Anatomi Perjanjian Kerjasama Asas Kebebasan Berkontrak dalam Perjanjian Kerjasama Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Antara PT Jamsostek (Persero) Dengan Klinik Kesehatan Swasta Di Kota Binjai

62 pelayanan kesehatan bagi peserta Jamsostek, baik dalam rangka pencegahan preventif, penyembuhan curatif, pemulihan rehabilitatif, maupun peningkatan promotif. Dengan demikian perjanjian yang terjadi dalam bidang pelayanan kesehatan ini ádalah sah dan tidak melanggar hukum. Syarat subjektif dari suatu perjanjian yaitu sepakat bagi mereka yang mengikatkan diri dan kecakapan untuk membuat suatu perikatan. Kalau syarat subjektif tidak dipenuhi, maka perjanjian itu bukannya batal demi hukum akan tetapi dapat dimintakan pembatalan oleh salah satu pihak. Syarat objektif yang dianut pada syarat sahnya perjanjian yaitu suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal. Jika syarat ini tidak terpenuhi dalam suatu perjanjian, maka perjanjian adalah batal demi hukum. Dengan terpenuhinya syarat sahnya perjanjian yaitu syarat subyektif dan syarat objektif sebagaimana diatur oleh Pasal 1320 KUHPerdata, maka perjanjian kerjasama pelayanan kesehatan tersebut adalah sah dan mengikat sebagai undang-undang bagi para pihak. D. Bentuk Perjanjian Kerjasama Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Antara PT. Jamsostek dengan Klinik Kesehatan Swasta

1. Anatomi Perjanjian Kerjasama

Dalam Penelitian tesis ini dikaji 3 tiga dokumen perjanjian kerjasama tentang pemberian pelayanan kesehatan melalui klinik kesehatan swasta bagi peserta program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK-Jamsostek, yaitu perjanjian kerjasama antara : Universitas Sumatera Utara 63 a. PT. Jamsostek Persero kantor Cabang Binjai dengan Klinik ”Sehat Sehati” dengan Nomor PER 17 122011 b. PT. Jamsostek Persero kantor Cabang Binjai dengan Klinik ”Keliat” Nomor PER 14 122011 c. PT. Jamsostek Persero kantor Cabang Binjai dengan Klinik ”Adhisma Husada” Nomor : PER 07 122011 Ketiga dokumen perjanjian kerjasama tersebut di atas yang telah ditandatangani oleh para pihak mempunyai pola atau anatomi sebagai berikut :

a. Judul Heading

Judul Heading atau nama kontrak diberi nama sesuai dengan isi kontrak itu sendiri haruslah singkat, jelas dan padat. Pemahaman awal antara para pihak yang bernegosiasi sebagaimana yang dituangkan dalam kontrak kerjasama oleh para pihak untuk melakukan kontrak kerjasama, karena kesepakatan awal seperti yang tertuang didalam Pasal 1320 KUH Perdata merupakan pendahuluan untuk merintis lahirnya suatu kontrak kerjasama yang sebenarnya, yang kemudian baru diatur dan dituangkan secara lebih rinci dalam kontrak dalam bentuk lebih formal. Salah satu contoh judul perjanjian kerjasama JPK adalah : ”Perjanjian kerjasama antara PT.Jamsostek Persero Kantor Cabang Binjai dengan klinik Sehat Sehati tentang pemberian pelayanan kesehatan melalui klinik bagi peserta program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK”. Semua perjanjian Universitas Sumatera Utara 64 kerjasama tersebut pada dasarnya mempunyai judul yang sama, perbedaan hanya terletak pada nama klinik. .Setelah judul perjanjian lalu diikuti dengan nomor perjanjian

b. Pembukaan Opening.

Setelah judul dan nomor perjanjian kemudian diawali dengan pembukaan yaitu berupa tanggal yang merupakan permulaan dari suatu kontrak. Pembuatan kontrak antara PT. Jamsostek Persero Kantor Cabang Binjai dengan Klinik kesehatan Sehat Sehati dimulai dengan kata- kata atau kalimat : “Pada hari ini, Rabu tanggal dua puluh delapan desember tahun dua ribu duabelas 28-12-2012, yang bertandatangan dibawah ini”.

c. KomparisiIdentitas Para Pihak

Komparisi merupakan bagian kontrak yang memuat identitas para pihak atau pembuat perjanjian, termasuk uraian yang dapat menunjukkan bahwa yang bersangkutan mempunyai kecakapan rechtsbekwaamheid serta kewenangan rechtsbevoegheid untuk melakukan tindakan-tindakan hukum rechthandelingen sebagaimana dinyatakan dalam kontraksuratakta. Salah satu contoh komparisi dalam perjanjian kerjasama program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 65 1 Umardin Lubis, SE : Kepala Kantor Cabang Binjai, bersadarkan Surat Keputusan Direksi PT.Jamsostek Persero No : KEP143062011 tanggal 15 Juni 2011 dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Direksi PT.Jamsostek Persero berkedudukan dan berkantor di Jl.Soekarno Hatta No.469 Binjai, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA. 2 dr. Elvi Susanti Sitepu : Pimpinan Balai Pengobatan Sehat Sehati berdasarkan surat izin No : 194440SIPDDS2010 berkedudukan di jalan Medan Binjai Km. 14.6 No.18 Desa Diski Kecamatan Sunggal, selanjutnya disebut sebagai : PIHAK KEDUA.

d. Premise Recitals

Suatu dokumen legal, premise atau recitals merupakan dasar atau pertimbangan, digunakan sebagai pendahuluan introduction atau suatu pengantar dari pernyataan yang tertuang didalam surat perjanjian yang menunjukkan maksud dan tujuan para pihak, dan menyatakan alasan mengapa kontrak itu dibuat. Adapun premise dalam perjanjian kerjasama ini adalah: “Pihak Pertama dan Pihak Kedua telah saling setuju untuk mengadakan perjanjian kerjasama pemberian pelayanan kesehatan bagi peserta program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK dan keluarganya yaitu suami atau istri dan maksimal 3 tiga orang anak dengan ketentuan belum menikah, belum bekerja, usia maksimal 21 tahun”. Universitas Sumatera Utara 66

e. Isi Perjanjian

Perjanjian kerjasama pelayanan kesehatan antara Kantor PT.Jamsostek Persero Cabang Binjai dengan ketiga klinik kesehatan tersebut, masing-masing memuat 13 tiga belas pasal dan 6 enam lampiran yang mengatur berbagai klausula hak dan kewajiban para pihak guna memberikan pelayanan kesehatan bagi peserta JPK- Jamsostek, yaitu sebagai berikut : 1 Pengertian Umum definisi Klausula pengertian umum ini memuat berbagai definisi untuk keperluan kontrak. Definisi ini hanya berlaku pada kontrak tersebut dan dapat menyimpang dari pengertian. ”Klausula definisi penting dalam rangka mendefinisikan klausul-klausul selanjutnya karena tidak perlu diadakan pengulangan.” 97 Klausula tentang pengertian umum atau definisi dalam perjanjian kerjasama ini terapat pada Pasal 1 2 Kewenangan Hukum rechtsbevoegheid Para Pihak. Seperti yang telah diterangkan di dalam komparisiindentitas para pihak mengenai adanya kewenangan hukum para pihak, lebih lanjut penting untuk dikaji tentang hal tersebut sebagaimana secara 97 Ahmadi Miru, Op. Cit, hal. 155 Universitas Sumatera Utara 67 tersirat diterangkan di dalam Pasal 3 perjanjian kerjasama ini, yaitu mengenai ”Pedoman dan Dasar Hukum”. Terkait dengan kewenangan hukum para pihak, Pihak Pertama dalam perjanjian memiliki privilege untuk berperan sebagai satu- satunya Badan Penyelenggara yang melakukan pengelolaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja khususnya dalam bidang jaminan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja sebagaimana yang diamanahkan oleh Undang Undang Nomor 3 Tahun 1992. tentang Jamsostek. Selanjutnya mengenai penetapan Pihak Pertama sebagai satu-satunya Badan Penyelenggara juga disebutkan di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 tentang Penetapan Badan Penyelenggara Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yang dalam pelaksanaannya Badan Penyelenggara tersebut harus melakukan kerja sama tertulis dengan para pelaksana pelayanan kesehatan, yang dalam hal ini salah satu di antaranya adalah Pihak Kedua dalam perjanjian. Adanya kewenangan hukum Pihak Kedua dalam perjanjian kerjasama tersebut tidak terlepas dari pemberlakuan beberapa regulasi peraturan perundang-undangan terkait yakni: a Pasal 22 Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 12 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa, untuk memberikan pelayanan pemeliharaan kesehatan kepada peserta, Badan Penyelenggara Universitas Sumatera Utara 68 menunjuk pelaksana pelayanan kesehatan yang diantaranya terdiri dari, Balai Pengobatan, Puskesmas dan Dokter Praktek Swasta. b Pasal 37 ayat 1 Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 yang menyatakan bahwa, pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan peserta, dilakukan oleh Pelaksana Pelayanan Kesehatan berdasarkan perjanjian secara tertulis dengan Badan Penyelenggara. Sehingga dengan demikian, dapat diyakini jika kekuatan hukum dari perjanjian tersebut juga disandarkan pada kewenangan hukum para pihak yang membuatnya. Kewenangan hukum tersebut menjadi sangat penting ketika dipahami secara berdampingan dengan kecakapan bertindak, sebagaimana yang menjadi pendapat dari J.Satrio berikut ini: “Kecakapan bertindak” menunjuk kepada kewenangan yang umum, kewenangan umum untuk menutup perjanjian lebih luas lagi, untuk melakukan tindakan hukum pada umumnya sedang “kewenangan bertindak” menunjuk kepada yang khusus, kewenangan untuk bertindak dalam peristiwa yang khusus. Ketidakwenangan hanya menghalang-halangi untuk melakukan tindakan hukum tertentu. 98 Berdasarkan uraian tersebut dapat dinyatakan bahwa ”tidak cakap adalah mereka yang pada umumnya tidak boleh menutup 98 J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian : Buku II, Bandung : Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 1995, hal. 2 Universitas Sumatera Utara 69 perjanjian dan sebaliknya tidak berwenang dapat dipahami sebagai mereka yang oleh undang-undang dilarang menutup perjanjian- perjanjian tertentu.” 99 Dengan demikian secara a contrario dapat disimpulkan bahwa selain kecakapan bertindak, oleh undang undang yang terkait para pihak juga diharuskan memiliki kewenangan hukum untuk melakukan perbuatan hukum tertentu khususnya dalam hal ini adalah perbuatan hukum untuk membuat perjanjian kerja sama tersebut di atas. 3 Hak dan Kewajiban Para Pihak Pengaturan tentang hak dan kewajiban terdapat dalam Pasal 7 dan Pasal 8 perjanjian kerjasama. Dalam pasal-pasal tersebut memuat hak dan kewajiban dari pihak klinik kesehatan terhadap PT.Jamsostek maupun sebaliknya. Dalam pengaturan hak dan kewajiban tersebut dijelaskan beberapa prestasi dan kontra prestasi dari para pihak sehubungan dengan pelaksanaan perjanjian ini. Prestasi pokok dalam perjanjian kerjasama ini yakni berupa penunjukan Pihak Kedua sebagai Pelaksana Pelayanan Kesehatan PPK bagi Peserta Jamsostek oleh Pihak Pertama dalam kedudukannya sebagai Badan Penyelenggara Jaminan Pemeliharaan 99 Herlien Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia : Hukum Perjanjian Berlandaskan Asas-Asas Wigati Indonesia, Bandung : Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 2006, hal. 112. Universitas Sumatera Utara 70 Kesehatan, dan penerimaan penunjukan tersebut oleh Pihak Kedua guna memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta Jamsostek dan keluarganya 100 Prestasi yang harus diberikan oleh pihak klinik kesehatan kepada pihak PT.Jamsostek dalam perjanjian kerjasama jaminan pemeliharaan kesehatan ini ádalah sebagai berikut : a Pihak Kedua wajib memberikan prestasi dalam bentuk menjalankan tata laksana pelayanan kesehatan sesuai etika medis dan ruang lingkup pelayanan kesehatan program jaminan pemeliharaan kesehatan paket dasar, dan wajib menerapkan standar manajemen utilisasi dalam pengendalian mutu pelayanan kesehatan yang diberikan tersebut. 101 b Pihak Kedua wajib memberikan prestasi dalam bentuk penyampaian laporan tertulis tentang laporan bulanan berupa rekapitulasi data kesakitan dan laporan bulanan rekapitulasi kasus dan pembiayaan kepada Pihak Pertama. 102 c Pihak Kedua wajib memberikan prestasi dalam bentuk mengembangkan upaya peningkatan pengetahuan promotif dan 100 Pasal 4 ayat 1 Perjanjian Kerjasama Antara PT.Jamsostek dengan Klinik Sehat Sehati 101 Pasal 8 ayat 1 huruf a dan Pasal 8 ayat 4 huruf b Perjanjian Kerja Sama Antara PT.Jamsostek dengan Klinik Sehat Sehati 102 Pasal 8 ayat 4 huruf f Perjanjian Kerja Sama Antara PT.Jamsostek dengan Klinik Sehat Sehati Universitas Sumatera Utara 71 pencegahan preventif dalam rangka pelaksanaan program jaminan pemeliharaan kesehatan Jamsostek bagi tertanggung. 103 Selanjutnya terhadap prestasi yang diberikan oleh Pihak Kedua tersebut, maka Pihak Pertama wajib memberikan kontra prestasi berupa pembayaran uang kapitasi sebesar Rp. 3.950,- tiga ribu sembilan ratus lima puluh rupiah untuk setiap peserta Jamsostek yang terdaftar di dalam daftar nama tertanggung yang telah diserahkan oleh Pihak Pertama kepada Pihak Kedua beserta perubahan dan hasil rekonsiliasi datanya tersebut, dengan cara praupaya pada setiap tanggal 10 bulan berjalan 104 4 Ruang Lingkup Pelayanan Kesehatan Standar pelayanan kesehatan yang dituangkan dalam Pasal 4 dan lampiran 6 perjanjian kerjasama adalah merupakan ruang pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama yang harus dilaksanakan oleh Pihak Pertama yaitu klinik kesehatan yang telah bekerjasama dengan PT.Jamsostek Persero sebagaimana diatur dalam Pasal 24 ayat 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor : 12MenVI2007 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Iuan, Pembayaran Satunan dan Pelayanan Jaminan Sosial 103 Pasal 8 ayat 4 huruf g Perjanjian Kerja Sama Antara PT.Jamsostek dengan Klinik Sehat Sehati 104 Pasal 6, Pasal 7 dan Pasal 8 ayat 2 dan 3 Perjanjian Kerjasama Antara PT.Jamsostek dengan Klinik Sehat Sehati Universitas Sumatera Utara 72 Tenaga Kerja dan dan Keptusan Direksi PT.Jamsostek Persero Nomor : KEP127062006 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Bagi Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, adalah sebagai berikut : a Konsultasi, pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter umum b Konsultasi, pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter gigi termasuk penambalan, pencabutan dan perawatan syaraf gigi. c Tindakan medis dokter umum berupa pembersihan luka dan jahit luka d Tindakan medis dokter gigi berupa tindakan operasi gigi ringan yaitu tindakan pembedahan jaringan gigi pada gusi alveolectomy dan flap operasi dan tindakan pembedahan gigi bungsu odontectomy e Pemberian obat-obatan sesuai dengan standar obat JPK-Jamsostek yang berpedoman kepada Daftar Obat Essensial Nasional DOEN plus. f Pelayanan keluarga berencana berupa alat kontrasepsi yaitu Intra Uterine Divice IUD, pil, suntik, susuk dan kondom, g Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak KIA termasuk pemeriksaan ibu hamil, pemeriksaan bayianak balita dan pemberian immunisasi dasar h Konsultasi kesehatan i Melaksanakan rujukankonsultasi ke Pelaksana Pelayanan Kesehatan PPK Tingkat Kedua yaitu laboratorium, apotek atau rumah sakit 105 105 Buku Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Bagi Pelaksana Pelayanan Kesehatan PPK. hal. 6 Universitas Sumatera Utara 73 Pemberian pelayanan kesehatan tersebut harus sesuai dengan petunjuk dan prosedur pelayanan yang terdapat dalam buku petunjuk pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi peserta sesuai dengan yang diatur dalam lampiran kedua. 5 Jangka Waktu Perjanjian Jangka waktu perjanjian pada dasarnya akan memberikan suatu rentang waktu yang mengikat para pihak untuk saling menunaikan prestasi yang disepakati, dan sebagaimana yang telah menjadi kesepakatan para pihak, maka perjanjian kerja sama tersebut di atas mulai berlaku dari tanggal 1 Januari 2012 dan akan berakhir pada tanggal 31 Desember 2012. 106 Namun demikian apabila jangka waktu perjanjian juga dikaji dari sudut pandang pengertian perikatan hukum, maka berakhirnya perjanjian tidaklah semata-mata digantungkan pada jangka waktu perjanjian yang disepakati tersebut. Sebagaimana diketahui secara prinsip setiap perjanjian yang dilahirkan selalu menimbulkan suatu perikatan hukum, yakni : 107 “suatu hubungan hukum antara suatu jumlah terbatas subject-subject hukum rechtssubjecten, oleh karena mana seorang atau beberapa orang dari mereka debiteuren schuldenaren terhadap yang lain atau lain- lainnya crediteuren schuldeisers wajib melakukan suatu perbuatan tertentu dan yang lain berhak atas perbuatan yang demikian dari para debitur” 106 Pasal 5 ayat 1 Perjanjian Kerja Sama Antara PT. Jamsostek dengan Klinik Sehat Sehati 107 R. Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan, Hukum Perikatan, Surabaya : Penerbit PT. Bina Ilmu, 1984, hal. 10 Universitas Sumatera Utara 74 Selanjutnya terhadap perikatan hukum tersebut baru dapat berakhir oleh beberapa hal yang disebutkan dalam Pasal 1381 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, yakni salah satunya oleh perbuatan hukum pembayaran. Adapun tindakan yang dimaksudkan oleh undang-undang dengan perkataan pembayaran ialah pelaksanaan atau pemenuhan tiap perjanjian secara suka rela, artinya tidak dengan paksaan atau eksekusi. “Jadi perkataan pembayaran itu oleh undang-undang tidak melulu ditujukan pada penyerahan uang saja, tetapi penyerahan setiap barang menurut perjanjian, dinamakan pembayaran.” 108 Selanjutnya “batasan pengertian pembayaran tidaklah diartikan hanya sebagai suatu pembayaran sejumlah uang, akan tetapi dipahami secara lebih luas sebagai setiap tindakan pemenuhan prestasi, walau bagaimanapun sifat dan bentuk prestasi tersebut”. 109 Sehingga dengan demikian, apabila jangka waktu perjanjian telah berakhir dan kemudian Pihak Pertama terbukti belum menunaikan pembayaran uang kapitasi yang seharusnya telah dibayarkan kepada Pihak Kedua, maka dapat pula dikatakan perikatan hukum antara kedua belah pihak belumlah berakhir meskipun jangka waktu perjanjian telah berakhir, sampai uang kapitasi tersebut telah lunas dibayarkan oleh Pihak Pertama. 108 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata Pokok-Pokok Hukum Perdata, Op. Cit, hal. 100 109 Mariam Darus Badrulzaman, KUHPerdata Buku II Hukum Perikatan dengan Penjelasannya, Op. Cit,hal. 157 Universitas Sumatera Utara 75 Kondisi tersebut di atas sebetulnya juga tersirat pada ketentuan dalam Pasal 9 perjanjian kerjasama tersebut. Jika seandainya keterlambatan pembayarannya terjadi untuk periode bulan terakhir pada jangka waktu perjanjian, di dalamnya disepakati mengenai ketentuan denda yang perhitungannya maksimal sampai dengan 30 tiga puluh hari kalender setelah jangka waktu perjanjian kerja sama telah berakhir, atau dengan kata lain kewajiban pembayaran uang kapitasi beserta denda 5 lima persen masih akan menjadi kewajiban Pihak Pertama meskipun jangka waktu perjanjian telah berakhir, suatu kewajiban yang menurut Pasal 5 ayat 3 perjanjian kerjasama tersebut tetap harus ditunaikan meskipun perjanjian telah berakhir jangka waktunya. 6 Denda dan Sanksi Penerapan sanksi dan denda berupa penundaan pembayaran terhadap setiap keterlambatan pembayaran atau keterlambatan pelaporan sebagaimana ditentukan di dalam Pasal 9 perjanjian kerjasama tersebut, belum cukup untuk dinyatakan sebagai sebuah bentuk pertanggung jawaban para pihak terhadap tindakan wanprestasi yang dilakukan. Seperti yang diketahui, sesuai dengan ketentuan Pasal 1243 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, pertanggung jawaban para pihak terhadap tindakan wanprestasi adalah berbentuk kewajiban untuk menanggung Universitas Sumatera Utara 76 penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan. Untuk memahami hal tersebut sangat perlu untuk memahami pengertian biaya, kerugian dan bunga. Definisi dari “biaya” adalah sebagai segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata telah dikeluarkan oleh salah satu pihak, 110 dan “kerugian” adalah berkurangnya harta kekayaan yang disebabkan adanya kerusakan atau kerugian, 111 serta pengertian “bunga” adalah kerugian dalam bentuk kehilangan keuntungan winstderving yang telah dapat dibayangkan atau dihitung oleh kreditur, 112 maka dapat dipastikan bahwa sanksi denda dan penundaan tersebut di atas bukan termasuk bentuk pertanggung jawaban para pihak terhadap keadaan wanprestasi yang dimaksudkan oleh undang undang Sanksi denda berupa penundaan pembayaran tersebut pada intinya serupa dengan klausul mengenai bunga, provisi dan denda akibat keterlambatan pembayaran angsuran pada perjanjian kredit dengn pihak bank. Terhadap bentuk sanksi yang demikian ini menurut Agus Yudha Hernoko tak lebih hanya sebagai instrument pengikat agar debitur menepati kewajiban kontraktualnya dengan sebaik-baiknya. 113 7 Pengakhiran Perjanjian 110 Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta : Penerbit PT. Pembimbing Masa, 1969, hal. 52 111 Salim HS, Op. Cit, hal. 182 112 Subekti, Hukum Perjanjian, Op. Cit ,hal. 52 113 Agus Yudha Hernoko, Op. Cit,hal. 202 Universitas Sumatera Utara 77 Pengakhiran perjanjian di dalam perjanjian kerjasama ini dapat terjadi ”oleh dua hal yakni yang pertama, karena kesepakatan para pihak untuk mengakhirinya.” 114 dan yang kedua, ”karena pembatalan perjanjian ontbinding oleh Pihak Pertama.” 115 Pembatalan perjanjian diatur di dalam Pasal 1266 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, yang pada intinya menyatakan bahwa setiap perjanjian yang disepakati selalu dianggap mencantumkan syarat batal ketika salah satu pihak melakukan wanprestasi. Sehingga dengan demikian untuk dapat dilakukan pembatalan atau pemutusan perjanjian, debitur harus dinyatakan lalai terlebih dahulu in mora stelling oleh pihak kreditur. 116 Hal terpenting yang perlu disampaikan terkait pemberlakuan Pasal 8 ayat 1 huruf b perjanjian kerjasama di atas adalah Pihak Pertama atau Pihak kedua tidak dapat dengan serta merta melakukan pemutusan perjanjian ketika syarat batal tersebut terpenuhi, akan tetapi terlebih dahulu harus dimintakan kepada hakim. Bahkan untuk syarat batal yang dinyatakan secara tegas dalam perjanjian, maka pembatalan perjanjiannyapun harus tetap dimintakan kepada hakim. 117 Jika syarat batal tidak secara tegas dinyatakan, maka hakim berwenang untuk 114 Pasal 5 ayat 1 Perjanjian Kerja Sama Antara PT.Jamsostek dengan Klinik Sehat Sehati 115 Pasal 8 ayat 1 huruf b Perjanjian Kerja Sama Antara PT.Jamsostek dengan Klinik Sehat Sehati 116 Agus Yudha Hernoko, Op. Cit,hal. 301 117 Subekti, Hukum Perjanjian, Op. Cit, hal. 56 Universitas Sumatera Utara 78 memberikan tenggang waktu bagi debitur untuk memenuhi prestasi kepada kreditur. 118 Konsekuensi yang timbul dari pemberlakuan Pasal 1266 KUHPerdata tersebut di atas menjadikan ketentuan dalam Pasal 8 ayat 1 huruf b perjanjian kerjasama ini tidak memiliki kekuatan hukum untuk langsung dijalankan tanpa proses persidangan, kecuali jika di dalam perjanjian kerjasama tersebut ditambahkan satu pasal yang menyatakan bahwa para pihak bersepakat untuk mengesampingkan pemberlakuan Pasal 1266 KUHPerdata tersebut di atas. Pasal 1266 KUHPerdata tersebut dapat dibenarkan untuk dikesampingkan dengan argumentasi karena memang dikehendaki secara bersama oleh para pihak perhatikan ketentuan Pasal 1338 ayat 2 Kitab Undang Undang Hukum Perdata. 119 Pasal 1266 tersebut termasuk norma hukum yang bersifat menambahkan, dengan demikian memiliki karateristik mengatur atau melengkapi, sehingga dengan demikian diperbolehkan untuk disimpangi atas dasar kesepakatan para pihak. 120 Berdasarkan yurisprodensi HR 20 Desember 1850, W 11203, dan HR 17 Februari 1961m NJ 1961, No. 437, terbuka peluang bagi para pihak untuk mengesampingkan ketentuan Pasal 1266 ayat 2, 3 dan 4 118 Agus Yudha Hernoko, Op. Cit,hal. 302 119 Gunawan Widjaja, Memahami Prinsip Keterbukaan Aanvullend Recht dalam Hukum Perdata, Jakarta : Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, 2006, hal. 296 120 Agus Yudha Hernoko, Op. Cit,hal. 302 Universitas Sumatera Utara 79 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, sehingga dengan demikian harus dinyatakan bahwa hak yang dimiliki para pihak berdasarkan ketentuan tersebut secara tegas telah dilepask an. 121 8 Force Majeur Ketentuan tentang force majeur diatur di dalam Pasal 10 perjanjian kerjasama, disepakati mengenai beberapa hal sebagai berikut : a Batasan pengertian force majeur b Kewajiban untuk memberitahukan secara tertulis tentang keadaan force majeur yang terjadi kepada pihak kreditur Pihak Pertama atau Pihak Kedua untuk selambat-lambatnya 7 tujuh hari kalender setelah force majeur tersebut terjadi, dengan disertai bukti-bukti tentang keadaan force majeur tersebut dan akibat-akibatnya terhadap pelaksanaan perjanjian. c Para pihak juga bersepakat melepaskan haknya untuk mengajukan alasan force majeur jika mengalami keterlambatan pemberitahuan tertulis tentang keadaan force majeur tersebut. Pencantuman batasan pengertian force majeur di dalam perjanjian, sebetulnya lebih berfungsi untuk memberikan gambaran kepada para pihak mengenai keadaan dan kondisi yang termasuk dalam ruang lingkup pengertian force majeur, bukan untuk 121 Herlien Budiono, Op. Cit, hal. 200 Universitas Sumatera Utara 80 memberikan pembatasan mengenai peristiwa-peristiwa tertentu yang dapat mengakibatkan keadaan memaksa bagi para pihak tidak dapat menuntaskan prestasinya. Sehingga dengan demikian apabila di dalam perjanjian kerjasama tersebut tidak mencantumkan klausul mengenai batasan pengertian force majeur, maka para pihak tetap memiliki hak untuk mengajukan alasan force majeur jika terjadi peristiwa seperti yang dimaksudkan tersebut, karena pada dasarnya hukum telah memberikan penghargaan yang sama kepada debitur untuk mempertahankan hak- hak kontraktualnya dengan mengajukan eksepsi yang salah satunya sebagaimana diatur dalam Pasal 1244, 1245, 1444 dan Pasal 1445 Kitab Undang Undang Hukum Perdata. 122 Terkait dengan ketentuan yang mewajibkan para pihak menyampaikan pemberitahuan tertulis mengenai keadaan force majeur yang terjadi dalam batas waktu tertentu, maka berdasarkan ketentuan Pasal 1338 ayat 1 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, klausul tersebut tetap memiliki kekuatan hukum untuk dipatuhi oleh pihak- pihak yang bersepakat mengenai hal tersebut, termasuk terhadap konsekuensi jika terjadi keterlambatan pemberitahuan tersebut. Namun demikian batas waktu pemberitahuan sampai dengan 7 tujuh hari setelah peristiwa force majeur tersebut, tetap bukan sebuah 122 Agus Yudha Hernoko, Op. Cit, hal. 269 Universitas Sumatera Utara 81 ketentuan yang bersifat mutlak, khususnya jika para pihak mengalami keterlambatan yang disebabkan oleh keadaan force majeur tersebut atau oleh sebab peristiwa dan keadaan memaksa lainnya. Substansi peristiwa dan keadaan force majeur tidaklah abai atau hilang hanya oleh sebuah pelanggaran batas waktu pemberitahuan tentang keadaan force majeur tersebut. Para pihak tetap mempunyai hak untuk mengajukan eksepsi dengan berdasarkan pada alasan force majeur, meskipun untuk kondisi yang demikian tersebut harus melalui proses pembuktian di muka hakim. 9 Penyelesaian Perselisiahan Penyelesaian sengketa dalam perjanjian kerjasama pemberian pelayanan kesehatan diatur dalam Pasal 11, yang menyatakan bahwa penyelesaian sengketa antara para pihak diselesaikan melalui musyawarah dan peradilan umum yaitu di Pengadilan Negeri Binjai

f. Penutup

Testimonium Clause Dalam klausula ini memuat keterangan tentang jumlah rangkap dari ikatan kerjasama dan kekuatan hukumnya. Perjanjian kerjasama ini ditutup dengan kata atau kalimat yang menyatakan bahwa kontrak itu dibuat dalam rangkap 3 tiga, 2 dua diantaranya bermaterai cukup dan Universitas Sumatera Utara 82 berlaku sebagai asli, 123 maksudnya telah memenuhi ketentuan yang berlaku, seperti materai Rp. 6.000,.enam ribu rupiah dan mempunyai kekuatan hukum yang sama.

g. Tanda Tangan

Kontrak ini ditandatangani oleh para pihak atau yang mewakili dan bertindak untuk dan atas nama disamping itu pula sangat diperlukan adanya saksi-saksi dalam suatu kontrak, yang sekurangnya dua orang saksi. Di dalam pembuktian itu bahwa kesaksian seorang saksi adalah sama dengan tanpa kesaksian Pasal 1905 KUH Perdata unus nullus rule. Kontrak ini ditandatangani oleh para pihak atau yang mewakili dan bertindak untuk dan atas nama badan usaha tanpa dihadiri oleh saksi-saksi Berdasarkan penjelasan dari dokumen perjarjian tersebut diatas, maka dapat dipahami bahwa isi ketiga dokumen perjanjian kerjasama di atas secara sederhana semuanya dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu : a. Unsur Esensiali Unsur esensiali merupakan unsur yang harus ada dalam suatu kontrak yang merupakan hal pokok sebagai syarat yang tidak boleh diabaikan. Menurut Ahmadi Miru, bahwa “kontrak lahir jika disepakati tentang hal yang pokok atau unsur esensial dalam suatu kontrak.” 124 123 Lihat Pasal 13 Perjanjian Kerjasama Pemberian Pelayanan Kesehatan Antara PT.Jamsostek dengan Klinik Sehat Sehati 124 Ahmadi Miru, Op. cit. Hal. 31 Universitas Sumatera Utara 83 Syarat ini memang ditentukan atau diharuskan oleh peraturan perundang-undangan, apabila tidak sesuai maka kontrak ini menjadi tidak sah dan tidak mengikat para pihak. Hal pokok atau unsur esensiali dalam perjanjian kerjasama ini adalah berupa prestasi pokok dan biaya. Prestasi pokok dalam perjanjian ini yakni pemberian pelayanan kesehatan kepada peserta Jamsostek dan keluarganya oleh pihak klinik kesehatan atas penunjukan pihak PT.Jamsostek Cabang Binjai. Sedangkan hal pokok lainnya yang termasuk dalam unsur esensiali adalah pembiayaan. Pola pembiayaan yang dilakukan pihak PT.Jamsostek kepada pihak klinik kesehatan sebagai imbalan atas jasa pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta Jamsostek atau tertanggung adalah dengan sistem kapitasi. Klausula yang mengatur tentang pembayaran terdapat dalam Pasal 6 perjanjian kerjasama ini, bahwa Pihak Pertama akan memberikan penggantian biaya pelayanan kesehatan atas jasa pelayanan kesehatan yang diberikan oleh Pihak Kedua setiap bulannya dihitung menurut hitungan perhitungan perkapitaperkepala, perbulan dengan cara praupaya pada setiap tanggal 10 bulan berjalan, dengan dasar perhitungan sesuai dengan lampiran 1 satu perjanjian ini. Ketentuan mengenai penetapan harga dan perubahan-perubahanya diatur dalam Pasal 1333 KUHPerdata yaitu berkaitan dengan objek Universitas Sumatera Utara 84 perjanjian, karena suatu perjanjian haruslah mempunyai objek-objek tertentu, sekurang-kurangnya dapat ditentukan. b. Unsur Naturalia Unsur naturalia ini umumnya dijumpai dalam perjanjian tertentu, dianggap tidak ada kecuali dinyatakan sebaliknya. Naturalia ini merupakan ketentuan yang bersifat umum, suatu syarat yang biasanya dicantumkan dalam perjanjian. Namun, tanpa pencantuman syarat yang dimaksud, suatu perjanjian tetap sah dan tidak mengakibatkan suatu perjanjian menjadi tidak mengikat. Menurut Ahmadi Miru, “unsur naturalia merupakan unsur yang telah diatur dalam undang-undang sehingga apabila tidak diatur oleh para pihak dalam kontrak, undang-undang yang mengaturnya.” 125 Dalam kontrak perjanjian kerjasama ini, unsur naturalia terdapat pada Pasal 8 ayat 1 huruf b Pihak Pertama berhak memutuskan perjanjian kerjasama dengan Pihak Kedua, apabila Pihak Kedua tidak menjalankan kewajiban yang telah ditentukan setelah dilakukan pembinaan dan peringatan oleh Pihak Pertama. Sebetulnya klausul ini tidak perlu dimasukkan dalam perjanjian, karena hukum perdata telah menerapkan syarat umum dalam perjanjian yaitu syarat batal. Menurut Pasal 1266 KUHPerdata, “syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam persetujuan-persetujuan yang 125 Ibid Universitas Sumatera Utara 85 bertimbal balik, manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya.” c. Unsur Aksidentalia Unsur aksidentalia merupakan hal khusus particular yang dinyatakan dalam perjanjian, yang disetujui oleh para pihak. Kata aksidentalia berarti bisa ada atau telah diatur dan bisa juga tidak diatur, bergantung pada keinginan para pihak jika merasa perlu untuk memuat atau tidak. “unsur aksidentalia merupakan unsur yang nanti ada atau mengikat para pihak, jika para pihak memperjanjikannya.” 126 Jadi ini merupakan suatu syarat yang tidak diharuskan ada, tetapi boleh juga dicantumkan oleh para pihak untuk keperluan tertentu, dengan maksud sebagai suatu kepastian. Dan hal ini dimungkinkan oleh undang- undang atas dasar asas kebebasan berkontrak, asalkan hal tersebut tidak bertentangan dengan kepatutan, kebiasaan, dan undang-undang. Unsur aksidentalia dalam perjanjian kerjasama ini terdapat dalam Pasal 8 ayat 2 huruf c, Pihak Pertama berkewajiban memberikan Daftar Nama Tertanggung DNT dan pilihan kliniknya kepada Pihak Kedua pada awal perjanjian kerjasama ini sebagai dasar pembayaran kapitasi bulan berjalan. Setelah mempelajari ketiga dokumen perjanjian kerjasama tersebut, bahwa ketiga dokumen perjanjian kerjasama mempunyai isi dan 126 Ibid Universitas Sumatera Utara 86 bentuk yang sama, sehingga diyakini berlaku juga bagi semua klinik lain yang telah bekerjasama dengan PT.Jamsostek Persero Binjai untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta JPK.. Perbedaan diantara ketiga dokumen perjanjian kerjasama dengan yang lainnya terdapat pada judul, komparisi dan penutup, berkaitan dengan nama dan identitas pihak kedua. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menciptakan syarat dan kondisi yang sama dalam setiap perjanjian kerjasama pemberian pelayanan kesehatan kepada peserta JPK.Jamsostek, sehingga tidak terdapat diskriminasi perlakuan syarat dan kondisi dalam perjanjian kerjasama tersebut yang harus dipatuhi oleh pihak mitra. 127 Pembuatan kontrak tidak disyaratkan suatu format tertentu karena dalam undang-undang tidak ada ketentuan yang secara tegas menentukan tentang format kontrak yang baik. 128 Hal yang paling penting diperhatikan oleh para pihak adalah syarat sahnya perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata. Ahmadi Miru menyatakan, bahwa ”pada umumnya kontrak terbagi atas tiga bagian utama, yaitu bagian pendahuluan, bagian isi dan penutup” 129 Apabila dikaitkan dengan pola atau bentuk penyusunan 127 Wawancara dengan Bapak Umardin Lubis, Kepala Cabang PT.Jamsostek Binjai, Pada tanggal 12 Agustus 2012 128 Ahmadi Miru, Op. Cit. Hal. 147 129 Ibid Universitas Sumatera Utara 87 perjanjian kerjasama di atas, maka bagian kontrak kerjasama jaminan pemeliharaan kesehatan dapat dirinci sebagai berikut : a. Bagian Pendahuluan Seperti yang telah diuraikan di atas, bagian pendahuluan dalam perjanjian kerjasama ini terdiri dari : judul, pembukaan berisi tanggal pembuatan perjanjian dan ditandatangani, identitas para pihak dan premis. b. Bagian isi Pada bagian ini meliputi beberapa hal yaitu pengertian atau definisi, kewenangan hukum, hak dan kewajiban, ruang lingkup pelayanan, jangka waktu, denda dan sanksi, pengakhiran kerjasama dan force majeur serta penyelesaian perselisihan. c. Bagian Penutup Dalam perjanjian kerjasama ini, bagian penutup terdiri dari kata penutup dan ruang tanda tangan. Selanjutnya juga dapat disimpulkan bahwa pola atau anatomi perjanjian kerjasama ini telah sesuai standar ikatan kerjasama yang ditentukan dalam Buku Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Bagi Pelaksana Pelayanan Kesehatan PPK Universitas Sumatera Utara 88

2. Bentuk Perjanjian Kerjasama

Dokumen yang terkait

Perjanjian Baku/Standar Kontrak Bertentangan Dengan Asas Kebebasan Berkontrak

2 33 147

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM HUKUM PERJANJIAN ISLAM

0 2 10

TINJAUAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN LISENSI PERANGKAT LUNAK Tinjauan Asas Kebebasan Berkontrak Dalam Perjanjian Lisensi Perangkat Lunak Blackberry.

0 3 11

PELAKSANAAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN Pelaksanaan Asas Kebebasan Berkontrak Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi Perjanjian Baku Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Antara Debitur dan PT. INDOMOBIL FINANCE Cab

0 3 19

PELAKSANAAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN Pelaksanaan Asas Kebebasan Berkontrak Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi Perjanjian Baku Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Antara Debitur dan PT. INDOMOBIL FINANCE Cab

0 3 12

PELAKSANAAN PERJANJIAN PROGRAM JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MELALUI PT JAMSOSTEK (PERSERO) BATAM.

0 1 8

Perjanjian Kerjasama Antara PT. Askes (Persero) Cabang padang Dengan Klinik Simpang Anduring Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan.

0 0 6

BAB II PENGATURAN DAN BENTUK PERJANJIAN KERJASAMA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN ANTARA PT JAMSOSTEK (PERSERO) DENGAN KLINIK KESEHATAN SWASTA DI KOTA BINJAI A. Perjanjian Pada Umumnya 1. Pengertian Perjanjian - Asas Kebebasan Berkontrak dalam Perjanjian K

0 0 71

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Asas Kebebasan Berkontrak dalam Perjanjian Kerjasama Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Antara PT Jamsostek (Persero) Dengan Klinik Kesehatan Swasta Di Kota Binjai

0 0 22

Asas Kebebasan Berkontrak dalam Perjanjian Kerjasama Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Antara PT Jamsostek (Persero) Dengan Klinik Kesehatan Swasta Di Kota Binjai

0 0 14