Analisis Titik Impas Analisis Kelayakan Investasi

18 Biaya total didapat dari penjumlahan biaya tidak tetap dan biaya tetap. Secara rinci biaya tetap dapat dilihat pada Lampiran 3 dan biaya tidak tetap dapat dilihat pada Lampiran 4 sd Lampiran 7. Rata - rata biaya total produksi per tahun sebesar Rp. 2,749,085,666 dan rata - rata total produksi per tahun sebanyak 340,000 kg, maka besarnya biaya pokok produksi manggis adalah Rp. 8086kg.

C. Analisis Titik Impas

Titik impas dapat dicapai pada saat packing house tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian. Analisis titik impas perlu dihitung untuk mengetahui berapa jumlah minimal manggis yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Analisis titik impas dilakukan dengan menggunakan komponen biaya tetap, biaya tidak tetap, harga jual dan total produksi. Rata - rata biaya tetap produksi setahun sebesar Rp. 48,019,000, biaya tidak tetap sebesar Rp. 2,701,066,666, harga jual sebesar Rp 8300kg dan total produksi sebesar 340,000 kg. Maka didapat nilai titik impas sebesar 135,459 kgtahun. Jumlah tingkat produksi packing house mencapai 340,000 kgtahun ternyata lebih besar dari nilai titik impas yaitu sebesar 135,459 kgtahun. Hal ini menunjukan bahwa packing house mendapatkan keuntungan setiap tahunnya karena jumlah produksinya lebih besar dari nilai titik impas.

D. Analisis Kelayakan Investasi

Dalam menghitung kelayakan finansial ini diperlukan adanya inflow penerimaan dan outflow pengeluaran. Outflow pengeluaran untuk usaha tani packing house dibedakan menjadi dua macam yakni pengeluaran operasional tetap dan tak tetap. Pengeluaran operasional tetap ialah biaya operasional yang dikeluarkan tanpa terpengaruh besarnya produksi. Pengeluaran operasional tak tetap ialah tergantung besarnya produksi sedangkan untuk inflow penerimaan diperoleh dari penjualan produk manggis yang secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 8, nilai sisa sebelum adanya hibah sebesar Rp. 65,819,000 yang secara rinci nilai sisa dapat dilihat pada Lampiran 9, dan nilai sisa setelah adanya hibah sebesar Rp. 85,009,720 yang secara rinci nilai sisa dapat dilihat pada Lampiran 10. Dalam melakukan analisis kelayakan finansial ini, dilakukan asumsi - asumsi dan pendekatan, diantaranya: 1. Harga yang digunakan adalah harga yang berlaku pada saat penelitian 2. Umur proyek adalah 9 tahun 3. Biaya - biaya yang dikeluarkan selama proyek berjalan dianggap konstan. 4. Besarnya harga akhir 10 dari harga awal. 5. Suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar 15 . 6. Biaya investasi dikeluarkan seluruhnya pada awal tahun. 7. Selama proyek berjalan diasumsikan tidak ada kenaikan harga Kriteria kelayakan aspek finansial ada bermacam – macam. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah Net Present Value, Net Benefit Cost Ratio, Internal Rate of Return, dan Payback Period. Digunakan empat kriteria untuk saling melengkapi. Hasil analisis kelayakan investasi berdasarkan keempat kriteria tersebut adalah : 19 Net Present Value NPV Kelayakan yang diukur berdasarkan kriteria investasi NPV memberikan gambaran besarnya manfaat bersih tambahan yang diterima proyekusaha pada akhir periode jangka hidup proyek tersebut. Suatu bisnis dikatakan layak berdasarkan kriteria NPV apabila nilai NPVnya lebih besar daripada nol. NPV berhubungan dengan tingkat resiko suatu usaha. Semakin besar NPV suatu usaha menunjukkan semakin layak usaha tersebut dilaksanakan. Nilai NPV usaha packing house dengan jangka waktu proyek sembilan tahun pada diskon faktor 15 persen sebesar Rp. 241,126,360 Lampiran 11 sedangkan NPV setelah adanya hibah sebesar 192,350,661 Lampiran 12. Internal Rate of Return IRR Kriteria IRR merupakan kriteria yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal. Perbandingan menggunakan diskon faktor digunakan untuk mengukur kelayakan berdasarkan kriteria investasi IRR, usaha packing house layak dilaksanakan bila nilai IRR-nya lebih besar dari diskon faktor yang disyaratkan. Pada uji kelayakan ini, tingkat suku bunga yang digunakan ialah tingkat suku bunga pinjaman sebesar 15 BRI Rate, 2010. Usahatani packing house ini mempunyai IRR sebesar 41,67 Lampiran 11 sedangkan IRR setelah adanya hibah sebesar 32.77 Lampiran 12. Nilai IRR yang diperoleh menunjukkan bahwa usahatani packing house manggis ini layak untuk diusahakan. Net Benefit Per Cost Net BC Suatu usahaproyek dinyatakan layak berdasarkan kriteria Net BC, apabila nilai Net BC yang diperoleh lebih besar dari satu menunjukkan bahwa manfaat yang diperoleh dari suatu usaha dapat menutupi seluruh biaya yang dikeluarkan. Net BC kurang dari satu menunjukkan bahwa manfaat yang diperoleh tidak dapat menutupi semua biaya yang dikeluarkan sehingga usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan. Berdasarkan kriteria Net BC usahatani packing house ini layak diusahakan karena nilai Net BC yang diperoleh sebesar 2.159 Lampiran 11 sedangkan setelah adanya hibah nilai Net BC sebesar 1.74 Lampiran 12. Payback Period Periode yang dibutuhkan untuk kembali modal adalah 2.1 tahun sedangkan setelah adanya hibah nilai payback period menjadi 3.1 tahun. Periode tersebut masih dalam cakupan periode proyek yakni selama Sembilan tahun, berarti packing house ini layak untuk dikembangkan. Nilai payback period setelah adanya hibah lebih lama bila dibandingkan nilai payback period sebelum adanya hibah. Nilai IRR, NPV, dan Net BC pada packing house setelah adanya hibah memiliki nilai yang lebih kecil bila dibandingkan Nilai IRR, NPV, dan Net BC sebelum adanya hibah serta nilai Payback Period juga memiliki nilai yang lebih lama setelah adanya hibah bila dibandingkan dengan sebelum adanya hibah. Hal ini disebabkan nilai investasi setelah adanya hibah lebih besar bila dibandingkan nilai investasi sebelum adanya hibah. Nilai total investasi sebelum hibah sebesar Rp. 208,100,000 dan nilai total investasi setelah hibah sebesar Rp 261,082,000. Sementara nilai penerimaan dan pengeluaran per tahun merupakan nilai rata – rata dari sembilan tahun terakhir sebelum adanya hibah yaitu rata - rata nilai penerimaan sebesar Rp 2,822,000,000 dan rata - rata nilai pengeluaran sebesar Rp 2,732,036,667. 20 Analisis Sensitivitas Pada suatu usaha tani atau proyek, sering sekali terjadi kesalahan –kesalahan yang disebabkan karena adanya dua faktor yaitu faktor manusia dan factor lingkungan, maka dari itu dalam hal ini sangat dibutuhkan sutu analisis sensitivitas. Faktor dari manusia biasanya karena manusia seringkali melakukan kesalahan dalam memperhitungkan segala sesuatunya, sedangkan untuk faktor lingkungan dikarenakan kemungkinan adanya kenaikan harga mendadak ketika suatu usaha tani sedang dilaksanakan, faktor lingkungan seperti cuaca, bencana alam, juga bisa berpengaruh terhadap tingkat produksi dalam suatu usaha tani. Berdasarkan Analisis kelayakan Investasi yang dilakukan sebelumnya bahwa didapatkan nilai NPV, IRR, dan Net Benefit Cost Ratio BC Ratio terlihat layak untuk dilaksanakan. Suatu Investasi pasti selalu menghadapi ketidakpastian termasuk usaha tani packing house ini, karena itu layak atau tidaknya packing house manggis tergantung pada perubahan – perubahan dalam investasi tersebut. Perubahan – perubahan yang terjadi karena pengaruh dari keadaan sosial dan ekonomi selama proyek berlangsung. Pada penelitian ini unsur analisis yang digunakan adalah biaya operasional transportasi, volume produksi, dan harga jual. Analisis sensitivitas terhadap biaya operasional dilakukan pada kenaikan biaya operasional transportasi sebesar 10 , 20 , dan 30 Tabel 1. Analisis sensitivitas terhadap volume produksi dilakukan pada penurunan volume produksi sebesar 5 , 10 , 20 , dan 30 Tabel 2. Analisis sensitivitas terhadap harga jual dilakukan pada penurunan harga jual sebesar 2 . Tabel 1. Hasil Analisis sensitivitas terhadap kenaikan biaya transportasi Perubahan NPV Rp IRR Net BC Kenaikan biaya transportasi Sebesar 10 122,049,326 26.93 1.467 Kenaikan biaya transportasi Sebesar 20 51,747,992 19.93 1.198 Kenaikan biaya transportasi Sebesar 30 -18,553,343 13.37 0.929 Analisis sensitivitas kenaikan biaya transportasi Sebesar 10 Lampiran 13 dan 20 Lampiran 14 didapatkan nilai NPV lebih besar dari satu, IRR lebih besar dari 15 dan Net BC lebih besar dari satu berarti perusahaan dapat bertahan dan layak dikembangkan. Sementara pada kenaikan biaya transportasi sebesar 30 didapatkan nilai NPV yang lebih kecil yakni kurang dari satu, IRR lebih kecil dari 15 dan Net BC lebih kecil dari satu Lampiran 15 berarti perusahaan sudah tidak dapat bertahan dan tidak layak dikembangkan. Tabel 2. Hasil Analisis sensitivitas terhadap penurunan volume produksi Perubahan NPV Rp IRR Net BC Penurunan volume produksi sebesar 5 159,392,297 29.71 1.611 Penurunan volume produksi sebesar 10 126,433,933 26,89 1.484 Penurunan volume produksi sebesar 20 60,517,206 20,93 1.232 Penurunan volume produksi sebesar 30 -5,399,522 14,55 0.979 Analisis sensitivitas penurunan volume produksi Sebesar 5 Lampiran 16, 10 Lampiran 17 dan 20 Lampiran 18 didapatkan nilai NPV lebih besar dari satu, IRR lebih besar dari 15 dan Net BC lebih besar dari satu berarti perusahaan dapat bertahan dan layak dikembangkan. Sementara pada penurunan volume produksi sebesar 30 didapatkan nilai NPV yang lebih kecil yakni kurang dari satu, 21 IRR lebih kecil dari 15 dan Net BC lebih kecil dari satu Lampiran 19 berarti perusahaan sudah tidak dapat bertahan dan tidak layak dikembangkan. Analisis sensitivitas penurunan harga jual Sebesar 2 didapatkan nilai NPV yang kecil yakni kurang dari satu, IRR lebih kecil dari 15 dan Net BC lebih kecil dari satu Lampiran 20 berarti perusahaan sudah tidak dapat bertahan dan tidak layak dikembangkan serta harga jual merupakan unsur yang sangat sensitif dalam analisis sensitivitas ini. Oleh karena itu penetapan harga jual untuk masa kedepannya harus lebih tinggi lagi.

E. Analisis Aspek Teknis