Tehnik Pengumpulan Data Analisis Data

21 3 Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang yaitu mencakup bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus umum dan eksiklopedia dalam penelitian ini. b. Data Primer Data primer digunakan untuk melakukan konfrontir terhadap berbagai macam data sekunder yang telah diperoleh dalam rangka melakukan penegasan. Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung terhadap pihak terkait untuk pemecahan masalah yang masih memerlukan informasi lebih lanjut guna melakukan dan memastikan validasi terhadap data sekunder yang telah diperoleh

3. Tehnik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini, baik data sekunder maupun data primer diperoleh dengan melakukan penelitian kepustakaan library research. Penelitian kepustakaan yakni upaya penelitian untuk memperolah data dari penelusuran literatur kepustakaan, peraturan perundang-undangan, majalah, koran, artikel dan sumber lainnya yang berhubungan dengan objek penelitian ini. Selain itu guna mendukung data primer yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan tersebut, dilakukan juga dengan wawancara secara langsung dan mendalam, terarah dan sistematis ditujukan kepada narasumber terkait dalam perjanjian ini sebagai data pendukung guna melengkapi data yang diperlukan dalam penulisan tesis ini, yaitu terhadap : a. Pimpinan Kantor Cabang PT. Jamsostek Persero Binjai; b. Pimpinan klinik kesehatan swasta di kota Binjai sebanyak 3 tiga orang Universitas Sumatera Utara 22 c. Kabid Pelayanan JPK-Jamsostek Kantor Cabang PT. Jamsostek Persero Binjai

4. Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan menguraikan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesa kerja yang disaratkan data. 35 Keseluruhan data atau bahan yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan kualitatif, yaitu metode analisis data dengan mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas dan kebenaran, kemudian dihubungkan dengan peraturan perundang-undangan, pendapat para ahli dari studi kepustakaan dengan dengan menggunakan metode deduktif. Metode deduktif dilakukan dengan cara membaca, menafsirkan dan membandingkan, sehingga diperoleh kesimpulan yang benar dan akurat sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. 35 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002, hal. 101 Universitas Sumatera Utara 23

BAB II PENGATURAN DAN BENTUK PERJANJIAN KERJASAMA JAMINAN

PEMELIHARAAN KESEHATAN ANTARA PT JAMSOSTEK PERSERO DENGAN KLINIK KESEHATAN SWASTA DI KOTA BINJAI

A. Perjanjian Pada Umumnya 1.

Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada pihak lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Melalui perjanjian terciptalah perikatan atau hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak yang membuat perjanjian. Secara yuridis pengertian perjanjian terdapat pada Pasal 1313 KUHPerdata yang berbunyi “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lainnya atau lebih”. 36 Dilihat dari bentuknya perjanjian itu dapat berupa suatu perikatan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis 37 Para sarjana hukum perdata pada umumnya berpendapat bahwa definisi perjanjian yang terdapat dalam ketentuan di atas tidak lengkap dan terlalu luas. Dikatakan tidak lengkap karena yang dirumuskan itu hanya mengenai perjanjian sepihak saja. Definisi tersebut dikatakan juga terlalu luas karena dapat mencakup perbuatan di dalam lapangan hukum keluarga, seperti janji kawin yang juga merupakan perjanjian, tetapi sifatnya berbeda dengan perjanjian yang diatur dalam 36 Purwahid Patrik, Dasar-Dasar Hukum Perikatan, Bandung : Mandar Maju, 1994, hal. 94 37 Hasanudin Rahman, Legal Drafting, Bandung : PT Citra aditya Bakti, 2000, hal. 4 23 Universitas Sumatera Utara 24 KUHPerdata Buku III. Perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata Buku III kriterianya dapat dinilai secara materiil, dengan kata lain dinilai dengan uang. 38 Abdulkadir Muhammad mengemukakan bahwa definisi perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata tersebut masih terdapat beberapa kelemahan, yakni : 39 a. Hanya menyangkut sepihak saja Hal ini dapat diketahui dari perumusan : “satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya”. Kata “mengikat” sifatnya hanya datang dari satu pihak saja, tidak dari kedua belah pihak. Seharusnya perumusan itu ”saling mengikatkan diri” sehingga terdapat konsensus antara para pihak. b. Kata perbuatan mencakup juga tanpa konsensus Dalam pengertian perbuatan mencakup juga tindakan melaksanakan tugaspekerjaan orang lain tanpa kuasa zaakwaarneming. Perbuatan melawan hukum onrechtmatigedaad yang tidak mengandung suatu konsensus seharusnya dipakai kata persetujuan c. Pengertian perjanjian terlalu luas Pengertian perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata terlalu luas karena mencakup juga pelangsungan perkawinan, janji kawin yang diatur dalam lapangan hukum keluarga. Padahal yang dimaksudkan adalah hubungan antara debitur dengan kreditur dalam lapangan harta kekayaan saja. d. Dalam rumusan pasal tersebut tidak disebutkan tujuan mengadakan perjanjian, sehingga para pihak mengikat dirinya tidak jelas untuk apa. Istilah perjanjian sebenarnya merupakan terjemahan dari bahasa Belanda yaitu overeenkomst dan dalam kepustakaan ilmu hukum di Indonesia sendiri ada berbagai macam pendapat di kalangan para sarjana. “Sebagian para sarjana hukum menterjemahkan sebagai kontrak dan sebagian lainnya menterjemahkan sebagai perjanjian.” 40 38 Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 2001. Hal. 65 39 J. Satrio, Hukum Perjanjian, Bandung : PT. Citra Aditya Bhakti, 1992 hal. 23-24 40 Ricardo Simanjuntak, Teknik Perancangan Kontrak Bisnis, Jakarta : PT.Gramedia, 2006, hal. 27 Universitas Sumatera Utara 25 Karena rumusan perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata banyak mengandung kelemahan maka muncullah doktrin yang mencoba melengkapi pengertian perjanjian tersebut. “Menurut pendapat para ahli hukum, perjanjian adalah suatu perbuatan hukum rechtshandeling yang berdasarkan kata sepakat dapat menimbulkan suatu akibat hukum.” 41 Menurut Subekti, ”suatu perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain, atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.” 42 Dalam perkembangannya pengertian perjanjian tersebut mengalami perubahan sebagaimana dikemukakan oleh J.Van Dunne, menyebutkan ”perjanjian ditafsirkan sebagai suatu hubungan hukum penawaran dari satu pihak dan perbuatan hukum penerimaan dari pihak lain.” 43 Perjanjian dinamakan juga persetujuan atau kontrak karena menyangkut kedua belah pihak yang setuju atau sepakat untuk melakukan sesuatu.

2. Unsur-Unsur Perjanjian

Dokumen yang terkait

Perjanjian Baku/Standar Kontrak Bertentangan Dengan Asas Kebebasan Berkontrak

2 33 147

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM HUKUM PERJANJIAN ISLAM

0 2 10

TINJAUAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN LISENSI PERANGKAT LUNAK Tinjauan Asas Kebebasan Berkontrak Dalam Perjanjian Lisensi Perangkat Lunak Blackberry.

0 3 11

PELAKSANAAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN Pelaksanaan Asas Kebebasan Berkontrak Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi Perjanjian Baku Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Antara Debitur dan PT. INDOMOBIL FINANCE Cab

0 3 19

PELAKSANAAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN Pelaksanaan Asas Kebebasan Berkontrak Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi Perjanjian Baku Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Antara Debitur dan PT. INDOMOBIL FINANCE Cab

0 3 12

PELAKSANAAN PERJANJIAN PROGRAM JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MELALUI PT JAMSOSTEK (PERSERO) BATAM.

0 1 8

Perjanjian Kerjasama Antara PT. Askes (Persero) Cabang padang Dengan Klinik Simpang Anduring Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan.

0 0 6

BAB II PENGATURAN DAN BENTUK PERJANJIAN KERJASAMA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN ANTARA PT JAMSOSTEK (PERSERO) DENGAN KLINIK KESEHATAN SWASTA DI KOTA BINJAI A. Perjanjian Pada Umumnya 1. Pengertian Perjanjian - Asas Kebebasan Berkontrak dalam Perjanjian K

0 0 71

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Asas Kebebasan Berkontrak dalam Perjanjian Kerjasama Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Antara PT Jamsostek (Persero) Dengan Klinik Kesehatan Swasta Di Kota Binjai

0 0 22

Asas Kebebasan Berkontrak dalam Perjanjian Kerjasama Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Antara PT Jamsostek (Persero) Dengan Klinik Kesehatan Swasta Di Kota Binjai

0 0 14