Asas Kebebasan Berkontrak dalam Perjanjian Kerjasama Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Antara PT Jamsostek (Persero) Dengan Klinik Kesehatan Swasta Di Kota Binjai

(1)

TESIS

Oleh

SAID HASYIM

107011134/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SAID HASYIM

107011134/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Nama Mahasiswa : SAID HASYIM

Nomor Pokok : 107011134

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH)

Pembimbing Pembimbing

(Prof.Dr.Budiman Ginting,SH,MHum) (Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH,MS,CN)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)


(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH

Anggota : 1. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum 2. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN 3. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 4. Dr. Dedi Harianto, SH, MHum


(5)

Nama : SAID HASYIM

Nim : 107011134

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : ASAS KEBERSAMAAN BERKONTRAK DALAM

PERJANJIAN KERJASAMA JAMINAN

PEMELIHARAAN KESEHATAN ANTARA PT.

JAMSOSTEK (PERSERO) DENGAN KLINIK

KESEHATAN SWASTA DI KOTA BINJAI

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

Nama :SAID HASYIM Nim :107011134


(6)

hukum antara subyek hukum yang satu yaitu PT. Jamsostek selaku Badan Penyelenggara dengan subyek hukum yang lain yaitu klinik kesehatan sebagai Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK) rawat jalan tingkat pertama guna memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi peserta Jamsostek sesuai dengan standar dan prosedur pelayanan yang terdapat dalam ketentuan perundang-undangan terkait. Pada dasarnya suatu perjanjian berlandaskan pada asas kebebasan berkontrak, dimana para pihak yang telah sepakat dalam membuat perjanjian bebas untuk menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dicantumkan dalam perjanjian, bebas menentukan bentuk, syarat-syarat atau cara pembuatan perjanjian. Namun dalam perjanjian ini, rancangannya telah disiapkan secara sepihak oleh PT.Jamsostek, kemudian disodorkan kepada pihak klinik untuk ditandatangani, pihak klinik tidak mempunyai pilihan lain selain menerima atau menolaknya.

Penelitian ini bersifat deskriptif analistis, artinya bahwa penelitian ini termasuk lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah, dan menjelaskan secara tepat serta menganalisa peraturan perundang-undangan yang berlaku dihubungkan dengan teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum yang berkaitan dengan perjanjian kerjasama.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perjanjian kerjasama ini bentuknya dibuat secara tertulis berdasarkan akta di bawah tangan dan merupakan perjanjian baku. Perjanjian kerjasama ini dapat dipandang sebagai perjanjian yang tidak menerapkan asas kebebasan berkontrak secara berimbang, khususnya jika dikaji dari perimbangan peran para pihak dalam menentukan isi dan bentuk perjanjian atau dari sudut pandang dominasi salah satu pihak dalam melakukan proses negosiasi kontrak, sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan dalam pengaturan hak dan kewajiban. Posisi tawar pihak klinik sangat lemah, dibandingkan pihak PT.Jamsostek. Perlindungan hukum bagi pihak PT.Jamsostek Cabang Binjai lebih baik daripada perlindungan hukum bagi pihak klinik kesehatan. Sedangkan perlindungan hukum terhadap peserta Jamsostek dalam perjanjian ini adalah implementasi dari hak dan kewajiban peserta Jamsostek sebagaimana ditentukan dalam perundang-undangan dan juga merupakan perwujudan peran otoritas negara dalam memberikan perlindungan terhadap kepentingan tenaga kerja ketika suatu perjanjian dibuat dan disepakati.

Sebaiknya dalam perjanjian kerjasama tersebut diatur dan dicantumkan ketentuan hak-hak dan kewajiban para pihak secara berimbang, kepada pihak klinik diberikan kesempatan yang sama dengan pihak PT.Jamsostek dalam menyusun rancangan perjanjian kerjasama.yang lebih rasional dan saling menguntungkan, terutama terhadap klausula-klausula yang belum ditentukan secara baku oleh peraturan perundang-undangan. Sehingga klausula-klausula dalam perjanjian tersebut lebih mencerminkan keadilan dan keseimbangan bagi para pihak.


(7)

Jamsostek as the executive board and another legal subject, health clinics as the PPK (Health Service Administrator) of the first inpatient unit for providing basic health service to Jamsostek participants according to the standard and the service procedures found in the related legal provisions. Basically, an agreement is based on the freedom to enter into a contract in which the parties involved in the contract are free to determine which one will be attached in the contract, free to determine the form, requirements, and the way to make a contract. But in this contract, the arrangement has been prepared unilaterally by PT Jamsostek and given to health clinics to be signed. The health clinics do not have any choice to accept or to reject it. The research used descriptive analytic method in which it described, analyzed, explained correctly and analyzed the legal provisions which were correlated with legal theories and legal practice related to cooperative agreement.

The result of the research showed that this cooperative agreement was in the written form, based on an underhanded deed and a standard agreement. It was also considered as the agreement which did not apply the principle of freedom to enter into a contract in a balanced way, especially if it was viewed from the balanced role of the parties involved in the contract or from the domination by one of the parties in making the process of negotiation so that there was imbalance in regulating the right and obligation. The bargaining position of the health clinics was much weaker than that of PT Jamsostek. Legal protection for PT Jamsostek, Binjai branch, was stronger than that of the health clinics. Meanwhile, the legal protection for Jamsostek participants in this contract was the implementation of their right and obligation according to legal provisions and the realization of the government authority in giving legal protection to workers when a contract was made and signed.

It is recommended that the provision of the right and obligation of the parties concerned should be regulated and attached in a balanced way in the contract. It is also recommended that the health clinics should be given an opportunity in a balanced way as that of PT Jamsostek in drafting the mutually beneficial and more rational cooperative agreement, especially the clauses which had not yet been standardized by legal provisions so that the contract will provide justice and balance to the parties concerned.

Keywords: Freedom to Enter into a Contract, Cooperative Agreement, Health Service


(8)

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, karena dengan berkat hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul Asas Kebebasan Berkontrak dalam Perjanjian Kerjasama Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Antara PT Jamsostek Dengan Klinik Kesehatan Swasta Di Kota Binjai. Selanjutnya shalawat beserta salam disanjung kepada Nabi Muhammad SAW.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kenotariatan (M.Kn.) di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulisan tesis ini dapat selesai dengan adanya bantuan dan dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu secara khusus disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat dan amat terpelajar Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH, Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum, dan Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN,selaku Komisi Pembimbing yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada yang terhormat Ibu Dr. T. Keizerina Devi Azwar, S.H, C.N, M.Hum, dan Bapak Dr. Dedi Harianto, S.H, M.Hum, selaku dosen penguji, yang telah berkenan memberikan masukan, petunjuk dan arahan yang konstruktif terhadap penyempurnaan penulisan tesis ini.

Selanjutnya ucapan terima kasih penulis yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(9)

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.

4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan dorongan kepada Penulis untuk segera menyelesaikan penulisan tesis ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bimbingan dan arahan serta ilmu yang sangat bermanfaat selama Penulis mengikuti proses kegiatan belajar mengajar di bangku kuliah. 6. Seluruh Staf/Pegawai di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara, yang telah banyak memberikan bantuan kepada Penulis selama menjalani pendidikan.

7. Seluruh narasumber yang telah banyak membantu dalam hal pengambilan data dan informasi-informasi penting lainnya yang berkenaan dengan penulisan tesis ini.

8. Rekan-rekan Mahasiswa dan Mahasiswi di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, khususnya angkatan tahun 2010 yang telah banyak memberikan motivasi kepada Penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Teristimewa ucapan terima kasih penulis yang tak terhingga kepada Ayahanda tercinta Sayid Zaenal Abidin (Alm) dan Ibunda Syarifah Aisyah (Alm) yang telah bersusah payah melahirkan, membesarkan saya dengan penuh pengorbanan, kesabaran, ketulusan dan kasih sayang serta Kakanda Syarifah Salmah yang telah


(10)

Susanti Sitepu dan anak-anakku tercinta Sayid Muhammad Fadhil, Sayid Haikal Lukmanul Hakim dan Said Fahrel Pahlevi, yang selalu memberikan dorongan, pengorbanan, pengertian dan kasih sayang serta doa dalam menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum ini.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini tidak luput dari kesalahan dan kesilapan, namun besar harapan penulis kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak, terutama para pemerhati hukum perdata pada umumnya dan ilmu kenotariatan pada khususnya. Atas segala bantuan dan jasa baik yang telah Bapak, Ibu dan rekan-rekan berikan semoga mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.Amien Ya Rabbal ‘Alamin Wabillahi taufiq wal hidayah

Wassalamualaikum Wr.Wb

Medan, Februari 2013 Penulis,


(11)

Nama : Said Hasyim Tempat/Tgl. Lahir : Aceh / 11 Mei 1971

Status : Menikah

Agama : Islam

II. ORANG TUA

Nama Ayah : (Alm) Sayid Zaenal Abidin Nama Ibu : (Alm) Syarifah Aisyah

III. PENDIDIKAN

1. SD Muhammadiyah 28 Jakarta Tamat Tahun 1984 2. SMP Negeri 48 Jakarta Tamat Tahun 1987

3. SMA Negeri 70 Bulungan Jakarta Tamat Tahun 1990

4. S-1 Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Tamat Tahun 1995

5. S-2 Program Studi Magister Kenotariatan (MKn) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Tahun 2010


(12)

vii

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Permasalahan ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Keaslian Penelitian... 10

F. Kerangka Teori dan Konsepsi... 10

1. Kerangka Teori ... 10

2. Konsepsi ... 16

G. Metode Penelitian ... 18

1. Sifat dan Jenis Penelitian ... 19

2. Sumber Data ... 20

3. Tehnik Pengumpulan Data ... 21

4. Analisis Data ... 22

BAB II PENGATURAN DAN BENTUK PERJANJIAN KERJASAMA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN ANTARA PT JAMSOSTEK (PERSERO) DENGAN KLINIK KESEHATAN SWASTA DI KOTA BINJAI ... 23

A. Perjanjian Pada Umumnya ... 23

1. Pengertian Perjanjian ... 23


(13)

viii

B. Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)-Jamsostek .. 40 1. Dasar Hukum Penyelenggaraan Program Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan ... 40 2 Manfaat Dan Tujuan Penyelenggaraan Program

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan ... 43 C. Pengaturan Perjanjian Kerjasama Program Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan (JPK)-Jamsostek ... 48 1. Penunjukan Klinik Kesehatan Sebagai Pelaksana

Pelayanan Kesehatan (PPK) Rawat Jalan Tingkat Pertama Bagi Peserta JPK-Jamsostek ... 48 2. Pola Pembiayaan Pelayanan Kesehatan Kepada

Klinik Kesehatan... 49 3. Hubungan Peserta JPK-Jamsostek Dengan Para Pihak

Dalam Perjanjian Kerjasama JPK ... 51 4. Syarat Sahnya Perjanjian Kerjasama Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan ... 57 D. Bentuk Perjanjian Kerjasama Program Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan Antara PT.Jamsostek dengan Klinik Kesehatan Swasta ... 62 1 Anatomi Perjanjian Kerjasama ... 62 2 Bentuk Perjanjian Kerjasama ... 88

BAB III PENERAPAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM

PERJANJIAN KERJASAMA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN ... 94 A. Pembatasan Terhadap Asas Kebebasan Berkontrak ... 94 B. Penerapan Asas Kebebasan Berkontrak Dalam


(14)

ix

B. Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Kerjasama

Jaminan Pemeliharaan Kesehatan ... 120

C. Dampak Pemanfaatan Kontrak Baku dalam Perjanjian Kerjasama... 123

D. Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak dan Peserta Jamsostek dalam Perjanjian Kerjasama ... 129

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 144

A. Kesimpulan ... 144

B. Saran ... 146


(15)

hukum antara subyek hukum yang satu yaitu PT. Jamsostek selaku Badan Penyelenggara dengan subyek hukum yang lain yaitu klinik kesehatan sebagai Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK) rawat jalan tingkat pertama guna memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi peserta Jamsostek sesuai dengan standar dan prosedur pelayanan yang terdapat dalam ketentuan perundang-undangan terkait. Pada dasarnya suatu perjanjian berlandaskan pada asas kebebasan berkontrak, dimana para pihak yang telah sepakat dalam membuat perjanjian bebas untuk menentukan apa yang boleh dan tidak boleh dicantumkan dalam perjanjian, bebas menentukan bentuk, syarat-syarat atau cara pembuatan perjanjian. Namun dalam perjanjian ini, rancangannya telah disiapkan secara sepihak oleh PT.Jamsostek, kemudian disodorkan kepada pihak klinik untuk ditandatangani, pihak klinik tidak mempunyai pilihan lain selain menerima atau menolaknya.

Penelitian ini bersifat deskriptif analistis, artinya bahwa penelitian ini termasuk lingkup penelitian yang menggambarkan, menelaah, dan menjelaskan secara tepat serta menganalisa peraturan perundang-undangan yang berlaku dihubungkan dengan teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum yang berkaitan dengan perjanjian kerjasama.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perjanjian kerjasama ini bentuknya dibuat secara tertulis berdasarkan akta di bawah tangan dan merupakan perjanjian baku. Perjanjian kerjasama ini dapat dipandang sebagai perjanjian yang tidak menerapkan asas kebebasan berkontrak secara berimbang, khususnya jika dikaji dari perimbangan peran para pihak dalam menentukan isi dan bentuk perjanjian atau dari sudut pandang dominasi salah satu pihak dalam melakukan proses negosiasi kontrak, sehingga mengakibatkan ketidakseimbangan dalam pengaturan hak dan kewajiban. Posisi tawar pihak klinik sangat lemah, dibandingkan pihak PT.Jamsostek. Perlindungan hukum bagi pihak PT.Jamsostek Cabang Binjai lebih baik daripada perlindungan hukum bagi pihak klinik kesehatan. Sedangkan perlindungan hukum terhadap peserta Jamsostek dalam perjanjian ini adalah implementasi dari hak dan kewajiban peserta Jamsostek sebagaimana ditentukan dalam perundang-undangan dan juga merupakan perwujudan peran otoritas negara dalam memberikan perlindungan terhadap kepentingan tenaga kerja ketika suatu perjanjian dibuat dan disepakati.

Sebaiknya dalam perjanjian kerjasama tersebut diatur dan dicantumkan ketentuan hak-hak dan kewajiban para pihak secara berimbang, kepada pihak klinik diberikan kesempatan yang sama dengan pihak PT.Jamsostek dalam menyusun rancangan perjanjian kerjasama.yang lebih rasional dan saling menguntungkan, terutama terhadap klausula-klausula yang belum ditentukan secara baku oleh peraturan perundang-undangan. Sehingga klausula-klausula dalam perjanjian tersebut lebih mencerminkan keadilan dan keseimbangan bagi para pihak.


(16)

Jamsostek as the executive board and another legal subject, health clinics as the PPK (Health Service Administrator) of the first inpatient unit for providing basic health service to Jamsostek participants according to the standard and the service procedures found in the related legal provisions. Basically, an agreement is based on the freedom to enter into a contract in which the parties involved in the contract are free to determine which one will be attached in the contract, free to determine the form, requirements, and the way to make a contract. But in this contract, the arrangement has been prepared unilaterally by PT Jamsostek and given to health clinics to be signed. The health clinics do not have any choice to accept or to reject it. The research used descriptive analytic method in which it described, analyzed, explained correctly and analyzed the legal provisions which were correlated with legal theories and legal practice related to cooperative agreement.

The result of the research showed that this cooperative agreement was in the written form, based on an underhanded deed and a standard agreement. It was also considered as the agreement which did not apply the principle of freedom to enter into a contract in a balanced way, especially if it was viewed from the balanced role of the parties involved in the contract or from the domination by one of the parties in making the process of negotiation so that there was imbalance in regulating the right and obligation. The bargaining position of the health clinics was much weaker than that of PT Jamsostek. Legal protection for PT Jamsostek, Binjai branch, was stronger than that of the health clinics. Meanwhile, the legal protection for Jamsostek participants in this contract was the implementation of their right and obligation according to legal provisions and the realization of the government authority in giving legal protection to workers when a contract was made and signed.

It is recommended that the provision of the right and obligation of the parties concerned should be regulated and attached in a balanced way in the contract. It is also recommended that the health clinics should be given an opportunity in a balanced way as that of PT Jamsostek in drafting the mutually beneficial and more rational cooperative agreement, especially the clauses which had not yet been standardized by legal provisions so that the contract will provide justice and balance to the parties concerned.

Keywords: Freedom to Enter into a Contract, Cooperative Agreement, Health Service


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peran serta tenaga kerja dalam pembangunan nasional semakin meningkat dengan disertai berbagai tantangan dan resiko yang dihadapinya. Tenaga kerja juga merupakan sumber daya yang paling berharga bagi kelangsungan usaha perusahaan. Oleh karena itu kepada tenaga kerja perlu diberikan perlindungan, pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan, sehingga pada gilirannya akan dapat meningkatkan produktivitas kerja.

Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) adalah merupakan program publik yang memberikan perlindungan bagi tenaga kerja untuk mengatasi risiko sosial ekonomi tertentu yang penyelenggaraannya menggunakan mekanisme asuransi sosial. Sebagai program publik, Jamsostek memberikan hak dan membebani kewajiban secara pasti bagi pengusaha dan tenaga kerja, haknya berupa santunan tunai dan pelayanan medis, sedangkan kewajiban peserta adalah tertib administrasi dan membayar iuran.1

Penyelenggaraan program Jamsostek diatur dalam Undang Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek). Sedangkan peraturan pelaksananya dituangkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 14 tahun 1993 tentang Penyelengaraan Jamsostek, Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 1995 tentang

1 Jaminan Sosial Tenaga Kerja Merupakan Program Negara (http://www.Jamsostek.co.id,


(18)

Penunjukan PT.Jamsostek (Persero) Selaku Badan Penyelenggara Undang Undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan Kerja dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER 05 Tahun 1993 Juncto Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 12 Tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaraan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan, dan Pelayanan.2

PT Jamsostek (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara yang ditunjuk oleh Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 1995 sebagai Badan Penyelanggara UU Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, menyelenggarakan 4 (empat) program yaitu: Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kematian (JK), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK).

Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) adalah salah satu program Jamsostek yang diselenggarakan oleh PT. Jamsostek (Persero) yang membantu tenaga kerja dan keluarganya mengatasi masalah kesehatan, mulai dari upaya pencegahan penyakit, pelayanan kebutuhan alat bantu peningkatan fungsi organ tubuh, sampai dengan pengobatan secara efektif dan efisien di klinik atau rumah sakit.

PT. Jamsostek (Persero) selaku Badan Penyelenggara tidak dapat melaksanakan sendiri program JPK tersebut, namun dalam pelaksanaan pemberian pelayanan kesehatan bagi peserta JPK-Jamsostek, maka Badan Penyelenggara harus bekerjasama dengan Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK) yang terdiri dari PPK


(19)

tingkat pertama yaitu Puskesmas, balai pengobatan / klinik kesehatan dan rumah bersalin. Sedangkan PPK tingkat kedua sebagai sarana pelayanan kesehatan lanjutan dari PPK tingkat pertama terdiri dari rumah sakit, apotik, optik dan perusahaan alat kesehatan. Dalam penulisan tesis ini kajian dibatasi hanya terhadap pemberian pelayanan kesehatan rawat jalan tingkat pertama bagi peserta JPK-Jamsostek di klinik kesehatan.

Hubungan hukum yang terjadi antara subyek hukum yang satu yaitu PT. Jamsostek (Persero) dengan subyek hukum yang lain yaitu klinik kesehatan adalah hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta JPK-Jamsostek. Subyek hukum yang satu berhak atas prestasi dan begitu juga subyek hukum yang lain berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang telah disepakati.

Pada dasarnya suatu perjanjian dibuat berlandaskan asas kebebasan berkontrak diantara dua pihak yang mempunyai kedudukan yang seimbang dan kedua belah pihak berusaha untuk mecapai suatu kesepakatan yang diperlukan bagi terjadinya perjanjian melalui suatu proses negosiasi diantara mereka. Menurut Agus Yudha Hermoko3 ”kebebasan berkontrak merupakan perwujudan dari kehendak bebas, pancaran hak asasi manusia yang perkembangannya dilandasi semangat liberalisme yang mengagungkan kebebasan individu”.

3Agus Yudha Hernoko,Hukum Perjanjian, Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial,


(20)

Dalam sistem hukum nasional Indonesia, asas ini diimplementasikan pada hukum perjanjian sebagaimana diatur di dalam Pasal 1338 KUH Perdata yang memberikan kebebasan bagi setiap orang untuk melakukan perjanjian dengan siapa saja yang dikehendakinya dan bebas menentukan isi perjanjian yang akan dilakukan serta bebas menentukan bentuk dan cara melakukan perjanjian.

Berdasarkan prinsip asas kebebasan berkontrak inilah maka Buku III KUHPerdata menganut sistem terbuka, sesuai dengan isi Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yaitu : ”segala perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Namun pergertian terbuka disini tidaklah terbukan mutlak tanpa batas, tapi dibatasi oleh undang-undang, kesusilaan dan ketertban umum (Pasal 1317 KUHPerdata).

Penerapan asas ini mengindikasikan adanya keseimbangan kepentingan, keseimbangan dalam pembagian beban risiko dan keseimbangan posisi tawar (bargaining position). Tetapi perlu disadari kadangkala para pihak yang melakukan negosiasi dalam perjanjian tersebut berada pada kedudukan yang tidak seimbang, dalam arti terdapat dua pihak yang mempunyai kekuatan tidak berimbang, yaitu antara pihak yang mempunyai posisi tawar kuat dengan pihak yang lemah posisi tawarnya, yang pada akhirnya juga dapat melahirkan perjanjian yang merugikan salah satu pihak.

Salah satu bentuk perjanjian yang pada praktiknya berpotensi merugikan pihak tertentu adalah perjanjian standar. Latar belakang lahirnya perjanjian standar adalah keadaan sosial ekonomi perusahaan besar, baik perusahaan swasta atau


(21)

pemerintah yang mengadakan perjanjian kerjasama untuk menciptakan/melindungi kepentingannya dengan membuat syarat-syarat tertentu secara sepihak.

Hal ini memperlihatkan bahwa adanya kecenderungan bahwa banyak perjanjian di dalam transaksi bisnis yang terjadi bukan melalui proses negosiasi yang seimbang di antara para pihak, tetapi perjanjian itu terjadi dengan cara pihak yang satu telah menyiapkan syarat-syarat baku pada suatu formulir perjanjian yang sudah di cetak dan kemudian di sodorkan kepada pihak lainya untuk disetujui dengan hampir tidak memberikan kebebasan sama sekali kepada pihak lainya untuk melakukan negosiasi ataupun meminta perubahan syarat-syarat yang telah ditetapkan secara sepihak tersebut. Artinya disini berlaku prinsip take it or leave it bagi pihak yang posisinya lebih lemah, yang dalam hal ini tidak adanya pilihan bebas menentukan pilihannya.4 Pihak yang lemah hanya memiliki dua pilihan, yaitu menerima begitu saja syarat atau ketentuan-ketentuan yang diajukan oleh pihak yang lebih kuat kedudukannya atau menolaknya, Penetapan secara sepihak ini biasanya menimbulkan masalah karena bersifat berat sebelah.”5 Selanjutnya Syahmin Ak mengatakan ”diantara klausula baku yang dinilai memberatkan dalam suatu perjanjian baku adalah klausula eksonerasi atau klausula eksemsi.”6 Perjanjian yang demikian itu dinamakan perjanjian standar atau perjanian baku atau perjanjianadhesi7

4Badrulzaman, Mariam Darus,Perjanjian Kredit Bank, (Bandung : Alumni, 1989), hal. 53 5

Syahmin Ak,Hukum Kontrak Internasional, (Jakarta : Raja Grafindo Perdasa, 2006), hal. 41

6Ibid

7Sutan Remy Sjahdeini,Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para


(22)

Meskipun diliputi kondisi yang kontroversial, tetapi secara kasat mata dapat dilihat bahwa kontrak baku selalu muncul dalam perjanjian-perjanjian yang terjadi. Salah satu yang menjadi alasannya adalah praktis, akan tetapi sebenarnya lebih didasarkan pada usaha meminimalisir terjadinya kerugian pada pihak pembuat.8

Berbagai klausula eksonerasi dirumuskan di dalamnya, sehingga tampak perlindungan hukum yang diberikan kepada pihak yang kedudukannya lemah sangat kurang sekali. Dengan demikian asas kebebasan berkontrak sebagai asas utama dalam hukum perjanjian tidak terakomodasi dengan baik, yang selanjutnya juga kurang mencerminkan rasa keadilan.

Rijken mengatakan bahwa klausul eksonerasi adalah klausul yang dicantumkan dalam suatu perjanjian dengan mana satu pihak menghindarkan diri untuk memenuhi kewajibannya membayar ganti rugi seluruhnya atau terbatas yang terjadi karena ingkar janji atau perbuatan melanggar hukum.9

PT. Jamsostek Kantor Cabang Binjai telah bekerjasama dengan beberapa klinik kesehatan yang tersbar di wilayah kerjanya untuk menyelenggarakan program jaminan pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja beserta keluarganya yang terdaftar sebagai peserta JPK-Jamsostek (tertanggung). Dalam perjanjian kerjasama tersebut pihak klinik selaku Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK) rawat jalan tingkat pertama adalah pihak yang berada pada posisi yang lemah, Pihak klinik sama sekali tidak diikutsertakan dalam proses pembuatan perjanjian, apalagi untuk turut

8Pohan P,Penggunaan Kontrak Baku Dalam Praktek Bisnis Di Indonesia, (Jakarta : Majalah

BPHN, 2006), hal. 61


(23)

menentukan dan merubah isi dan syarat-syarat perjanjian, karena rancangan perjanjian tersebut telah dipersiapkan secara sepihak oleh PT.Jamsostek selaku Badan Penyelenggara yang mempunyai posisi lebih kuat.

Dengan demikian dalam perjanjian kerjasama ini cenderung mengabaikan salah satu asas utama dalam perjanjian yaitu asas kebebasan berkontrak. Asas kebebasan berkontrak merupakan ”suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk membuat atau tidak membuat perjanjian, mengadakan perjanjian dengan siapapun, menentukan isi perjanjian dan menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulis atau lisan.”10 Dalam Asas ini para pihak diasumsikan mempunyai kedudukan yang seimbang, dengan demikian diharapkan akan muncul kontrak atau perjanjian yang adil dan seimbang bagi para pihak.

Berdasarkan hal tersebut maka pihak klinik merasa bahwa pengaturan hak dan kewajiban dalam perjanjian kerjasama ini tidak adil dan sangat memberatkannya, sehingga dalam pelaksanaan perjanjian kerjasama tersebut timbul adanya kecurangan-kecurangan berupa penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh pihak klinik sebagai bentuk perlawanan dari ketidakadilan dan ketidakseimbangan pengaturan hak dan kewajiban.

Perjanjian kerjasama yang sudah ditandatangani merupakan salah satu aspek perlindungan hukum bagi para pihak. Hal ini dikarenakan perjanjian dapat menjadi dasar hukum yang kuat untuk menegakkan perlindungan hukum bagi para pihak. Jika

10

Salim H.S, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), hal.1 kontrakinnominaat merupakan kontrak yang tumbuh dan berkembang di dalam praktik. Tiimbulnya kontrak ini karena adanya asas kebebasan berkontrak sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata


(24)

salah satu pihak melanggar isi perjanjian, maka pihak yang lain dapat menuntut pihak yang melanggar tersebut sesuai dengan hukum yang berlaku. Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang menegaskan bahwa perjanjian yang dibuat secara sah diantara para pihak, berlaku sebagai undang undang bagi para pihak yang melakukan perjanjian itu atau setiap perjanjian mengikat kedua belah pihak.

Pembahasan kebebasan para pihak dalam berkontrak sering kali dikaitkan dengan keseimbangan para pihak. Adanya anggapan bahwa kontrak yang terjalin antara para pihak yang tidak memberikan kebebasan bagi kedua belah pihak dalam proses pembuatan kontrak yang seimbang, maka kontrak yang demikian dianggap tidak adil dan berat sebelah, sehingga memunculkan upaya untuk mencari dan menggali temuan-temuan baru di bidang hukum kontrak agar dapat menyelesaikan problematika ketidakseimbangan dalam hubungan kontraktual akibat dilanggarnya asas kebebasan berkontrak.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulis akan melakukan penulisan Tesis dengan judul Asas Kebebasan Berkontrak dalam Perjanjian Kerjasama Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Antara PT Jamsostek Dengan Klinik Kesehatan Swasta Di Kota Binjai.

B. Rumusan Permasalahan

1. Bagaimanakah pengaturan dan bentuk perjanjian kerjasama jaminan pemeliharaan kesehatan antara PT. Jamsostek (Persero) dengan klinik kesehatan swasta di kota Binjai ?


(25)

2. Bagaimana penerapan asas kebebasan berkontrak dalam perjanjian kerjasama jaminan pemeliharaan kesehatan antara PT Jamsostek dan klinik kesehatan swasta ?

3. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap para pihak dan peserta Jamsostek dalam perjanjian kerjasama jaminan pemeliharaan kesehatan antara PT Jamsostek dan klinik kesehatan swasta?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui dan menganalisa pengaturan dan bentuk perjanjian kerjamasama jaminan pemeliharaan kesehatan antara PT. Jamsostek (Persero) dengan klinik kesehatan swasta di kota Binjai

2. Untuk mengetahui dan menganalisa penerapan asas kebebasan berkontrak dalam perjanjian kerjasama jaminan pemeliharaan kesehatan antara PT Jamsostek dan klinik kesehatan swasta .

3. Untuk mengetahui dan menganalisa perlindungan hukum terhadap para pihak dan peserta Jamsostek dalam perjanjian kerjasama jaminan pemeliharaan kesehatan

D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran di bidang hukum guna mengembangkan disiplin ilmu hukum, khususnya hukum perjanjian dan sebagai bahan masukan atau informasi pada penelitian lebih lanjut. 2. Secara Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini dapat menjadi rujukan dalam upaya perbaikan kontrak perjanjian kerjasama jaminan pemeliharaan kesehatan bagi peserta Jamsostek yang dilakukan oleh pihak PT.Jamsostek dan pihak klinik kesehatan.


(26)

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran sementara dan pemeriksaan yang telah dilakukan baik di perpustakaan pusat maupun pada perpustakaan Magister Kenotariatan di lingkungan Universitas Sumatera Utara, sejauh yang diketahui tidak ada ditemukan judul yang sama dengan penelitian ini.

Penelitian mengenai perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh PT.Jamsostek memang sudah pernah dilakukan, namun pada objek, lokasi dan tinjauan yang berbeda, yaitu penelitian atas nama : Sinta Mauly Agnes Tamba (NIM : 06701108), dengan judul Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Rawat Inap Jamsostek Sebagai Konsumen Jasa Pelayanan Kesehatan (Studi Kasus di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan). Permasalahan yang dibahas dalam penelitian tersebut adalah bagaimana perlindungan hukum kepada pasien rawat inap yang mengutamakan Jamsostek dalam mendapatkan jasa pelayanan kesehatan, hambatan-hambatan yang dihadapi oleh rumah sakit umum dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan terhadap pasien rawat inap dan perlindungan hukum yang diberikan rumah sakit umum yang mengikatkan diri dalam perjanjian kerjasama dengan Jamsostek. Oleh karena itu penelitian ini asli adanya, artinya secara akademik penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya, karena belum ada yang melakukan penelitian yang sama dengan judul penelitian ini.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Seiring dengan perkembangan masyarakat pada umumnya, peraturan hukum juga mengalami perkembangan. ”Kontinuitas perkembangan ilmu hukum selain


(27)

bergantung pada metodelogi, aktivitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori.”11

“Teori digunakan untuk menerangkan dan menjelaskan gejala spesifik untuk proses tertentu terjadi, dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya.”12

Kerangka teori adalah “kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan penulis dibidang hukum.”13 Suatu kerangka teori bertujuan untuk “menyajikan cara-cara untuk mengorganisasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil penelitian dan menghubungkannya dengan hasil-hasil penelitian terdahulu.”14 Kata lain dari kerangka teori adalah “kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan atau pegangan teoritis dalam penelitian.”15

Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang terjadi, karena penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, maka kerangka teori diarahkan secara khas ilmu hukum.

Penelitian ini berusaha untuk memahami asas kebebasan berkontrak dalam perjanjian kerjasama pelayanan kesehatan antara PT.Jamsostek (Persero) dengan

11 Soejono Soekamto, Pengantar Peneltian Hukum, (Jakarta : Universitas Indonesia Press,

1982), hal.6

12JJJ M. Wuismen,Penelitian Ilmu Sosial,Jilid 1, Penyunting M. Hisman,(Jakarta : Fakultas

Ekonimi Universitas Indonesia, 1996), hal. 203

13M. Solly Lubis,Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung : Mandar Maju , 1994), hal. 27. 14Burhan Ashshofa,Metode Penelitian Hukum, (Rineka Cipta Jakarta, 1998), hal. 23. 15M. Solly Lubis,Op.Cit, hal. 23.


(28)

klinik kesehatan di Kota Binjai secara yuridis, artinya memahami objek penelitian sebagai hukum yakni sebagai kaidah hukum atau sebagai isi kaidah hukum sebagaimana yang ditentukan dalam peraturan-peraturan yang berkaitan dengan masalah hukum perjanjian.

Pembahasan tentang hubungan kontraktual para pihak, pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dalam hubungannya dengan masalah keadilan. Kontrak sebagai wadah yang mempertemukan kepentingan satu pihak dengan pihak lain menuntut bentuk pertukaran kepentingan yang adil.

Suatu perbuatan hukum dilakukan bertujuan untuk memperoleh keadilan. Keadilan hanya bisa dipahami jika ia diposisikan sebagai keadaan yang hendak diwujudkan oleh hukum. “Upaya untuk mewujudkan keadilan dalam hukum merupakan proses yang dinamis yang memakan banyak waktu, upaya ini seringkali juga didominasi oleh kekuatan-kekuatan yang bertarung dalam kerangka umum tatanan politik untuk mengaktualisasikannya.”16

Sesuai dengan rumusan permasalahan yang diangkat, maka teori yang dipakai sebagai pisau analisis dalam menganalisa permasalahan dalam penulisan tesis ini adalah teori keadilan yang dipelopori oleh John Rawls, melalui karya besarnya A Theory of Justice, Rawls dikenal sebagai salah seorang filsuf Amerika kenamaan di akhir abad ke-20. John Rawls dipercaya sebagai salah seorang yang memberi

16 Carl Joachim Friedrich, Filsafat Hukum Perspektif Historis, (Bandung : Nuansa dan


(29)

pengaruh pemikiran cukup besar terhadap diskursus mengenai nilai-nilai keadilan hingga saat ini.

Teori ini mengungkapkan bagaimana tujuan filosofis dan hukum yaitu keadilan harus tergenapi dalam sebuah kontrak/perjanjian. Intisari hukum adalah membawa aturan yang adil dalam masyarakat, dan oleh karenanya pengertian tradisional yang menggabungkan hukum dengan etika (yakni keadilan) tetap dapat dipertahankan.17

Satjipto Raharjo telah mencatat rumusan atau pengertian keadilan yang diunkapkan oleh beberapa pakar18:

a. Keadilan adalah kemauan yang bersifat tetap dan harus menerus untuk memberikan kepada setiap orang apa yang semestinya untuknya (iustitia est constans et perpetua voluntas ius suum cuique tribuendi-Ulpinus)

b. Setiap orang bebas untuk menentukan apa yang akan dilakukannya asal ia tidak melanggar kebebasan yang sama dari orang lain. (Hernert Spencer) c. John Rawls mengkopsesikan keadilan sebagai fairness, yang mengandung

asas-asas bahwa orang-orang yang merdeka dan rasional yang berkehendak untuk mengembangkan kepentingan-kepentingannya, diharapkan mendapat kedudukan yang sama pada saat akan memulainya dan itu merupakan syarat yang fundamental bagi mereka untuk memasuki perhimpunan yang mereka kehendaki.

Pemikiran tentang hukum kodrat pada masa Yunani Kuno, sesungguhnya bermula dari suatu gerakan pemikiran manusia yang telah berkembang lama mengenai pengertian keadilan yang abadi, yaitu suatu keadilan yang tidak berubah-ubah sifatnya, yang dinyatakan dalam setiap kekuasaan manusia dan jika ditemui ketidakadilan dalam tindakannya, maka hukuman akan dikenakan terhadapnya.19

17Theo Huijbers,Filsafat Hukum, (Yogyakarta : Kanisius, 1995), hal. 77 18Satjipto Raharjo,Ilmu Hukum,(Bandung : Citra Aditya, 2000), hal. 163-164)


(30)

Memang secara hakiki, dalam diskursus hukum, sifat dari keadilan itu dapat dilihat dalam 2 (dua) arti pokok, yakni dalam arti formal yang menuntut bahwa hukum itu berlaku secara umum, dan dalam arti materil, yang menuntut agar setiap hukum itu harus sesuai dengan cita-cita keadilan masyarakat.20

Pemetaan dua arus utama pemeikiran keadilan ini kemudian ditegaskan kembali oleh Rawls. John Rawls menjelaskan perihal aliran keadilan juga terbagi menjadi 2 (dua) arus utama, yakni pertama adalah aliran etis dan aliran kedua

institutif. Aliran yang pertama menghendaki keadilan yang mengutamakan hak daripada manfaat keadilan itu sendiri, sementara yang kedua adalah sebaliknya yaitu lebih mengutamakan manfaat daripada hak. John Ralws mengemukakan suatu ide dalam bukunya A Theory of Justice, bahwa teori keadilan merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menghasilkan keadilan. Keadilan menurut Rawls adalah sebagai fairness, atau istilah Black’s Law Dictionary “equal time doctrine” yaitu suatu keadaan yang dapat diterima akal secara umum pada waktu tertentu tentang apa yang benar.21

Rawls menyebut keadilan dengan istilah fairness karena dalam membangun teorinya Rawls berangkat dari suatu posisi asli (original position), dimana ketika setiap individu memasuki kontrak sosial itu mempunyai kebebasan (liberty). Posisi asli itu adalah suatu status quo awal yang menegaskan bahwa kesepakatan fundamental yang dicapai dalam kontrak sosial adalah fair. Berdasarkan fakta

20

Frans Magnis Suseno,Etika Umum : Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral,(Yogyakarta : Kanisius, 1983), hal. 18

21 Luhut M.P Pangaribuan,Lay Judges dan Hakim Ad Hoc, Suatu Studi Teoritis Mengenai Sistem Pengadilan Pidana Indonesia, ( Jakarta : Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009), hal.27


(31)

adanya “original position” ini kemudian melahirkan istilah “keadilan sebagai

fairness”22.

Rawls mencoba menawarkan suatu bentuk penyelesaian yang terkait dengan problematika keadilan dengan membangun teori keadilan berbasis kontrak. Menurut John Rawls teori keadilan yang memadai harus dibentuk dengan pendekatan kontrak, dimana asas-asas keadilan yang dipilih bersama benar-benar merupakan hasil kesepakatan bersama dari semua person yang bebas, rasional dan sederajat. Hanya melalui pendekatan kontrak sebuah teori keadilan mampu menjamin pelaksanaan hak dan sekaligus mendistribusikan kwajiban secara adil bagi semua orang. Oleh karenanya dengan tegas Rawls mengatakan bahwa suatu konsep keadilan yang baik haruslah bersifat kontraktual, konsekuensinya setiap konsep keadilan yang tidak berbasis kontraktual harus dikesampingkan demi kepentingan keadilan itu sendiri23

Teori Ralws didasarkan atas dua prinsip yaitu persamaan hak (equal right)

dan juga kesetaraan ekonomi (economic equality). Dalam equal right dikatakannya keadilan harus diatur dalam tatanan leksikal, yaitu prinsip perbedaan akan bekerja jika hak dasar (basic right)tidak ada yang dicabut (tidak ada pelanggaran hak asasi manusia). Kemudian economic equality sebagai implikasi dari equal right, yaitu kesetaraan ekonomis akan tercipta jika tidak melanggar hak asasi manusia.24 Kedua prinsip dari John Rawls ini saling berhubungan dalam rangka membentuk keadilan.25

Berdasarkan uraian teori keadilan John Rawls tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menciptakan keadilan yang ditekankan adalah harus adanya pemenuhan

22Ibid 23

Agus Yudha Hernoko, Op. Cit, hal. 55

24

Andra Ata Ujan, Keadilan dan Demokrasi, Telaah Teori Keadilan John Rawls, (Yogyakarta : Kanisius, 2001), hal. 19


(32)

hak dasar sehingga prinsip ketidaksetaraan dapat dijalankan, atau dengan kata lain ketidaksetaraan secara ekonomi akanvalidjika tidak merampas hak dasar manusia.

Kebebasan antara para pihak untuk mengadakan perjanjian kerjasama pemberian pelayanan kesehatan sebagai perwujudan dari hak dasar individu (basic rights), namun hak dasar tersebut tidak boleh disalahgunakan oleh pihak yang mempunyai kedudukan ekonomi lebih kuat.

Dengan memperhatikan hak dasar (basic rights)antara para pihak, kesetaraan dalam sisi ekonomi(ekonomic equality)akan terwujud. Hubungan kausalitas antara 2 (dua) prinsip Rawls ini akan membentuk keadilan bagi para pihak dalam perjanjian kerjasama pemberitan pelayanan kesehatan.

2. Konsepsi

Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas.26 Konsep diartikan sebagai kata yang menyatukan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal khusus yang disebut definisi operasional.27

Konsepsi akan dijadikan pegangan dalam melakukan penelitian atau penguraian sehingga akan memudahkan penulis dan orang lain memahami batasan-batasan atau pengertian-pengertian yang dikemukakan. Berikut didefinisikan beberapa konsep dasar guna menyamakan persepsi, yaitu :

a. Perjanjian kerjasama Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)

Perjanjian kerjasama Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Jamsostek adalah suatu bentuk persetujuan tentang hubungan hukum antara subyek

26M. Yahya Harahap,Segi-Seg i Hukum Perjanjian, (Bandung : Alumni, 1986), hal. 84 27Samadi Suryabrata,Metodelogi Penelitian,(Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998), hal.3


(33)

hukum yang satu yaitu PT. Jamsostek (Persero) selaku Badan Penyelenggara dengan subyek hukum yang lain yaitu klinik kesehatan swasta sebagai Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK) rawat jalan tingkat pertama untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta JPK-Jamsostek sesuai dengan standar dan prosedur pelayanan yang telah ditetapkan.

b. Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua dan meninggal dunia;28

c. PT Jamsostek (Persero) adalah Badan Penyelenggara yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berbentuk badan hukum yang bidang usahanya menyelenggarakan program Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1995 Tentang Penetapan Badan Penyelenggara Program Jamsostek;

d. Badan Penyelenggara adalah badan hukum yang bidang usahanya menyelenggarakan program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.29

e. Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)-Jamostek adalah suatu program yang diselenggarakan oleh PT.Jamsostek dalam upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan

28Pasal 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 29Ibid


(34)

pemeriksaan, pengobatan, dan atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan;30

f. Peserta Jamsostek adalah tenaga kerja beserta keluarganya yang diikut sertakan dalam program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Jamsostek oleh perusahaan tempatnya bekerja melalui PT.Jamsostek (Persero) selaku Badan Penyelenggara

g. Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK) adalah orang atau badan yang ditunjuk oleh Badan Penyelenggara untuk memberikan pelayanan kesehatan.

h. Klinik kesehatan swasta yaitu balai pengobatan sebagai Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK) tingkat pertama yang merupakan usaha perorangan yang didirikan berdasarkan ijin dari Dinas Kesehatan setempat dan diitunjuk oleh Badan Penyelenggara untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi peserta JPK-Jamsostek

G. Metode Penelitian

“Penelitian adalah pencarian atas sesuatu (inquery) secara sistematis dengan penekanan bahwa pencaharian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan”31. Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk menempel gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisanya.32

30 Buku Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Bagi Pelaksana Pelayanan Kesehatan

(PPK), Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, (Jakarta : PT. Jamsostek, 2007), hal.4

31

Soemitro Ronny Hanitijo,Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1990), hal. 11

32 Joko P Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, (Jakarta : Roneka Cipta,


(35)

Metode penelitian yang dipakai dalam penulisan tesis ini adalah sebagai berikut :

1. Sifat dan Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis artinya hasil penelitian ini berusaha memberikan gambaran secara menyeluruh, mendalam tentang suatu keadaan atau gejala yang diteliti33.

Sesuai dengan sifat penelitian dalam penulisan ini yaitu deskriptif analitis, maka penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisa dan memberikan gambaran secara menyeluruh dan mendalam tentang perjanjian kerjasama Jaminan Pemeliharaan Kesehatan antara PT. Jamsostek dengan klinik kesehatan swasta di Kota Binjai.

Jenis penelitian yang digunakan untuk mengkaji penulisan ini adalah penelitian yuridis normatif, yaitu dilakukan dengan cara meneliti bahan kepustakaan

(library research) atau data sekunder yang meliputi peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen yang relevan dengan permasalahan yang diteliti atau melihat hukum dari aspek normatif.

Menurut Peter Mahmud Marzuki penelitian yuridis normatif adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.34 Dilakukan dengan cara mengkaji dokumen-dokumen perjanjian kerjasama pelayanan kesehatan dengan menggunakan tolak ukur asas kebebasan berkontrak, asas konsensualisme, asas

33Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum,(Jakarta : UI Press, 2007), hal. 10 34Peter Marzuki Mahmud,Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana Predata, 2008), hal 35


(36)

keseimbangan maupun keadilan yang dapat disimpulkan dari pasal-pasal perjanjian tersebut dan data sekunder lainnya yang terkait dengan permasalahan

2. Sumber Data

Dalam penulisan ini sumber data yang digunakan diperoleh dari data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier dan data primer, yaitu sebagai berikut :

a. Data Sekunder

1) Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat yang terdiri dari Peraturan Perundang-undangan, catatan-catatan resmi dan ketentuan-ketentuan lain yang terkait dengan penelitian ini serta dokumen perjanjian kerjasama Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, yaitu : a) Perjanjian Kerjasama antara PT. Jamsostek dengan Klinik Kesehatan

”Sehat Sehati” Nomor : Per/17/122011

b) Perjanjian Kerjasama antara PT. Jamsostek dengan Klinik Kesehatan ”Keliat” Nomor : Per/14/122011

c) Perjanjian Kerjasama antara PT. Jamsostek dengan Klinik Kesehatan ”Sehat Adhisma Husada” Nomor : Per/07/122011

2) Bahan hukum sekunder, yaitu berupa semua publikasi hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi seperti buku-buku teks, kamus-kamus hukum, hasil penelitian, hasil seminar, hasil karya dari kalangan hukum, makalah, majalah dan sebagainya, serta dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan dengan masalah


(37)

3) Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang yaitu mencakup bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus umum dan eksiklopedia dalam penelitian ini.

b. Data Primer

Data primer digunakan untuk melakukan konfrontirterhadap berbagai macam data sekunder yang telah diperoleh dalam rangka melakukan penegasan. Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung terhadap pihak terkait untuk pemecahan masalah yang masih memerlukan informasi lebih lanjut guna melakukan dan memastikanvalidasiterhadap data sekunder yang telah diperoleh

3. Tehnik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini, baik data sekunder maupun data primer diperoleh dengan melakukan penelitian kepustakaan(library research).Penelitian kepustakaan yakni upaya penelitian untuk memperolah data dari penelusuran literatur kepustakaan, peraturan perundang-undangan, majalah, koran, artikel dan sumber lainnya yang berhubungan dengan objek penelitian ini. Selain itu guna mendukung data primer yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan tersebut, dilakukan juga dengan wawancara secara langsung dan mendalam, terarah dan sistematis ditujukan kepada narasumber terkait dalam perjanjian ini sebagai data pendukung guna melengkapi data yang diperlukan dalam penulisan tesis ini, yaitu terhadap :

a. Pimpinan Kantor Cabang PT. Jamsostek (Persero) Binjai;


(38)

c. Kabid Pelayanan JPK-Jamsostek Kantor Cabang PT. Jamsostek (Persero) Binjai

4. Analisis Data

Analisis data merupakan proses mengorganisasikan dan menguraikan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesa kerja yang disaratkan data.35

Keseluruhan data atau bahan yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan

kualitatif, yaitu metode analisis data dengan mengelompokkan dan menyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas dan kebenaran, kemudian dihubungkan dengan peraturan perundang-undangan, pendapat para ahli dari studi kepustakaan dengan dengan menggunakan metode deduktif. Metode deduktif dilakukan dengan cara membaca, menafsirkan dan membandingkan, sehingga diperoleh kesimpulan yang benar dan akurat sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan.

35Lexy J. Moleong,Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), hal.


(39)

BAB II

PENGATURAN DAN BENTUK PERJANJIAN KERJASAMA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN ANTARA PT JAMSOSTEK (PERSERO)

DENGAN KLINIK KESEHATAN SWASTA DI KOTA BINJAI

A. Perjanjian Pada Umumnya 1. Pengertian Perjanjian

Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada pihak lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Melalui perjanjian terciptalah perikatan atau hubungan hukum yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi masing-masing pihak yang membuat perjanjian.

Secara yuridis pengertian perjanjian terdapat pada Pasal 1313 KUHPerdata yang berbunyi “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lainnya atau lebih”.36 Dilihat dari bentuknya perjanjian itu dapat berupa suatu perikatan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis37

Para sarjana hukum perdata pada umumnya berpendapat bahwa definisi perjanjian yang terdapat dalam ketentuan di atas tidak lengkap dan terlalu luas. Dikatakan tidak lengkap karena yang dirumuskan itu hanya mengenai perjanjian sepihak saja. Definisi tersebut dikatakan juga terlalu luas karena dapat mencakup perbuatan di dalam lapangan hukum keluarga, seperti janji kawin yang juga merupakan perjanjian, tetapi sifatnya berbeda dengan perjanjian yang diatur dalam

36Purwahid Patrik,Dasar-Dasar Hukum Perikatan,(Bandung : Mandar Maju, 1994), hal. 94 37Hasanudin Rahman,Legal Drafting, (Bandung : PT Citra aditya Bakti, 2000), hal. 4


(40)

KUHPerdata Buku III. Perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata Buku III kriterianya dapat dinilai secara materiil, dengan kata lain dinilai dengan uang.38

Abdulkadir Muhammad mengemukakan bahwa definisi perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata tersebut masih terdapat beberapa kelemahan, yakni :39

a. Hanya menyangkut sepihak saja

Hal ini dapat diketahui dari perumusan : “satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya”. Kata “mengikat” sifatnya hanya datang dari satu pihak saja, tidak dari kedua belah pihak. Seharusnya perumusan itu ”saling mengikatkan diri” sehingga terdapat konsensus antara para pihak.

b. Kata perbuatan mencakup juga tanpakonsensus

Dalam pengertian perbuatan mencakup juga tindakan melaksanakan tugas/pekerjaan orang lain tanpa kuasa (zaakwaarneming). Perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad) yang tidak mengandung suatu

konsensusseharusnya dipakai kata persetujuan c. Pengertian perjanjian terlalu luas

Pengertian perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata terlalu luas karena mencakup juga pelangsungan perkawinan, janji kawin yang diatur dalam lapangan hukum keluarga. Padahal yang dimaksudkan adalah hubungan antara debitur dengan kreditur dalam lapangan harta kekayaan saja.

d. Dalam rumusan pasal tersebut tidak disebutkan tujuan mengadakan perjanjian, sehingga para pihak mengikat dirinya tidak jelas untuk apa.

Istilah perjanjian sebenarnya merupakan terjemahan dari bahasa Belanda yaitu overeenkomst dan dalam kepustakaan ilmu hukum di Indonesia sendiri ada berbagai macam pendapat di kalangan para sarjana. “Sebagian para sarjana hukum menterjemahkan sebagai kontrak dan sebagian lainnya menterjemahkan sebagai perjanjian.”40

38 Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung : PT.Citra Aditya

Bakti, 2001). Hal. 65

39

J. Satrio,Hukum Perjanjian, (Bandung : PT. Citra Aditya Bhakti, 1992) hal. 23-24

40Ricardo Simanjuntak,Teknik Perancangan Kontrak Bisnis, (Jakarta : PT.Gramedia, 2006),


(41)

Karena rumusan perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata banyak mengandung kelemahan maka muncullah doktrin yang mencoba melengkapi pengertian perjanjian tersebut. “Menurut pendapat para ahli hukum, perjanjian adalah suatu perbuatan hukum (rechtshandeling) yang berdasarkan kata sepakat dapat menimbulkan suatu akibat hukum.”41

Menurut Subekti, ”suatu perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain, atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.”42

Dalam perkembangannya pengertian perjanjian tersebut mengalami perubahan sebagaimana dikemukakan oleh J.Van Dunne, menyebutkan ”perjanjian ditafsirkan sebagai suatu hubungan hukum penawaran dari satu pihak dan perbuatan hukum penerimaan dari pihak lain.”43

Perjanjian dinamakan juga persetujuan atau kontrak karena menyangkut kedua belah pihak yang setuju atau sepakat untuk melakukan sesuatu.

2. Unsur-Unsur Perjanjian

Unsur-unsur yang tercantum dalam hukum perjanjian dapat dikategorikan sebagai berikut:44

a. Adanya kaidah hukum

Kaidah dalam hukum perjanjian dapat terbagi menjadi dua macam, yakni tertulis dan tidak tertulis. Kaidah hukum perjanjian tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan, traktat,

41Purwahid Patrik,Op. Cit,hal. 45 42

Subekti,Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta : PT. Intermasa, 2001), hal. 36

43

Purwahid Patrik,Op. cit, hal. 45

44Salim H.S,Hukum Kontrak:Teori & Teknik Penyusunan Kontrak,(Jakarta : Sinar Grafika,


(42)

dan yurisprudensi. Sedangkan kaidah hukum perjanjian tidak tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang timbul, tumbuh, dan hidup dalam masyarakat, seperti: jual beli lepas, jual beli tahunan, dan lain sebagainya. Konsep-konsep hukum ini berasal dari hukum adat.

b. Subyek hukum

Istilah lain dari subjek hukum adalah rechtperson. Rechtperson diartikan sebagai pendukung hak dan kewajiban. Subjek hukum dalam perjanjian kerjasama ini adalah badan penyelenggara selaku pemberi kerja yaitu PT.Jamsostek dan pelaksana pelayanan kesehatan selaku penerima kerja yaitu klinik kesehatan.

c. Adanya prestasi

Prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi para pihak dalam suatu kontrak. Pada umumnya suatu prestasi sebagaimana diatur dalam Pasal 1234 KUHPerdata terdiri dari beberapa hal yaitu memberikan sesuatu; berbuat sesuatu; dan tidak berbuat sesuatu.

d. Kata sepakat

Dalam Pasal 1320 KUHPer ditentukan empat syarat sahnya perjanjian, dimana salah satunya adalah kata sepakat (konsensus). Kesepakatan merupakan unsur mutlak terjadinya perjnjian kerjasama. Kesepakatan dapat terjadi dengan berbagai cara, namun yang paling penting adalah adanya


(43)

penawaran dan penerimaan atas penawaran tersebut.45 Sehingga dapat dikatakan bahwa kesepakatan ialah persesuaian pernyataan kehendak antara para pihak.

e. Akibat hukum

Setiap Perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan akibat hukum. Akibat hukum adalah timbulnya hak dan kewajiban. Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata menegaskan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya

3. Risiko dalam Perjanjian

Dalam teori hukum dikenal suatu ajaran yang disebut dengan resicoleer

(ajaran tentang risiko), yang berarti seseorang berkewajiban untuk memikul kerugian jika ada sesuatu kejadian di luar kesalahan salah satu pihak yang menimpa benda yang menjadi objek perjanjian. Ajaran ini timbul apabila terdapat keadaan memaksa

(overmach).

Pengertian risiko selalu berhubungan dengan adanya overmacht, sehingga seharusnya ada kejelasan tentang kedudukan para pihak, yaitu pihak yang harus bertanggung gugat dan pihak yang harus menanggung risiko atas kejadian-kejadian dalam keadaan memaksa.

45Ahmadi Miru,Hukum Kontrak & Perancangan Kontak, (Jakarta : Raja Grafindo Persada,


(44)

Menurut R. Subekti, yang dimaksud dengan risiko adalah ”kewajiban memikul kerugian yang disebabkan karena suatu kejadian di luar kesalahan salah satu pihak.”46 Sedangkan menurut Sri Redjeki Hartono, ”risiko juga merupakan suatu ketidak pastian di masa yang akan datang tentang kerugian.”47

Risiko dalam perjanjian sepihak diatur dalam Pasal 1237 ayat (1) KUH Perdata yang menentukan bahwa risiko dalam perjanian sepihak ditanggung oleh kreditur. Sedangkan risiko pada perjanjian timbal balik diatur dalam Pasal 1545 KUHPerdata, bahwa jika suatu barang tertentu yang telah dijanjika untuk ditukar musnah di luar salah pemiliknya, maka persetujuan dianggap gugur, dan siapa yang dari pihaknya telah memenuhi persetujuan, dapat menuntut kembali barangnya yang telah ia berikan dalam tukar menukar.

4. Perjanjian Baku

a. Latar belakang lahirnya perjanjian baku

Perjanjian baku merupakan suatu bentuk perjanjian yang berisikan hak dan kewajiban kedua belah pihak yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yang sudah dibakukan. Salah satu pihak dalam perjanjian itu, yaitu pihak yang secara ekonomis kuat, biasanya menetapkan syarat-syarat baku secara sepihak. “Perjanjian baku itu

46

R. Subekti,Aspek-aspek Hukum Perikatan Nasional, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1988), hal. 59

47 Sri Redjeki Hartono, Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, (Jakarta : PT.Sinar


(45)

pada prinsipnya ditetapkan sepihak tanpa lebih dahulu merundingkannya dengan pihak yang lainnya.”48

Perjanjian baku telah dikenal dalam masyarakat dan sangat berperan terutama dalam dunia usaha. Istilah perjanjian baku dalam bahasa Belanda dikenal dengan

standard voor vaardeen, dalam hukum Inggris di kenal dengan standart contrac. “Standar kontrak merupakan perjanjian yang telah ditentukan dan telah dituangkan dalam bentuk formulir, kontrak ini ditentukan secara sepihak oleh salah satu pihak, terutama pihak ekonomi kuat terhadap pihak ekonomi lemah.”49

Sedangkan pendapat Mariam Darus menterjemahkan standar kontrak dengan “istilah perjanjian baku, baku berarti patokan, ukuran, acuan. Jika bahasa hukum dibakukan, berarti bahwa hukum itu ditentukan ukurannya, patokannya, standarnya, sehingga memiliki arti tetap yang dapat menjadi pegangan umum.”50

Sebagaimana halnya dalam pemakaian istilah yang tidak seragam tersebut diatas, dijumpai pula adanya beberapa pengertian mengenai perjanjian baku. Menurut Houdius sebagaimana dikutip oleh Mariam Darus Badrulzaman merumuskan mengenai perjanjian baku adalah “konsep perjanjian tertulis yang disusun tanpa membicarakan isinya dan lazimnya dituangkan dalam sejumlah perjanjian tidak terbatas yang sifatnya tertentu”51

48

Ari Purwadi,Hukum dan Pembangunan, (Majalah Hukum, No 1 Tahun XXV, 1995), hal. 58

49

Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak di Luar KUH Perdata, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Perkasa, 2006), hal.145

50Mariam Darus Badrulzaman,Perjanjian Baku (Standard), Perkembangannya di Indonesia,(Bandung:

Alumni, 1994), hal. 46


(46)

Az. Nasution dalam bukunya konsumen dan hukum merumuskan “perjanjian dengan syarat-syarat baku adalah konsep tertulis yang dimuat dalam beberapa perjanjian yang masih akan dibuat yang jumlahnya tidak tertentu tanpa terlebih dahulu membicarakannya.”52

Kontrak atau perjanjian standar adalah kontrak yang telah dibuat dalam bentuk baku (standard form) atau dicetak dalam jumlah blangko yang banyak untuk beberapa bagian yang menjadi objek transaksi, seperti besarnya nilai transaksi, jenis dan jumlah barang yang ditransaksikan dan sebagainya, sehingga dengan kontrak standard ini lembaga pembiayaan yang mengeluarkannya tidak membuka kesempatan kepada pihak lain untuk melaksanakan negosiasi mengenai apa yang akan disepakati dalam kontrak.

Latar belakang tumbuhnya perjanjian baku karena keadaan sosial ekonomi. Untuk menjaga kepentingan perusahaan besar dan perusahaan pemerintah dalam mengadakan kerjasama, biasanya mereka menentukan syarat-syarat secara sepihak. Pihak lawannya pada umumnya mempunyai kedudukan yang lemah baik karena posisinya maupun karena ketidaktahuannya, mereka hanya menerima apa yang disodorkan dan menyetujuinya, maka kemungkinan untuk mengadakan perubahan itu sama sekali tidak ada.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perjanjian baku memang lahir dari kebutuhan masyarakat itu sendiri, karena dunia bisnis tidak dapat berlangsung

52AZ. Nasution “Konsumen dan Hukum Tinjauan Sosial, Ekonomi dan Hukum pada


(47)

tanpa perjanjian baku. Perjanjian baku dibutuhkan dan karena itu diterima oleh masyarakat, yang masih perlu dipersoalkan apakah perjanjian itu tidak bersifat sangat berat sebelah dan tidak mengandung klausul yang secara tidak wajar sangat memberatkan bagi pihak lainnya, sehingga perjanjian itu merupakan perjanjian yang tidak adil. Yang dimaksud berat sebelah di sini ialah bahwa perjanjian itu hanya mencantumkan hak-hak salah satu pihak saja (yaitu pihak yang mempersiapkan perjanjian baku tersebut), tanpa mencantumkan apa yang menjadi kewajiban-kewajiban pihaknya dan sebaliknya hanya menyebutkan kewajiban-kewajiban-kewajiban-kewajiban pihak lainnya.

b. Jenis-Jenis Perjanjian Baku

Menurut Mariam Darus Badrulzaman perjanjian baku dapat dibedakan menjadi empat jenis, yaitu sebagai berikut:

1) Perjanjian baku sepihak adalah kontrak yang ditentukan oleh pihak yang kuat kedudukannya dalam perjanjian, contohnya adalah butir butir perjanjian pemasangan air minum, dimana pihak yang kuat disini biasanya kredibitur yang secara ekonomi kekuatan yang lebih dan debitur.

2) Perjanjian baku timbal balik adalah perjanjian baku yang isinya ditentukan oleh kedua belah pihak, misalnya perjanjian baku yang pihaknya terdiri dari majikan dan pihak yang lainnya buruh. Dimana biasanya kedua belah pihak lazimnya terkait dalam perjanjian organisasi serikat buruh, misalnya perjanjian buruh kolektif untuk menjaga sengketa sengketa antara majikan dan karyawan.

3) Perjanjian baku yang ditetapkan oleh Pemerintah, ialah perjanjian baku yang isinya telah ditentukan oleh Pemerintah terhadap perbuatan hukum tertentu saja, misalnya tentang perjanjian yang mempunyai hak hak atas tanah. Dalam bidang agraria dengan formulir formulir perjanjian sebagaimana diatur dalam SK Menteri Dalam Negeri Tanggal 6 Agustus 1977 No : 104/Dja/l977 berupa antara lain Akta Jual Beli, Model 1156727, Akta Hipotik Model 1045055 dan sebagainya.

4) Perjanjian baku yang ditentukan dilingkungan Notaris atau Advokad adalah perjanjian yang konsepnya sejak semula sudah disediakan untuk memenuhi


(48)

permintaan dan anggota masyarakat yang minta bantuan Notanis atau 30 Advokad yang bersangkutan.53

c. Ciri-Ciri Perjanjian Baku

Klausula yang sering muncul dalam perjanjian baku adalah klausula eksonerasi

sebagai klausula tambahan atas unsur esensial dari suatu perjanjian. klausulaeksonerasi

adalah syarat yang berisi pembebasan atau pembatasan tanggung jawab secara tidak langsung yaitu dengan memperluas alasan-alasan keadaan memaksa.

Klausula tersebut merupakan klausula yang sangat merugikan pihak yang memiliki posisi lemah jika dibandingkan dengan pihak lawannya karena beban yang seharusnya dipikul oleh pihak yang kuat, dengan adanya klausula tersebut menjadi beban pihak yang lemah.

Mengenai klausula eksenorasi ini menurut Rijken dalam Mariam Darus Badrulzaman, adalah klausula yang dicantumkan di dalam suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu menghindarkan diri untuk memenuhi kewajibannya dengan membayar ganti rugi seluruhnya atau terbatas, yang terjadi karena ingkar janji atau perbuatan melawan hukum.54

Klausula eksenorasi ini dapat terjadi atas kehendak satu pihak yang dituangkan dalam perjanjian secara individual atau secara massal. Bentuk yang bersifat massal ini telah dipersiapkan terlebih dahulu dan diperbanyak dalam bentuk formulir.

53Mariam Darus Badrulzaman,Perjanjian Baku (Standard), Perkembangannya di Indonesia,

Op. Cit, hal. 49


(49)

Menurut Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, “perjanjian baku dengan klausula eksonerasi yang meniadakan atau membatasi kewajiban salah satu pihak (kreditur) untuk membayar ganti kerugian kepada debitur, memiliki ciri sebagai berikut :”55

1) isinya ditetapkan secara sepihak oleh kreditur yang posisinya relatif kuat daripada debitur;

2) debitur sama sekali tidak ikut menentukan isi perjanjian itu;

3) terdorong oleh kebutuhannya, debitur terpaksa menerima perjanjian tersebut; 4) bentuknya tertulis;

5) dipersiapkan terlebih dahulu secara massal atau individual.

Perjanjian dengan syarat-syarat baku ini umumnya dapat dibedakan dalam 2 (dua) bentuk :56

1) Dalam bentuk perjanjian

Dalam bentuk perjanjian artinya suatu perjanjian yang konsepnya telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh salah satu pihak, biasanya penjual dan atau produsen, perjanjian ini disamping memuat aturan-aturan umumnya biasa tercantum dalam suatu perjanjian, memuat pula persyaratan khusus baik berkenaan dengan pelaksanaan perjanjian, menyangkut hal hal tertentu dan / atau berakhirnya perjanjian itu.

2) Dalam bentuk persyaratan.

Perjanjian dapat pula dalam bentuk persyaratan, yaitu syarat-syarat khusus yang termuat dalam berbagai kwitansi, tanda penerimaan atau tanda penjualan, kartu kartu tertentu pada papan-papan pengumuman yang

55 Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, Hukum Perlindungan Konsumen, (Jakarta : Raja

Grafindo Persada, 2005), hal. 117


(50)

diletakkan diruang penerimaan tamu atau di lapangan atau secarik kertas tertentu yang termuat dalam kemasan atau wadah produk bersangkutan.

Buku III KUHPerdata selain mengatur mengenai perikatan yang timbul dari perjanjian, juga mengatur perikatan yang timbul dari Undang-undang. Dalam KUHPerdata terdapat aturan umum yang berlaku untuk semua perjanjian dan aturan khusus yang berlaku hanya untuk perjanjian tertentu saja yang namanya sudah diberikan Undang-undang.

Keberadaan suatu perjanjian baku juga tidak terlepas dari terpenuhinya syarat-syarat mengenai sahnya suatu perjanjian/kontrak seperti yang tercantum dalam Pasal 1320 KUH Perdata, antara lain sebagai berikut:

1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan 3) Suatu hal tertentu

4) Suatu sebab yang halal

5. Asas Kebebasan Berkontrak dalam Kaitannya dengan Perjanjian Baku. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa secara yuridis perjanjian memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja asalkan tidak melanggar undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan.57 Hal ini berarti bahwa pihak yang mengadakan perjanjian diperbolehkan membuat ketentuan-ketentuan sendiri yang menyimpang dari


(51)

pasal hukum perjanjian dan mereka diperbolehkan mengatur sendiri kepentingan mereka dalam perjanjian yang mereka adakan.58

Dalam setiap perjanjian selalu diasumsikan bahwa kedudukan kedua belah pihak membuat perjanjian adalah sama, baik dalam hal kekuatan maupun pengetahuan para pihak tentang isi perjanjian, akan tetapi dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Sering terjadi dalam pembuatan suatu perjanjian salah satu pihak memiliki kedudukan atau posisi yang jauh lebih kuat dibandingkan pihak yang lain. Hal ini menyebabkan pihak yang lemah hanya memiliki dua pilihan,yaitu menerima begitu saja syarat atau ketentuan-ketentuan yang diajukan oleh pihak yang lebih kuat kedudukannya atau menolaknya.

Suatu asas penting berkaitan dengan berlakunya kontrak adalah asas kebebasan berkontrak. Dengan adanya asas ini, para pihak bebas mengadakan perjanjian apa saja meskipun belum diatur dalam KUH Perdata. Namun kebebasan itu tidak bersifat mutlak melainkan adanya batasannya seperti yang diatur dalam pasal 1337 KUH Perdata, yaitu tidak bertentangan atau dilarang oleh Undang-Undang, tidak bertentangan dengan kesulilaan dan kepentingan umum.

Asas kebebasan berkontrak ini mengandung makna bahwa masyarakat memiliki kebebasan untuk membuat perjanjian sesuai dengan kehendak atau kepentingan mereka. Kebebasan yang dimaksud meliputi:

a. kebebasan tiap orang untuk memutuskan apakah ia akan membuat perjanjian atau tidak membuat perjanjian;


(52)

b. kebebasan tiap orang untuk memilih dengan siapa ia akan membuat suatu perjanjian;

c. kebebasan para pihak untuk menentukan bentuk perjanjian; d. kebebasan para pihak untuk menentukan isi perjanjian;

e. kebebasan para pihak untuk menentukan cara pembuatan perjanjian.59

Apabila dikaji bahwa kebebasan berkontrak yang dimaksudkan dalam Pasal 1338 KUHPerdata menyiratkan adanya beberapa asas yang berkaitan dengan kebebasan berkontrak dalam perjanjian :

a. Mengenai terjadinya perjanjian

Menurut Rutten yang dikutip Purwahid Patrik dalam bukunya mengatakan bahwa “perjanjian yang dibuat itu pada umumnya bukan secara formil tetapi konsensual, artinya perjanjian itu selesai karena sesuai dengan kehendak atau konsensus semata-mata.”60

Asas konsensualisme artinya bahwa perjanjian hanya terjadi apabila telah adanya persetujuan kehendak antara para pihak. Asas ini berkaitan dengan saat lahirnya suatu perjanjian.

b. Tentang akibat perjanjian

Bahwa perjanjian mempunyai kekuatan mengikat antara pihak-pihak itu sendiri. Asas ini ditegaskan dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata yang menegaskan bahwa ”perjanjian dibuat secara sah diantara para pihak, berlaku sebagai undang undang bagi para pihak yang melakukan perjanjian atau setiap perjanjian mengikat kedua belah pihak”.

59Syahmin Ak,Op. Cit, hal. 154 60Purwahid Patrik,Op.cit, hal 68


(53)

Menurut Grotius, dalam buku Mariam Darus Badrulzaman, dikatakan bahwa “Pacta sunt servanda” (janji itu mengikat). Selanjutnya ia mengatakan, “promissorum implendorum obligation”. (kita harus memenuhi janji kita)61 Menurut asas ini apa yang telah disepakati oleh kedua belah pihak mengikat sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Asas ini berkenaan dengan akibat hukum dari suatu perjanjian.62

c. Tentang isi perjanjian

Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata berbunyi : Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik. Kemudian Pasal 1339 KUHPerdata, perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau Undang-undang. Dengan dimasukkannya itikad baik dalam pelaksanaan perjanjian berarti perjanjian itu ditafsirkan berdasarkan keadilan dan kepatutan.

Menurut Pitlo, yang dikutip Purwahid Patrik dalam bukunya dikatakan bahwa “terjadinya hubungan yang erat antara ajaran itikad baik dalam pelaksanaan perjanjian dan teori kepercayaan pada saat perjanjian (kesepakatan terjadi pada saat penandatanganan).”63 Selanjutnya juga dikatakan bahwa “perjanjian itu tidak hanya ditentukan oleh para pihak dalam

61Mariam Darus Badrulzaman, KUHPerdata Buku II Hukum Perikatan dengan

Penjelasannya.(Bandung : Alumni, 1993). hal 109.

62

Hardijan Rusli,Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1996), hal. 16


(54)

perumusan perjanjian tetapi juga ditentukan oleh itikad baik dan kepatutan, jadi itikad baik dan kepatutan ikut pula menentukan isi dari perjanjian.”64

Menurut Vollmar yang dikutip Purwahid Patrik dalam bukunya mengatakan bahwa :

Itikad baik (pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata) dan kepatutan (pasal 1339 KUHPerdata) umumnya disebutkan secara senafas dan Hoge Raad dalam putusan tanggal 11 Januari 1924 telah sependapat bahwa hakim setelah menguji dengan kepantasan dari suatu perjanjian tidak dapat dilaksanakan maka berarti perjanjian itu bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.65

Menurut Mariam Darus Badrulzaman bahwa “di dalam perjanjian terkandung suatu asas kekuatan mengikat, terikatnya para pihak pada perjanjian itu tidak semata-mata terbatas pada apa yang diperjanjikan, akan tetapi juga terhadap beberapa unsur lain sepanjang dikehendaki oleh kebiasaan dan kepatutan serta moral.”66

Selain itu isi perjanjian sepenuhnya diserahkan kepada para pihak yang membuatnya dengan mengindahkan ketentuan Pasal 1337 KUHPerdata. Dengan kata lain selama perjanjian baku tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku, kesusilaan dan ketertiban umum, maka semua isi perjanjian akan mengikat, apabila pihak dalam perjanjian tersebut sudah menandatanganinya.

64

Ibid

65Ibid.

66Mariam Darus Badrulzaman, KUHPerdata Buku II Hukum Perikatan dengan


(55)

Berdasarkan prinsip “kebebasan berkontrak”, tiap-tiap perjanjian yang dibuat secara sah adalah mengikat para pihak, mereka tidak dapat membatalkan/mengakhirinya tanpa persetujuan kedua belah pihak.

Keberadaan asas kebebasan berkontrak dalam kaitannya dengan perjanjian baku dilatar belakangi oleh keadaan, tuntutan serta perkembangan dunia bisnis dewasa ini yang hampir disetiap bidangnya tidak lepas dari aspek transaksi ataupun perjanjian.

Dalam kondisi tersebut, timbul suatu pertanyaan bahwa apakah perjanjian baku tersebut dapat dikatakan memenuhi syarat-syarat sahnya suatu perjanjian, atau dengan kata lain apakah perjanjian baku (standard contract) bertentangan dengan asas kebebasan berkontrak.

Dalam melihat permasalahan ini terdapat dua paham yang memandang bahwa apakah perjanjian baku tersebut melanggar asas kebebasan berkontrak atau tidak.67

a. Paham pertama secara mutlak memandang bahwa perjanjian baku bukanlah suatu perjanjian

Menurut Sluijer, “perjanjian baku ini bukan perjanjian, sebab kedudukan pengusaha di dalam perjanjian adalah seakan-akan sebagai pembentuk undang-undang swasta. Syarat-syarat yang ditentukan


(1)

klausula-klausula yang belum ditentukan secara baku oleh peraturan perundang-undangan. Sehingga kebebasan berkontrak secara berimbang bagi para pihak lebih dapat diwujudkan.

3. Sebaiknya dalam perjanjian kerjasama tersebut diatur dan dicantumkan ketentuan hak-hak dan kewajiban para pihak secara berimbang yang mencerminkan adanya perlindungan hukum yang nyata, berimbang dan adil bagi pihak klinik kesehatan swasta maupun pihak PT. Jamsostek


(2)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku Teks

Ashshofa, Burhan,Metode Penelitian Hukum,Jakarta :Rineka Cipta, 1998.

Badrulzaman, Mariam Darus, KUH Perdata Buku II Hukum Perikatan dengan Penjelasannya, Bandung : Alumni, 1993.

...,Aneka Hukum Bisnis, Bandung : Alumni, 1998

...,Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 2001 ...,Perjanjian Kredit Bank,Bandung : PT.Citra Aditya Bakti, 1991

Friedrich, Carl Joachim, Filsafat Hukum Perspektif Historis, Bandung : Nuansa dan Nusamedia, 2004

Fuadi, Munir, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Bisnis), Buku Ke 2, Medan : Citra Aditya Bhakti, 2003

Hanitijo, Soemitro Ronny, Metodelogi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1990

Harahap, M. Yahya,Segi-Seg i Hukum Perjanjian,Bandung : Alumni, 1986

Hartono, Sri Redjeki,Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi, Jakarta : PT.Sinar Grafika, 2000

Herlien Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia : Hukum Perjanjian Berlandaskan Asas-Asas Wigati Indonesia, Bandung : Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 2006

Hernoko, Agus Yudha, Hukum Perjanjian, Asas Proporsionalitas dalam Kontrak Komersial, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010

HS, Salim, Hukum Kontrak : Teori & Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta : Sinar Grafika, 2004

..., Perkembangan Hukum Kontrak di Luar KUH Perdata, Jakarta : PT.Raja Grafindo Perkasa, 2006


(3)

Huijbers, Theo,Filsafat Hukum,Yogyakarta : Kanisius, 1995

Guwandi, J,Dokter, Pasien, dan Hukum,Jakarta : Fakultas Kedokteran UI, 1996 Khairandy, Ridwan, Itikad baik dalam Kebebasan Berkontrak, Jakarta : Program

Pascasarjana, Universitas Indonesia, 2004

Komalawati, Veronika, Peranan Informed Consent Dalam Transaksi Terapeutik, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2002

Lanny Ramly, Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia, Surabaya : Airlangga University Press, 1997

Lubis, M. Solly,Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung : Mandar Maju, 1994. Mahmud, Peter Marzuki,Penelitian Hukum, Jakarta : Kencana Predata, 2008 Manulang, Fernando, M, ,Menggapai Hukum Berkeadilan, Jakarta : Kompas, 2007 Miru, Ahmadi, Hukum Kontrak & Perancangan Kontrak, Jakarta : Raja Grafindo

Persada, 2010

Miru, Ahmadi dan Sutarman Yodo,Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2005

Moleong, Lexy J.,Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002 Muhammad, Abdul Kadir,Hukum Perikatan, Bandung : Alumni, 1992.

..., Abdul Kadir, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1992

Nasution, A.Z, Konsumen dan Hukum Tinjauan Sosial, Ekonomi dan Hukum pada Perlindungan Konsumen di Indonesia, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan,1995. Pangaribuan, Emmy, Hukum Pertanggungan dan Perkembangannya Yogyakarta :

Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, 1983

Pangaribuan, Luhut M.P, Lay Judges dan Hakim Ad Hoc, Suatu Studi Teoritis Mengenai Sistem Pengadilan Pidana Indonesia, Jakarta : Program Paca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009


(4)

Prawirohamidjojo, R. Soetojo dan Marthalena Pohan, Hukum Perikatan, Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1984

Rahan, Hasanudin, Seri Ketrampilan Merancang Kontrak Bisnis, Jakarta : Citra Aditya Bakti, 2003

Raharjo, Satjipto,Ilmu Hukum, Bandung : Citra Aditya, 2000

Rahman, Hasanudin,Legal Drafting, Bandung : PT Citra aditya Bakti, 2000

Rusli, Hardijan, Hukum Perjanjian Indonesia dan Common Law, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1996

Satrio, J., Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian : Buku II, Bandung : Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 1995

...,Hukum Perjanjian, Bandung : PT. Citra Aditya Bhakti, 1992

Sembiring, Sentosa,Himpunan Undang-Undang Lengkap tentang Asuransi Jaminan Sosial Disertai Peraturan Perundang-undangan Terkait, Bandung : Nuansa Aulia, 2006

Sewu, P. Lindawaty S., Disertasi : Aspek Hukum Perjanjian Baku Dan Posisi Berimbang Para Pihak Dalam Perjanjian Waralaba, Bandung : Program Pascasarjana Universitas Katolik Parahiyangan, 2007

Shidarta,Hukum Perimbangan Konsumen Indonesia, Jakarta : Grasindo, 2006

Simanjuntak, Payaman, J, Undang-Undang yang Baru tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh. Jakarta : Kantor Perburuhan Internasional, 2002

Sjahdeini, Sutan Remy, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank Indonesia, Jakarta : Institut Bankir Indonesia, 1993

Soekamto, Soerjono, Pengantar Peneltian Hukum, Jakarta : Universitas Indonesia Press, 1982

...,Mengenal Antropologi Hukum, Bandung : Alumni, 1979

Soemartono Gatot, Arbitrase dan Mediasi di Indonesia, Jakarta ; Gramedia Pustaka Utama, 2006


(5)

Subagyo, Joko P, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta : Roneka Cipta, 1997

Subekti,Aneka Perjanjian, Bandung : PT. Aditya Bakti, 1989

...,Aspek-aspek Hukum Perikatan Nasional, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1988

...,Hukum Perjanjian, Jakarta : PT. Pembimbing Masa, 1969 ...,Pokok-Pokok Hukum Perdata, Jakarta : PT. Intermasa, 2001

Suryabrata, Samadi,Metodelogi Penelitian, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998 Suseno, Frans Magnis, Etika Umum : Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral,

Yogyakarta : Kanisius, 1983

Sutarno,Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Jakarta : Alfabeta, 2003 Tutik, Titik Triwulan dan Shita Febriana,Perlindungan Hukum Bagi Pasien, Jakarta :

Prestasi Pustaka, 2010

Ujan, Andra Ata, Keadilan dan Demokrasi, Telaah Teori Keadilan John Rawls, Yogyakarta : Kanisius, 2001

Wibowo, Basuki Rekso, Penyelesaian Sengketa Bisnis di Luar Pengadilan, Jakarta : Media Citra, 2007

Widjaja, Gunawan, Memahami Prinsip Keterbukaan (Aanvullend Recht) dalam Hukum Perdata,Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2006

Wuismen, JJJ M., Penelitian Ilmu Sosial, Jilid 1, Penyunting M. Hisman, Jakarta : Fakultas Ekonimi Universitas Indonesia, 1996

B. Peraturan Perundang-Undangan Kitab Undang Undang Hukum Perdata

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

UU No.3 tahun 1992 tentang Jamsostek.


(6)

Peraturan pemerintah No 14 Tahun 1993 Tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : PER-12/MEN/VI/2007 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran Santunan dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

C. Jurnal / Makalah / Karya Ilmiah

Buku Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Bagi Pelaksana Pelayanan Kesehatan (PPK), Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Tahun 2010 R.Z.Asikin Kesuma Atmadja, “Pembatasan Rentenir Sebagai Perwujudan

Pemerataan Keadilan”, Varia Peradilan Tahun II No. 27 Februari 1987. Rice N & Smith, P.C, Capitation and Risk Adjusment in Health Care Financing,

International Program Report, Querterly Millbank Report, Tahun 2001. Harmien Hadiati Koeswadji, Hukum Kedokteran di Dunia Internasional, Makalah

Simposium, Medical Law, Jakarta, 1993

Pohan. P, Penggunaan Kontrak Baku Dalam Praktek Bisnis Di Indonesia, Jakarta : Majalah BPHN, 2006

D. Internet

http://www.Jamsostek.co.id, Jaminan Sosial Tenaga Kerja Merupakan Program Negara,Diakses tanggal 25 Januari 2012

http://www.hukumonline.com Kewajiban Perusahaan Mengikuti Jamsostek, diakses tanggal 25 Januari 2012)

http://www.depkes.go.id,Upaya Untuk Meningkatkan Pembayan PPK dengan Sistem Kapitasi,diakses tanggal 24 Desember 2012


Dokumen yang terkait

Perjanjian Baku/Standar Kontrak Bertentangan Dengan Asas Kebebasan Berkontrak

2 33 147

ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM HUKUM PERJANJIAN ISLAM

0 2 10

TINJAUAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN LISENSI PERANGKAT LUNAK Tinjauan Asas Kebebasan Berkontrak Dalam Perjanjian Lisensi Perangkat Lunak Blackberry.

0 3 11

PELAKSANAAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN Pelaksanaan Asas Kebebasan Berkontrak Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi Perjanjian Baku Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Antara Debitur dan PT. INDOMOBIL FINANCE Cab

0 3 19

PELAKSANAAN ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN Pelaksanaan Asas Kebebasan Berkontrak Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen (Studi Perjanjian Baku Dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen Antara Debitur dan PT. INDOMOBIL FINANCE Cab

0 3 12

PELAKSANAAN PERJANJIAN PROGRAM JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MELALUI PT JAMSOSTEK (PERSERO) BATAM.

0 1 8

Perjanjian Kerjasama Antara PT. Askes (Persero) Cabang padang Dengan Klinik Simpang Anduring Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan.

0 0 6

BAB II PENGATURAN DAN BENTUK PERJANJIAN KERJASAMA JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN ANTARA PT JAMSOSTEK (PERSERO) DENGAN KLINIK KESEHATAN SWASTA DI KOTA BINJAI A. Perjanjian Pada Umumnya 1. Pengertian Perjanjian - Asas Kebebasan Berkontrak dalam Perjanjian K

0 0 71

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Asas Kebebasan Berkontrak dalam Perjanjian Kerjasama Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Antara PT Jamsostek (Persero) Dengan Klinik Kesehatan Swasta Di Kota Binjai

0 0 22

Asas Kebebasan Berkontrak dalam Perjanjian Kerjasama Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Antara PT Jamsostek (Persero) Dengan Klinik Kesehatan Swasta Di Kota Binjai

0 0 14