46
BAB 4. HASIL PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di kelurahan Siwalima kecamatan Pulau Pulau Aru, kabupaten Kepulauan Aru
.
Telah diperiksa sebanyak 380 pelajar dari tiga sekolah menengah, dan dijumpai sebanyak 105 penderita dispepsia
fungsional, 17 diantaranya menolak ikut dalam penelitian ini, dan sisanya 88 anak diikutkan dalam penelitian. Kemudian secara randomisasi sederhana
dibagi dua kelompok yaitu masing-masing terdiri dari 43 penderita yang mendapat pengobatan amitriptilin dan 45 mendapat plasebo.
Gambar 4.1. Profil penelitian
380 children
105 functional dyspepsia 17
n
Amitriptilin Plasebo n = 43 n = 45
frekuensi dan durasi nyeri perut
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Penelitian
88 anak diikutkan dalam penelitian
28
47
Karakteristik Responden Amitriptilin
n = 43 Plasebo
n = 45 p
Jenis Kelamin, n Laki-laki
11 25.6 8 17.8
0.529 Perempuan
32 74.4 37 82.2
Umur, tahun, mean SD 14.72 1.24
14.91 1.36 0.496
Berat Badan, kg, mean SD 41.3 5.28
42.56 6.08 0.306
Tinggi Badan, cm, mean SD 148.7 6.77
150.91 5.40 0.093
Penghasilan Orangtua Rp. 500 ribu
12 27.9 7 15.6
0.326 Rp. 500 ribu – 1 juta
24 55.8 31 68.9
Rp 1 juta 7 16.3
7 15.6 Pendidikan Orangtua
SD 3 7
2 4.4 0.985
SMP 10 23.3
10 22.2 SMA
22 51.2 24 53.4
Sarjana 8 18.5
9 20 Dari karakteristik sampel masing-masing kelompok sebelum intervensi tabel
4.1, tampak bahwa terdapat mayoritas remaja perempuan mengalami dispepsia fungsional, 74.4 pada kelompok yang mendapat amitriptilin dan
82.2 pada kelompok plasebo. Prevalensi remaja usia 12 sampai 18 tahun pada penelitian ini 27.6. Rerata umur pada kedua kelompok tidak jauh
berbeda, 14.72 tahun dan 14.91 tahun pada masing-masing kelompok penerima amitriptilin dan plasebo. Begitu pula untuk rerata berat badan dan
tinggi badan yaitu 41.3 kg dan 148.7 cm pada kelompok yang menerima amitriptilin dan 42.56 kg dan 150.91 cm pada kelompok yang mendapatkan
plasebo. Penghasilan orangtua pada kedua kelompok sebagian besar
dengan penghasilan antara Rp. 500.000 sampai Rp 1.000.000, 55.8 pada
48 anak-anak yang memperoleh amitriptilin dan 68.9 pada anak-anak yang
mendapatkan plasebo. Selanjutnya, kebanyakan kedua kelompok memiliki orangtua yang berpendidikan SMA lebih dari 50.
Tabel 4.2. Perbandingan frekuensi dispepsia sebelum dan setelah pengobatan 2 bulan
Frekuensi Dispepsia Sebelum Sesudah 95CI P Mean SD
Amitriptilin 8,73.55 2.62.40 4.88-7.17 0.0001 Plasebo 6.02.04 2.52.26 2.82-4.25 0.0001
Pada tabel 4.2 tampak penurunan frekuensi dispepsia yang signifikan setelah pengobatan selama 2 bulan. Data ini diolah dengan menggunakan
analisa statistika uji T dependent, didapatkan hasil penurunan frekuensi dispepsia pada kelompok Amitriptilin yaitu dari 8.7 SD 3.55 kali per bulan
menjadi 2.6 SD 2.40 kali per bulan p = 0.0001; 95CI 4.88-7.17 sedangkan pada kelompok plasebo juga terdapat perbedaan bermakna yaitu
dari 6.0 SD 2.04 kali per bulan menjadi 2.5 SD 2.26 per bulan p = 0.0001; 95CI 2.82-4.25.
Tabel 4.3. Perbandingan durasi dispepsia sebelum dan setelah pengobatan Amitritptilin selama 2 bulan
Durasi Dispepsia Sebelum terapi n Sesudah terapi n p 10 menit 18 41.9 28 65.1
10-30 menit 22 51.2 14 32.6 0.019 30-60 menit 3 7 1 2.2
60 menit 0 0
49
Tabel 4.4. Perbandingan durasi dispepsia sebelum dan setelah pemberian plasebo selama 2 bulan
Durasi dispepsia sebelum terapi n sesudah terapin p
10 menit 15 33.3 31 68.9 10-30 menit 23 51.1 12 26.7 0.001
30-60 menit 6 13.3 4 4.4 60 menit 1 2.2 0 0
Tabel ini menggunakan analisa statistika dengan chi square dengan tabel 4x4. Pada tabel ini durasi dispepsia sebelum dan setelah pemberian
Amitriptilin selama 2 bulan tampak mengalami penurunan yang signifikan p=0.019; 95 CI: 0.024 – 0.03. Sebelum pemberian Amitriptilin, sebagian
besar responden mengalami dispepsia selama 10 – 30 menit yaitu sebanyak 22 orang 51.2. Namun, setelah pengobatan selama 2 bulan, kebanyakan
responden yaitu sebanyak 28 anak 65.1 mengalami dispepsia hanya kurang dari 10 menit. Hasil yang sama juga ditunjukkan pada kelompok
responden yang memperoleh plasebo, terdapat perbedaan yang bermakna durasi dispepsia antara sebelum dan setelah pemberian plasebo. Sebelum
pemberian plasebo, sebanyak 15 anak 51.1 menderita dispepsia selama kurang dari 10 – 30 menit, setelah pemberian plasebo, sebagian besar
responden sebanyak 31 orang 68.9 mengalami dispepsia kurang dari 10 menit.
50
Tabel 4.5. Perbandingan hasil penggunaan Amitriptilin dan plasebo setelah 2 bulan
Parameter Amitriptilin
n = 43 Plasebo
n = 45 95CI
P
Frekuensi, Mean SD Sebelum
8.7 3.55 6.07 2.04
1.392 – 3.870 0.0001
Bulan 1 3.88 2.657
2.49 2.09 0.385 – 2.404
0.007 Bulan 2
2.67 2.40 2.53 2.26
-0.84 – 1.129 0.777
Durasi, n Sebelum: 10 menit
18 41.9 15 33.3
0.562 10 – 30 menit
22 51.2 23 51.1
30 – 60 menit 3 7
6 13.3 60 menit
0 0 1 2.2
Bulan 1: 10 menit 26 60.5
28 62.2 0.941
10 – 30 menit 15 34.9
14 31.3 30 – 60 menit
2 4.7 3 6.7
60 menit Bulan 2: 10 menit
28 65.1 31 68.9
0.728 10 – 30 menit
14 32.6 12 26.7
30 – 60 menit 1 2.3
2 4.4 60 menit
Tabel 4.5. menyajikan perbandingan hasil pemberian amitriptilin dan plasebo dengan melihat perbedaan frekuensi dan durasi dispepsia untuk masing-
masing perlakuan dengan pengamatan selama 2 bulan. Perbedaan frekuensi amitriptilin dibandingkan dengan plasebo menggunakan analisa statistika
independent t test. Parameter yang memiliki perbedaan yang signifikan adalah frekuensi dispepsia sebelum pengobatan p=0.0001; 95CI: 1.392–
3.87 dan setelah pengobatan selama 1 bulan p=0.007; 95CI: 0.385- 2.404. Perbedaan durasi dispepsia antara kelompok amitriptilin dan plasebo
51 menggunakan analisa statistika uji chi square, didapatkan hasil tidak
ditemukan perbedaan yang signifikan untuk parameter durasi dispepsia dari kedua kelompok responden setelah pengobatan 1 bulan p=0.941 dan 2
bulan p=0.728.
52
BAB 5. PEMBAHASAN