proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam masa-masa tersebut dan bagaimana penanganannya. Dalam penanganan
postpartum blues ini dibutuhkan penanganan yang holistik atau menyeluruh Danuatmaja, 2003.
Oleh sebab itu bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan bertanggung jawab dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Berdasarkan
uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang bertujuan
untuk mengetahui Sikap dan Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Postpartum Blues di Kecamatan Medan Marelan tahun 2008. Sehingga bidan
mampu mengambil penatalaksanaan yang tepat serta membantu penanganannya.
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana Sikap dan Tindakan Bidan Terhadap Penanganan Postpartum Blues di Kecamatan Medan Marelan Tahun
2008.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Sikap dan Tindakan Bidan Terhadap penanganan postpartum blues di Kecamatan Medan Marelan Tahun 2008.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui bagaimana Sikap Bidan Terhadap Penanganan Postpartum
Blues di Kecamatan Medan Marelan Tahun 2008.
Universitas Sumatera Utara
b. Untuk mengetahui bagaimana Tindakan Bidan Terhadap Penanganan
Postpartum Blues di Kecamatan Medan Marelan Tahun 2008.
D. Manfaat Penelitian a. Bagi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan dapat bermanfaat bagi tenaga kesehatan khususnya bidan agar dapat memperhatikan dan meningkatkan dalam memberikan pelayanan kesehatan
terutama pada ibu postpartum.
b. Bagi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam pengembangan ilmu, khususnya dalam bidang kebidanan dan sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sikap
1. Pengertian sikap
Sikap adalah suatu kecenderungan bertindak ke arah atau menolak suatu faktor lingkungan. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat langsung tetapi hanya
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup Bogardus 1931, dikutip dari Mueller, 1992.
Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap yang objektif Purwanto, 1999
Menurut Notoatmodjo 2003 sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi
sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus dalam kehidupan sehari-hari.
2. Komponen sikap
Sikap mempunyai tiga komponen pokok yang saling menunjang dan membentuk stuktur sikap, yaitu:
a. Komponen Kognitif
Universitas Sumatera Utara
Komponen kognitif merupakan komponen yang berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benat bagi objek sikap. Dengan
demikian, interaksi kita dengan pengalaman di masa yang akan datang serta prediksi kita mengenai pengalaman tersebut akan lebih mempunyai arti.
Tentu saja kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selalu akurat. Terkadang kepercayaan itu terbentuk dikarenakan kurang atau tiadanya
informasi yang benar mengenai objek yang dihadapi. b.
Komponen Afektif Komponen afektif yaitu komponen yang berhubungan dengan masalah
emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu,
baik yang positif maupun yang negatif. c.
Komponen Konatif Komponen konatif atau komponen perilaku menunjukkan bagaimana
perilaku yang ada di dalam diri seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari oleh asumsi bahwa kepercayaan dan
perasaan banyak mempengaruhi perilaku seseorang. Maksudnya, bagaimana orang berperilaku dalam situasi tertentu dan terhadap stimulus tertentu akan
banyak ditentukan oleh bagaimana kepercayaan dan perasaannya terhadap stimulus tersebut Azwar, 2007
Sedangkan menurut Notoatmodjo 2007 komponen sikap meliputi kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek;
kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek dan kecenderungan untuk bertindak, ketiga komponen ini secara bersama-sama
Universitas Sumatera Utara
membentuk sikap yang utuh Allport 1935, dikutip dari Taylor, 2000. Dalam penentuan sikap yang utuh pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi
memegang peranan penting.
3. Tingkatan sikap
Potter 1993, menyatakan sikap mempunyai lima tingkatan, yaitu: a.
Menerima Receiving Menerima diartikan sebagai kesediaan untuk menerima perkataan orang lain.
b. Merespon Responding
Merespon menunjukkan partisipasi aktif dengan mendengarkan dan memberi reaksi secara verbal maupun non verbal serta memberikan kepuasan dalam
merespon. c.
Menghargai Valuing Menghargai berarti memberikan penghargaan pada suatu objek atau tingkah
laku dimana seseorang termotivasi untuk menunjukkan sikapnya. d.
Pengorganisasian Organizing Pengorganisasian mengacu pada pembentukan suatu sistem nilai dengan
mengidentifikasi dan menyusun nilai serta menyelesaikan masalah. e.
Karakteristik Characterizing Menunjukkan tindakan dan respon yang sesuai dengan sistem nilai yang
konsisten. Seseorang bertingkah laku dengan konsisten bila nilai-nilai tersebut telah diuji.
Universitas Sumatera Utara
4. Kategori sikap
Menurut Purwanto 1999, sikap terdiri dari : a.
Sikap positif Sikap positif yaitu kecenderungan tindakan mendekati, menyenangi, terhadap
objek tertentu b.
Sikap negatif Sikap negatif yaitu adanya kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci dan tidak menyukai objek tertentu.
5. Pengukuran sikap
Dalam pengukuran sikap ada beberapa macam cara yaitu : a.
Pengukuran sikap secara langsung Pengukuran sikap secara langsung dengan menyatakan bagaimana pendapat
responden terhadap suatu objek b.
Pengukuran sikap langsung berstuktur Pengukuran sikap langsung berstruktur yaitu dengan menggunakan
pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa dalam suatu alat yang telah ditentukan dan langsung diberikan kepada subjek yang diteliti.
c. Pengukuran sikap tidak langsung berstruktur
Pengukuran sikap tidak langsung berstruktur dapat dilakukan dengan cara observasi dan survey.
Universitas Sumatera Utara
6. Pengukuran sikap model Likert
Pengukuran sikap model Likert juga dikenal dengan pengukuran sikap skala Likert. Skala Likert juga dikenal sebagai Summated Rating Method Hidayat,
2007. Didalam skala Likert subjek yang akan diteliti disuruh memilih salah satu
jawaban yang terdiri dari 4 pilihan jawaban yang disedikan oleh Likert. Adapun alternatif jawaban yang disediakan oleh Likert adalah :
1 Sangat Setuju Strongly approve
2 Setuju Approve
3 Tidak Setuju Disapprove
4 Sangat Tidak Setuju Strongly Disapprove
Dalam skala Likert, item jawaban ada yang bersifat favourable baikpositiftidak mendukung terhadap masalah yang akan diteliti, sebaliknya
ada pula yang bersifat unfavourable tidak baiknegatif dan mendukung terhadap masalah yang diteliti. Jumlah item soal yang favourable maupun yang
unfavourable sebaiknya harus seimbang atau sama Machroedz, 2007. Ciri khas dari skala Likert ialah bahwa makin tinggi skor yang diperoleh
seseorang maka hal itu merupakan indikasi bahwa orang tersebut memiliki sikap yang makin positif terhadap objek sikap, demikian sebaliknya Zuriah, 2003.
B. Tindakan