Panti Sosial Bina Daksa Budi Bhakti Penyandang Cacat Tubuh 120 Orang

15. Panti Sosial Bina Grahita Belaian Kasih Penyandang Cacat Grahita (Keterbelakangan mental)

100 Orang 16. Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 1 Penyandang Psikotik Berat 550 Orang 17. Panti Sosial Bina Laras Harapan Sentosa 2 Penyandang Psikotik Sedang 250 Orang 18. Panti Sosial Bina laras Harapan Sentosa 3 Penyandang Psikotik Ringan 200 Orang 19. Panti Sosial Bina laras Harapan Sentosa 4 Penyandang Psikotik Terampil 276 Orang 20. Panti Sosial Pamardi Putra Khusnul

Khotimah

Mantan Penyandang Narkoba 100 Orang

21. Panti Sosial Bina Karya Harapan Jaya Gelandangan Pengemis 200 Orang

22. Panti Sosial Bina Karya Wanita Harapan Mulia

Mantan Wanita Tuna Susila 180 Orang

23. Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 1 Gelandangan Pengemis (Panti Penampungan sementara hasil razia)

300 Orang

24. Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 2 Gelandangan Pengemis (Panti Penampungan sementara hasil razia)

200 Orang

25. Panti Sosial Bina Insan Bangun Daya 3 Gelandangan Pengemis (Panti Penampungan sementara hasil razia)

120 Orang

26. Panti Sosial Bina Netra Cahaya Bathin Penyandang Cacat Netra 100 Orang


(1)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 100

RPJMD 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

KLASTER 3 1 Program

Pemberdayaan UMKM

Pekan Raya Koperasi

Terlaksananya Pekan Raya Koperasi

1 kali 1 kali 1 kali 1 kali

500 500 500 500 Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan dan Jajaran

Penumbuhan

Wirausaha Baru Bagi Usaha Kecil

Jumlah wilayah yang dibina

4 kelur ahan

10 kelura

han

10 kelurah

an

10 kelu raha n

100 300 300 300

Penyelenggaraan

Night Market di tingkat Provinsi

Terlaksananya pasar malam untuk UMKM

40 kali

40 kali

40 kali 40 kali

11.600 12.000 12.000 12.000

Penyelenggaraan

Night Market di tingkat Kota

Terlaksananya pasar malam untuk UMKM

25 kali

25 kali

25 kali 25 kali

1.200 1.200 1.200 1.200

Penyaluran Dana

Bergulir ke KJK (Koperasi Jasa Keuangan)

Jumlah KJK yang

menggulirkan dana kepada pemanfaat

15 KJK

15 KJK

15 KJK 15 KJK

78.000 78.000 78.000 78.000 UPT Dana Bergulir (UPDB PEMK)


(2)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 101 NO PROGRAM

RPJMD KEGIATAN INDIKATOR

TARGET ANGGARAN (dalam jutaan) INSTANSI

PELAKSAN A

2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

KLASTER 3 2 Program

Pengembangan dan

Pengendalian Industri

Gelar Produk Bazaar IKM

Terfasilitasinya Pemasaran Produk IKM

100 100 100 100 400 400 400 400 Dinas

Perindustr ian dan Energi dan Jajaran

Percepatan

Penetrasi Pasar bagi IKM Komoditi Unggulan Daerah

Terfasilitasinya Pemasaran Produk IKM

100 100 100 100 1.000 1.000 1.000 1.000

Pengembangan

Klinik HKI dan Kemasan Komoditi Unggulan Daerah

Tersedianya klinik

Pengembangan Desain, Merek dan Kemasan Daerah

100 100 100 100 1.500 1.500 1.500 1.500

Pengembangan

Komoditi Mebel Kayu

Dilakukannya perbaikan sistem keuangan IKM

100 100 100 100 1.700 1.700 1.700 1.700

Penyelenggaraan

Pekan Produk Kreatif Daerah (PPKD) Provinsi DKI Jakarta 2014

Terfasilitasinya IKM dalam memasarkan produk-produknya

100 100 100 100 1.000 1.000 1.000 1.000

Pengembangan

Pusat Promosi Batu Aji

Tertatanya Jakarta Gem's Center


(3)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 102

RPJMD 2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

KLASTER 4 1 Program

Wajib Belajar 12 Tahun

Penyediaan Biaya Operasional Pendidikan (BOP) SD/MI

Jumlah peserta didik SD/MI penerima bantuan operasional pendidikan (BOP)

Dinas

Pendidikan dan Jajaran

Negeri 686.574 686.646 687.006 687.366 494.333 494.385 494.644 494.904 Swasta 197.222 197.294 197.654 198.014 142.000 142.052 142.311 142.570

Jumlah

Negeri + Swasta

883.796 883.940 884.660 885.380 636.333 636.437 636.955 637.474

Penyediaan

Biaya Operasional Pendidikan (BOP) SMP/MTs

Jumlah peserta didik SMP/MTs penerima bantuan operasional pendidikan (BOP)

Negeri 219.892 219.964 220.594 220.954 290.257 290.352 291.184 291.659 Swasta 145.892 145.964 146.324 146.684 192.577 192.672 193.148 193.623

Jumlah Negeri

+ Swasta


(4)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 103 NO PROGRAM

RPJMD KEGIATAN INDIKATOR

TARGET ANGGARAN (dalam jutaan) INSTANSI

PELAKSAN A

2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

KLASTER 4 Penyediaan Biaya

Operasional Pendidikan (BOP) SMA/MA

Jumlah peserta didik SMA/MA penerima bantuan operasional pendidikan (BOP)

Dinas

Pendidikan dan Jajaran

Negeri 89.980 90.052 90.412 90.772 431.904 432.249 433.977 435.705 Swasta 29.465 39.286 49.108 65.477 141.430 188.573 235.717 314.289

Jumlah Negeri +

Swasta

119.445 129.338 139.520 156.249 573.334 620.823 669.694 749.995

Penyediaan Biaya

Operasional Pendidikan (BOP) SMK

Jumlah peserta didik SMK

penerima bantuan operasional pendidikan (BOP)

Negeri 16.903 16.975 17.335 17.695 81.135 81.480 83.208 84.936 Swasta 64.451 64.523 64.883 65.243 309.363 309.709 311.437 313.165

Jumlah Negeri +

Swasta

81.354 81.498 82.218 82.938 390.499 391.190 394.646 398.102 Negeri 10.551 10.623 10.983 11.343 63.306 63.738 65.898 68.058 Swasta 40.268 40.340 40.700 41.060 241.609 242.041 244.201 246.361

Jumlah Negeri +

Swasta

50.819 50.963 51.683 52.403 304.915 305.779 310.099 314.419 Negeri 14.786 14.858 15.218 15.578 106.457 106.976 109.568 112.160 Swasta 56.390 56.462 56.822 57.182 406.007 406.526 409.118 411.710

Jumlah Negeri +

Swasta


(5)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 104 2 Program

Penyediaan Perumahan Rakyat

Pembangunan Rumah Susun

Terbangunnya unit Rusunawa dengan APBD

700 unit hunia n

543 unit hunia

n

400 unit hunia n

800 unit hunia n

135.000 316.000 118.000 260.000 Dinas Perumahan dan Gedung Pemda dan Jajaran 3 Program

Peningkatan Kualitas dan Perbaikan Kampung

Penataan Kampung

Tertatanya kampung tematik

70 lokasi

15 lokasi

10 lokasi

4 lokasi

1.200.000 600.000 400.000 160.000

Tertatanya RW Kumuh

78 RW

68 RW

63 RW

57 RW

78.000 68.000 63.000 57.000 4 Program

peningkatan sarana, prasarana ketenagaker jaan dan ketransmigr asian

Sosialisasi

ketransmigrasian

Tumbuhnya minat masyarakat untuk ikut bertransmigras i

20 Kec

20 Kec

20 Kec

20 Kec

150 150 150 150 Dinas

Tenaga Kerja dan

Transmigrasi dan Jajaran

Seleksi, Pelatihan dan Penempatan Transmigrasi

Ditempatkanny a para

transmigran yang telah siap untuk

berusaha di lokasi transmigrasi

150 KK

150 KK

150 KK

150 KK


(6)

Rencana Aksi Daerah Penanggulangan Kemiskinan Provinsi DKI Jakarta 2015-2017 105 NO PROGRAM

RPJMD KEGIATAN INDIKATOR

TARGET ANGGARAN (dalam jutaan) INSTANSI

PELAKSANA

2014 2015 2016 2017 2014 2015 2016 2017

KLASTER 4 5 Program

Peningkatan Kapasitas Pemerintah an

Kecamatan

Koordinasi dan sosialisasi Posyandu, Gerakan Sayang Ibu (GSI), Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), RW Siaga, Kelompok Pendukung Ibu dan Pos Gizi (Gizi Buruk)

Meningkatnya Koordinasi Upaya Kesehatan di Tingkat Kecamatan

44 Kec

44 Kec

44 Kec

44 Kec

1.600 1.800 2.000 2.200 44

Kecamatan

6 Program Peningkatan Kapasitas Pemerintah an

Kelurahan

Sosialisasi, penyediaan sarana prasarana dan operasional Posyandu, Gerakan Sayang Ibu (GSI), Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), RW Siaga, Kelompok Pendukung Ibu dan Pos Gizi (Gizi Buruk)

Terselenggara nya Upaya Pemberdayaan Masyarakat pada Bidang Kesehatan di Tingkat Kelurahan

267 Kel

267 Kel

267 Kel

267 Kel

56.000 57.000 58.000 59.000 267 Kelurahan