Berdasarkan keterangan di atas, terlihat adanya hubungan erat antara obesitas dengan kejadian OSA. Oleh karena itu, peneliti merasa perlu untuk melakukan
penelitian mengenai adakah hubungan antara obesitas dengan risiko menderita OSA karena hal terbaik untuk mencegah terjadinya OSA adalah dengan mengetahui
apakah seseorang berisiko menderita OSA atau tidak Netzer et al., 1999. Selain itu,
peneliti juga merasa penting melakukan penelitian karena tidak banyak petugas kesehatan termasuk dokter yang menyadari kondisi pasien yang memiliki risiko OSA
ini dan pada akhirnya banyak pasien yang menderita kondisi ini tidak terdiagnosis dan tidak diterapi. Sehingga pada pasien, selain timbul masalah kesehatan juga timbul
masalah-masalah sosial seperti mengurangi kualitas hidup, mengganggu aktivitas pada siang hari, dan mengakibatkan defisit pada neurokognitif.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah mengenai apakah terdapat hubungan antara obesitas dengan risiko
menderita Obstructive Sleep Apnea OSA?
1.3. 1.3.1.
Tujuan Penelitian Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara obesitas dengan risiko menderita Obstructive Sleep Apnea
OSA.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
2. Untuk mengetahui hubungan antara obesitas dengan gejala mendengkur.
Untuk mengetahui hubungan antara obesitas dengan gejala Excessive Daytime Sleepiness EDS.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :
1.
Bagi petugas kesehatan
Memberikan informasi kepada petugas kesehatan mengenai
2.
Bagi masyarakat
faktor risiko dari OSA dan gejala-gejala dari OSA sehingga pasien bisa dievaluasi dan diterapi
lebih dini.
Sebagai masukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan masyarakat bahwa obesitas yang mana merupakan faktor risiko OSA yang dapat dikontrol
dapat menyebabkan terjadinya OSA serta mengenal gejala-gejala dari OSA sehingga pasien bisa dievaluasi dan diterapi lebih dini.
3.
Bagi peneliti
Sebagai wadah untuk mengembangkan kemampuan peneliti dalam menulis Karya Tulis Ilmiah KTI dan hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan
rujukan untuk penelitian selanjutnya.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. 2.1.1.
Definisi Obesitas Obesitas
Kelebihan berat badan adalah suatu kondisi di mana perbandingan berat badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas adalah
kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian-bagian tertentu. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila ditemukan
kelebihan berat badan 20 pada pria dan 25 pada wanita karena lemak Barrett et al., 2010
. Menurut Flier 2008, seseorang dinyatakan mengalami obesitas dengan keadaan di mana massa sel lemak berlebihan serta tidak hanya berdasarkan berat
badan saja karena pada orang-orang dengan massa otot besar dapat dianggap overweight tanpa peningkatan sel-sel lemak. Selain itu, menurut Sidartawan 2006,
secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa. Obesitas merupakan
suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang
dikendalikan oleh beberapa faktor biologik spesifik.
2.1.2. Pengukuran Obesitas
Untuk menentukan apakah seseorang menderita obesitas atau tidak, ada berbagai cara yang bisa digunakan. Pengukuran Indeks Massa Tubuh IMT atau
dikenal juga dengan Quetelet Index, merupakan salah satu cara yang sering digunakan. Cara mengukur IMT, yaitu BBTB
2
, di mana BB adalah berat badan dalam kilogram dan TB adalah tinggi badan dalam meter Hamdy, 2012. Menurut
WHO 2000, seseorang dikatakan obesitas jika nilai IMT ≥30 kgm
2
. Sedangkan menurut Kriteria Asia Pasifik 2000, dikatakan obesitas jika IMT
≥25 kgm
2
Sidartawan, 2006.