Fungsi Perawat Dalam Keperawatan Jiwa Peran Komunikasi Dalam Keperawatan Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi Pendengaran

dengan cara berkomunikasi seorang perawat kepada pasien akan berbeda tergantung perannya. Kemajuan hubungan perawat-pasien adalah bila hubungan tersebut saling menguntungkan dalam menjalin ide dan perasaannya. g. Lingkungan Lingkungan interaksi akan mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana yang bising tidak ada privasi yang tepat akan menimbulkan kerancuan, ketegangan, dan ketidaknyamanan Damaiyanti, 2008.

2.3 Peran Komunikasi Dalam Keperawatan

2.3.1 Fungsi Perawat Dalam Keperawatan Jiwa

Fungsi perawat jiwa adalah memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan asuhan keperawatan tidak langsung yang berkualitas untuk membantu pasien beradaptasi terhadap stress yang dialami dan bersifat terapeutik Dalami, 2010. Empat faktor utama yang membantu untuk menentukan tingkat fungsi dan jenis aktivitas yang melibatkan perawat jiwa : a. Legislasi praktek perawat b. Kualifikasi perawat, termasuk pendidikan, pengalaman kerja dan status sertifikasi c. Tatanan praktek perawat d. Tingkat kompetensi personal dan inisiatif perawat Stuart Sundeen, 1998. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Peran Komunikasi Dalam Keperawatan

Komunikasi dalam keperawatan adalah suatu proses untuk menciptakan hubungan antara perawat dengan pasien, keluarga pasien, maupun tim kesehatan lain untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan pasien Dalami, 2010. Komunikasi dalam keperawatan disebut juga dengan komunikasi terapeutik, merupakan komunikasi yang dilakukan perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan sehingga memberikan terapi untuk proses penyembuhan pasien dan membantu pasien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi. Melalui komunikasi terapeutik diharapkan perawat dapat menghadapi, mempersepsikan, dan menghargai keunikan pasien Nurhasanah, 2009.

2.3.3 Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Halusinasi Pendengaran

a. Pengkajian Keperawatan 1. Faktor Predisposisi a Faktor biologis Gangguan perkembangan dan fungsi otak susunan syaraf pusat dapat menimbulkan gangguan realitas. Gejala yang mungkin muncul adalah hambatan dalam belajar, berbicara, daya ingat dan munculnya perilaku menarik diri. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara b Faktor psikologis Keluarga pengasuh dan lingkungan pasien sangat mempengaruhi respon psikologis pasien sikap atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau kekerasan dalam kehidupan pasien. c Faktor sosial budaya Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti kemiskinan, konflik sosial budaya peperangan atau kerusuhan dan kehidupan yang terisolasi disertai stress. Isolasi sosial pada usia lanjut, cacat, sakit kronis dan tuntutan lingkungan yang terlalu tinggi. d Faktor genetik adanya pengaruh herediter keturunan berupa anggota keluarga terdahulu yang mengalami skizofrenia dan kembar kromoson. 2. Perilaku Mengidentifikasi adanya tanda-tanda dan perilaku halusinasi pasien dengan mengkaji isi halusinasi, waktu halusinasi, frekuensi halusinasi, situasi penyebab halusinasi serta respons pasien. 3. Status emosi Afek tidak sesuai, perasaan bersalah atau malu, sikap negatif dan bermusuhan, serta kecemasan atau panik . 4. Status sosial Putus asa, menurunnya kualitas kehidupan, ketidakmampuan mengatasi stress dan kecemasan. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara b. Diagnosa Keperawatan Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran c. Intervensi Keperawatan 1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi: 1 Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya 2 Pasien dapat mengontrol halusinasinya 3 Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal b. Tindakan Keperawatan a. Membantu pasien mengenali halusinasi Untuk membantu pasien mengenali halusinasi, perawat dapat melakukannya cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi apa yang didengar, waktu terjadinya halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan perasaan pasien saat halusinasi muncul. b. Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu mengontrol halusinasi perawat dapat melatih pasien dengan empat cara yang sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi: a Menghardik halusinasi b Bercakap-cakap dengan orang lain c Melakukan aktivitas yang terjadwal d Menggunakan obat secara teratur. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara d. Implementasi Keperawatan 1. Melatih Pasien Menghardik Halusinasi Pasien dilatih dengan cara menolak halusinasi yang muncul atau tidak memerdulikan halusinasinya. Kalau ini bisa dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Tahapan tindakan meliputi: a Menjelaskan cara menghardik halusinasi b Memperagakan cara menghardik c Meminta pasien memperagakan ulang d Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien 2. Melatih Bercakap-cakap dengan Orang Lain Ketika pasien bercakap- cakap dengan orang lain maka terjadi distraks, fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain. 3. Melatih Pasien Beraktivitas Secara Terjadwal Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang mengalami halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan cara Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu. 4. Melatih Pasien Menggunakan Obat Secara Teratur Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga dilatih untuk menggunakan obat secara teratur sesuai denagn program. Pasien gangguan jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan. Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat: a Menjelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa b Menjelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program c Menjelaskan akibat bila putus obat d Menjelaskan cara mendapatkan obatberobat e Menjelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, dan benar dosis. Purba dkk, 2011. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Adapun strategi pertemuan pada pasien halusinasi pendengaran sebagai berikut: Tabel 2.1 Strategi Pertemuan pada Pasien Halusinasi pendengaran No. Kemampuan Pasien SP 1 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi 2. Mengidentifikasi isi halusinasi 3. Mengidentifikasi waktu halusinasi 4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi 5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi 6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap halusinasi 7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi 8. Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian SP 2 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain 3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian SP 3 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan yang biasa dilakukan di rumah sakit 3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian SP 4 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan pasien 2. Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur 3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam kegiatan harian e. Evaluasi Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah perawat lakukan untuk pasien halusinasi adalah sebagai berikut: 1. Pasien mempercayai perawat sebagai terapis, ditandai dengan: a Pasien mau menerima anda sebagai perawatnya b Pasien mau menceritakan masalah yang ia hadapi kepada perawat, bahkan hal-hal yang selama ini dianggap rahasia untuk orang lain c Pasien mau bekerja sama dengan perawat, setiap program yang perawat tawarkan ditaati oleh pasien 2. Pasien menyadari bahwa yang dialaminya tidak ada objeknya dan merupakan maslah yang harus ditaati, ditandai dengan: a Pasien mengungkapkan isi halusinasinya yang dialaminya b Pasien menjelaskan waktu, dan frekuensi halusinasi yang dialaminya c Pasien menjelaskan situasi yang mencetus halusinasi d Pasien menjelaskan bahwa ia akan berusaha mengatasi halusinasi yang dialaminya Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 3. Pasien dapat mengontrol halusinasi, ditandai dengan: a Pasien mampu memperagakan empat cara mengontrol halusinasi b Pasien menerapkan empat cara mengontrol halusinasi Purba dkk, 2011. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB III KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini menjelaskan bahwa perawat harus memiliki sikap dan perilaku yang baik dalam pelaksanaan komunikasi terapeutik dengan pasien halusinasi pendengaran dalam proses penyembuhan. Dengan demikian saya sebagai peneliti ingin meneliti bagaimana pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dengan pasien halusinasi pendengaran di Rumah Sakit Jiwa Daerah PEMPROVSU. Adapun kerangka konsep dapat digambarkan sebagai berikut: Skema 3.1 Kerangka Penelitian Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Pasien Halusinasi Pendengaran Keterangan : Diteliti Pelaksanaan komunikasi terapeutik perawat dengan pasien halusinasi pendengaran Baik Kurang Baik Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tanda Dan Gejala Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Pemprovsu

66 327 122

Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Pemprovsu Medan

17 127 91

Teknik Komunikasi Terapeutik Perawat Pada Pasien Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa (Studi Deskriptif Tentang Teknik Komunikasi Terapeutik Oleh Perawat Kepada Pasien Halusinasi Dalam Proses Penyembuhan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat)

0 5 1

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

3 61 149

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP FREKUENSI HALUSINASI PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.

0 1 8

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

0 0 15

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

0 0 2

Komunikasi Terapeutik Perawat dan Pasien Gangguan Jiwa (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Pemulihan Pasien di Rumah Sakit Jiwa Bina Karsa Medan)

0 0 7

GAMBARAN PELAKSANAAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT PADA KLIEN HALUSINASI

0 0 10

Pengaruh Terapi Musik Terhadap Tanda Dan Gejala Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Pemprovsu

0 2 39