Efek rokok terhadap kesehatan

b. Penyakit Paru Merokok merupakan penyebab utama dari penyakit paru obstruktif kronis PPOK. Merokok menyebabkan 84 kematian pada pria yang disebabkan PPOK dan 79 pada wanita. PPOK merupakan sebuah penyakit yang berkembang secara lambat yang disebabkan trauma berulang terhadap paru selama bertahun- tahun. Pada tahun-tahun awal setelah mulai merokok, orang mungkin melaporkan tidak ada timbulnya gejala. Akan tetapi, walaupun pada stadium yang awal, uji pernapasan seringkali dapat mendeteksi kelainan pada jalur pernapasan terminal dari paru, dan kelainan ini sudah diamati pada studi otopsi dari perokok muda yang meninggal secara tiba-tiba. Untuk perokok yang berusia 20-an, sudah ditemukan hubungan antara sejauh mana uji paru abnormal dengan jumlah rokok yang dihisap per hari. Dalam suatu survei secara random, dari 17-60 perokok dewasa yang berusia dibawah 55 tahun mempunyai disfungsi ringan jalur pernapasan yang dapat terdeteksi. Selama dua dekade atau lebih lamanya merokok, konstelasi dari perubahan kronis fungsi pernapasan berkembang. Kerusakan kronis dari paru ini, antara lain : hipersekresi mukus dengan batuk kronis dan berdahak; penebalan dan penyempitan jalur pernapasan; emfisema, yaitu, dilatasi abnormal dari ruang udara pada akhir pohon pernapasan, dengan destruksi dari dinding yang melapisi kantung udara, yang menyebabkan bertambahnya obstruksi aliran udara. Perubahan-perubahan ini menyebabkan kerusakan bermakna pada sistem pernapasan, kecacatan, dan kematian. Secara umum, fungsi pernapasan menurun dengan bertambahnya paparan asap rokok. Asap rokok menghasilkan perubahan patologis dari paru dengan beberapa mekanisme yang berbeda, antara lain : 1. Asap rokok bersifat toksik terhadap silia yang melapisi jalur pernapasan sentral. Silia-silia ini, bersamaan dengan kombinasi sekresi mukus, melawan dari terhirupnya bahan-bahan asing. 2. Merokok juga menginduksi kelainan pada sitem inflamasi dan sistem imun dalam paru. Asap rokok menyebakan sel-sel inflamasi untuk menghasilkan enzim bernama elastase, yang menghancurkan elastin, sebuah protein yang penting dalam melapisi dinding elastik dari kantung udara. Selain itu, oksidan-oksidan yang berada dalam asap rokok juga dapat menginaktivasi enzim protektif seperti alpha,-antitrypsin, yang menghambat kerja destruktif dari elastase. Banyak kandungan kimia organik maupun inorganik pada asap rokok yang membantu dalam proses toksisitas terhadap sistem respirasi, termasuk hydrocarbons, aldehydes, ketones, organic acids, phenols, cyanides, acrolein, and nitrogen oxides. Beberapa komponen berperan dalam terbentuknya hipersekresi mukus kronis pada jalur pernapasan sentral, sedangkan lainnya lebih berperan dalam menimbulkan kelainan pada jalur pernapasan dan emfisema pada kantung udara perifer. Oksidator pada asap rokok menginhibisi enzim yang melindungi dari destruksi elastin paru. c. Kanker Merokok dapat menyebabkan kanker paru, esofagus, laring, rongga mulut, kandung kemih, dan pankreas pada perokok pria dan wanita. Merokok juga dilaporkan dapat meningkatkan risiko terkena kanker ginjal, hati, anus, penis, leher rahim, dan beberapa bentuk leukimia akut. Banyak studi epidemiologi selama bertahun-tahun menemukan bahwa risiko dari pria dan wanita perokok menderita kanker meningkat bersamaan dengan jumlah rokok per hari, lamanya merokok, dan onset merokok yang awal. Berhenti merokok menurunkan risiko terkena kanker secara perlahan, walaupun risiko yang tinggi tetap persisten selama pengamatan dari dua puluh tahun lamanya berhenti merokok. Kondensat yang dikumpulkan pada asap rokok menyebabkan mutasi dan kerusakan DNA pada uji mutagenesis, dan juga transformasi keganasan dalam uji laboratorium dari bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk menginduksi perubahan keganasan pada sel mamalia. Komponen kimia tertentu dari asap memberi kontribusi terhadap jenis kanker yang spesifik. Sebagai contohnya, TSNAs Tobacco-specific N-nitrosamines dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker paru, laring, esofagus, dan pankreas, sedangkan 4-aminobiphenyl dan arylamine tertentu dapat menyebabkan kanker kandung kemih. Benzene dalam asap rokok mungkin mempunyai peranan dalam terjadinya leukimia yang diinduksi oleh rokok.

2.1.4. Klasifikasi Perokok Berdasarkan Jumlah Rokok yang Dihisap

Menurut Bustan 2007, jumlah rokok yang dihisap dapat dalam satuan batang, bungkus, pak per hari. Jenis rokok dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu : a. Perokok Ringan : apabila merokok kurang dari 10 batang per hari. b. Perokok Sedang : apabila menghisap 10-20 batang per hari. c. Perokok Berat : apabila menghisap lebih dari 20 batang. 2.2. Kebugaran Jasmani 2.2.1. Pengertian Aktivitas yang dilakukan seseorang memiliki ragam dan intensitas yang berbeda. Setiap orang berharap untuk dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik tanpa ada keluhan dari tubuhnya. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, diperlukan adanya kesesuaian antara syarat yang harus dipenuhi dengan ragam dan intensitas aktivitas fisik yang dilakukan. Kebugaran jasmani menurut Sadoso 1992 dalam Sinaga 2004 adalah kemampuan fungsional seseorang dalam melakukan pekerjaan sehari-hari yang relatif cukup berat untuk jangka waktu yang cukup lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan serta masih mempunyai tenaga cadangan untuk melakukan hal-hal yang mendadak, setelah selesai bekerja dapat pulih keadaan semula dalam waktu yang relatif singkat pada saat istirahat. Kebugaran jasmani diperlukan tidak hanya oleh atlet untuk performa yang lebih baik tetapi juga untuk nonatlet untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani Prajapati et al., 2008. Kebugaran jasmani terbagi menjadi dua komponen yaitu kebugaran jasmani terkait kesehatan health related component dan kebugaran jasmani terkait kemampuan atletis performance or skill related component. Kebugaran jasmani terkait kesehatan mencakup daya tahan kardiorespirasi, komposisi tubuh, fleksibilitas, kekuatan otot, dan ketahanan otot. Kebugaran jasmani terkait kemampuan atletis mencakup keseimbangan, waktu reaksi, koordinasi, ketangkasan, kecepatan, dan kekuatan ACSM, 2009.

2.2.2. Komponen kebugaran jasmani

Komponen kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain : a. Daya Tahan Kardiorespirasi Daya tahan kardiorespirasi didefinisikan sebagai kemampuan sistem respirasi dan sirkulasi untuk menyuplai oksigen selama aktivitas yang ritmik dan kontiniu Nieman, 2011. Dengan kata lain, daya tahan kardiorespirasi dipengaruhi oleh kemampuan fungsional dari jantung, pembuluh darah, dan paru- paru yang terkait selama berbagai jenis tuntutan latihan. b. Komposisi Tubuh Komposisi tubuh mengacu pada jumlah relatif lemak dalam tubuh dan jaringan tubuh yang tanpa lemak, seperti otot, tulang, dan air. Berat badan dapat dibagi menjadi dua komponen : berat dari jaringan lemak dan berat dari jaringan bebas lemak. Persen lemak tubuh persentase dari berat total diwakili oleh berat lemak, merupakan indeks yang sering digunakan untuk menilai komposisi tubuh seseorang. Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelebihan akumulasi dari lemak tubuh. Pria mempunyai tingkat lemak tubuh yang optimal bila persentase dari lemak tubuhnya adalah 15 atau kurang, dan dipertimbangkan obesitas apabila persentase lemak tubuhnya 25 atau lebih. Untuk wanita, persentase lemak tubuh yang optimal adalah 23 atau dibawahnya, dan disebut obesitas apabila mencapai 33 atau di atas 33 Nieman, 2011. c. Kekuatan Otot Kekuatan otot berhubungan dengan kemampuan otot untuk mengerahkan kekuatan. Dengan kata lain, kekuatan otot merupakan kekuatan maksimal yang dapat diberikan terhadap suatu tahanan, atau jumlah kekuatan maksimal yang dapat dihasilkan dalam suatu gerakan terisolasi oleh sekelompok otot tunggal Nieman, 2011. d. Kelenturan Adalah kapasitas fungsional dari persendian untuk bergerak melalui seluruh luas bidang geraknya, yang selain dipengaruhi oleh jenis sendi itu sendiri juga dipengaruhi oleh jaringan-jaringan disekitar sendi, seperti oleh otot, tendon, dan ligamen Nieman, 2011. Kelenturan tubuh yang baik dapat mengurangi terjadinya cedera olahraga. e. Daya Tahan Otot Daya tahan merupakan suatu kapasitas untuk melakukan aktivitas fisik secara terus menerus dalam waktu yang lama dan dalam suasana aerobik. Seseorang yang mempunyai daya tahan yang baik, tidak akan merasa kelelahan yang berlebihan setelah melakukan latihan dan kondisinya pun cepat pulih kembali seperti keadaan sebelum melakukan latihan. Dengan kata lain, daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk terus melakukan suatu aktivitas tanpa merasa lelah, atau kemampuan otot untuk menyokong kontraksi otot secara submaksimal dalam suatu jangka waktu tertentu Nieman, 2011.

Dokumen yang terkait

Iklim Komunikasi Organisasi dan Kepuasan Kerja (Studi Korelasional Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kepuasan Kerja pada Karyawan Operasional Hotel Grand Antares Indonesia Medan)

3 47 103

Penerapan Higiene Dan Sanitasi Pada Kitchen Department Hotel Grand Antares Indonesia

7 105 61

Peningkatan Mutu Patisseri Sebagai Sarana Penunjang Pendapatan Di Hotel Grand Antares Medan

3 71 78

Peranan Pengembangan Karyawan Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada Hotel Antares Medan

0 18 72

DAMPAK KEBIASAAN MEROKOK, MINUM ALKOHOL DAN OBESITAS TERHADAP KENAIKAN TEKANAN DARAH PADA MASYARAKAT Dampak Kebiasaan Merokok, Minum Alkohol Dan Obesitas Terhadap Kenaikan Tekanan Darah Pada Masyarakat Di Desa Gonilan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoh

0 1 12

DAMPAK KEBIASAAN MEROKOK, MINUM ALKOHOL DAN OBESITAS TERHADAP KENAIKAN TEKANAN DARAH PADA MASYARAKAT Dampak Kebiasaan Merokok, Minum Alkohol Dan Obesitas Terhadap Kenaikan Tekanan Darah Pada Masyarakat Di Desa Gonilan Kecamatan Kartasura Kabupaten Sukoh

0 0 17

Pengaruh Kurang Tidur Terhadap Tekanan Darah Pada Pria Dewasa.

0 0 14

Pengaruh Merokok terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah

0 0 30

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rokok - Pengaruh Kebiasaan Merokok Terhadap Tekanan Darah dan Tingkat Kebugaran pada Karyawan Pria di Hotel Grand Antares Medan

0 0 23

LEMBAR PENGESAHAN Pengaruh Kebiasaan Merokok Terhadap Tekanan Darah dan Tingkat Kebugaran pada Karyawan Pria di Hotel Grand Antares Medan Nama : Ira Tadika NIM : 090100070 Pembimbing Penguji I

0 0 15