Sistem Pernapasan saat Tidur

tidur ini akan terjadi secara berganti-gantian sepanjang malam. Dipaparkan bahwa 50 tidur bayi, 35 tidur anak, dan 25 tidur orang dewasa merupakan REM sleep. Oleh karena itu, seiring dengan usia maka persentase REM sleep akan menurun Tortora Derrickson, 2009. Gambar 2.3. Stadium Tidur Manusia Czeisler et al., 1999

2.2.2. Sistem Pernapasan saat Tidur

Pada orang normal, fungsi respirasi akan menurun selama tidur karena adanya hipoventilasi alveolar. Frekuensi pernapasan dan ventilasi mengalami perubahan saat tidur dan berbeda untuk masing-masing NREM sleep dan REM sleep. Selama NREM sleep, ventilasi akan menurun dan volume tidal juga menurun sehingga frekuensi napas juga ikut menurun. Ventilasi selama REM sleep juga menurun dibandingkan saat kondisi bangun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ventilasi selama REM sleep sedikit lebih tinggi dari NREM sleep 0,9-7,1. Akan tetapi beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa ventilasi selama REM sleep selanjutnya menjadi menurun. Oleh karena itu, ventilasi selama REM sleep bervariasi pada tiap orang. Frekuensi napas bisa bertambah cepat, dangkal, dan tak menentu sesuai dengan variasi ventilasi selama REM sleep tiap orang Pack, 2008. Otot-otot saluran napas atas bertanggung jawab untuk menjaga patensi jalan napas saat bernapas. Saraf yang mengontrol otot-otot ini berasal dari daerah yang sama dari batang otak yang juga bertanggung jawab untuk mengendalikan otot-otot diafragma dan interkostal. Oleh sebab itu, otot-otot saluran napas atas bekerja seirama dengan pernapasan Lapinsky et al., 1997. Penurunan fungsi respirasi yang terjadi selama tidur pada orang normal adalah akibat meningkatnya tahanan atau resistensi dari saluran napas atas yang disertai dengan penurunan tonus otot genioglossus, soft palate, diafragma, dan interkostal. Penurunan mucocilliary clearance dan refleks batuk juga terjadi selama tidur sehingga akan menyebabkan retensi sputum. Keadaan ini kurang berpengaruh terhadap orang normal, tetapi merupakan keadaan yang mengancam jiwa pada penderita asma, PPOK, sleep apnea atau keadaan kelainan sistem pernapasan yang lain Pack, 2008. Pada penderita OSA, tahanan atau resistensi saluran napas atas meningkat 10 kali lipat dibandingkan dengan orang normal yang hanya meningkat 2-4 kali lipat. Sehingga pada keadaan tidur, sistem respirasi penderita OSA akan mendapat tambahan beban mekanik yang disebabkan oleh peningkatan tahanan saluran napas atas. Peningkatan tahanan saluran napas atas yang progresif menyebabkan penurunan atau penghentian aliran udara sehingga saturasi oksihemoglobin SaO 2 mengalami penurunan. Keadaan seperti adanya hambatan jalan napas, peningkatan resistensi saluran napas atas, hipoksia, dan hypercapnia merupakan stimulus dari sistem pernapasan yang dapat memicu keadaan terbangun dari tidur Arifin et al., 2010. Oleh sebab itu, pada penderita OSA sering terjadi episode terbangun yang berulang dan menimbulkan rasa kantuk yang berlebihan pada siang hari. Hal ini dapat mengurangi kualitas tidur, mengganggu aktivitas pada siang hari, mengakibatkan defisit pada neurokognitif serta menimbulkan kondisi medis yang sangat lemah seperti hipertensi, penyakit kardiovaskular, diabetes dengan resistensi insulin, depresi, dan kecelakaan yang berhubungan dengan rasa kantuk Downey, 2012.

2.2.3. Gangguan Pernapasaan saat Tidur