Gejala Mendengkur Gejala Excessive Daytime Sleepiness EDS Hubungan antara Obesitas dengan Gejala Mendengkur dan Risiko

5.2. Pembahasan

5.2.1. Gejala Mendengkur

Hasil penelitian ini menunjukkan 73.1 dari total responden memiliki keluhan atau dikeluhkan mendengkur oleh orang yang tinggal serumah dengan responden. Gejala mendengkur ini merupakan gejala dini akibat adanya penyempitan saluran napas atas saat tidur Downey, 2012. Saat tidur, proses pernapasan akan melambat, otot-otot pernapasan akan rileks, dan saluran pernapasan akan menyempit. Akan tetapi, proses inspirasi dan ekspirasi terus berlangsung sehingga menimbulkan getaran dinding orofaring dan menghasilkan bunyi yang disebut dengkuran. Intensitas bunyi dengkuran dipengaruhi oleh besarnya penyempitan yang terjadi pada saluran napas atas Febrina, 2011. Jika terjadi penyempitan saluran napas atas yang progresif pada pasien, maka dapat menyebabkan terjadinya Obstructive Sleep Apnea OSA Downey, 2012.

5.2.2. Gejala Excessive Daytime Sleepiness EDS

Hasil penelitian ini menunjukkan 23.1 dari total responden memiliki keluhan rasa kantuk yang berlebihan pada siang hari atau Excessive Daytime Sleepiness EDS. Excessive Daytime Sleepiness EDS merupakan salah satu gejala penyakit gangguan tidur yang paling sering dan hal ini dialami oleh sekitar 20 populasi orang dewasa di Amerika Serikat Pagel, 2009. Pada pasien obesitas yang cenderung menderita OSA dan tidur dengan posisi supine, hal ini dapat memperberat keadaan pasien karena ukuran lidah yang lebih besar dan posisinya menjadi lebih jatuh ke arah bawah sehingga menyebabkan obstruksi jalan napas. Obstruksi jalan napas menyebabkan peningkatan tahanan saluran napas atas, hipoksia, dan hypercapnia sehingga memicu penderita terbangun dari tidur. Oleh sebab itu, pada penderita OSA sering terjadi fragmentasi tidur dan menimbulkan gejala EDS Arifin et al., 2010.

5.2.3. Hubungan antara Obesitas dengan Gejala Mendengkur dan Risiko

Menderita Obstructive Sleep Apnea OSA. Hasil penelitian ini menunjukkan IMT ≥25 kgm 2 Obesitas merupakan prediktor utama untuk gangguan pernapasan saat tidur atau Sleep Disordered Breathing SDB. Berdasarkan studi lainnya, obesitas juga merupakan salah satu faktor risiko yang paling sering menyebabkan terjadinya Obstructive Sleep Apnea OSA. obesitas memiliki hubungan yang bermakna dengan gejala mendengkur dan risiko menderita Obstructive Sleep Apnea OSA. Pada penelitian yang dilakukan oleh Siska Febrina, pada tahun 2011, diperoleh adanya perbedaan yang signifikan antara indeks massa tubuh dengan kejadian mendengkur, di mana responden yang obesitas dan memiliki gejala mendengkur ada sebanyak 58.6. Begitu juga halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Wiadnyana et al., pada tahun 2010 di Jakarta, didapatkan prevalensi kemungkinan OSA pada pengemudi taksi X di Jakarta memiliki kaitan yang erat dengan obesitas berdasarkan pemeriksaan kuesioner Berlin, yaitu sebesar 25. Diperkirakan hampir 30 pasien dengan IMT ≥30 kgm 2 dan 50 pasien dengan IMT ≥40 kgm 2 menderita OSA Downey, 2012.

5.2.4. Hubungan antara Obesitas dengan Gejala Excessive Daytime Sleepiness