Analisis kelayakan operasional packing house untuk komoditas manggis di desa hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi

(1)

ANALISIS KELAYAKAN OPERASIONAL PACKING HOUSE

UNTUK KOMODITAS MANGGIS DI DESA HEGARMANAH,

KECAMATAN CICANTAYAN, KABUPATEN SUKABUMI

SKRIPSI

RADIT FATADIATA

F14060522

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

AN ANALYSIS ON OPERATIONAL FEASIBILITY OF PACKING HOUSE FOR

MANGOSTEEN COMMODITY, IN HEGARMANAH VILLAGE,

CICANTAYAN SUB-DISTRICT, SUKABUMI REGENCY

Emmy Darmawati and Radit Fatadiata

Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java,

Indonesia

ABSTRACT

Along with the high demand for mangosteen fruit from domestic and export, it is necessary to have a good post-harvest handling to be able to manage the sales of mangosteen products. For this purpose, Hegarmanah Village, Cicantayan Sub-district, Sukabumi Regency built a packing house called Mega Fruit (Mustika Lestari XI), which is managed by a mangosteen farmer group. In 2009 the government provided assistance in the form of a building for packing house and its facilities. To analysis whether the packing house operation with the addition of the government aid is feasible or not definitely requires research on the analysis of operational feasibility of Mega Fruit (Mustika Lestari XI).The data used in this research was obtained through interviews with managers and studies on related literature. In this study the operational feasibility analysis included financial, technical and managerial aspects. The financial aspect analysis included production cost and investment feasibility. The technical aspect analysis covered production process and material flow pattern of mangosteen products. The management analysis involved such aspects as business entity, labor division, and organizational structure.

The total cost of mangosteen production was Rp 2,749,085,666. With the basic cost of Rp 8,086 / kg, it was still below the selling price of Rp 8,300 / kg, so that the sales of mangosteen could provide a profit of Rp 214 / kg. The break even point of packing house operations was 135,459 kg / year. The average production reached 340,000 kg / year, meaning that the packing house was running at a profitable level. The result of financial feasibility analysis showed that the packing house was feasible to operate with the NPV value of the project's life of (grant of packing house) nine years ahead on a discount factor of 15% Rp 192,350,661, the IRR of 32.77%, the net value B / C of 1.74, and the payback period of 3.1 years. The result of sensitivity analysis to changes in the operational costs of transportation, production volumes and selling prices at the packing house showed that the selling price was an element of change which was so sensitive that in the future the selling price should be higher. The technical analysis showed that the packing house was run by a regular sequence of production activities with the U-shaped pattern of material flow so that the desired end product was at the location adjacent to the initial process. The analysis showed that based on the management aspect of the ownership status, the packing house was owned by a group of farmers. The operational management of packing house was done by workers in line with the need so that production could run well.


(3)

Radit Fatadiata. F14060522.

Analisis Kelayakan Operasional Packing House

untuk Komoditas Manggis, di Desa Hegarmanah Kecamatan Cicantayan

Kabupaten Sukabumi.

Dibawah bimbingan Emmy Darmawati. 2011

RINGKASAN

Manggis (Garcinia Mangostana L) merupakan komoditas buah eksotik yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh karena mengandung nilai gizi yang cukup lengkap, yakni mengandung kalori, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin. Manggis di luar negeri dikenal sebagai “The Queen of Fruit” karena memiliki keterpaduan antara warna dan rasa asam manis yang jarang dimiliki oleh buah – buahan tropis lainnya, Selain mempunyai bentuk buah yang artistik dan citarasa yang khas, manggis juga mempunyai beberapa kegunaan, antara lain kandungan buah manggis bermanfaat sebagai obat anti inflamasi (obat anti radang) dan obat diare. Kulit manggis kaya akan xanthon antioksidan yang sangat baik untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh, kulit manggis juga dapat digunakan sebagai bahan pewarna tekstil dan bahan membuat zat anti karat. Buah manggis umumnya disajikan dalam bentuk segar, beku, atau jus.

Produksi manggis Indonesia selain ditujukan untuk kebutuhan dalam negeri juga untuk memenuhi permintaan ekspor. Manggis mendominasi pasar ekspor segar Indonesia, hingga mencapai lebih dari 50 % sehingga manggis merupakan salah satu komoditas buah eksotik primadona ekspor yang memiliki prospek bisnis yang sangat baik. Volume ekspor manggis tertinggi terjadi pada tahun 2003. Besarnya volume ekspor manggis menunjukkan bahwa manggis yang dihasilkan Indonesia banyak disukai oleh konsumen luar negeri seperti Cina, Australia, Taiwan, Singapura, Jepang, Arab Saudi serta negara – negara Eropa, seperti Belanda, Prancis, dan Swiss. Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu dari enam sentra produksi manggis di Propinsi Jawa Barat disamping Purwakarta, Tasikmalaya, Subang, Bogor, dan Ciamis.

Seiring dengan permintaan buah manggis yang tinggi dari dalam maupun luar negeri maka perlu sebuah penanganan pascapanen yang baik agar mampu mengelola penjualan produk manggis. Untuk keperluan tersebut, di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi didirikan Packing house dengan nama Mega Fruit (Mustika Lestari XI) yang dikelola oleh kelompok tani manggis. Aktifitas dari packing house adalah pengumpulan, penanganan pascapanen, dan penjualan manggis baik untuk keperluan ekspor maupun domestik. Keberadaan packing house tersebut dapat menampung dan mengelola produk manggis dari para petani manggis. Pada tahun 2009 pemerintah memberikan bantuan berupa bangunan packing house dan fasilitas pascapanennya. Bantuan ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas hasil manggis yang bermutu baik sesuai dengan permintaan ekspor. Untuk menganalisis apakah operasional packing house dengan penambahan bantuan dari pemerintah tersebut layak atau tidak maka diperlukan penelitian tentang analisis kelayakan operasional packing house Mega Fruit (Mustika Lestari XI). Penelitian dilaksanakan selama empat bulan yaitu dimulai pada bulan Nopember 2010 sampai Februari 2011.

Dalam penelitian ini analisis kelayakan operasional yang dilakukan meliputi analisis aspek finansial, aspek teknis dan aspek manajemen. Analisis aspek finansial meliputi analisis biaya produksi dan analisis kelayakan investasi. Analisis aspek teknis meliputi proses produksi dan pola aliran bahan produk manggis. Analisis aspek manajemen meliputi bentuk badan usaha, pembagian tenaga kerja, dan susunan organisasi.

Analisis biaya yang dilakukan pada packing house menunjukkan biaya total produksi manggis sebesar Rp. 2,749,085,666 /tahun sedangkan nilai biaya pokok produksi manggis yang didapat sebesar


(4)

Rp. 8,086 /kg. Nilai tersebut masih berada di bawah harga jual yang sebesar Rp 8,300 /kg sehingga penjualan manggis dapat memberikan keuntungan sebesar Rp 214 untuk setiap kg yang terjual.

Analisis titik impas yang dilakukan menghasilkan titik impas sebesar 135,459 kg/tahun. Jumlah tingkat produksi packing house mencapai 340,000 kg/tahun ternyata lebih besar dari nilai titik impas yaitu sebesar 135,459 kg/tahun. Hal ini menunjukan bahwa packing house mendapatkan keuntungan setiap tahunnya karena jumlah produksinya lebih besar dari nilai titik impas.

Analisis kelayakan finansial yang dilakukan untuk umur proyek (hibah packing house) sembilan tahun kedepan menghasilkan nilai yang memenuhi syarat kelayakan untuk kelangsungan suatu proyek. Hal ini dapat dibuktikan dengan Nilai NPV usaha packing house dengan jangka waktu proyek sembilan tahun pada diskon faktor 15 % sebesar Rp. 192,350,661, nilai IRR sebesar 32.77 %, nilai Net B/C yang diperoleh sebesar 1.74, nilai payback period adalah 3.1 tahun.

Analisis sensitivitas menunjukkan kemampuan perusahaan yang masih dapat bertahan dengan adanya perubahan unsur finansial yang terjadi. Berdasarkan analisis sensitivitas packing house masih dapat bertahan pada kenaikan biaya operasional transportasi 10 % dan 20 %, penurunan volume produksi 5 %, 10 %, dan 20 %. Packing house sudah tidak dapat bertahan pada kenaikan biaya operasional 30 %, penurunan volume produksi 30 %, dan penurunan harga jual 2 %. Diantara unsur - unsur yang berubah dalam analisis sensitivitas ini, harga jual merupakan unsur yang sangat sensitif. Oleh karena itu penetapan harga jual kedepannya harus lebih tinggi lagi.

Analisis aspek teknis menunjukkan bahwa operasional packing house dapat berjalan dengan lancar dengan urutan kegiatan produksi yang berjalan dengan teratur dan pola aliran bahan berbentuk U sehingga proses produk akhir yang diinginkan berada pada lokasi berdekatan dengan proses awal. Hal ini sesuai dengan konstruksi bangunan packing house yang hanya mempunyai satu pintu. Analisis aspek manajemen menunjukkan bahwa status kepemilikan packing house adalah milik petani berbentuk poktan (kelompok tani). Operasional manajemen packing house dilakukan oleh tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan sehingga kegiatan produksi packing house dapat berjalan dengan teratur.


(5)

ANALISIS KELAYAKAN OPERASIONAL PACKING HOUSE

UNTUK KOMODITAS MANGGIS DI DESA HEGARMANAH,

KECAMATAN CICANTAYAN, KABUPATEN SUKABUMI

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem,

Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Oleh :

RADIT FATADIATA

F14060522

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011


(6)

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Operasional Packing House untuk Komoditas Manggis di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi

Nama : Radit Fatadiata

NIM : F14060522

Menyetujui, Dosen Pembimbing

(Dr. Ir. Emmy Darmawati, M.Si.) NIP : 19610505 198601 2 001

Mengetahui :

Ketua Departemen Teknik Mesin dan Biosistem,

(Dr. Ir. Desrial, M.Eng.) NIP : 19661201 199103 1 004


(7)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Analisis Kelayakan Operasional Packing House untuk Komoditas Manggis di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2011 Yang membuat pernyataan

Radit Fatadiata F14060522


(8)

© Hak cipta milik Radit Fatadiata, tahun 2011

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari

Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya


(9)

BIODATA PENULIS

Radit Fatadiata. Lahir di Jakarta, 6 Oktober 1987 dari ayah (Alm) H Muchtar dan ibu Hasanah, sebagai putra tunggal. Penulis menamatkan SMA dari SMAN 32 Jakarta dan kemudian melanjutkan pendidikan ke IPB melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis diterima di Program Studi Teknik Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama menjalani studi, penulis aktif dalam berbagai kegiatan dan organisasi kemahasiswaan, diantaranya Forum Bina Islami (FBI) Fateta IPB, Forces (Forum For Scientific) IPB, Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian Indonesia (Imatetani), dan Badan Eksekutif Mahasiswa IPB. Penulis pernah menjadi peserta Pekan Ilmiah MahasiswaNasional (PIMNAS) XXI Semarang pada tahun 2008. Penulis melaksanakan Praktik Lapang pada tahun 2009 dengan judul “Teknik dan Manajemen Produksi Bayam Hijau di Parung Farm, Bogor”. Sebagai tugas akhir, penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kelayakan Operasional Packing House untuk Komoditas Manggis di Desa Hegarmanah Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi” di bawah bimbingan Dr. Ir. Emmy Darmawati, M.Si.


(10)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-Nya skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul Analisis Kelayakan Operasional Packing House untuk Komoditas Manggis di Desa Hegarmanah Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi yang dilaksanakan pada bulan Nopember 2010 sampai Februari 2011.

Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Emmy Darmawati, M.Si. selaku dosen pembimbing atas waktu, arahan, kritik, saran, dan seluruh bentuk bimbingan yang diberikan.

2. Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya, M.Eng. dan Ir. Putiati Mahdar, M.App.Sc. selaku dosen penguji atas waktu, arahan, kritik dan saran yang diberikan.

3. Bapak Sugiono atas waktu, arahan, kritik dan saran yang diberikan.

4. Bapak Hendrik, ketua pengurus packing house Mega Fruit (Mustika Lestari XI) atas bantuannya selama penelitian di lapangan.

5. Orang tuaku tercinta, (Alm) papa H Muchtar dan mama Hasanah, serta saudara – saudaraku semua, Tante Zakiah, Tante Dalilah, Tante Emah, Om Ismet, Om Upi, Yati, Naning, Rian, Reza, dll, atas segala bentuk dukungan yang diberikan hingga penulis mampu menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Arsyad, Aditya, Bayu Eko, dan Ozi atas persahabatannya selama ini, semoga untuk selamanya. 7. Teman-teman The Villager : Pram, Anto, Chandra, Yogi, Zul, Fandi, Ichal, Enhar, Adit, Budi,

Topan, Rizky, Sahrul, Widigdo, Helga, Arif atas semua persahabatan serta canda dan tawa yang selalu memberikan semangat.

8. Teman - temanku TEP 43.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca dan memberikan kontribusi nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang sistem manajemen dan mekanisasi pertanian.

Bogor, Agustus 2011


(11)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL ...v

DAFTAR GAMBAR ...vi

DAFTAR LAMPIRAN ...vii

I. PENDAHULUAN ...1

A. LATAR BELAKANG ...1

B. TUJUAN PENELITIAN ...3

II. TINJAUAN PUSTAKA ...4

A. KOMODITAS MANGGIS ...4

B. PROSPEK KOMODITAS MANGGIS ...6

C. PACKING HOUSE ...8

D. ANALISIS BIAYA ...9

E. ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ...11

F. ANALISIS ASPEK TEKNIS ...13

G. ANALISIS ASPEK MANAJEMEN ...13

III. METODOLOGI PENELITIAN ...15

A. WAKTU DAN TEMPAT ...15

B. METODE PENGUMPULAN DATA ...15

C. METODE ANALISIS ...15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...17

A. DESKRIPSI PACKING HOUSE...17

B. ANALISIS BIAYA POKOK ...17

C. ANALISIS TITIK IMPAS ...18

D. ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI...18

E. ANALISIS ASPEK TEKNIS ...21

F. ANALISIS ASPEK MANAJEMEN ...23

V. KESIMPULAN DAN SARAN ...25

A. KESIMPULAN ...25

B. SARAN ...25

DAFTAR PUSTAKA ...26


(12)

v

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Jumlah ekspor buah penting dari Indonesia ...2 Tabel 2. Zat – zat yang terkandung dalam buah manggis dan nilai gizinya setiap 100 g

bahan yang dapat dimakan ...6 Tabel 3. Sifat fisik beberapa tingkat ketuaan buah manggis ...6 Tabel 4. Daftar fasilitas (hibah) packing house ...17


(13)

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Sebaran produksi manggis per pulau di Indonesia ...7

Gambar 2. Perkembangan volume dan nilai ekspor manggis di Indonesia ...8

Gambar 3. Foto packing house awal ...30

Gambar 4. Foto packing house hibah ...30

Gambar 5. Manggis yang diterima oleh packing house ...49

Gambar 6. Kegiatan penimbangan manggis ...49

Gambar 7. Kegiatan penyimpanan sementara pada packing house ...50

Gambar 8. Kegiatan sortasi dan grading manggis ...50

Gambar 9. Manggis siap untuk dikirim ...51


(14)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Bagan metode analisis ...29

Lampiran 2. Foto packing house awal dan packing house hibah ...30

Lampiran 3. Biaya tetap per tahun sebelum adanya hibah ...31

Lampiran 4. Biaya variabel pembelian manggis per tahun ...32

Lampiran 5.

Biaya variabel transportasi per tahun ...33

Lampiran 6.

Biaya variabel gaji pegawai per tahun ...34

Lampiran 7.

Biaya variabel peti angkut kapasitas 30 kg untuk pasar tradisional per tahun ...35

Lampiran 8.

Tabel penjualan hasil panen manggis ...36

Lampiran 9. Perhitungan Nilai sisa investasi packing house sebelum adanya hibah ...37

Lampiran 10. Perhitungan Nilai sisa investasi packing house setelah adanya hibah ...38

Lampiran 11.Analisis kelayakan finansial (NPV, IRR, dan Net B/C) sebelum diberikan hibah ...39

Lampiran 12.Analisis kelayakan finansial (NPV, IRR, dan Net B/C) setelah diberikan hibah ...40

Lampiran 13.Analisis Sensitivitas terhadap kenaikan biaya transportasi sebesar 10 % ...41

Lampiran 14.Analisis Sensitivitas terhadap kenaikan biaya transportasi sebesar 20 % ...42

Lampiran 15.Analisis Sensitivitas terhadap kenaikan biaya transportasi sebesar 30 % ...43

Lampiran 16.Analisis Sensitivitas terhadap penurunan volume produksi sebesar 5 % ...44

Lampiran 17.Analisis Sensitivitas terhadap penurunan volume produksi sebesar 10 % ...45

Lampiran 18.Analisis Sensitivitas terhadap penurunan volume produksi sebesar 20 % ...46

Lampiran 19.Analisis Sensitivitas terhadap penurunan volume produksi sebesar 30 % ...47

Lampiran 20.Analisis Sensitivitas terhadap penurunan harga jual sebesar 2 % ...48

Lampiran 21.Foto kegiatan produksi pada packing house ...49

Lampiran 22.Bagan aliran bahan produk manggis pada packing house ...52


(15)

I. PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG

Hortikultura merupakan komoditi pertanian Indonesia yang memiliki prospek baik untuk dikembangkan terutama buah – buahan yang memiliki jumlah produksi besar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Produksi beberapa buah – buahan Indonesia pada tahun 2009 menunjukkan bahwa buah manggis mencapai 105,558 ton, buah alpukat mencapai 257,642 ton, buah durian mencapai 797,798 ton, buah nanas mencapai 1,558,196 ton, buah pepaya mencapai 772,844 ton, buah mangga mencapai 2,243,440 ton, buah jeruk mencapai 2,131,768 ton dan buah pisang mencapai 6,373,533 ton. Buah – buahan merupakan salah satu komoditas yang cukup banyak dikonsumsi dan mempunyai peranan penting dalam kesehatan tubuh sebagai sumber vitamin dan mineral. Beberapa buah yang sangat baik pertumbuhannya di Indonesia dan merupakan komoditas buah unggulan antara lain manggis, alpukat, durian, nenas, pepaya, mangga, jeruk dan pisang.

Manggis (Garcinia Mangostana L) merupakan komoditas buah eksotik memiliki nilai gizi yang tidak kalah pentingnya dengan buah – buahan lainnya dan sangat digemari masyarakat saat ini. Manggis di luar negeri dikenal sebagai “The Queen of Fruit” karena memiliki keterpaduan antara warna dan rasa asam manis yang jarang dimiliki oleh buah – buahan tropis lainnya. Buah ini dapat dihidangkan dalam bentuk segar dan diolah seperti makanan kaleng, salad, sirup, permen, obat-obatan dan buah awetan. Selain mempunyai bentuk buah yang artistik dan citarasa yang khas, manggis juga mempunyai beberapa kegunaan, antara lain kandungan buah manggis bermanfaat sebagai obat anti inflamasi (obat anti radang) dan obat diare. Kulit manggis kaya akan xanthon antioksidan yang sangat baik untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh, kulit manggis juga dapat digunakan sebagai bahan pewarna tekstil dan bahan membuat zat anti karat.

Produksi manggis Indonesia selain ditujukan untuk kebutuhan dalam negeri juga untuk memenuhi permintaan ekspor. Manggis adalah salah satu komoditas buah – buahan yang mendominasi pasar ekspor Indonesia. Sejak tahun 1970-an hingga sekarang permintaan ekspor buah manggis terus meningkat sehingga dapat dikatakan buah manggis sebagai primadona ekspor andalan Indonesia. Buah manggis memiliki nilai ekonomi tinggi dan mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan sebagai komoditas ekspor. Manggis mendominasi pasar ekspor segar Indonesia, hingga mencapai lebih dari 50 % dan Manggis memiliki volume ekspor yang cenderung meningkat setiap tahunnya (Tabel 1). Volume ekspor tertinggi terjadi pada tahun 2003 yakni sebesar 9.304 ton. Besarnya volume ekspor manggis menunjukkan bahwa manggis yang dihasilkan Indonesia banyak disukai oleh konsumen luar negeri seperti Cina, Australia Taiwan, Singapura, Jepang, Arab Saudi serta negara – negara Eropa, seperti Belanda, Prancis, dan Swiss. Harga manggis di pasar ekspor dinilai lebih tinggi bila dibandingkan dengan harga manggis di pasar lokal.


(16)

2

Tabel 1. Jumlah Ekspor Buah Penting dari Indonesia

No Komoditas Jumlah

2003 2004 2005 2006

1 Avokad 169,049 5,416 5,121 4,104

2 Durian 13,707 - 2,911 2,635

3 Jambu Biji 76,488 106,274 15,277 139,842

4 Jeruk 1,403,781 2,046,221 1,248,559 1,140,737

5 Langsat / Duku 21,044 1,643 - -

6. Mangga 584,500 1,879,664 964,294 1,181,881

7. Manggis 9,304,511 3,045,379 8,472,770 5,697,879

8. Melon 263,832 - 321,445 140,931

9. Nanas 148,053,124 134,953,912 198,618,964 219,653,476

10. Pepaya 187,972 524,686 60,485 140,083

11. Pisang 244,652 1.197,495 3,647,027 4,443,188

12. Rambutan 603,612 134,772 - -

13. Semangka 16,679 - - 4,392

Total buah – buahan 189,254,435 171,822,618 272,296,672 262,358,494

Sumber : Departemen Pertanian dan BPS (data diolah) dalam Redaksi AgroMedia 2009

Selama ini buah manggis untuk kebutuhan ekspor berasal dari beberapa daerah penghasil utama di sentra penanaman manggis tersebar dari Aceh hingga Nusa Tenggara Barat, yang terkenal di Kabupaten Lima Puluh Kota (Sumatera Barat), Kerinci (Jambi), Lahat (Sumatera Selatan), Pandeglang (Banten), Bogor, Purwakarta, Tasikmalaya, Sukabumi (Jawa Barat), Purworejo (Jawa Tengah), Trenggalek, Blitar, Kediri, Jember (Jawa Timur), Tabanan (Bali), dan Lombok (Nusa Tenggara Barat). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2010 perkembangan produksi buah manggis di Indonesia yang diperoleh selama beberapa tahun terakhir, terlihat adanya kecenderungan peningkatan pada tahun 2006 produksi manggis mencapai 72,634 ton kemudian pada tahun 2007 mengalami peningkatan mencapai 112,722 ton lalu pada tahun 2008 mencapai 78,674 ton kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2009 mencapai 105,558 ton.

Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu dari enam sentra produksi manggis di Propinsi Jawa Barat disamping Purwakarta, Tasikmalaya, Subang, Bogor, dan Ciamis. Disamping itu, keenam sentra tersebut merupakan pemasok utama bagi pasar modern (Jakarta dan Bandung) dan pasar ekspor (China, Taiwan, Hongkong, Singapura dan Timur Tengah). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik produksi manggis Jawa barat tahun 2009 mencapai 35,484 ton. Berdasarkan angka statistik produksi manggis di Sukabumi tahun 2006 mencapai 400,2 ton, produksi manggis dari packing house Mega Fruit (Mustika Lestari XI) yang berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi ini cukup besar dengan pemilikan kebun manggis seluas kurang lebih 135,65 hektar dan jumlah petani manggis sebanyak 193 orang. Rata - rata masa produksi manggis packing house Mega Fruit (Mustika Lestari XI) di Desa Hegarmanah selama bulan Desember sampai Maret seluruhnya sekitar 340 ton. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi merupakan salah


(17)

3

satu sentra produksi manggis terbesar di Kabupaten Sukabumi dan memiliki prospek ekspor yang sangat baik.

Seiring dengan permintaan buah manggis yang tinggi dari dalam maupun luar negeri maka perlu sebuah penanganan pasca panen yang baik agar mampu mempertahankan mutu manggis. Secara umum Packing house merupakan suatu bangunan yang berfungsi untuk menampung hasil panen manggis dan untuk penanganan pasca panen agar menghasilkan mutu manggis yang sesuai dengan tuntutan pasar. Mutu manggis berpengaruh terhadap harga jual manggis karena konsumen pada umumnya menghendaki produk manggis dalam keadaan segar dan bermutu bagus.

Packing house dikelola oleh kelompok tani manggis yang dinamakan Mega Fruit (Mustika Lestari XI). Selama ini packing house tersebut beroperasi dengan lancar dan dapat memperpendek jalur tata niaga komoditi manggis sehingga terjadi sistem distribusi yang langsung dari petani ke packing house. Kondisi packing house Mega Fruit (Mustika Lestari XI) cukup baik dengan fasilitas yang dapat mendukung proses pengelolaan panen manggisdari petani. Hal ini membuat packing house tersebut menjadi penghasil produksi manggis terbesar di Desa Hegarmanah. Keberadaaan packing house dapat menampung dan mengelola produk manggis dari para petani manggis sehingga dapat meningkatkan penghasilan para petani. Pada tahun 2009 pemerintah memberikan bantuan berupa bangunan packing house dan fasilitas pasca panennya. Bantuan ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas hasil manggis yang bermutu baik sesuai dengan permintaan ekspor. Untuk menganalisis apakah operasional packing house dengan penambahan bantuan dari pemerintah tersebut layak atau tidak maka diperlukan penelitian tentang analisis kelayakan operasional packing house Mega Fruit (Mustika Lestari XI).

B.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dilakukan penelitian adalah untuk melakukan analisis kelayakan operasional yang meliputi aspek finansial, aspek teknis, dan aspek manajemen packing house Mega Fruit (Mustika Lestari XI) di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi.


(18)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.

KOMODITAS MANGGIS

Tanaman manggis tergolong tanaman tahunan, umurnya dapat mencapai puluhan tahun dan pohonnya dapat tumbuh besar. Tanaman manggis memiliki beberapa nama, misalnya Manggosteen (Inggris), mangoustainer (Perancis), manggistan (Belanda), dan mangastane (Jerman). Di Indonesia manggis disebut dengan berbagai macam nama local seperti manggu (Jawa Barat), dan Manggih (Minangkabau) (Juanda dan Cahyono, 2000).

Tanaman manggis merupakan tanaman asli daerah tropis dari Asia Tenggara. Tanaman manggis semula tumbuh secara liar di kawasan kepulauan Sunda Besar dan Semenanjung Malaya sehingga para ahli botani memastikan bahwa daerah asal tanaman manggis adalah Kepulauan Sunda Besar dan Semenanjung Malaya. Namun, beberapa ahli botani lain berpendapat bahwa tanaman manggis berasal dari Indonesia. Dugaan ini diperkuat dengan ditemukannya tanaman manggis yang tumbuh secara liar di hutan – hutan belantara di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Pertumbuhan tanaman manggis secara liar dan alamiah ini juga ditemukan di beberapa kawasan lain di Asia Tenggara, misalnya di Kamboja, Myanmar, Thailand, Vietnam, dan Kepulauan Maluku (Juanda dan Cahyono, 2000).

Tanaman manggis dari kawasan Asia Tenggara ini menyebar luas ke seluruh penjuru dunia hingga ke daerah yang beriklim subtropis. Tanaman manggis menyebar ke berbagai Negara, misalnya Srilangka, Filipina, India Selatan, Birma, Indonesia, Malaysia, Karabia, Hawai, Australia Utara, Amerika Tengah, dan Florida (Juanda dan Cahyono, 2000).

Suhu udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah tidak cocok untuk tanaman manggis karena dapat menyebabkan terganggunya proses metabolisme tanaman sehingga pertumbuhan tanaman mengalami hambatan. Tanaman manggis dapat tumbuh baik dan berproduksi tinggi jika lokasi pembudidayaan memiliki suhu udara di bawah 25oC – 32oC dengan kelembaban sekitar 80 % dan Intensitas cahaya antara 40 % - 70 %. Lokasi yang memiliki suhu udara di bawah 25oC tidak cocok untuk usaha budi daya manggis. Tanaman manggis yang dibudidayakan di daerah yang memiliki suhu udara di bawah 25oC memiliki tingkat produktivitas yang rendah dan kualitas buah yang dihasilkan pun rendah pula. Tanaman manggis termasuk tanaman tropis sehingga iklim yang cocok untuk tanaman manggis adalah iklim yang hangat dan kering dengan curah hujan tidak tinggi. Jika tanaman manggis yang ditanam di daerah yang memiliki curah hujan tinggi, pembungaan berkurang karena hujan lebat yang terus menerus dapat menyebabkan gugurnya bunga sehingga produksi buahnya rendah. Tanah yang paling baik untuk budidaya manggis adalah yang subur, gembur, dan mengandung bahan organic dengan derajat keasaman (pH tanah) ideal berkisar antara 5 – 7. Untuk pertumbuhan tanaman manggis memerlukan daerah dengan drainase baik dan tidak tergenang, serta air tanah berada pada kedalaman 0.5 – 2 m. Menurut Juanda dan Cahyono (2000) tanaman manggis dalam tatanama tumbuhan atau sistematika (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut :


(19)

5

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermathophyta (Tumbuhan berbiji) Sub Divisi : Angiospermae (Berbiji tertutup) Kelas : Dicotyledonae (Biji berkeping dua) Ordo : Theales

Famili : Guttiferae/Clusiaceae Genus : Garcinia

Spesies : Garcinia mangostana L.

Dari genus Garcinia, tanaman manggis meliputi 400 species, tetapi hanya 40 spesies di antaranya yang buahnya dapat dikonsumsi. Dari genus Garcinia, spesies Garcinia mangostana L. merupakan yang terbaik dan banyak dibudidayakan di dunia. Spesies Garcinia mangostana L. memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

Buah manggis merupakan produk utama dari tanaman manggis. Buah manggis berbentuk bulat dan bercupat. Kulit buah yang masih muda berwarna hijau, sedangkan kulit buah yang telah matang (tua) berwarna ungu kemerah – merahan atau merah muda. Cupat yang terdapat pada bagian ujung buah berbentuk seperti bintang (Juanda dan Cahyono, 2000).

Daging buah manggis bersegmen – segmen yang jumlahnya berkisar antara 5 – 8 segmen. Daging buah manggis berwarna putih dan bertekstur halus. Setiap segmen daging buah mengandung biji yang berukuran besar. Buah manggis memiliki kulit buah tebal, yakni sekitar 0.5 cm atau lebih. Di dalam kulit buah terdapat zat pektin, tannin katechin, rosin, zat warna, dan getah berwarna kuning. Zat – zat yang terkandung di dalam kulit buah dapat digunakan untuk membuat zat anti karat dan penyamak kulit (Juanda dan Cahyono, 2000).

Biji manggis berbentuk bulat agak pipih dan berwarna cokelat muda. Biji buah manggis berkeping dua yang dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman (pembiakan). Biji manggis bersifat polinuselus, yakni dapat tumbuh lebih dari satu semai (sampai 3 anak semai). Biji manggis tersebut terbungkus atau berlapiskan arillode berwarna putih (Juanda dan Cahyono, 2000).

Secara tradisional buah manggis merupakan obat sariawan, wasir, dan luka. Kulit buah dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk untuk tekstil, sedangkan air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional karena mengandung zat kimia yang jika dioleskan di tangkai mayang kelapa (manggar) dapat merangsang cairan nira lebih banyak. Batang pohon manggis biasanya dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, kayu bakar, dan kerajinan (Redaksi AgroMedia, 2009).

Buah manggis mengandung gizi yang cukup lengkap, yakni mengandung kalori, protein, lemak, karbohidrat, mineral, dan vitamin. Oleh karena itu, buah manggis sangat baik untuk meningkatkan kesehatan tubuh. Secara lengkap kandungan gizi buah manggis dapat dilihat pada Tabel 2.

Mutu buah – buahan yang akan dipanen sangat dipengaruhi oleh tingkat ketuaan panen. Selain itu, daya simpan dan kandungan kimia atau zat gizi ikut berpengaruh. Mutu yang baik akan diperoleh apabila pemanenan dilakukan pada tingkat ketuaan yang tepat. Buah yang panen terlalu muda walaupun daya simpannya lama, tetapi rasanya kurang enak sedangkan buah yang dipanen terlalu tua walaupun rasanya enak tetapi daya simpannya rendah. Buah manggis dipanen setelah berumur 104 – 110 hari setelah berbunga (Redaksi AgroMedia, 2009). Umur panen dan ciri fisik manggis siap panen dapat dilihat pada Tabel 3.


(20)

6

Tabel 2. Zat – zat yang terkandung dalam buah manggis dan nilai gizinya setiap 100 g

bahan yang dapat dimakan

No Jenis Zat Jumlah Kandungan Gizi

1. Kalori 63 kal

2. Protein 0.6 g

3. Lemak 0.6 g

4. Karbohidrat 15.6 g

5. Kalsium 8 mg

6. Fosfor 12 mg

7. Zat Besi 0.8 mg

8. Vitamin B1 0.03 mg

9. Vitamin C 2 mg

10. Air 83 g

Sumber : Direktorat Gizi, Depkes, 1981

Tabel 3. Sifat Fisik Beberapa Tingkat Ketuaan Buah Manggis

Umur panen Ciri Fisik Manggis

Warna kulit Berat (g) Diameter (mm)

104 hari Hijau bintik ungu 105.0 ± 27.4 58.7 ± 4.2

106 hari Ungu merah 10 – 25 % 102,3 ± 22.0 58.3 ± 5.2 108 hari Ungu merah 25 – 50 % 106,6 ± 25.7 58.9 ± 4.7 110 hari Ungu merah 50 – 75 % 107,1 ± 24.9 59.6 ± 4.9

114 hari Ungu merah 100 % 104.0 ± 20.6 60.5 ± 5.3

Sumber : Satuhu, dkk (1993)

B.

PROSPEK KOMODITAS MANGGIS

Tanaman manggis sebagai salah satu komoditas asli Indonesia mempunyai peluang yang cukup besar untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat dari ketersediaan lahan dengan didukung agroklimat yang sesuai untuk buah – buahan tropika dan sumberdaya manusia yang cukup memadai untuk pengembangan agribisnis tersebut. Peluang pasar buah manggis sangat besar baik untuk pasar domestik maupun pasar luar negeri. Disamping itu didukung oleh harga buah manggis yang relatif murah dari buah lain dan kemudahan untuk mendapatkan buah manggis tersebut.

Manggis merupakan salah satu komoditas buah eksotik primadona ekspor, sehingga memiliki prospek bisnis yang sangat baik karena banyak digemari oleh masyarakat, baik dalam negeri maupun luar negeri. Manggis adalah buah tropis yang dijuluki Queen of the Tropical Fruit karena memiliki cita rasa yang eksotik serta keindahan kulit buah dan daging buah yang putih bersih (Redaksi AgroMedia, 2009).

Potensi manggis Indonesia sangat besar karena tanaman manggis dapat dibudidayakan di hampir seluruh provinsi di Indonesia dengan wilayah produsen terbesar adalah Jawa, Sumatera, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan, Maluku dan Papua (Gambar 1).


(21)

7

Gambar 1. Sebaran produksi manggis per pulau di Indonesia (BPS 2008)

Buah manggis umumnya disajikan dalam bentuk segar, beku, atau jus. Manggis mengandung antioksidan, seperti xanthone, sehingga banyak dijual sebagai suplemen kesehatan dalam bentuk pil (Redaksi AgroMedia, 2009).

Ekspor manggis Indonesia terus berkembang dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004, ekspor manggis Indonesia sebesar 3.045 ton dan meningkat menjadi 5.697 ton pada tahun 2006. Kemudian, pada tahun 2003 ekspor manggis pernah mencapai 9.304 ton. Pasar ekspor manggis dunia masih terbuka lebar terutama ke Negara Cina, Jepang, Korea, Australia, Taiwan, Timur Tengah, serta Negara – Negara Eropa, seperti Belanda, Prancis, dan Swiss (Redaksi AgroMedia, 2009).

Gambar 2 menunjukkan bahwa selama tahun 2002-2007 terjadi perkembangan yang fluktuatif pada volume dan nilai ekspor manggis. Peningkatan volume ekspor tidak selalu diikuti dengan peningkatan nilai ekspor. Ditinjau dari kualitas produk, hal ini dapat terjadi ketika peningkatan jumlah produksi tidak disertai dengan perlakuan yang mampu meningkatkan nilai tambah. Negara tujuan ekspor manggis terbesar dari Indonesia adalah China dengan jumlah mencapai 4,748,355 kg, Hongkong dengan jumlah mencapai 3,346,190 kg, United Arab Emirates dengan jumlah mencapai 545,343 kg, Malaysia dengan jumlah mencapai 213,410 kg, Singapura dengan jumlah mencapai 130,872 kg dan Arab Saudi dengan jumlah mencapai 112,672 kg (Badan Pusat Statistik 2008).


(22)

8

Gambar 2 Perkembangan volume dan nilai ekspor manggis Indonesia (Dirjen Hortikultura, 2008)

C.

PACKING HOUSE

Packing house yang identik dengan dengan suatu bangunan yang berfungsi untuk meningkatkan mutu produk hortikultura seperti buah manggis dengan serangkaian aktifitas pembersihan / pencucian, sortasi, grading, serta pengemasan. Proses yang terdapat di dalam packing house yang berhubungan dengan penanganan pascapanen dilakukan untuk mendapatkan produk yang baik. Tujuan penanganan pasca panen antara lain agar bisa menampung buah manggis yang telah dipanen dan mengelola hasil panen manggis sesuai dengan permintaan pasar. Salah satu proses penganganan pasca panen di dalam packing house ialah sortasi atau pemilihan. Aktifitas sortasi dilakukan dengan tujuan memisahkan hasil panen yang baik dan kurang baik. Kegiatan pemilihan biasanya dilakukan berdasarkan standar mutu yang didinginkan konsumen dalam negeri maupun ekspor.

Proses – proses yang terdapat di dalam packing house berupa aliran bahan yang terdiri dari sortasi dan pengepakan atau pengemasan bahan yang tidak terlepas dari penataan ruang kerja yang baik. Berikut ialah beberapa manfaat dari aliran bahan yang dirancang dengan baik (Machfud dan Agung, 1990) : A. Meningkatkan efisiensi produksi

B. Penggunaan luasan ruang yang lebih baik C. Aktifitas penanganan menjadi lebih sederhana D. Penggunaan alat lebih efisen; lebih hemat waktu E. Menurunkan waktu proses

F. Menurunkan penumpukan dalam proses G. Penggunaan tenaga kerja lebih efisien/efektif H. Mengurangi kerusakan produk

I. Meminimalisir kemungkinan kecelakaan J. Mengurangi jarak perjalanan

K. Sebagai dasar tata letak yang efisien L. Pengawasan lebih mudah

M. Pengendalian produksi menjadi sederhana N. Mengurangi kondisi crowded


(23)

9

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan pendirian bangunan packing house (http://www.moa.gov.jm/Services/PlantHealth/Packing_House_Requirements.php), diantaranya : 1. Bangunan harus jauh dari rumah atau tempat tinggal.

2. Bangunan sebaiknya memiliki konstruksi yang baik.

3. Pondasi lantai harus terbuat dari beton untuk memudahkan pencucian atau pembersihannya setelah proses pengemasan.

4. Luas ruangan minimal 55 m2.

5. Peralatan dan perlengkapan yang tepat untuk grading dan penanganan produk harus tersedia, seperti meja untuk sortasi dan grading, tangki untuk pencucian dan bahan kimia, serta rak pengeringan atau pallets.

6. Bangunan harus mempunyai pencahayaan yang cukup, saluran air yang memadai, fasilitas

pembuangan limbah yang tepat, serta ruang penyimpanan yang memadai untuk bahan pengemas dan bahan – bahan kimia yang digunakan.

7. Packing house harus jauh dari aktivitas yang dianggap tidak sesuai dengan penanganan produk segar. 8. Bangunan dilengkapi dengan fasilitas telekomunikasi.

9. Harus terdapat ruang yang memadai untuk bongkar muat produk.

10. Bangunan harus terlindung dari serangga, burung, tikus, dan hama lain yang dapat mencemari produk.

11. Harus terdapat persediaan bahan yang cukup dalam packing house. 12. Semua operasi harus berada dalam packing house.

D.

ANALISIS BIAYA

Tujuan suatu usaha adalah untuk mendapatkan keuntungan. Keuntungan diperoleh dari selisih antara biaya yang dikeluarkan dengan pendapatan yang diterima. Untuk dapat memperkirakan biaya produksi maka dilakukan suatu analisis biaya dari proses produksi sehingga akan didapat biaya produksi per satuan output produk ( Pramudya dan Dewi, 1992).

A.

Biaya Pokok

Biaya tetap adalah jenis - jenis biaya yang selama satu periode kerja jumlahnya tetap dan tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya – biaya yang dikeluarkan pada saat alat/mesin beroperasi dan besarnya ditentukan oleh jumlah produksi ( Pramudya dan Dewi, 1992).

Biaya total merupakan penjumlahan biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya total dapat dihitung menggunakan persamaan (2.1).

B = BT + BTT

(2.1)

Dimana :

B = Biaya total (Rp/ tahun) BT = Biaya tetap (Rp/ tahun) BTT = Biaya tidak tetap (Rp/ tahun)

Biaya pokok produksi adalah jumlah biaya yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk barang. Biaya pokok dapat dihitung dengan menggunakan persamaan (2.2).


(24)

10

Dimana :

BP = Biaya pokok (Rp/unit) B = Biaya Total (Rp/tahun) PT = Produksi total (unit/ tahun)

B.

Penyusutan

Penyusutan adalah penurunan nilai dari suatu alat/mesin akibat dari pertambahan umur pemakaian. Metode yang digunakan dalam perhitungan nilai penyusutan dari peralatan dan mesin yang dipergunakan yaitu metode garis lurus. Metode tersebut dirumuskan dalam persamaan (2.3).

(2.3)

Dimana :

D = Penyusutan (Rp/tahun) P = Harga awal (Rp) S = Harga akhir (Rp)

N = Perkiraan umur ekonomis (tahun)

C.

Titik Impas Produksi

Analisistitik Impas (break even point) adalah suatu titik dimana terjadi kesetimbangan antara dua alternatif yang berbeda. Suatu perusahaan dikatakan mencapai titik impas, apabila dari suatu analisis perhitungan laba dan rugi dalam suatu periode kerja kegiatan tertentu, perusahaan itu tidak memperoleh untung, tapi juga tidak menderita rugi (impas). Atau juga dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut menghasilkan tingkat produksi tertentu, dimana jumlah penerimaannya sama dengan seluruh biaya yang telah dikeluarkan.

Dalam hal ini analisis titik impas digunakan untuk mengetahui pada tingkat produksi berapakah suatu perusahaan mulai mendapat keuntungan. Analisis ini juga dapat dimanfaatkan untuk mengetahui kaitan antara volume produksi, harga jual, biaya produksi, keuntungan dan kerugian yang akan diperoleh pada suatu tingkat produksi tertentu. Menurut Limbong dan Sitorus (1987), kegunaan dari analisis titik impas produksi antara lain

a. Untuk mengetahui kaitan antara volume produksi dan penjualan, harga jual, biaya produksi, biaya lainnya serta laba dan rugi.

b. Sebagai landasan untuk merencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai laba tertentu. c. Sebagai landasan untuk mengendalikan kegiatan yang berjalan.

d. Sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan harga penjualan.

Dengan adanya asumsi tersebut, maka dalam gambar titik impas, garis hasil penjualan dan garis biaya total akan berupa garis lurus, karena semua perubahan dianggap sebanding dengan volume


(25)

11

penjualan. Titik impas produksi dapat ditentukan setelah diadakan pengklasifikasian biaya tetap dan biaya variable. Untuk menghitung titik impas produksi dapat menggunakan persamaan (2.4).

(2.4)

Dimana :

TIP = Titik Impas Produksi (unit/tahun) BT = Biaya Tetap (RP/tahun)

HJ = Harga Jual (Rp/unit) BTT = Biaya tidak Tetap (Rp/unit)

E.

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

Dalam mengevaluasi suatu proyek dibutuhkan analisis kelayakan finansial. Analisis kelayakan finansial tersebut dilakukan dengan menggunakan Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C) dan Payback Period.

a. Net Present Value

Net Present Value (NPV) adalah perbedaan nilai sekarang (present value) dari manfaat dan biaya. Dengan demikian NPV menunjukkan besarnya keuntungan atau kerugian yang didapatkan oleh perusahaan atas investasi yang dilakukan. NPV dapat dirumuskan dalam persamaan (2.5).

(2.5)

Dimana

NPV = Net Present Value (Rp) n = Umur Produksi (tahun)

t = Tahun ke-t

B = Manfaat (Rp/tahun) C = Biaya (Rp/tahun)

i = Tingkat suku bunga (%tahun) Jika : NPV > 0 proyek menguntungkan

NPV = 0 proyek tidak menguntungkan dan tidak merugikan NPV < 0 proyek merugikan

b. Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) atau tingkat pengembalian internal, yaitu tingkat rata – rata keuntungan intern tahunan bagi perusahaan yang melakukan investasi dan dinyatakan dalam persen. Menurut Gray et al. (1993), untuk menghitung IRR dapat menggunakan persamaan (2.6).


(26)

12

(2.6)

Dimana

IRR = Internal Rate of Return (%)

i1 = Tingkat bunga pada saat NPV yang didapat positif (%)

i2 = Tingkat bunga pada saat NPV yang didapat negatif (%)

IRR adalah tingkat bunga pada saat NPV = 0

Jadi, bila IRR ≥ discount rate proyek menguntungkan sehingga proyek layak untuk dikembangkan. Dan bila IRR < discount rate proyek merugikan sehingga proyek tidak layak untuk dikembangkan

.

c. Net Benefit Cost Ratio (B/C)

Net B/C yaitu perbandingan antara present value total dari benefit bersih terhadap present value total dari biaya bersih. Net B/C dapat dihitung menggunakan persamaan (2.7).

(2.7)

Dimana

n = Umur Produksi (tahun)

t = Tahun ke-t

B = Manfaat (Rp/tahun) C = Biaya (Rp/tahun)

i = Tingkat suku bunga (%tahun)

Jika nilai perhitungan Net B/C lebih besar atau sama dengan satu, maka proyek tersebut layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya, jika nilai Net B/C lebih kecil dari satu, maka usaha tersebut tidak layak dilaksanakan.

d. Payback period

Metode ini mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali (Nurmalina et al. 2009). Karena itu satuan hasilnya bukan persentase, tetapi satuan waktu (bulan, tahun, dan sebagainya). Bisnis yang payback period-nya singkat atau cepat pengembaliannya termasuk kemungkinan besar akan dipilih. Secara matematis dapat dirumuskan dalam persamaan (2.8).

(2.8)

Dimana :

PP = Payback Period (tahun)

I = besarnya biaya investasi yang diperlukan (Rp/tahun)


(27)

13

e. Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah – ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Tujuan analisis ini adalah untuk menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis sensitive terhadap perubahan yang terjadi.

Analisis sensitivitas merupakan salah satu perlakuan terhadap ketidakpastian (Gittinger 1986). Analisis sensitivitas dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel – variabel yang penting, masing – masing dapat terpisah atau beberapa dalam kombinasi dengan suatu persentase tertentu yang sudah diketahui atau diprediksi. Kemudian dinilai seberapa besar sensitivitas perubahan variabel – variabel tersebut berdampak pada hasil kelayakan (NPV, IRR, B/C).

Analisis sensitivitas membantu menemukan unsur yang sangat menentukan hasil proyek (the critical elements). Analisis sensitivitas ini dapat juga membantu pengelola proyek (pimpinan proyek) dengan menunjukkan bagian – bagian peka yang memerlukan pengawasan yang lebih ketat untuk menjamin hasil yang diharapkan akan menguntungkan perekonomian (Kadariah 2001).

F.

ANALISIS ASPEK TEKNIS

Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan proyek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut dibangun (Husnan dan Suwarsono, 1994). Dalam aspek teknis mencakup lokasi proyek, pola aliran bahan, luas produksi, proses produksi, dan teknologi yang digunakan. Pada prinsipnya aliran bahan mempunyai pola sebagai berikut (Machfud dan Agung 1990) :

1. Garis Lurus : banyak diaplikasikan pada proses produksi yang pendek, relatif sederhana dan hanya memiliki sedikit komponen atau peralatan produksi.

2. Zig – zag : banyak diaplikasikan jika lini lebih panjang dari ruang yang tersedia. 3. Bentuk U : diaplikasikan jika diinginkan proses produk akhir berada pada lokasi yang berdekatan dengan proses awal karena pertimbangan penggunaan fasilitas transportasi eksternal.

4. Lingkaran : diaplikasikan jika diinginkan produk akhir dan bahan baku berada pada lokasi yang sama.

5. Bentuk tak teratur : tanpa pola tertentu, biasanya digunakan :

a. Bila tujuan utamanya adalah memperpendek aliran karena adanya keterkaitan dengan kelompok / grup kerja satu dengan lainnya.

b. Jika keterbatasan ruang tidak memungkinkan pola aliran yang lain. c. Lokasi permanen yang ada memaksa pola aliran seperti itu.

G.

ANALISIS ASPEK MANAJEMEN

Manajemen adalah ilmu dan seni untuk melakukan tindakan guna mencapai tujuan. Manajemen sebagai suatu ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang disistematiskan atau kesatuan pengetahuan yang terorganisasi (Siswanto, 2005). Menyelesaikan tugas secara efisien dan efektif adalah hal penting. Akan tetapi, yang lebih penting yaitu mengetahui tentang hal – hal yang harus dilakukan dan memastikan bahwa tugas yang diselesaikan bergerak kearah tujuan. Apa yang harus dicapai oleh seorang manajer dan


(28)

14

mengapa ia berusaha untuk mencapainya selalu merupakan pertanyaan yang baik untuk diajukan dalam manajemen.

Aspek manajemen ini membicarakan bagaimana merencanakan pengelolaan proyek tersebut dalam beroperasi. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek manajemen ini yakni bentuk badan usaha yang digunakan, jenis – jenis pekerjaan yang yang diperlukan agar usaha tersebut bisa berjalan lancar, persyaratan – persyaratan yang diperlukan untuk bisa menjalankan pekerjaan – pekerjaan tersebut dengan baik, struktur organisai yang akan dipergunakan, dan bagaimana mencari tenaga untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Husnan dan Suwarsono, 1994).


(29)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.

WAKTU DAN TEMPAT

Penelitian ini dilakukan di Packing House Mega Fruit (Mustika Lestari XI) wilayah Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Penelitian dilaksanakan selama empat bulan yaitu dimulai pada bulan Nopember 2010 sampai Februari 2011.

B.

METODE PENGUMPULAN DATA

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan manager Packing House tersebut. Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen di bagian administrasi dan informasi tambahan dari instansi terkait serta bahan-bahan pustaka yang berkaitan dengan penelitian ini.

C.

METODE ANALISIS

1.

Analisis Biaya

Biaya yang termasuk dalam packing house terdiri dari biaya tidak tetap dan biaya tetap. Biaya tetap meliputi, kaos seragam pegawai, perlengkapan pegawai (sarung tangan, masker dan celemek), listrik, biaya pemeliharaan mobil dan bangunan, penyusutan investasi bangunan packing house, penyusutan peralatan seperti keranjang plastic, AC, rak keranjang, timbangan, kompresor, meja sortasi, Roda angkut dan mesin pompa air. Biaya tidak tetap meliputi pembelian manggis, gaji pegawai, transportasi dan peti angkut. Metode – metode yang digunakan dalam analisis biaya mencakup :

1. perhitungan biaya total (persamaan 2.1) 2. perhitungan biaya pokok (persamaan 2.2)

3. perhitungan penyusutan dengan metode garis lurus (persamaan 2.3) 4. perhitungan titik impas (persamaan 2.4).

2.

Analisis Kelayakan

Metode pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah secara kuantitatif dan kualitatif. Pengolahan data secara kuantitatif dengan menggunakan perhitungan kriteria – kriteria finansial, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost Ratio (B/C) dan Pay back Period (PBP), dan analisis sensitivitas, sedangkan pengolahan data secara kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif mengenai hal – hal yang berkaitan dengan aspek teknis dan aspek manajemen. Secara umum bagan metode analisis dalam penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.


(30)

16

Perhitungan dengan metode aliran tunai berdiskonto memerlukan tingkat suku bunga tertentu. Tingkat bunga yang digunakan ialah 15 %. Analisis kelayakan finansial tersebut dilakukan dengan menggunakan:

1. Net Present Value (NPV) yang dapat dihitung dengan persamaan (2.5). 2. Internal Rate of Return (IRR) yang dapat dihitung dengan persamaan (2.6). 3. Benefit Cost Ratio (B/C) yang dapat dihitung dengan persamaan (2.7). 4. Pay back Period yang dapat dihitung dengan persamaan (2.8).

5. Analisis Sensitivitas

Proyeksi awal yang telah dibuat dalam packing house manggis dapat berubah karena ketidakpastian. Perubahan tersebut dapat terjadi pada jumlah produksi, kenaikan biaya input, dan penurunan harga jual produksi. Untuk melihat sejauh mana pengaruh perubahan – perubahan yang terjadi terhadap packing house manggis, maka dilakukan analisis sensitivitas terhadap beberapa kemungkinan perubahan yang terjadi.

3.

Analisis Aspek Teknis

Aspek teknis dilakukan secara kualitatif deskriptif. Analisis aspek teknis ini dilihat dari operasional packing house yang meliputi proses kegiatan produksi dan aliran bahan produk manggis di dalam packing house. Aspek teknis dikatakan layak jika teknis kegiatan produksi pada packing house berjalan lancar dan teratur sesuai aliran bahan yang digunakan, sehingga dapat memberikan kelangsungan produksi yang baik bagi pelaku packing house.

4.

Analisis Aspek Manajemen

Aspek manajemen dilakukan secara kualitatif deskriptif pada manajemen packing house. Analisis aspek manajemen meliputi gambaran mengenai bentuk badan usaha, susunan organisasi dan pembagian tenaga kerja. Manajemen operasional packing house dikatakan layak jika packing house menggunakan sistem manajemen yang baik, sehingga dapat membantu tercapainya tujuan usaha.


(31)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Packing House

Packing house ini berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Packing house dibangun pada tahun 2000 oleh petani diatas lahan seluas 72 m2 dengan status sewa sebesar satu juta rupiah per tahun. Packing House ini dikelola oleh kelompok tani manggis yang dinamakan Mega Fruit (Mustika Lestari XI). Kondisi packing house Mega Fruit (Mustika Lestari XI) cukup baik dengan fasilitas yang dapat mendukung proses pengelolaan panen manggis dari petani. Keberadaaan packing house ini dapat menampung dan mengelola produk manggis dari para petani untuk kemudian di jual ke dalam dan luar negeri. Packing house tersebut merupakan penghasil produksi manggis terbesar di Desa Hegarmanah dengan hasil rata – rata per tahun mencapai 340 ton manggis. Seiring dengan berkembangnya packing house tersebut kemudian pada tahun 2009 pemerintah memberikan bantuan berupa bangunan packing house seluas 60 m2 dan fasilitasnya (Tabel 4). Foto packing house awal dan packing house hibah dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 4. Daftar Fasilitas (Hibah) Packing House No. Fasilitas (hibah)

1. Roda Angkut sebanyak lima buah 2. Rak Keranjang sebanyak lima buah 3. AC sebanyak dua buah

4. Timbangan elektrik 30 kg 5. Timbangan manual 100 kg 6. Kompresor

7. Sprinkle

8. Keranjang 40 kg sebanyak 373 buah 9. Mesin pompa air

10. Meja sortasi sebanyak dua buah

B.

Analisis Biaya Pokok

Biaya pokok produksi packing housedihitung dari biaya total dibagi dengan produksi total. Data yang digunakan untuk menghitung biaya pokok didasarkan nilai rata – rata data sekunder dari tahun 2001 s/d tahun 2009. Secara rinci data – data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3 sampai Lampiran 7. Nilai rata – rata komponen biaya pokok sebagai berikut :

Biaya Tetap per tahun = Rp. 48,019,000 Biaya pembelian manggis per tahun = Rp. 2,380, 000,000 Biaya transportasi per tahun = Rp. 147,333,333 Biaya peti angkut per tahun = Rp. 18,133,333 Biaya gaji pegawai per tahun = Rp. 155,600,000 Biaya Total per tahun = Rp. 2,749,085,666


(32)

18

Biaya total didapat dari penjumlahan biaya tidak tetap dan biaya tetap. Secara rinci biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 3 dan biaya tidak tetap dapat dilihat pada Lampiran 4 s/d Lampiran 7. Rata - rata biaya total produksi per tahun sebesar Rp. 2,749,085,666 dan rata - rata total produksi per tahun sebanyak 340,000 kg, maka besarnya biaya pokok produksi manggis adalah Rp.8086/kg.

C.

Analisis Titik Impas

Titik impas dapat dicapai pada saat packing house tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian. Analisis titik impas perlu dihitung untuk mengetahui berapa jumlah minimal manggis yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Analisis titik impas dilakukan dengan menggunakan komponen biaya tetap, biaya tidak tetap, harga jual dan total produksi. Rata - rata biaya tetap produksi setahun sebesar Rp. 48,019,000, biaya tidak tetap sebesar Rp. 2,701,066,666, harga jual sebesar Rp 8300/kg dan total produksi sebesar 340,000 kg. Maka didapat nilai titik impas sebesar 135,459 kg/tahun.

Jumlah tingkat produksi packing house mencapai 340,000 kg/tahun ternyata lebih besar dari nilai titik impas yaitu sebesar 135,459 kg/tahun. Hal ini menunjukan bahwa packing house mendapatkan keuntungan setiap tahunnya karena jumlah produksinya lebih besar dari nilai titik impas.

D.

Analisis Kelayakan Investasi

Dalam menghitung kelayakan finansial ini diperlukan adanya inflow (penerimaan) dan outflow (pengeluaran). Outflow (pengeluaran) untuk usaha tani packing house dibedakan menjadi dua macam yakni pengeluaran operasional tetap dan tak tetap. Pengeluaran operasional tetap ialah biaya operasional yang dikeluarkan tanpa terpengaruh besarnya produksi. Pengeluaran operasional tak tetap ialah tergantung besarnya produksi sedangkan untuk inflow (penerimaan) diperoleh dari penjualan produk manggis yang secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 8, nilai sisa sebelum adanya hibah sebesar Rp. 65,819,000 yang secara rinci nilai sisa dapat dilihat pada Lampiran 9, dan nilai sisa setelah adanya hibah sebesar Rp. 85,009,720 yang secara rinci nilai sisa dapat dilihat pada Lampiran 10. Dalam melakukan analisis kelayakan finansial ini, dilakukan asumsi - asumsi dan pendekatan, diantaranya:

1. Harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat penelitian 2. Umur proyek adalah 9 tahun

3. Biaya - biaya yang dikeluarkan selama proyek berjalan dianggap konstan. 4. Besarnya harga akhir 10 % dari harga awal.

5. Suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 15 %. 6. Biaya investasi dikeluarkan seluruhnya pada awal tahun.

7. Selama proyek berjalan diasumsikan tidak ada kenaikan harga

Kriteria kelayakan aspek finansial ada bermacam – macam. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah Net Present Value, Net Benefit Cost Ratio, Internal Rate of Return, dan Payback Period. Digunakan empat kriteria untuk saling melengkapi. Hasil analisis kelayakan investasi berdasarkan keempat kriteria tersebut adalah :


(33)

19

Net Present Value (NPV)

Kelayakan yang diukur berdasarkan kriteria investasi NPV memberikan gambaran besarnya manfaat bersih tambahan yang diterima proyek/usaha pada akhir periode jangka hidup proyek tersebut. Suatu bisnis dikatakan layak berdasarkan kriteria NPV apabila nilai NPVnya lebih besar daripada nol. NPV berhubungan dengan tingkat resiko suatu usaha. Semakin besar NPV suatu usaha menunjukkan semakin layak usaha tersebut dilaksanakan. Nilai NPV usaha packing house dengan jangka waktu proyek sembilan tahun pada diskon faktor 15 persen sebesar Rp. 241,126,360 (Lampiran 11) sedangkan NPV setelah adanya hibah sebesar 192,350,661 (Lampiran 12).

Internal Rate of Return (IRR)

Kriteria IRR merupakan kriteria yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal. Perbandingan menggunakan diskon faktor digunakan untuk mengukur kelayakan berdasarkan kriteria investasi IRR, usaha packing house layak dilaksanakan bila nilai IRR-nya lebih besar dari diskon faktor yang disyaratkan.

Pada uji kelayakan ini, tingkat suku bunga yang digunakan ialah tingkat suku bunga pinjaman sebesar 15 % (BRI Rate, 2010). Usahatani packing house ini mempunyai IRR sebesar 41,67 % (Lampiran 11) sedangkan IRR setelah adanya hibah sebesar 32.77 % (Lampiran 12). Nilai IRR yang diperoleh menunjukkan bahwa usahatani packing house manggis ini layak untuk diusahakan.

Net Benefit Per Cost (Net B/C)

Suatu usaha/proyek dinyatakan layak berdasarkan kriteria Net B/C, apabila nilai Net B/C yang diperoleh lebih besar dari satu menunjukkan bahwa manfaat yang diperoleh dari suatu usaha dapat menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan. Net B/C kurang dari satu menunjukkan bahwa manfaat yang diperoleh tidak dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan sehingga usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan. Berdasarkan kriteria Net B/C usahatani packing house ini layak diusahakan karena nilai Net B/C yang diperoleh sebesar 2.159 (Lampiran 11) sedangkan setelah adanya hibah nilai Net B/C sebesar 1.74 (Lampiran 12).

Payback Period

Periode yang dibutuhkan untuk kembali modal adalah 2.1 tahun sedangkan setelah adanya hibah nilai payback period menjadi 3.1 tahun. Periode tersebut masih dalam cakupan periode proyek yakni selama Sembilan tahun, berarti packing house ini layak untuk dikembangkan. Nilai payback period setelah adanya hibah lebih lama bila dibandingkan nilai payback period sebelum adanya hibah.

Nilai IRR, NPV, dan Net B/C pada packing house setelah adanya hibah memiliki nilai yang lebih kecil bila dibandingkan Nilai IRR, NPV, dan Net B/C sebelum adanya hibah serta nilai Payback Period juga memiliki nilai yang lebih lama setelah adanya hibah bila dibandingkan dengan sebelum adanya hibah. Hal ini disebabkan nilai investasi setelah adanya hibah lebih besar bila dibandingkan nilai investasi sebelum adanya hibah. Nilai total investasi sebelum hibah sebesar Rp. 208,100,000 dan nilai total investasi setelah hibah sebesar Rp 261,082,000. Sementara nilai penerimaan dan pengeluaran per tahun merupakan nilai rata – rata dari sembilan tahun terakhir sebelum adanya hibah yaitu rata - rata nilai penerimaan sebesar Rp 2,822,000,000 dan rata - rata nilai pengeluaran sebesar Rp 2,732,036,667.


(34)

20

Analisis Sensitivitas

Pada suatu usaha tani atau proyek, sering sekali terjadi kesalahan –kesalahan yang disebabkan karena adanya dua faktor yaitu faktor manusia dan factor lingkungan, maka dari itu dalam hal ini sangat dibutuhkan sutu analisis sensitivitas. Faktor dari manusia biasanya karena manusia seringkali melakukan kesalahan dalam memperhitungkan segala sesuatunya, sedangkan untuk faktor lingkungan dikarenakan kemungkinan adanya kenaikan harga mendadak ketika suatu usaha tani sedang dilaksanakan, faktor lingkungan seperti cuaca, bencana alam, juga bisa berpengaruh terhadap tingkat produksi dalam suatu usaha tani.

Berdasarkan Analisis kelayakan Investasi yang dilakukan sebelumnya bahwa didapatkan nilai NPV, IRR, dan Net Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) terlihat layak untuk dilaksanakan. Suatu Investasi pasti selalu menghadapi ketidakpastian termasuk usaha tani packing house ini, karena itu layak atau tidaknya packing house manggis tergantung pada perubahan – perubahan dalam investasi tersebut. Perubahan – perubahan yang terjadi karena pengaruh dari keadaan sosial dan ekonomi selama proyek berlangsung. Pada penelitian ini unsur analisis yang digunakan adalah biaya operasional transportasi, volume produksi, dan harga jual. Analisis sensitivitas terhadap biaya operasional dilakukan pada kenaikan biaya operasional transportasi sebesar 10 %, 20 %, dan 30 % (Tabel 1). Analisis sensitivitas terhadap volume produksi dilakukan pada penurunan volume produksi sebesar 5 %, 10 %, 20 %, dan 30 % (Tabel 2). Analisis sensitivitas terhadap harga jual dilakukan pada penurunan harga jual sebesar 2 %.

Tabel 1. Hasil Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya transportasi

Perubahan NPV

(Rp)

IRR (%)

Net B/C

Kenaikan biaya transportasi Sebesar 10 % 122,049,326 26.93 1.467

Kenaikan biaya transportasi Sebesar 20 % 51,747,992 19.93 1.198

Kenaikan biaya transportasi Sebesar 30 % -18,553,343 13.37 0.929 Analisis sensitivitas kenaikan biaya transportasi Sebesar 10 % (Lampiran 13) dan 20 % (Lampiran 14) didapatkan nilai NPV lebih besar dari satu, IRR lebih besar dari 15 % dan Net B/C lebih besar dari satu berarti perusahaan dapat bertahan dan layak dikembangkan. Sementara pada kenaikan biaya transportasi sebesar 30 % didapatkan nilai NPV yang lebih kecil yakni kurang dari satu, IRR lebih kecil dari 15 % dan Net B/C lebih kecil dari satu (Lampiran 15) berarti perusahaan sudah tidak dapat bertahan dan tidak layak dikembangkan.

Tabel 2. Hasil Analisis sensitivitas terhadap penurunan volume produksi

Perubahan NPV

(Rp)

IRR (%)

Net B/C

Penurunan volume produksi sebesar 5 % 159,392,297 29.71 1.611

Penurunan volume produksi sebesar 10 % 126,433,933 26,89 1.484

Penurunan volume produksi sebesar 20 % 60,517,206 20,93 1.232

Penurunan volume produksi sebesar 30 % -5,399,522 14,55 0.979 Analisis sensitivitas penurunan volume produksi Sebesar 5 % (Lampiran 16), 10 % (Lampiran 17) dan 20 % (Lampiran 18) didapatkan nilai NPV lebih besar dari satu, IRR lebih besar dari 15 % dan Net B/C lebih besar dari satu berarti perusahaan dapat bertahan dan layak dikembangkan. Sementara pada penurunan volume produksi sebesar 30 % didapatkan nilai NPV yang lebih kecil yakni kurang dari satu,


(35)

21

IRR lebih kecil dari 15 % dan Net B/C lebih kecil dari satu (Lampiran 19) berarti perusahaan sudah tidak dapat bertahan dan tidak layak dikembangkan.

Analisis sensitivitas penurunan harga jual Sebesar 2 % didapatkan nilai NPV yang kecil yakni kurang dari satu, IRR lebih kecil dari 15 % dan Net B/C lebih kecil dari satu (Lampiran 20) berarti perusahaan sudah tidak dapat bertahan dan tidak layak dikembangkan serta harga jual merupakan unsur yang sangat sensitif dalam analisis sensitivitas ini. Oleh karena itu penetapan harga jual untuk masa kedepannya harus lebih tinggi lagi.

E.

Analisis Aspek Teknis

Komoditas buah – buahan yang menjadi input utama packing house adalah manggis. Penanganan komoditas manggis dalam packing house memerlukan pasokan hasil panen manggis yang berasal dari beberapa petani manggis yang tergabung dalam kelompok tani (poktan). Para petani manggis yang mempunyai potensi besar untuk memasok manggis tersebut berasal dari Desa Hegarmanah di Kabupaten Sukabumi.

Hasil panen manggis dari para petani yang tergabung dalam kelompok tani (poktan) ditampung dalam packing house untuk dilakukan proses penanganan pascapanen. Penanganan pascapanen manggis ini bertujuan untuk mengelola dan memenuhi tuntutan pasar. Manggis yang sudah ditampung di dalam packing house selanjutnya dilakukan proses penanganan pascapanen yang meliputi penerimaan dan penimbangan, sortasi, grading, pencucian untuk mutu ekspor dan pengiriman.

Sebelum masuk ke packing house, manggis yang telah dipanen dikumpulkan untuk dilakukan sortasi kebun oleh petani agar manggis yang di jual ke packing house bermutu bagus. Selanjutnya dalam packing house dilakukan kegiatan produksi. Foto kegiatan produksi dapat dilihat pada Lampiran 21. kegiatan produksi tersebut ialah sebagai berikut :

1. Pembersihan dan penimbangan

Tujuan utama proses pembersihan adalah supaya kotoran – kotoran yang menempel pada buah manggis terbuang sehingga dapat dilakukan proses selanjutnya. Proses ini dilakukan setelah panen di kebun. Proses pembersihan dilakukan langsung setelah komoditas manggis diturunkan dari muatan (loading) dengan cara membersihkan kotoran yang menempel pada manggis dengan kompresor atau dengan kuas. Selanjutnya manggis tersebut ditimbang untuk mengetahui berapa masanya.

2. Sortasi dan grading

Proses sortasi merupakan proses pemisahan produk yang sudah mengalami pembersihan Antara produk yang dikehendaki dengan produk yang tidak dikehendaki. Pengelompokan ini berdasarkan pada ukuran, bentuk, dan tekstur sedangkan grading (pengkelasan) merupakan pemisahan produk berdasarkan nilai komersial setelah disortasi. Proses sortasi dan grading ini dilakukan secara manual.

Produk manggis yang mengalami proses sortasi dan grading dipisahkan kemudian dikelompokkan sesuai keinginan pasar. Kemudian untuk kebutuhan ekspor dan pasar domestik dilakukan pemisahan. Setelah dipisahkan, selanjutnya manggis untuk pasar ekspor dicuci terlebih dahulu sebelum di grading dengan cara diletakkan dalam keranjang plastik kemudian digerak – gerakkan di bawah air mengalir. Untuk pasar domestik tidak dilakukan pencucian sehingga bisa langsung di grading. Berikut proses grading yang dilakukan packing house :


(36)

22

a. Manggis ekspor ke Arab Saudi

Jenis produk manggis ekspor Arab Saudi merupakan produk bermutu tinggi. Kriteria produk mutu ekspor Arab Saudi ini adalah berukuran kecil biasanya per kg berjumlah 12 – 18 buah manggis, permukaan mulus, segar , utuh dan isi putih susu. Persentase untuk ekspor ke Arab ialah sekitar 20 % dari total penjualan manggis selama satu tahun. Harga manggis untuk ekspor ke Arab sebesar Rp 8000/kg.

b Manggis ekspor ke China

Jenis produk mangggis ekspor china ini merupakan produk bermutu tinggi. Manggis untuk ekspor china ini terbagi menjadi dua yakni mutu super satu dan mutu super dua. Kriteria untuk mutu super satu yakni dipilih yang memiliki kelopak komplit, 0 % burik, dan lebih mulus dari mutu super dua. Kriteria untuk mutu super dua yakni memiliki kelopak komplit dan toleransi 30 % burik. Persentase untuk mutu super satu yakni sekitar 30 % dan untuk mutu super dua sebesar 20 % dari total penjualan selama satu tahun. Harga manggis super satu untuk ekspor China ialah Rp 12000/kg dan super dua sebesar Rp 8000/kg.

c. Manggis pasar modern

Kualifikasi Jenis manggis untuk pasar modern ini berukuran seragam 5 – 10 biji/kg, toleransi 40 % burik dan mempunyai permukaan yang mulus. Persentase untuk jual ke pasar modern ialah sekitar 10 % dari total penjualan selama satu musim. Harga manggis yang dijual ke pasar modern ialah sebesar Rp 7000/kg. Pasar modern yang dituju seperti carrefour, supermarket, giant dll.

d. Manggis pasar tradisional

Jenis mangggis untuk pasar tradisional ini berukuran acak dan merupakan sisa sortasi dari pasar ekspor dan pasar modern. Kriteria untuk pasar tradisional ini hanya manggis tersebut masih layak dimakan. Persentase untuk jual ke pasar tradisional ialah sekitar 20 % dari total penjualan selama satu musim. Harga manggis yang dijual ke pasar tradisional ialah sebesar Rp 4000/kg. Pasar tradisional yang dituju seperti pasar induk kramat jati, pasar cibadak, pasar rebo dll. 3. Pengiriman

Manggis yang telah di sortasi kemudian dikirim ke eksportir dan pasar lokal. Pengiriman dilakukan pada pagi hari agar laju penurunan mutu buah manggis tidak menurun secara drastis dan tetap menjaga kesegaran manggis dari sinar matahari. Pengiriman menggunakan kendaraan yang di sediakan oleh pembeli. Untuk penjualan ekspor Arab Saudi disediakan dus berkapasitas 2 kg /dus oleh eksportir. untuk penjualan ekspor China disediakan keranjang berkapasitas 8 kg/keranjang. Penjualan pasar modern, pengiriman menggunakan keranjang ukuran 40 kg yang kemudian keranjang tersebut diambil kembali setelah digunakan. Penjualan pasar tradisional, pengiriman dilakukan dengan menggunakan peti angkut berukuran 30 kg. Kendaraan yang digunakan untuk pengiriman ialah berjenis truk dan disediakan oleh pembeli.

Salah satu hal yang penting dalam aspek teknis ialah analisis aliran bahan yang dilakukan untuk mendapatkan aliran bahan seefisien mungkin dalam packing house sehingga dapat diketahui urutan operasi atau proses yang dilakukan dari setiap aktivitas operasional packing house. Aliran bahan produksi manggis sangat berkaitan dengan efektifitas kegiatan produksi secara keseluruhan. Bila aliran produksi manggis berjalan dengan teratur maka proses produksi bisa dikatakan baik.


(37)

23

Perancangan aliran bahan dalam packing house menggunakan analisis bagan aliran proses. Bagan aliran proses ini menggambarkan perlakuan – perlakuan yang dialami bahan meliputi proses penerimaan, penimbangan, sortasi, grading, dan pengiriman. Bagan aliran proses pada packing house dapat dilihat pada Lampiran 22. Berdasarkan hasil analisis, pola aliran bahan untuk aktifitas produksi dalam packing house adalah pola aliran berbentuk U. Pola ini sesuai dengan kondisi packing house yang hanya mempunyai satu pintu, dimana proses produk akhir yang dihasilkan berada dekat dengan proses awal yang berlokasi dekat dengan pintu masuk / keluar. Rata – rata dalam satu tahun, packing house beroperasi selama empat bulan (Desember – Maret) yaitu pada bulan – bulan panen dengan kapasitas operasional tiga ton per hari, waktu kerja 12 jam, dengan jumlah tenaga kerja delapan orang. Dengan kondisi tersebut maka kapasitas kerja rata – rata per orang adalah 30 kg/jam. Luas packing house sebesar 72 m2, cukup baik untuk kelancaran operasional seluruh kegiatan yang ada. Hal ini ditunjukkan dengan luasan ruang untuk masing – masing kegiatan yang memadai sebagai contoh, untuk ruang penyimpanan sementara cukup membutuhkan 4 m2 dengan perhitungan sebagai berikut :

Jumlah manggis per hari 3000 kg yang diwadahi dalam keranjang plastik kapasitas 40 kg, berarti akan ada 75 keranjang plastik berdimensi 60 x 40 x 40 cm. Bila dilakukan penyusunan dengan cara enam keranjang untuk arah lebar dan tiga keranjang untuk arah panjang, dan tinggi empat keranjang maka 75 keranjang tersebut hanya membutuhkan luasan kurang lebih 4 m2. Kegiatan penyimpanan siap kirim untuk pasar lokal kurang lebih membutuhkan luasan ruang yang sama dengan kegiatan penyimpanan sementara. Dengan demikian maka masih tersedia cukup luas ruang untuk kegiatan penerimaan / penimbangan dan sortasi – grading.

F. Analisis Aspek Manajemen

Kegiatan produksi yang terdapat di dalam packing house manggis dapat berlangsung secara tertib dan teratur apabila dikendalikan oleh manajemen yang baik dan sistem pengendalian terpusat. Manajemen merupakan seni dalam mencapai tujuan melalui orang – orang dengan pemanfaatan sumberdaya yang ada, maka manajemen memiliki fleksibilitas yang tinggi untuk diaplikasikan ke dalam berbagai kondisi. Secara konsepsional manajemen sering disebut pengelolaan atau tata laksana yang merupakan suatu proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, dan pengendalian.

Packing house didirikan dengan tujuan untuk menampung dan mengelola produk manggis dari para petani manggis sehingga dapat mempermudah petani dalam menjual hasil panen manggis mereka. Packing house tersebut dikelola oleh kelompok tani Mega Fruit (Mustika Lestari XI). Berdasarkan hal ini maka status kepemilikan packing house adalah milik petani berbentuk usaha Poktan. Bentuk usaha poktan dapat memberikan beberapa keuntungan bagi para petani manggis, antara lain :

1. Petani dapat menggunakan pinjaman tanpa bunga dari keanggotaan poktan bila memerlukan pembiayaan dengan segara. Berarti petani manggis tidak perlu meminjam ke rentenir atau pengijon.

2. Petani tidak akan terbebani dengan posisi tawar yang rendah dalam penetapan harga manggis yang dapat menurunkan harga manggis yang diterimanya.

3. Petani juga bisa mendapatkan fasilitas tunjangan kesehatan bila diperlukan.

Packing house manggis dapat berjalan dengan baik secara efektif dan efisisen apabila di dalamnya dijalankan oleh sumber daya manusia yang teratur. SDM ini diperlukan untuk mengisi setiap posisi dalam struktur organisasi packing house. Waktu kerja pegawai packing house dari sore hari hingga pagi hari


(38)

24

mengikuti panen yang dilakukan dari pagi hari hingga sore hari. Tenaga kerja yang digunakan dalam packing house dapat dikelompokkan menjadi tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja tidak langsung merupakan tenaga kerja yang mengurus dan mengawasi seluruh kegiatan packing house agar berjalan dengan baik sedangkan tenaga kerja langsung merupakan tenaga kerja yang secara langsung terlibat dalam proses produksi. Tenaga kerja yang termasuk dalam kategori tenaga kerja tidak langsung adalah ketua, wakil ketua, sekertaris dan bendahara sedangkan tenaga kerja langsung adalah kebersihan dan karyawan produksi. Salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan agar tercipta keharmonisan dalam suatu organisasi packing house adalah sistem penggajian yang baik. gaji yang diberikan tidak lebih rendah dengan tingkat UMR (upah minimum regional) dan jabatan yang lebih tinggi mendapatkan gaji yang lebih besar. Besarnya gaji pegawai per tahun berfluktuasi sesuai dengan jumlah hari panen. Manajemen packing house mengeluarkan rata - rata biaya gaji pegawai per tahun sebesar Rp. 155,600,000. Susunan organisasi pengelola packing house beserta gaji secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 23.


(39)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.

KESIMPULAN

Biaya total produksi manggis packing house Mega Fruit (Mustika Lestari XI) per tahun sebesar Rp. 2,749,085,666. Dengan nilai biaya pokok sebesar Rp. 8,086/kg. Nilai tersebut masih berada di bawah harga jual yang sebesar Rp 8,300/kg sehingga penjualan manggis dapat memberikan keuntungan sebesar Rp 214 untuk setiap kg yang terjual.

Titik impas operasional packing house sebesar 135,459 kg/tahun sedangkan tingkat produksi packing house mencapai 340,000 kg/tahun. Hal ini menunjukan bahwa packing house beroperasi pada tingkat yang menguntungkan.

Berdasarkan hasil analisis kelayakan finansial menunjukkan bahwa packing house layak untuk dioperasikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan Nilai NPV usaha packing house untuk umur proyek (hibah packing house) sembilan tahun ke depan pada diskon faktor 15 % sebesar Rp. 192,350,661, nilai IRR sebesar 32.77 %, nilai net B/C yang diperoleh sebesar 1.74, dan nilai payback period 3.1 tahun.

Analisis sensitivitas pada packing house dilakukan pada kenaikan biaya operasional transportasi sebesar 10 %, 20 %, dan 30 %. Analisis sensitivitas terhadap volume produksi dilakukan pada penurunan volume produksi sebesar 5 %, 10 %, 20 %, dan 30 %. Analisis sensitivitas terhadap harga jual dilakukan pada penurunan harga jual sebesar 2 %. Berdasarkan analisis sensitivitas packing house sudah tidak dapat bertahan pada kenaikan biaya operasional 30 %, penurunan volume produksi 30 %, dan penurunan harga jual 2 %. Diantara unsur - unsur yang berubah dalam analisis sensitivitas ini, harga jual merupakan unsur yang sangat sensitif.

Analisis aspek teknis menunjukkan bahwa operasional packing house dapat berjalan dengan lancar dengan urutan kegiatan produksi berjalan dengan teratur dan pola aliran bahan yang berbentuk U sehingga proses produk akhir yang diinginkan berada pada lokasi berdekatan dengan proses awal. Analisis aspek manajemen menunjukkan bahwa status kepemilikan packing house ini milik petani berbentuk poktan (kelompok tani). Operasional manajemen packing house dilakukan oleh tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan sehingga kegiatan produksi packing house dapat berjalan dengan teratur.

B.

SARAN

1. Packing House disarankan agar kedepannya melakukan variasi produk yang dihasilkan agar disaat tidak musim manggis packing house dapat tetap beroperasi sehingga bisa memperoleh keuntungan dari variasi produk lain tersebut.

2. Harga jual merupakan unsur yang sangat sensitif dalam analisis sensitivitas. Oleh karena itu, penetapan harga jual untuk masa kedepannya harus lebih tinggi lagi.


(40)

26

DAFTAR PUSTAKA

Abilowo B. 2008. Analisis Kelayakan Usaha Pengeringan Gabah Secara Mekanis. Skripsi. IPB. Bogor.

Anonim. 2009. Packing house requirements for agricultural exports.

http://www.moa.gov.jm/Services/PlantHealth/Packing_House_Requirements.php [27 juli 2011]

Arsyad M. 2010. Analisis Biaya Pada Produksi Teh Hitam Orthodox Di PT. Perkebunan Nusantara VIII Kebun Cisaruni, Garut Jawa Barat. Skripsi. IPB. Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2010. Statistical Yearbook of Indonesia 2010. BPS.Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2010. Produksi buah buahan menurut provinsi tahun 2009

http://www.bps.go.id.[2 Mar 2011]

Badan Pusat Statistik. 2008. Sebaran Produksi Manggis Per pulau di Indonesia. Jakarta Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia. Jakarta

Dirjen Hortikultura. 2008. Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Manggis Indonesia. Jakarta Direktorat Budidaya Tanaman Buah . 2009. Standard Operating Procedure (SOP) Manggis

Kabupaten Sukabumi. Jakarta: Dirjen Hortikultura.

Gittinger J Price. 1986. Analisa Ekonomi Proyek Proyek Pertanian . Edisi Kedua. Jakarta: UI Press – John Hopkins.

Gray C, Sabur L.K, Simajuntak P, Maspaitella P F L, Varley R C G. 1993. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: Gramedia.

Husnan S, Suwarsono M. 1994. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta: Unit Penerbitan dan Percetakan AMP YKPN.

Juanda D. dan Cahyono B. 2000. Manggis Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta: Kanisius.

Juita N.2007 . Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Petani untuk Berpartisipasi Dalam Supply Chain Management (SCM) Manggis (Kasus Kampung Cengal, Karacak,

Leuwiliang, Kabupaten Bogor). Skripsi. IPB. Bogor.

Kadariah. 2001. Evaluasi Proyek Analisa Ekonomis.Jakarta: Fakultas Ekonomi UI. Limbong W.H, Sitorus P. 1987. Pengantar Tataniaga Pertanian. Program Studi Manajer

Koperasi Unit Desa (KUD). Bogor: Fakultas Politeknik Pertanian IPB.

Pradhana A Y. 2011. Analisis Biaya dan Kelayakan Usaha Penggilingan Padi di Desa Cihideung Ilir, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.Skripsi.IPB. Bogor

Pramudya B. dan Dewi N. 1992. Ekonomi Teknik. Jurusan Mekanisasi Pertanian. Bogor: Fateta IPB.


(41)

27

Karyadi A, Nurmalina R, Sarianti T. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor: Departemen Agribisnis FEM IPB.

Machfud Y Agung. 1990. Perancangan Tata Letak pada Industri Pangan. Depdikbud. Dirjen Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.

Redaksi Agromedia .2009. Budidaya Tanaman Buah Unggul Indonesia. Jakarta: PT Agromedia Pustaka.

Rejeki P S. 2005. Analisis Tekno Ekonomi Pengembangan Packing House Sayuran di Kabupaten Bekasi. Skripsi.IPB.Bogor.

Samak K. 2006 . Analisis Kelayakan Usahatani Manggis (Garcinia Mangostana L) (Studi Kasus : Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor. Skripsi.IPB.Bogor.

Sartika J. 1997 . Studi Perencanaan Desain Packing House untuk Sayuran. Skripsi. IPB.Bogor. Satuhu S .1997. Penaganan Manggis Segar untuk Ekspor. Jakarta: Penebar Swadaya.

Siswanto H.B . 2005. Pengantar Manajemen. Bandung: PT Bumi Aksara.

Suparrakhmataeni R. 2006. Sistem Pemasaran Manggis (Garcinia Mangostana L) di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten sukabumi. Skripsi.IPB.Bogor.


(42)

(43)

29

Lampiran 1. Bagan Metode Analisis

Operasional produksi packing house

yang sudah berjalan hingga saat ini

Analisis kelayakan operasional

packing house

Analisis Aspek Teknis

dengan Metode Kualitatif

Deskriptif

Analisis Aspek Finansial

Dengan menggunakan NPV,

IRR, B/C Ratio dan Analisis

Sensitivitas

Analisis Aspek Manajemen

dengan Metode Kualitatif

Deskriptif

Kriteria

NPV > 0 = Layak

Net B/C > 1 = Layak

IRR > tingkat diskonto yang ditetapkan = Layak

Layak


(44)

30

Lampiran 2. Foto packing house awal dan packing house hibah

Gambar 3. Packing house awal


(1)

Lampiran 20. Analisis Sensitivitas terhadap penurunan harga jual sebesar 2 %

Tahun penerimaan Pengeluaran arus kas bersih DF 5 % NPV 5 % DF 15 % NPV 15 %

0 0 261,082,000 -261,082,000 1 -261,082,000 1 -261,082,000

1 2,765,560,000 2,732,036,667 33,523,333 0.952 31,926,984 0.870 29,150,724

2 2,765,560,000 2,732,036,667 33,523,333 0.907 30,406,651 0.756 25,348,456

3 2,765,560,000 2,732,036,667 33,523,333 0.864 28,958,715 0.658 22,042,136

4 2,765,560,000 2,732,036,667 33,523,333 0.823 27,579,729 0.572 19,167,074

5 2,765,560,000 2,732,036,667 33,523,333 0.784 26,266,409 0.497 16,667,021

6 2,765,560,000 2,732,036,667 33,523,333 0.746 25,015,627 0.432 14,493,062

7 2,765,560,000 2,732,036,667 33,523,333 0.711 23,824,407 0.376 12,602,663

8 2,765,560,000 2,732,036,667 33,523,333 0.677 22,689,911 0.327 10,958,837

9 2,850,569,720 2,732,036,667 118,533,053 0.645 76,407,463 0.284 33,694,492

31,993,896 -76,957,535

NPV = Rp -76,957,535 IRR = 7.94 %


(2)

Lampiran 21. Foto Kegiatan Produksi Pada Packing House

Gambar 5. Manggis yang diterima oleh packing house


(3)

Lampiran 21 (lanjutan). Foto Kegiatan Produksi Pada Packing House

Gambar 7. Kegiatan penyimpanan sementara di dalam packing house


(4)

Lampiran 21 (lanjutan). Foto Kegiatan Produksi Pada Packing House


(5)

(6)

Lampiran 23. Susunan pengurus packing house dan besarnya gaji yang diterima

No Nama Posisi Gaji

Bonus akhir musim (Rp) Saat panen (Rp)

Saat tidak panen (Rp)

1 Hendrik H Ketua 90,000/hari 35,000/hari 2,000,000

2 Endang Wakil ketua 70,000/hari 25,000/hari 2,000,000

3. Imam S Sekertaris 60,000/hari 20,000/hari 2,000,000

4. Emil Warnasih Sekertaris 60,000/hari 20,000/hari 2,000,000

5. M. Ece Sumyani Bendahara 60,000/hari 20,000/hari 2,000,000

6. Hendi Keamanan 60,000/hari 50,000/bulan 300,000

7. Hendi suhendi Keamanan 60,000/hari 50,000/bulan 300,000

8. Sahrul Kebersihan 70,000/hari - 300,000

9. Ujang Karyawan produksi 70,000/hari 50,000/minggu 300,000

10 Karim Karyawan produksi 70,000/hari - 300,000

11 Uus Karyawan produksi 70,000/hari - 300,000

12 Firman Karyawan produksi 70,000/hari - 300,000

13 Acep Karyawan produksi 70,000/hari - 300,000

14 Iwan Karyawan produksi 70,000/hari - 300,000

15 Dede Karyawan produksi 70,000/hari - 300,000