Pelayanan Pengguna Tunanetra Pada Badan Perpustakaan Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara (BPAD PROVSU)

(1)

PELAYANAN PENGGUNA TUNANETRA PADA BADAN PERPUSTAKAAN ARSIP DAN DOKUMENTASI

PROVINSI SUMATERA UTARA KERTAS KARYA

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Studi untuk memperoleh gelar Ahlimadya (A. Md)

Disusun Oleh: TETY MANDASARI

102201006

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA PROGRAM STUDI PERPUSTAKAAN

DEPARTEMEN ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya : Pelayanan Pengguna Tunanetra Pada Badan Perpustakaan Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara (BPAD PROVSU)

Oleh : Tety Mandasari

Nim : 102201006

PROGRAM STUDI D-III PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI

Ketua : Dra. Zaslina Zainuddin, M. Pd

NIP : 19570407 198603 2 001

Tanda Tangan :


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Kertas Karya : Kegiatan Pelayanan Sirkulasi Pada Badan Perpustakaan Arsip Dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara (BPAD PROVSU)

Oleh : Tety Mandasari

Nim : 102201006

Dosen Pembimbing : Drs.Jonner Hasugian M.Si

NIP : 1959112219870212002

Tanda Tangan :

Tanggal :

Dosen Pembaca : Dra. Zaslina Zainuddin, M. Pd

NIP : 19570407 198603 2 001

Tanda Tangan :


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yesus, karena berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini. Terimakasih Tuhan Yesus Kristus pertolongan yang Tuhan berikan.

Kertas karya ini berjudul “PELAYANAN PENGGUNA TUNANETRA PADA BADAN PERPUSTAKAAN ARSIP DAN DOKUMENTASI PROVINSI SUMATERA UTARA.” Kertas karya ini ditulis untuk memenuhui persyaratan kelulusan Program Studi D-III Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Paten Sitepu, dan Ibunda Rismauli Br Sembiring dan adik terkasih Serpina Br Sitepu, Sukarto Sitepu serta Tiur Meida Br Sitepu yang telah begitu banyak memberikan dukungan kepada penulis baik materi, moral, dan doa serta yang telah bersusah payah dengan cucuran kerigat dan penuh rasa kasih sayang dalam mengasuh dan membesarkan penulis.

Dalam menyelesaikan kertas karya ini, penulis juga telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan dan petunjuk yang tak ternilai harganya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimaksih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Zaslina Zainuddin, M.Pd., selaku Ketua Program Studi D-III Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya.

3. Bapak Drs. Jonner Hasugian, M.Si, sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dalam penulisan kertas karya ini.

4. Dra. Zaslina Zainuddin, M.Pd, sebagai dosen pembaca yang telah meluangkan waktu kepada penulis serta memberikan banyak masukan dalam penyusunan kertas karya ini.

5 Bapak Drs. Jonner Hasugian, sebagai dosen wali masa perkulihan yang selalu memberikan arahan dan bimbingan di dalam mengikuti masa perkuliahan.

6. Seluruh staf pengajar beserta staf Administrasi Program Studi D-III Perpustakaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis selama masa perkulihan.

7. Bapak Hasangapan Tampubolon selaku Kepala perpustakaan, dan pustakawan lainnya pada Perpustakaan BPAD PROVSU, yang telah meluangkan waktu dan


(5)

banyak memberikan informasi yang penulis butuhkan dalam mengumpulkan data sehingga penulisan kertas karya ini dapat terselesaikan.

8. Buat kelompok PKL penulis: Fahriad Zaid, Godlid Sartika Pasaribu, Rahmat Iqbal, Titir Nauli Napitu, terimakasi buat kerjasama, canda tawa serta marah-marahnya. dan seluruh angkatan 2008 yang telah senantiasa yang memberikan semangat dan senantiasa dalam berbagi dalam suka dan duka.

9. Titir Nauli Napitu, Heru Gunawan Ginting, Serpina Br Sitepu, Tiur Meida Br Sitepu, Karto Sitepu, Oktavia Veronika Br Ginting ,keluarga besar Sitepu dan Sembiring terimakasih telah memberikan dukungan dan motivasi buat penulis. 10. Buat Simon Tambar Malem Bangun yang selalu memberikan semangat dlam suka dan duka, ikhlas dan tulus memberikan motivasi,dukungan, doa, yang selalu cerewet, yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

11. Akhirnya semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

Kiranya segala bantuan yang diberikan kepada penulis, baik moril maupun materiil mendapat balasan yang sepadan dari Tuhan Yang Mahasa Esa, dan semoga selalu mendapatkan rahmat-Nya. Akhir kata, penulis berharap semoga kertas karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.

Medan, 30 Juli 2013

Penulis,

Nim. 102201006 Tety Mandasari


(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Tujuan Penulisan ... 2

1.3 Ruang Lingkup Penelitian ... 3

1.4 Metode Pengumpulan Data ... 3

BAB II TINJUAN LITERATUR 2.1 Perpustakaan Umum ... 4

2.1.1. Tujuan Perpustakaan Umum ... 5

2.1.2 Fungsi Perpustakaan Umum ... 6

2.2 Jenis-jenis Layanan ... 7

2.2.1 Pelayanan sirkulasi ... 7

2.2.2 Pelayanan Referensi ... 8

2.2.3 Pelayanan Audiovisual ... 9

2.2.4 Pelayanan Terbitan Berseri ... 10

2.2.5 Pelayanan Bimbingan Pengguna ... 11

2.3 Pelayanan Pengguna ... 12


(7)

2.3.2 Tujuan Pelayanan Pengguna ... 13

2.3.3 Fungsi Pelayanan Pengguna ... 14

2.4 Pelayanan Pengguna Tunanetra ... 14

2.4.1 Komputer Berbicara ... 17

2.4.2 Huruf Braille ... 18

2.4.3 Printer Braille ... 20

2.4.4 Digital Ascesible System (DAISY) Player ... 21

2.4.5 Buku bicara (Digital Talking Book) ... 21

2.4.6 Termoform ... 22

2.4.7 Telesensory ... 22

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

3.1Gambaran Umum Pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara ... 24

3.2 Visi dan Misi ... 25

3.3Struktur Organisasi ... 26

3.4Pelayanan Pengguna Tunanetra ... 27

3.5Pelayanan Pengguna ... 29

3.5.1 Kelompok Pengguna ... 29

3.5.2 Sistem Pelayanan ... 29

3.5.3 Jenis- jenis Pelayanan Pengguna Tunanetra ... 29

3.5.4 Waktu Pelayanan ... 37

3.6 Pengguna Penyandang Cacat Tunanetra BPAD Propsu ... 37


(8)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN... 40

4.1 Kesimpulan ... 40 4.2 Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Waktu Layanan Badan Perpustakaan


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Komputer Berbicara ... 18

Gambar 2 Huruf Braille ... 20

Gambar 3 Printer Braille ... 20

Gambar 4 Digital Ascesible System Player ... 21

Gambar 5 Buku Berbicara... 21

Gambar 6 Termofrom ... 22

Gambar 7 Telesensory ... 22

Gambar 8 Bagan Organisasi Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara ... 26

Gambar 9 Ruang Baca Tunanetra Bergabung Dengan Ruang Anak Dewasa B ... 28

Gambar 10 Komputer Berbicara Diruang Remaja ... 28

Gambar 11 Contoh Formulir Anggota Perpustakaan ... 31

Gambar 12 Contoh Kartu Anggota Perpustakaan ... 32

Gambar 13 Flowchart Peminjaman Koleksi Braille pada BPAD Propsu ... 34

Gambar 14 Flowchart Pengembalian Koleksi Braille pada BPAD Propsu ... 38


(11)

BAB I PENDAHULAN 1.1Latar Belakang Masalah

Perpustakaan merupakan salah satu sarana untuk memajukan dan meningkatkan kecerdasan bangsa, karena di perpustakaan berbagai macam yang berisikan sumber bacaan ilmu pengetahuan dikumpulkan dan dikelola dengan baik. Salah satu jenis perpuspustakaan yang melakukan hal itu adalah perpustakaan umum. Perpustakaan umum adalah perpustakaan yang diselenggrakan dengan biaya umum untuk tujuan melayani masayarakat umum, Perpustakaan umum merupakan lembaga pendidikan yang dinyatakan sangat demokratis karena menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat

Perpustakaan umum juga bertugas untuk menumbuhkan aperesiasi budaya masayarakat sekitarnya, Perpustakaan umum melayani seluruh lapisan masayarakat, perpustakaan umum berperan penting untuk meningkatkan ataupun mencerdaskan seluruh masyarakat sekitarnya. Perpustakaan umum melayani seluruh masyarakat tanpa membedakan latar belakang, status sosial, agama, suku, status, dan pendidikan.

Perpustakaan umum menyelenggarakan layanan khusus yang diberikan kepada penyandang cacat seperti tunanetra. Tunanetra merupakan merupakan salah satu jenis kelainan pada indra (sensory), yaitu kelainan pada indra penglihatan (mata). Layanan yang diberikan perpustakaan umum kepada tunanetra antara lain berupa buku dengan tulisan huruf braille dan komputer berbicara dengan menggunakan program jaws.

Koleksi yang dimiliki perpustakaan umum harus dapat menunjang segala kegiatan masyarakat.Agar tujuan perpustakaan dapat tercapai maka koleksi perpustakaan harus dibina sebaik mungkin sehingga kebutuhan pengguna dapat terpenuhi yang pada akhirnya berdampak positif Terhadap masyarakat. Oleh karena itu, perpustakaan harus lebih berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Walaupun koleksi yang dimiliki perpustakaan memadai baik dari segi kuantitas maupun kualitas tetapi


(12)

akan sia-sia apabila tidak dimanfaatkan oleh pengguna. Dapat dikatakan bahwa tanpa pemanfaatan koleksi pengguna perpustakaan tidak akan berfungsi sebagaimana diharapkan. Untuk menghindari fenomena di atas maka perpustakaan harus menyediakan pelayanan yang baik, Pelayanan Perpustakaan dikatakan bermutu apabila dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dat tepat kepada pengguna.

Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu perpustakaan umum yang menyediakan layanan pengguna kepada penyandang cacat seperti tunanetra. Berdasarkan hasil observasi terhadap koleksi diduga koleksi yang ada akan mendukung tunanetra dalam berbagai hal. Akan tetapi, Pengunjung tunanetra sendiri sangat minim yang datang ke perpustakaan.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang pelayanan kepada tunanetra yang disediakan oleh BAPERSASDA tersebut, penulis merasa tertarik untuk mengamatinya. Dilatarbelakangi haltersebut,penulis menetapkan judul kertas karya ini “PELAYANAN PENGGUNA TUNANETRA PADA BADAN PERPUSTAKAAN ARSIP DAN DOKUMENTASI (BPAD) PROVINSI SUMATERA UTARA”.

1.2Tujuan Penulisan Kertas Karya

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui kegiatan pelayanan pengguna terhadap tunanetra pada BPAD.

2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang hadapi oleh Pustakawan dalam pelaksanan pelayanan pengguna tunanetra pada BPAD.

1.3Ruang Lingkup

Sesuai dengan judul Proposal diatas,maka penulis mengadakan observasi pada BPAD pada bagaian pelayanan pengguna pada Tunanetra pada BPAD


(13)

1.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan ini metode yang dipergunakan dalam pengumpulan data adalah:

1. Studi Kepustakaan (Library Research)

Dalam studi kepustakaan ini,pengumpulan data dilakukan dengan mempelajari literatur yang sesuai dengan judul atau bahan pustaka yang sesuai dengan judul atau bermacam-macam material yang terdapat di perpustakaan ataupun berhubungan.

2. Studi lapangan(Field Research)

Yaitu pengamatan langsung ke lapangan pada objek yang diteliti yaitu Badan Perpustakaan Arsip Dan dokumentasi (BPAD) Provinsi Sumatera Utara .

3. Wawancara (interview) Mengadakan wawancara langsung dengan staf dan pegawai perpustakaan,guna mendapatkan informasi yang lebih akurat.


(14)

BAB II

TINJUAN PUSTAKA 2.1 Perpustakaan Umum

Perpustakaan umum sebagai sarana pendidikan untuk mendidik diri sendiri dengan kata lain tempat mendapatkan pendidikan nonformal, mempunyai tugas untuk menghimpun, memelihara dan mendayagunakan bahan perpustakaan untuk kepentingan masyarakat Indonesia. Perpustakaan umum wadah yang sangat penting dalam memberikan informasi dan pelayanan kepada masyarakat umum. Perpustakaan Umum merupakan perpustakaan yang penunjang sumber belajar sesuai dengan kebutuhan masyarakat, dan melayaninya tanpa membedakan suku bangsa, agama, umur dan pendidikan.

Ada dua unsur utama dalam perpustakaan, yaitu buku dan ruangan. Dimasa sekarang koleksi sebuah perpustakaan tidak hanya terbatas pada buku-buku, tetapi dapat juga berupa film, slide atau lainnya, yang dapat diterima di perpustakaan sebagai sumber informasi. Kemudian semua sumber informasi itu diorganisir, disusun secara terartur, sehingga ketika pengguna membutuhkan suatu informasi dapat dengan mudah menemukannya.

Dengan memperhatikan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah suatu unit kerja, tempat menyimpan koleksi bahan pustaka yang diatur secara sistematis dan dapat dipergunakan oleh pemakainya sebagai sumber informasi. Perpustakaan umum merupakan unit/satuan kerja, badan atau lembaga membidangi pengembangan pengetahuan masyarakat yang berada dalam jangkauannya. Bertugas mengumpulkan, menyimpan, mengatur, dan menyajikan bahan pustaka untuk masyarakat umum.

Hasugian (2009 : 77) menyatakan bahwa Perpustakaan Umum adalah sebuah perpustakaan atau sistem perpustakaan yang menyediakan akses yang tidak terbatas kepada sumberdaya perpustakaan dan layanan gratiskepada warga masyarakat di daerah atau wilayah tertentu, yang didukung penuh atau sebagaian dari dana masyarakat.

Sutarno (2006 : 37) menyatakan bahwa Perpustakaan Umum sering diibaratkan sebagai universitas masyarakat, karena perpustakaan umum menyediakan semua jenis koleksi bahan pustaka dari berbagai displin ilmu,


(15)

dan penggunaanya oleh seluruh lapisan masyarakatdan memberikan kesempatan dan akses layanan bagi semua orang untuk memanfaatkannya. Sulistyo-Basuki (1999 : 152) menyatakan bahwa Perpustakaan Umum adalah perpustakaan yang didanai dari sumber yang berasal dari masyarakat seperti pajak retribusi yang kemudian dikembalikan kepada masyarakat dalam bentuk pelayanan.

Pendapat tersebut menunjukan bahwa perpustakaan umum merupakan wadah pengetahuan yang mendukung kepentingan masyarakat umum sebagai pusat informasi.

2.1.1. Tujuan Perpustakaan Umum

Secara umum tujuan dari perpustakaan umum adalah memberikan kesempatan bagi umum untuk memanfaatkan bahan pustaka atau sumber informasi yang dimiliki perpustakaan, untuk meningkatkan pengetahuan yang berguna dalam memperbaiki kehidupan masyarakat. Perpustakaan Umum menyediakan sumber informasi yang murah dan tepat mengenai topik-topik yang sedang hangat dalam masyarakat maupun topik yang berguna bagi masyarakat. Selain itu perpustakaan umum membantu warga mengembangkan kemampuan yang dimiliki sehingga yang bersangkutan dapat bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

Hermawan (2006 : 31) menyatakan bahwa perpustakaan umum mempunyai 5 tujuan utama yaitu:

a. Memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk menggunakan bahan pustaka dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesejahteraannya.

b. Menyediakan informasi yang murah, mudah, cepat dan tepat yang berguna bagi masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari.

c. Membantu dalam pengembangan dan pemberdayaan komunitas melalui penyediaan bahan pustaka dan informasi.

d. Bertidakan selaku agen kultur, sehingga menjadi pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya.

e. Memfasilitasi masyarakat untuk belajar sepanjang hayat.

Dari uraian di atas, dapat diketahui tujuan perpustakaan umum adalah memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menggunakan bahan pustaka


(16)

dalam meningkatkan pengetahuan dan menyediakaninformasi yang berguna bagi kehidupan masyarakat.

Sedangkan menurut Taslimah Yusuf (1996 : 18) bahwa tujuan dari perpustakaan umum adalah sebagai berikut:

1. Mengembangkan minat baca serta mendayagunakan semua bahan pustaka yang tersedia di perpustakaan umum.

2. Mengembangkan kemampuan menacari, mengelola, dan memanfaatkan informasi yang tersedia di perpustakaan umum.

3. Mendidik masyarakat agar dapat memanfaatkan perpustakaan secara efektif dan efisien.

4. Meletakan dasar-dasar kea rah belajar mandiri.

5. Memupuk minat baca dan menumbuhkan daya apresiasi dan imajinasi masyarakat.

6. Mengembangkan kemampuan masyarakat untuk memecahkan masalah, bertanggung jawab dan berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional.

Berdasarkan uraian tujuan perpustakaan umum diatas, disimpulkan bahwa perpustakaan umum memiliki tujuan untuk membina dan mengembangkan minat baca masyarakat, belajar mandiri, jasa informasi serta untuk meningkatkan daya kreatifitas dan aktifitas agar dapat berpartisipasi dalam pembangunan nasional.

2.1.2 Fungsi Perpustakaan Umum

Untuk mencapai tujuan di atas Perpustakan Umum mempunyai beberapa fungsi yang harus dilaksanakan. Perpustakaan umum pad era informasi sekarang ini mengarahkan pemikiran tentang fungsi perpustakaan umum semakin kompleks.

Secara umum fungsi perpustakaan menurut Hasugian (2009 : 82) adalah: 1. Penyimpanan

2. Pendidikan 3. Penelitian 4. Informasi 5. Kultural

6. Fungsi rekrearsi

Sedangkan dalam Buku Pedoman Perlengkapan Perpustakaan Umum (1992 : 5) adalah:

1. Menyediakan bahan pendidikan (Education)

2. Menyediakan dan menyebarluaskan informasi (Informatif) 3. Menyediakan bahan-bahan yang berfungsi rekreasi (Rekreartif)


(17)

4. Menyediakan bahan-bahan yang berisikan petunjuk, pedoman dan bahan-bahan rujukan bagi anggota masyarakat (Referensif)

5. Melestarikan bahan pustaka dan hasil budaya bangsa untuk dapat dimanfaatkan masyarakat umum (Dokumentari)

6. Menyediakan layanan penelitian (Riset kualitatif dan kuantatif)

Dari urian diatas, dapat disimpulkan bahwa perpustakaan umum memiliki fungsi yang kompleks, selain sebagai sarana belajar, penelitian dan penembangan minat baca, perpustakaan umum juga berfungsi sebagai tempat pelestarian bahan pustaka lokal atau dengan istilah lain sebagai pusat deposit lokal.

2.2 Jenis-jenis Layanan

Kegiatan perpustakaan tidak dapat dilaksanakan secara maksimal tanpa adanya layanan, karena layanan merupakan salah satu faktor yang menentuksn keberhasilan suatu perpustakaan. Oleh karena itu perpustakaan harus berupaya untuk menyediakan berbagai layanan yang sesuai dengan kebutuhan pengguna. Jenis layanan tersebut akan dibahas satu-persatu pada uraian berikut :

2.2.1 Pelayanan sirkulasi

Pelayanan sirkulasi adalah pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan kepada pengguna untuk memanfatkan koleksi perpustakaan. Definisi layanan sirkulasi dalam Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum (2000 : 38), ”Layanan sirkulasi adalah kegiatan melayani pengguna jasa perpustakaan dalam pemesanan, peminjaman dan pengembalian bahan pustaka beserta penyelesaian administrasinya”. Sedangkan Darmono (2001 : 141), ”Layanan sirkulasi adalah layanan kepada pemakai perpustakaan berupa peminjaman bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan”.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa layanan sirkulasi merupakan kegiatan pelayanan peminjaman dan pengembalian bahan pustaka yang berhubungan langsung dengan pemakai perpustakaan.


(18)

Adapun tugas-tugas yang harus dilaksanakan pelayanan sirkulasi dinyatakan Sulistyo-Basuki (1991 : 257) yaitu sebagai berikut :

1. Mengawasi pintu masuk dan keluar perpustakaan.

2. Pendaftaran anggota, perpanjangan keanggotaan dan pengunduran diri anggota perpustakaan.

3. Meminjamkan serta mengembalikan buku dan memperpanjang waktu peminjaman.

4. Menarik denda dengan buku yang terlambat dikembalikan.

5. Mengeluarkan surat peringatan bagi buku yang belum di kembalikan pada waktunya.

6. Tugas yang berakitan dengan peminjaman buku, khususnya buku hilang atau rusak.

7. Bertanggung jawab atas segala berkas peminjaman. 8. Membuat statistic peminjaman.

9. Peminjaman antar perpustakaan.

10.Mengawasi urusan penitipan tas, jas, mantel dan sebagainya milik pengunjung perpustakaan.

11.Tugas lainnya terutama yang berkaitan dengan peminjaman.

Dari pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pelayanan sirkulasi memiliki tugas seperti pendaftaran anggota, peminjaman, perpanjangan waktu peminjaman dan pengembalian buku, menarik denda bagi buku yang terlambat dikembalikan, membuat statistik peminjaman serta tugas layanan terutama yang berkaitan dengan peminjaman.

2.2.2 Pelayanan Referensi

Salah satu pelayanan yang ada di perpustakaan adalah pelayanan referensi. Pelayanan ini merupakan suatu kegiatan yang membantu pengguna untuk menemukan informasi yang dibutuhkan.

Menurut Sumardji (1992 : 11) pengertian layanan referensi adalah :

1. Salah satu kegiatan pokok yang dilakukan di perpustaaan yang khusus menyajikan koleksi refensi kepada para pemakai perpustakaan.

2. Suatu kegiatan layanan untuk membantu para pemakai/pegunjung perpustakaan menemukan informasi dengan cara :

a. Menerima pertanyaan- pertanyaan dari para pemakai perpustakaan dan kemudian menjawab dengan menggukan koleksi referensi.

b. Memberikan bimbingan untuk menemukan koleksi referensi yang diperlukan untuk menemukan informasi yang dibutuhkan oleh pemakai.

c. Memberikan bimbingan kepada pemakai perpustakaan bagaimana menggunakan setiap bahan pustaka koleksi referensi.


(19)

Sedangkan Darmono (2001 : 141), menyatakan bahwa : Layanan referensi adalah layanan yang diberikan oleh perpustakaan untuk koleksi-koleksi khusus seperti kamus, ensiklopedi, almanak, direktori, buku tahunan yang berisi informasi teknis dan singkat. Koleksi ini tidak boleh dibawa pulang oleh pengunjung perpustakaan tetapi hanya untuk dibaca di tempat.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan referensi merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh perpustakaan untuk membantu para pemakai perpustakaan menemukan informasi dan menggunakan koleksi referensi seperti kamus, ensiklopedi, almanak, direktori serta buku tahunan dan lain sebagainya.

2.2.3 Pelayanan Audiovisual

Selain pelayanan sirkulasi dan referensi, pelayanan audiovisual juga dapat digunakan untuk membantu pengguna perpustakaan.

Dalam Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman (1994 : 71) dinyatakan bahwa, “Pelayanan audiovisual adalah kegiatan meminjam bahan pustaka audiovisual kepada pengguna untuk ditayangkan dengan bantuan perlengkapannya di dalam perpustakaan”.

Sedangkan tujuan pelayanan audiovisual dalam Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman (1994 : 71) adalah :

1. Menyediakan media khusus untuk tujuan pendidikan, pengajaran, penelitian dan rekreasi.

2. Memotivasi pengguna agar lebih banyak memanfaatkan fasilitas perpustakaan.

3. Meningkatkan kualitas penyampian informasi dan pesan pendidikan. 4. Meningkatkankan daya ingat pengguna melalui bahan pustaka

audiovisual disamping bahan bacaan.

Adapun bahan atau perlengkapan layanan audiovisual yang dibedakan menjadi tiga kelompok film dalam Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman (2004 : 90) adalah:

1. Bahan perpustakaan yang melalui perlengkapannya hanya menampilkan citra, misalnya slaid, beningan (tranparancy), dan perpustakaan renik.

2. Bahan perpustakaan yang melalui perlengkapannya hanya mengeluarkan bunyi, misalnya kaset audio, piringan hitam, cakram optik.


(20)

3. Bahan perpustakaan yang melalui perlengkapannya menampilkan citra disertai bunyi, misalnya kaset atau cakram video melalui mesin video, film suara melalui proyektor.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa layanan audiovisual merupakan salah satu pelayanan yang dapat memberikan motivasi kepada pengguna untuk menggunakan layanan yang ada di perpustakaan. Layanan audiovisual juga terdiri dari berbagai macam bahan yang dapat dipakai pengguna perpustakaan sesuai dengan kebutuhannya.

2.2.4 Pelayanan Terbitan Berseri

Salah satu jenis pelayanan yang dapat mendukung terselenggaranya kegiatan yang ada di perpustakaan adalah pelayanan terbitan berseri.

Dalam Buku Pedoman Umum Pengelolaan koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi (1999 : 40), “Pelayanan terbitan berseri adalah kegiatan melayankan terbitan berseri kepada pengguna perpustakaan misalnya jurnal, surat kabar, majalah dan terbitan lain yang mempunyai kala terbit tertentu”.

Pelayanan terbitan berseri selalu memberikan informasi yang mutakhir dalam setiap terbitannya. Terbitan ini juga merupakan sarana yang efektif dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Menurut Saleh (1996 : 26) terbitan berseri mempunyai peran sebagai berikut :

1. Memberikan ruang untuk menampung ide, gagasan, pengalaman seseorang.

2. Menjadi media untuk menyampaikan hasil-hasil penemuan terbaru dalam bidang tertentu.

3. Sumber untuk memperluas wawasan seseorang. 4. Sumber untuk mengetahui keahlian seseorang.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terbian berseri adalah salah satu jenis koleksi yang dibutuhkan di perpustakaan untuk memenuhi kebutuhan informasi pengguna perpustakaan. Dengan adanya pelayanan terbitan berseri diharapkan pengguna perpustakaan tertarik untuk memanfaatkan koleksi tersebut.


(21)

2.2.5 Pelayanan Bimbingan Pengguna

Pelayanan bimbingan pengguna merupakan salah satu pelayanan yang ada di perpustakaan dalam rangka menambah pengetahuan pengguna tentang perpustakaan.

Dalam Buku Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaaan Umum (2000 : 39) “Bimbingan pengguna perpustakaan yaitu memberikan penjelasan penggunaan perpustakaan kepada sekelompok pengguna baru perpustakaan”.

Sedangkan Dalam Buku Pedoman Umum Perpustakaan Perguruan Tinggi (1979 : 19) “Pendidikan pemakai adalah usaha bimbingan atau petunjuk kepada pemakai tentang cara memanfaatkan koleksi bahan pustaka yang disediakan secara efektif dan efisien”.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan pendidikan pengguna dimaksudkan untuk dapat memanfaatkan layanan dan fasilitas yang tersedia di perpustakaan dan untuk membantu mencari bahan-bahan yang diperlukan oleh pengguna perpustakaan.

Secara umum tujuan bimbingan pengguna menurut Buku Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi (1994 : 75) adalah :

1. Meningkatkan keterampilan pengguna agar memanfaatkan perpustakaan.

2. Membekali pengguna dengan teknik yang memadai dan sesuai untuk menemukan informasi subjek tertentu.

3. Meningkatkan pemanfataan sumber dan pelayanan perpustakaan. 4. Menyiapkan pengguna agar dapat mengantisipasi perkembangan ilmu

dan teknologi.

Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa tujuan diadakannya bimbingan pengguna di perpustakaan terutama untuk meningkatkan minat dan keterampilan pengguna perpustakaan untuk menemukan informasi yang sesuai dengan kebutuhan, sehingga pengguna dapat memanfaatkan perpustakaan secara maksimal.


(22)

2.3 Pelayanan Pengguna

Pelayanan perpustakaan merupakan tugas penting dari setiap perpustakaan untuk melayani masyarakat umum. Pelayanan perpustakaan berarti kesibukan yang tidak ada akhirnya, kecuali perpustakaan menyatakan jam layanan ditutup.

Menurut Darmono (2006 : 34) dalam pelayanan , perlu diperhatikan asas sebagai berikut :

1. Selalu berorentasi kepada kebutuhan dan kepentingan pemakai perpustakaan.

2. Layanan yang diberikan atas dasar keseragaman, keadilan, merata dan memandang pemakai perpustakaan sebagai satu kesatuan yang menyeluruh dan tidak di pandang secara individual.

3. Layanan perpustakaan dilandasi dengan tata aturan yang jelas dengan tujuan untuk mengoptimalkan fungsi layanan. Peraturan perpustakaaan perlu didukung oleh semua pihak agar layanan perpustakaan dapat berjalan dengan baik.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan adalah sebuah organisasi yang bergerak di bidang jasa penyebarluasan informasi karena itu perpustakaan harus menyediakan bahan – bahan yang diperlukan oleh penggunanya kapan pun bahan pustakadiperlukan. Pelayanan pengguna merupakan bagian kegiatan perpustakaan. Pelayanan pengguna yaitu kegiatan pemberian layanan, bimbingan informasi agar pemakai perpustakaan dapat menggunakan bahan pustaka dengan mudah, cepat dan tepat serta jelas dimengerti oleh pemakai perpustakaan.

2.3.1 Pengertian Pelayanan Pengguna

Pelayanan pengguna merupakan salah satu kegiatan utama di perpustakaan sebab perpustakaan adalah organisasi yang bergerak di bidang jasa yang diindentik dengan layananya. Melalui pelayanan perpustakaan tersebut pengguna akan memperoleh informasi secara optimal serta memnafaatkan berbagai sarana penelusuran yang tersedia, seperti kartu catalog dan OPAC.

Dalam buku Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman (2004 : 71) menyatakan bahwa pelayanan perpustakaan adalah pemberian informasi dan fasilitas kepada pengguna dapat memperoleh informasi yang


(23)

dibutuhkannya secara optimal dari berbagai media dan memanfaatkan berbagai alat bantu penelusuran yang tersedia.

Sedangkan menurut Darmono (2006 : 134) bahwa pelayanan perpustakaan adalah menawarkan semua bentuk kolesi yang dimiliki perpustakaan kepada pemakai yang datang ke perpustakaan dan meminta informasi yang dibutuhkannya.

Selain pendapat di atas Soeatminah (1992 : 138) menyatakan bahwa pelayanan perpustakaan adalah kegiatan kerja yang berupa pemberian bantuan kepada pemakai perpustakaan dalam proses peminjaman dan pengembalian pustaka.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan pengguna adalah kegiatan pemberian bantuan kepada pengguna untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan agar para pengguna dapat memanfaatkan bahan pustaka sebaik- baiknya.

2.3.2 Tujuan Pelayanan Pengguna

Sebagai organisasi perpustakaan harus mempunyai tujuan yang jelas agar perpustakaan dapat menentukan target yang akan dicapai. Setiap perpustakaan mempunyai tujuan-tujuan yang berbeda–beda, tetapi pada dasarnya tujuan perpustakaan adalah kepuasan pengguna.

Darmono (2006 : 135) menyatakan bahwa tujuan layanan perpustakaan adalah membantu memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat tentang informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Membantu memenuhi kebutuhan dimaksudakan agar memberikan layanan kepada pengguna untuk mencari informasi yang dibutuhkan dengan cepat dan tepat sedangkan tuntutan masyarakat tentang informasi yang ibutuhkan yang sesuai dengan kebutuhan dimaksud agar segala kebutuhan informasi sesuai yang dikehendaki pembaca.

Dari paparan di atas dapat diambil kesimpulan yaitu tujuan layanan pelayanan adalah memberikan jasa pelayanan perpustakaan kepada pengguna perpustakaan untuk mendayagunakan bahan pustaka atau informasi sesuai dengan


(24)

kebutuhan pengguna dengan demikian koleksi bahan pustaka dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin demi pencapaian tujuan perpustakaaan.

2.3.3 Fungsi Pelayanan Pengguna

Menurut Trimo (1986 : 56) fungsi pelayanan pengguna adalah sebagai berikut:

a. Memberikan stimulasi dan guidance untuk memenuhi minat dan kebutuhan anak dan untuk memperluas wawasan membaca mereka. b. Membantu para Mahasiswa/Mahasiswi yang sedang mengerjakan

laporan dan proyek lainya serta kegiatan mereka.

c. Mengajar para Mahasiswa/Mahasiswi bagaimana menggunakan buku dan fasilitas lainnya, dan membantu mengembangkan kecakapan mereka tentang perpustakaan.

d. Memberikan bantuan kepada para pengajar dan perencanaan kurikulum dan ikut menyelesaikan problem khusus dalam bidang kurikulum pengajar.

e. Membantu program-program inservice traning dan perkembangan profesi para Dosen/Guru dan para Mahasiswa/Mahasiswi dalam menggunakan perpustakaan.

f. Memberikam pelayanan kepada masyarakat untuk keperluan pengaruh perpustakaan dan memajukan suatu pembaca.

Menurut Martoadmojo (1993 : 6) : fungsi layanan perpustakaan adalah mempertemukan pembaca dengan bahan pustaka yang mereka minati.

Uraian di atas dapat menghasilkan kesimpulan bahwa fungsi pelayanan pengguna adalah membantu pengguna untuk menemukan informasi dalam memenfaatkan koleksi perpustakaan yang dibutuhkan oleh pengguna perpustakaan.

2.4 Pelayanan Pengguna Tunanetra

Perpustakaan sudah seharusnya menyediakan koleksi dan melayani pengguna dari semua kalangan tak terkecuali penyandang cacat. Dalam praktek sehari-hari terbukti bahwa penyandang cacat relatif kurang mendapatkan pelayanan yang memadai baik mengenai koleksi-koleksi buku, format media bahan pustaka, ataupun dari segi layanan dan komunikasi. Untuk memenuhi kebutuhan yang berhubungan dengan keperluan informasi bagi para penyandang


(25)

cacat secara adil, maka dipandang perlu untuk memperhatikan beberapa hal seperti bangunan perpustakaan, layanan dan program-program pelayanan pengguna.

Pada saat pengguna masih berada di luar gedung perpustakaan, keberadaan mereka sudah harus diperhatikan misalnya dengan simbol khusus bagi para pengguna cacat dekat dengan pintu perpustakaan, kemudahan untuk melihat tanda lalu lintas, lampu penerangan yang memadai, permukaan pintu masuk yang tidak licin, tangga yang landai. Ketika menuju gedung perpustakaan, beberapa hal harus mendapatkan perhatian juga misalnya space yang cukup depan pintu masuk dan pintu masuk yang lebar, pintu kaca bertanda untuk tunanetra, tanda piktogram menuju lift, elevator dengan penerangan cukup dan tanda dalam huruf braille . Tunanetra merupakan salah satu jenis kelainan pada indra (sensory), yaitu kelainan pada indra penglihatan (mata). Secara umun istilah tunanetra digunakan untuk menggambarkan kelainan penglihatan dari tingkatan ringan sampai berat atau buta. Dalam konteks pendidikan seseorang dikatakan tunanetra apabila untuk mencapai prestasi belajar yang optimal diperlukan berbagai adaptasi atau penyesuaian komponen pendidikan. Ketunanetraan ini berimplikasi langsung pada kemampuan tunanetra dalam mengakses informasi. Hal ini berarti bahwa kebutaan akan mengakibatkan keterbatasan dasar pada individu, seperti dalam jenjang variasi pengalaman, kemampuan memperoleh sesuatu atau melakukan perjalanan, dan mengontrol lingkungan dalam hubungannya dengan alam sekitar.

Khoerunnisa (2010 : 1) menyatakan bahwa tunanetra adalah suatu kondisi dari mata atau indra penglihatan yang karena sesuau hal tidak berfungsi sebagai mana mestinya, sehingga mengalamai keterbatasan dan atau ketidakmampuan melihat.

Sedangkan menurut Purwanto (1998 : 50) bahwa tunanetra adalah hilangnya indra penglihatan akan membawa berbagai dampak baik secara mekanis maupun psikologis. Indra penglihatan merupakan indra pemadu segala rangsang yang diterima individu.

Selain pendapat di atas Saputro (2009 : 2) menyatakan bahwa tunanetra adalah seseorang yang mengalami gangguan pengliatan, baik itu kebutuhan total atau sebagian, sehingga untuk beraktifitas, khususnya komunikasi tulisan memerlukan alat bantu teknik khusus ( huruf braille).


(26)

Dari urain di atas dapat menghasilkan kesimpulan bahwa tunanetra adalah hilangnya indra penglihatan sehingga mengalami keterbatasan dan ketidakmampuan untuk melihat dengan sempurna harus menggunakan alat bantu berupa tulisan huruf Braille.

Safaruddin (2010 : 8) menyatakan bahwa pada prinsipnya pengelolaan perpustakaan dan lingkungan belajar penyandang tunanetra sama dengan pengelolaan perpustakaan dan lingkungan belajar orang-orang nonberkebutuhan khusus. Namun demikian ada hal-hal khusus yang tidak menjadi kebutuhan orang pada umumnya tetapi menjadi kebutuhan penyandang tunanetra. Oleh karena itu perpustakaan dan lingkungan belajar penyandang tunanetra perlu dikelola oleh pihak yang tetkait dengan strategi khusus antara lain,

1. Setiap ruang perpustakaan, tempat dimana penyandang tunanetra memperoleh informasi dan tempat duduk, meja, sampai rak-rak buku perlu diberi tandayang dapat diraba oleh tunanetra. Tanda ini dapat berupa tulisan hurus Braille maupun tanda-tanda tertentu, misalnya relief-relief gambar.

2. Pengaturan ruangan hendaknya memperhatikan keluluasaan gerak pada penyandang tunanetra agar tidak menggangu mobilitas mereka. Ruangan hendaknya tidak terlalu sempit dan jarak antara rak satu dengan rak yang lainnya dapat dilalui oleh dua orang atau lebih.

3. Layanan berbasis teknologi diperlukan bagi penyandang tunanetra untuk mengakses informasi. Layanan perpustakaan bagi tunanetra yang mempunyai kelainan sedemikian rupa tentu saja memerlukan berbagai alat yang dapat membantu penyandang tunanetra untuk dapat mengakses informasi. Berbagai alat bantu yang telah dikembangkan oleh berbagai pihak yang menaruh minat pada teknologi layanan bagi tunanetra, menghasilkan alat-alat yang bersifat manual, mekanis, sampai alat elektronik yang canggih.

Dari urain di atas menyatakan bahwa pengelolaan perpustakaan untuk tunanetra harus memadai fasilitas, memberi tanda dengan huruf braille di rak-rak buku agar dapat diraba penyandang tunanetra dan ruang geraknya tidak terlalu sempit .

Safaruddin (2010 : 7) menyatakan bahwa pelayanan pengguna tunanetra adalah layanan berbasis teknologi bagi tunanetra yang mempunyai kelainan diharapkan dapat membantu penyandang tunanetra untuk dapat mengakses informasi. Berbagai alat bantu yang telah dikembangkan oleh berbagai pihak yang menaruh minat pada teknologi layanan bagi tunanetra, menghasilakan alat-alat yang bersifat manual, mekanis, sampai alat elektronik yang canggih, seperti Komputer dengan program Job Acces


(27)

With Speech (JAWS), Printer Braille (Impact Printer), Open Book scanner,

DAISY Player (Digital Ascesible System Player), Buku bicara (Digital Talking Book), Termoform, dan telesensory.

Dari uraian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa pelayanan pengguna tunanetra adalah memberikan layanan kepada pengguna tunanetra dengan segala keterbatasan fisik di milikinya dalam mencari informasi sesuai dengan kebutuhannya sehingga informasi yang dibutuhkan dapat terpenuhi.

2.4.1 Komputer Berbicara

Khoerunnisa (2010 : 4) menyatakan bahwa Komputer Berbicara adalah Komputer dengan program JAWS. Komputer yang memudahkan penyandang tunanetra mengakses informasi dari internet maupun ketika mengetik adalah computer yang memiliki aplikasi screen reader yang disebut JAWS.

Cara kerja aplikasi screen reader yaitu komputer menerangkan tampilan yang ada pada layar monitor (screen) dengan suara. Mulai dari menu program yang tersedia, sampai menginformasikan dimana letak kursor dan menerangkan tulisan apa saja yang terbaca pada screen (membaca kata perkata maupun huruf demi huruf).

Suara yang dihasilkan oleh JAWS terkesan seperti robot yang berlogat barat. Kecepatannya pun dapat diatur, dipercepat maupun diperlambat. Program JAWS dapat juga mentranslate kata dari Bahasa Indonesia ke bahasa Inggris (saduran dari kamus Hasan Sadili). Pembrailannya pun menggunakan dua program, yaitu Duxbury dan MBC MBC (Mitra Netra Braille Conventer).

Duxbury merupakan program dari luar negeri, sedangkan MBC berasal dari Indonesia. Persamaan dari keduanya adalah dapat mengubah tulisan Braille ke tulisan awas maupun sebaliknya. Namun, proses ini memilki kelemahan yaitu file yang disimpan formatnya akan berubah dan simbol-simbol khusus (misal arab dan metematika) tidak dapat dikonversikan langsung.


(28)

Gambar 1. Komputer Berbicara

Dari uraian di atas komputer berbicara adalah komputer yang menggunakan program jaws yang mengeluarkan suara saat di gunakan penyandang tunanetra dengan berbahasa inggris.

2.4.2 Huruf Braille

Huruf Braille ditemukan oleh Louis Braille (1809-1852), seorang guru berkebamgsaan Perancis yang mengalami kebutaan pada usia 3 tahun. Braille menemukan sistem cetakan dan tulisan khusus untuk penderita tunanetra ini pada tahun 1824 saat masih menjadi siswa pada Institution Nationale des Jeunes Aveugles (National Institute for Blind Children), Paris, Perancis.

Tulisan braille berupa huruf-huruf timbul yang sederhana dan praktis dan metoda membaca dipakai diseluruh dunia. Tulisan braille yang ditulis menonjol atau timbul di atas kertas dan dibaca dengan cara meraba secara lembut dan perlahan tulisan, terdiri atas 6 titik atau lubang dan dijadikan 2 baris, masing-masing 3 titik dari atas kebawah. Jika hanya titik pertama dari baris pertama yang timbul, itu huruf a, jika titik pertama dan kedua dari baris pertama yang timbul itu huruf b. Tulisan braille terdiri dari 63 karakter, yang meliputi huruf, angka, tanda baca, tanda ulang, huruf besar .

Pada tahun 1932, tulisan braille diakui sebagai Standard English Braille oleh perwakilan dari perkumpulan penyandang cacat netra seInggris Raya dan Amerika Serikat. Untuk melengkapi dan menyempurnakan tulisan braille, pada tahun 1065 The Nemeth Code of Braille Mathematics and Scientific Notation

memodifikasi tulisan braille yang mewakili bermacam-macam simbol khusus yang digunakan untuk bidang matematika dan teknik. Di samping itu juga, masih


(29)

banyak tulisan braille yang dimodifikasi untuk penulisan notasi musik, tulisan cepat (stenografi) dan macam-macam bahasa di dunia. Saat ini, tulisan tangan dengan menggunakan tulisan braille sudah dimungkinkan dengan menggunakan alat yang bernama ”slate”. Yang terdiri dari 2 buah lembaran baja, yang dihubungkan dengan menggunakan sendi yang berguna untuk memasukkan selembar kertas diantaranya.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa tulisan penemuan Louis Braille sangat berperan penting untuk membantu para penyandang cacat netra mengatasi kendala dalam bersosialisasi dan berkomunikasi antar sesama penyandang cacat netra dan dengan masyarakat umum. Kendala ini dapat teratasi karena masalah pokok penyandang cacat netra adalah individu yang mempunyai kelainan fisik (physical handicap) yang berpengaruh terhadap fungsi sosial dan fungsi emosional, yang termanifestasi dalam bentuk gangguan kepribadian (sikap pasif dan sikap ragu) serta gangguan dalam penyesuaian diri (rendah diri, kurang berani mengenal orang lain, merasa tidak berguna). Karena tulisan braille sudah diakui sebagai standar cetakan dan tulisan bagi penyandang cacat netra, sehingga para penyandang cacat netra tidak perlu takut dan cemas untuk berkomunikasi dengan sesamanya, karena mereka mempunyai ”tilisan” sebagai akses yang bisa dipakai sebagai identitas diri, dimana hal ini nantinya akan menumbuhkan keberanian mereka untuk berkomunikasi dengan orang normal dan melakukan tugas dan fungsinya dalam masyarakat, tanpa terganggu oleh ketunaannya, sama dengan orang normal.

Jane Ware (2002 : 2) menyatakan bahwa Huruf Braille adalah kode didasarkan pada enam titik, disusun dalam dua kolom tiga titik. Ada berbagai jenis kode braille. variasi menggunakan ini dari enam titik untuk mewakili semua huruf dari alfabet, angka, tanda baca dan kelompok yang sering terjadisurat. orang buta membaca dari kiri ke kanan di halaman dengan sentuhan ringan, menggunakan satu atau kedua tangan. Bantalan lembut jari-jari digunakan untuk merasakan titik terangkat, karena ini lebih sensitif dibandingkan dengan ujung jari. Sebagian besar pembaca braille terlihat membaca huruf braille oleh penglihatan. Jari sensitif dibutuhkan untuk membaca braille. Ukuran huruf braille yang umum digunakan adalah dengan tinggi sepanjang 0.5 mm, serta spasi horizontal dan vertikal antar titik dalam sel sebesar 2.5 mm.


(30)

Gambar 2. Huruf Braille

Sumber: http://www.medantalk.com/teknologi-informasi-untuk-tunanetra(2013) Dari urain di atas dapat disimpulkan bahwa huruf braille adalah kode didasarkan enam tiitk dengan membaca dari kiri ke kanan yang di susun dalam dua kolom tiga titik.

2.4.3 Printer Braille

Khoerunnisa (2010 : 4) menyatakan bahwa Printer Braille memiliki cara kerja yang mirip dengan printer dot matrix. Proses pencetakan dilakukan dengan cara pengetukan pada kertas, sehingga printer ini lebih bersuara jika dibandingkan dengan printer tinta. Printer braille terdiri dari dua tipe, yaitu COMET dan BRAILLO NORWAY (tipe 200 dan 400). Perbedaan dari dua tipe ini terletak pada hasil cetakannya. Printer COMET hanya dapat mencetak dari dua sisi (satu muka), sedangkan BRAILLO NORWAY dapat mencetak dua sisi (bolak-balik).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa printer braille mengeluarkan suara dengan memiliki 2 tipe yaitu COMET dan BRAILLO NORWAY

perbedaannya pada saat mencetak.

Gambar 3. Printer Braille


(31)

2.4.4 Digital Ascesible System (DAISY) Player

PlayerDigital Ascesible System (DAISY)Player. DAISY Player digunakan untuk mempermudah penyandang tunanetra untuk memperoleh informasi dari buku tertentu yang telah diubah menjadi bentuk suara. Kecepatan dan volume suara dapat diatur sedemikian rupa sesuai kebutuhan. Buku bicara yang digunakan untuk DAISY player ini berupa compact disk.

Gambar 4. DAISY Player

Sumber: http://www.hksb.org. (2013)

2.4.5 Buku bicara (Digital Talking Book)

Buku bicara pada dasarnya memiliki cara kerja yang hampir sama dengan buku berbicara dalam bentuk compact disk (CD). Hanya saja pengoperasian kaset bicara harus menggunakan radio tape.

Gambar 5. Digital Talking Book


(32)

2.4.6 Termoform

Termoform merupakan mesin pengganda (copy) bacaan penyandang tunanetra dengan penggunakan kertas khusus, yaitu braillon.

Gambar 6. Termoform

Sumber: http://www.ilanlisteleri.com/-6/posts/11__Makineleri_Sanayi/0/(2013)

2.4.7 Telesensory

Telesensory merupakan suatu alat yang digunakan untuk memperbesar huruf awas agar terbaca oleh penderita tunanetra low vision.

Gambar 7.Telesensory

Sumber : http://shopping.telesensory.com/(2013)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan pengguna tunanetra adalah memberikan layanan kepada penyadang tunanetra dengan memberikan fasilitas buku secara manual yaitu buku braille maupun teknologi seperti komputer berbicara, buku elektronik, yang menggunakan program jaws. Dengan adanya layanan perpustakaan berbasis teknologi, diharapkan dapat


(33)

memfasilitasi penyandang tunanetra untuk mengakses informasi, memotivasi penyandang tunanetra mencintai perpustakaan dan dapat mewujudkan perpustakaan ideal bagi penyandang tunanetra. Pihak yang terkait harus juga lebih memperhatikan penyandang tunanetra dengan memberikan layanan perpustakaan berbasis teknologi agar supaya penyandang tunanetra termotivasi untuk mencintai perpustakaan sehingga dapat terwujudnya tujuan dari perpustakaan.


(34)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Pada Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara

Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara merupakan lembaga teknis yang dibentuk Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 10 tahun 2002 dalam rangka pelaksanaan otonomi Daerah. Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara juga sebagai salah satu lembaga terkait Daerah sesuai dengan teknis Daerah sesuai peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara No.9 Tahun 2008 tentang organisasi dan tata kerja Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Utara.

Sebelum menjadi badan, namanya adalah Perpustakaan Wilayah beralamat di Jl.Jambi, pindah ke Jl. Cik Ditiro No. 1, pindah lagi ke Jl. Serdang No. 18 pindah lagi ke Jl. Iskandar Muda dan sekarang di Jl. Bringjend Katamso No. 45 K Medan. Berdasarkan keputusan Presiden No. 11 Tahun 1999 tentang Perpustakaan Nasional RI yang dulunya Perpustakaan Wilayah berubah menjadi Perpustakaan Daerah Sumatera Utara. Kemudian setelah lahirnya Kepusan Presiden No. 50 Tahunn 1997 dan Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional RI No. 44 Tahun 1998 namanya berubah menjadi Perpustakaan Nasinal Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2007 bahwa Perpustakaan dan kearsipan merupakan unsur urusan wajib Pemerintah, pimpinan oleh seorang Kepala Badan berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur Sumatera Utara melalui Sekretaris Daerah. Maka Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara senantiasa berupaya melakukan perbaikan dan revitalisasi sesuai dengan tuntutan perubahan yang terjadi.

Pelayanan yang disediakan kepada penyadang cacat yaitu tunanetra pada Tahun 2009. Perpustakaan memberikan layanan kepada penyandang cacat tunanetra berupa koleksi buku yang bertuliskan huruf braille dan computer


(35)

bersuara. Ruangan untuk layanan ini menyatu dengan layanan audiovisual di ruangan remaja.

3.2Visi dan Misi

a. Visi BPAD Provinsi Sumatera Utara

Visi berkaitan dengan pandangan ke depan menyangkut kemana Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara di masa depan, dan diarahkan agar dapat berkarya secara konsisten dan tetap eksis, antipatif, inovatif serta produktif. Visi tersebut digali dari keyakinan dasar dan nilai- nilai yang dianut oleh seluruh anggota organisasi, dengan mempertimbangkan faktor lingkungan sekitarnya. Visi Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara adalah “Menjadi Lembaga Pembina dan Pengembang Perpustakaan, Kearsipan danDokumentasi yang Profesional” Untuk mewujudkan visi tersebut, perlu dirumuskan misi yang menggambarkan amanah apa yang harus dituntaskan oleh organisasi, agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil sesuai dengan visi yang ditetapkan.

b. Misi BPAD Provinsi Sumatera Utara

Misi adalah sesuatu yang diemban atau dilaksanakan sebagai penjabaran visi yangtelah ditetapkan. Dengan adanya misi, diharapkan seluruh pegawai dan pihak-pihak terkait lain yangberkepentingan dapat mengenal Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara dan mengetahui peran dan program-program serta hasil yang akan datang.Misi Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara adalah:

1. Mengumpulkan dan menyelamatkan karya cetak, karya rekam, karya tulis dan naskah-naskah /dokumentasi sebagai hasil karya budaya bangsa. 2. Meningkatkan promosi gemar budaya baca dan masyarakat sadar arsip. 3. Meningkatkan pelayanan bagi pemustaka, pengguna arsip yang berbasis

teknologi informasi guna mendukung kegiatan menulis, meneliti, berdiskusi dan wisata baca.

4. Meningkatkan pembinaan dan pengembangan semua jenis perpustakaan dan kearsipan pada instansi pemerintah, BUMN, Swasta dan Masyarakat.


(36)

5. Mendorong pengembangan kwalitas Sumber Daya Manusia guna mendukung tata Pemerintahan yang baik.

3.3 Struktur Organisasi

Berdasarkan Perda Nomor 4 Tahun 2001 tentang Pembentukan Lembaga Teknis Daerah Povinsi Sumatera Utara dan Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor: 061.293.K/Tahun 2002 tentang Tugas dan Tata Kerja Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara struktur organisasi BPAD Propsu .

Tata Kerja Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara struktur organisasi BPAD Propsu

Gambar 8: Bagan Organisasi Badan Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara


(37)

Sumber : Profil BPAD Propsu (2013)

Untuk bagian kesekretariatan dikepalai oleh seseorang kepala bagian sekretariat membawahi sub bagian umum, sub bagian keuangan dan sub bagian program. Adapun yang menjadi tugas di bagian sekretariat ini adalah yang berkaitan dengan urusan surat menyurat, administrasi, kepegawaian dan urusan rumah tangga perkantoran dan urusan keuangan.

Untuk bidang arsip daerah di kepalai oleh seseorang kepala bidang yang membawahi tiga sub bidang yakni sub bidang pengelolaan arsip inaktif, sub bidang pengelolaan arsip statis dan sub bidang pembinaan kearsipan. Bidang ini adalah merupakan peleburan dari kantor arsip daerah provinsi Sumatera Utara Adapun tugas bidang kearsipan ini mengurus berbagai hal yang berkaitan dengan masalah kearsipan.

Bidang Pembinaan perpustakaan membawahi dua sub bidang yakni sub bidang sumberdaya manusia dan sub bidang kelembagaan. Adapun tugas dibagian pembinaan perpustakaan ini adalah melakukan pembinaan sumber daya manusia dan melakukan pembinaan semua jenis perpustakaan.

Bidang pengembangan dan pengelolaan membawahi dua sub bidang yakni sub bidang deposit dan sub bidang pengembangan dan pengolahan bahan pustaka. Tugas bagian ini adalah untuk melakukan pemasyarakatan UU Nomor 4 Tahun 1990 tentang serah simpan karya cetak dan karya rekam serta melakukan pengadaan dan pengolahan bahan pustaka. Bidang Layanan Perpustakaan membawahi dua sub bidang yakni sub bidang layanan dan sub bidang automasi dan multimedia. Tugas di bagian ini adalah melaksanakan layanan informasi, melakukan kerjasama dan automasi, bibliografi, serta melakukan kegiatan promosi perpustakaan seperti melakukan pameran, perlombaan, serta membuat literatur sekunder.

3.4 Pelayanan Pengguna Tunanetra

Pelayanan yang diberikan BPAD Propsu kepada tunanetra yaitu buku bertulisan (beraksara) braille dan dua unit komputer berbicara dengan


(38)

menggunakan program jaws. Koleksi-koleksi buku yang di dapat dari pembelian. Jumlah koleksi untuk pengguna tunanetra 300 judul.

Kendala yang sering dihadapi pustakawan ketika menghadapi tunanetra adalah pada saat mencari informasi yang di butuhkannya dan menuntunnya keluar ruangan baca karena ruang bacanya bersatu dengan Ruang Baca Anak Dewasa B sehingga ruang gerak untuk keluar tidak bebas. BPAD Propsu memberikan motivasi semagat dalam minat baca dengan cara mengadakan kegiatan lomba membaca huruf Braille dan lomba membaca puisi.

Gambar 9: Ruang Baca Tunanetra bergabung dengan Ruang Anak Dewasa B


(39)

Tata letak ruangan untuk penyadang tunanetra BPAD Propsu belum memadai untuk ruang gerak untuk mencari informasi. Seharusnya ruang bagi penyandang tunanetra harus di bedakan bergabung dengan Ruang Anak Dewasa B agar tunanetra dapat bebas dalam pergerakan dan memberikan tulisan di rak buku dengan bertuliskan huruf braille atau tulisan timbul, agar tunanetra dapat mudah mencari informasi dibutuhkan sesuai dengan kebutuhanya.

3.5 Pelayanan Pengguna

Pelayanan pengguna adalah pelayanan yang menyelenggarakan pemanfaatan dan penyebarluasan informasi atau bahan pustaka untuk setiap pengguna perpustakaan. BPAD Propsu memberikan layanan kepada semua pengguna tanpa membedakan status sosial, ras agama,pendidikan dan yang memiliki keterbatasan fisik seperti penyandang tunanetra.

3.5.1 Kelompok Pengguna

Kelompok pengguna Perpustakaan BPAD Propsu yaitu semua kalangan masyarakat dari anak-anak sampai orang dewasa tanpa membedakan status sosial dan pendidikan maupun mereka yang penyandang cacat seperti tunanetra.

3.5.2 Sistem Pelayanan

Perpustakaan BPAD Propsu dalam memberikan layanan kepada penggunya menetapkan sistem dan kegiatan pelayanan. Sistem yang diterapkan pada BPAD Propsu kepada layanan tunanetra adalah sistem layanan terbuka dimana pengguna dapat secara langsung dapat memilih, menemukan dan mengambil bahan pustaka yang dikehendaki dengan memilih bantuan kepada pustakawan agar pengguna tunannetra dapat menemukan informasi yang diinginkanya.

3.5.3 Jenis- jenis Pelayanan Pengguna Tunanetra

1. Keanggotaan

Anggota BPAD Propsu adalah seluruh masyarakat tanpa membedakan status sosial, ras agama, pendidikan, maupun mereka yang penyandang cacat seperti tunantera. Tunanetra yang ingin mendaftar menjadi anggota BPAD mengisi formulirnya seperti masyarakat umum formulirnya tidak bertuliskan


(40)

huruf braille. Penyandang tunanetra di isikan oleh keluarga atau yayasan yang bertanggungjawab ataupun meminta bantuan kepada masyarakat.

Syarat pendaftaran anggota BPAD Propsu untuk tunanetra adalah :

1. Isi formulir permohonan menjadi anggota boleh di isikan oleh keluarga maupun yayasan yang beretanggung jawab

2. Lampirkan Pas Poto ukuran 2 x 3 sebanyak 1 lembar

3. Lampirkan foto kopi indentitas yang digunakan (masih berlaku)

4. Lama peminjaman emapat belas hari lamanya dan bila mana diperlukan dapat diperpanjanag selama 2 minggu

5. Tiap anggota dapat meminjam buku maksimal 2 buku.

6. Bagi pemustaka yang menggunakan fasilitas komputer dengan program jaws maksimal 2 jam/hari dan dapat dilanjutkan apabila pengguna lain tidak ada. 7. Setelah dilengkapi dengan pas poto, foto kopi Kartu Siswa serta disahkan oleh Kepala sekolah , Yayasan Tunanetra bersekolah berkas di masukkan ke dalam map dan diserahkan kepada petugas administrasi layanan.


(41)

Gambar 11 : Contoh formulir anggota perpustakaan Sumber : BPAD Propsu (2013)

Kartu anggota akan diberikan kepada anggota perpustakaan. Kartu perpustakaan inilah menjadi sarana indentitas bagi calon peminjaman atau pengguna bahan pustaka, maka kartu anggota ini harus diisi dengan jelas.


(42)

Depan Belakang

Gambar 12 : Contoh Kartu Anggota Perpustakaan Sumber : BPAD Propsu (2013)

Setelah calon anggota menggurus kartu anggota dan memenuhui persyaratan keanggotaan maka pengguna tunanetra mendapatkan kartu anggota atau kantong pinjam. Pengguna sah dalam meminjamankan dan menggunakan buku Braille.

Jumlah anggota Tunanetra pada BPAD Propsu pada tahun 2013 sebanyak 150 orang, sebagian besar anggota BPAD Propsu berasal dari yayasan yang bertanggung jawab terhadap tunanetra.

2. Peminjaman

Peminjaman bahan pustaka adalah pelayana sirkulasi yang berupa kegiatan pencatatan bukti bahwa pemakai atau anggota perpustakaan meminjaman bahan pustaka. Pada BPAD Propsu tunanetra dalam peminjaman buku dengan menayakan pustakawan dimana letak buku yang dicarinya berada dan setalah mendapatkan tunanetra tersebut meraba tulisan buku apakah buku itu benar yang


(43)

dicarinya atau tidak. Buku yang dibutuhkannya diberikannya kepada pustakawan untuk mencatat tanggal pengembalian pada buku peminjamn dan slip pengembalian. Buku yang di pinjam pada BPAD Propsu maksimal 2 buku saja dan lama peminjaman buku selama 2 minggu .

Prosedur peminjaman bahan perpustakaan BPAD Propsu adalah sebagai berikut :

a. Peminjaman boleh langsung dan mencarinya sendiri atau meminta bantuan kepada petugas perpustakaan ke ruang koleksi dengan menunjukkan kartu anggota.

b. Mengambil sendiri buku yang diperlukan atau meminta bantuan kepada petugas perpustakaan.

c. Buku yang dipinjam ditunjukkan kepada petugas perpustakaan.

d. Petugas perpustakaan mencatat tanggal pengembalian pada peminjaman dan slip pengembalian.


(44)

Gambar 13: Flowchart peminjaman koleksi braille pada BPAD Propsu Sumber : BPAD Propsu

3. Pengembalian

Dalam pelayanan pengembalian bahan perpustakaan adalah merupakan kelanjutan dari pelayanan peminjaman suatu bahan perpustakaan. Lama peminjaman yang diberikan kepada penyandang tunanetra hanya dua minggu. Setelah habis masa peminjaman maka tunanetra wajib mengembalikan buku, pada BPAD Propsu tunanetra bisa menitipkannya kepada keluarga untuk kepada yayasan yang bertanggung jawab mengembalikan buku yang sudah di pinjam.

Mulai

Stop Buku

Mencatat peminjaman

Stempel tanggal

Memberi buku dan meminta kartu pada pengguna Dapat dipilih dan dipinjam

Memberitahu Pengguna

Stop


(45)

Prosedur pengembalian bahan perpustakaan BPAD Propsu adalah sebagai berikut :

a. Peminjam menyerahkan bahan perpustakaan yang telah di pinjam kepada petugas

b. Petugas menerima dan memeriksa bahan perpustakaan yang dipinjam apakah bahan perpustakaan yang dikembalikan dalam keadaan baik atau tidak.

c. Jika tidak terjadi kerusakan maka petugas memeriksa apakah bahan perpustakaan yang dikembalikan dalam keadaan baik atau tidak.

d. Petugas mengambil kartu peminjaman dari kotak kartu peminjaman atas nama anggota tersebut.

e. Petugas mengembalikan kartu buku pada kantung buku f. Petugas menyusun buku ke rak.


(46)

Gambar 14: Flowchart pengembalian koleksi braille pada BPAD Propsu Sumber : BPAD Propsu

4. Perpanjangan

Bahan perpustakaan yang dipinjam telah habis masa peminjamannya, maka tunanetra dapat berkewajiban untuk mengembalikan bahan perpustakaan tersebut, tunanetra juga bisa menitipkan kepada keluarga untuk mengembalikan buku yang sudah dipinjam. Pada BPAD Propsu jika peminjam masih ingin tetap menggunakan bahan pustaka maka tunanetra harus melakukan perpanjangan dengan melapor kepada pustakawan dan perpanjangan masa peminjaman bahan perpustakaan hanya dapat satu kali saja dalam dua minggu. Perpanjangan harus

Mulai

Buku Stop

Mencatat pengembaliann

Habis Masa pinjam

Denda Memberitahu

Pengguna

Memberi buku dan meminta kartu anggota

kepada petugas

Buku untuk di shelving


(47)

dialakukan langsung oleh tunanetra dan tidak boleh diwakilkan oleh keluarga ataupun yayasan yang bertanggung jawab.

5. Penagihan

Prosedur penagihan yang dilakukan pada BPAD Prposu bila terjadi kerterlambatan batas penegmbalian buku adalah petugas memeriksa lama keterlambatan pengembalian bahan pustaka dan membuat surat tagihan kepada pengguna sebagai sanksi administrasi atau denda sebesar Rp.1000/hari setiap buku kecuali buku hilang maka pengguna penyandang tunanetra wajib mengganti dengan buku yang sama.

3.4.5 Waktu Pelayanan

Sistem pelayanan yang diberikan BPAD Propsu yaitu sistem layanan terbuka dimana pengguna secara langsung dapat memilih, menemukan dan mengambil bahan pustaka yang dikehendaki dengan memilih bantuan kepada pustakawan agar pengguna tunannetra dapat menemukan informasi yang diinginkanya

Tabel-1 Waktu Layanan

Waktu Layanan Perpustakaan adalah :

Hari Waktu

Senin s/d Jumat Pukul 08:00-18:00 WIB. Sabtu s/d Minggu Pukul 09:00-15:00 WIB.

Sumber: BPAD Propsu

3.6 Pengguna Penyandang Cacat Tunanetra BPAD Propsu

Badan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Provinsi Sumatera Utara, selanjutnya disebut Perpustakaan Umum BPAD buka setiap hari Senin - Jum’at pada pukul 08.00-17.00 WIB, dan pada hari Sabtu - Minggu pada pukul 09.00-15.00 WIB. Pengunjung Perpustakaan Umum BPAD pada tahun 2013 mayoritas berasal dari kelompok pelajar dan mahasiswa. Pengunjung terbanyak adalah mahasiswa yang berasal dari perguruan tinggi negeri dan swasta di Medan. Berdasarkan data anggota Perpustakaan Umum BPAD rata-rata setiap bulan,


(48)

jumlah pengunjung sebanyak 450 orang pengunjung Sedangkan pengunjung Tunanetra sebanyak 45 orang. Hal ini terjadi karena BPAD Propsu sudah belum memadai dalam memberikan pelayanan masih mengejar pemenuhan kebutuhan penyandang tunanetra dasar saja.

3.7 Kondisi Penyandang Cacat Tunanetra BPAD Propsu

1. Kondisi Fisik Pelayanan

Secara umum, kondisi fisik fasilitas BPAD Propsu sudah belum memadai dalam memberikan pelayanan masih mengejar pemenuhan kebutuhan penyandang tunanetra dasar saja. Ruang penyandang tunanetra yang bergabung dengan Ruang Dewasa B dan didalam ruangan tersebut pengguna tunanetra anak, remaja dan dewasa bergabung yang membuat tunanetra tidak leluasa dalam pergerakannya 2. Aspek Lingkungan dan Tempat

BPAD Propsu sudah sangat terkenal dengan berbagai sebutan, antara lain pendidikan, budaya dan pusat informasi . Hal ini perlu dipertahankan sebagai identitas kebanggaan BPAD Propsu, salah satu usahanya dengan menambah perbendaharaan jenis fasilitas teknologi untuk penyandang cacat tunanetra.

3. Aspek Perilaku Pelaku Kegiatan Utama

Diperoleh dengan cara studi literatur, yaitu : 1) Kesederhanaan

Kesederhanaan yang dimaksud disini adalah bahwa penyandang cacat netra sebagai pelaku kegiatan utama dapat membawa dirinya dari satu tempat ke tempat lain dalam suatu lokasi, tanpa bantuan orang lain (dinamis dan independen). Karena pergerakannya dinamis dan mengandung unsur swadaya, maka indra pengganti indra penglihatan dalam dirinya harus dimaksimalkan, yaitu : alat pendengaran dan alat peraba (dalam hal ini penggunaan tongkat sebagai detektor, yang digunakan dengan cara mengetuk-ngetuk tongkat tersebut kekiri. dan kekanan untuk memastikan keamanan jalan di depannya sebelum melangkah).Untuk menerjemahkannya kata ”kesederhanaan” dapat dilakukan dengan mengatur tata letak (lay out) secara linier/segaris atau peletakan material-material yang berfungsi sebagai pembentuk sirkulasi.


(49)

2) Keamanan

Kata Keamanan diartikan sebagai pergerakan yang bebas dan leluasa serta terhindar dari hal-hal yang membahayakan, misalnya : tersandung, terpeleset, tabrakan/bersinggungan dengan objek yang tidak diinginkan. Keamanan yang di berikan BPAD Propsu sangat memberikan keamanan kepada penyadang tunanetra dengan lantai yang tidak licin sehingga tidak membahayakan bagi penyandang tunanetra dan dibantu oleh pustakawan.

3) Kenyamanan

Menurut para ahli, ternyata konsep kenyamanan antara penyandang cacat netra dengan orang normal adalah sama. Malah penyandang cacat tunanetra diuntungkan karena tidak mengenal konsep cahaya, warna dan perspektif. Oleh karena itu, diasumsikan dalam membacapun konsep kenyamanannya tidak berbeda. Di sini, faktor pembentuk kenyamanan, adalah : penghawaan, yang terbagi menjadi penghawaan alami (penggunaan ventilasi) dan penghawaan buatan (penggunaan AC sebagai pengatur temperatur dan kelembaban dalam ruangan) serta akustik (penggunaan bahan-bahan akustik didalam dan di luar ruangan, untuk meminimalisasi sumber-sumber bunyi internal dan eksternal), karena setelah kehilangan sensor visual, maka indra pendengaran dimaksimalkan penggunaannya untuk berkonsentrasi.Oleh karena itu, kepekaan pendengarannya mutlak harus dijaga.

Pada BPAD Propsu penghawaan yang diberikan kepada tunanetra adalah buatan (penggunaan AC) serta penggunaan bahan-bahan akustik didalam dan diluar ruangan BPAD Propsu.


(50)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya maka dapat diambil kesimpulan yaitu :

1. BPAD Propsu memberikan layanan pengguna kepada seluruh masyarakat tanpa membedakan latar belakang, status sosial, agama, suku, pendidikan, dan yang memiliki keterbatasan fisik seperti penyandang tunanetra.

2. Jenis-jenis Pelayanan Pengguna Tunanetra yang diberikan BPAD Propsu adalah keanggotaan, peminjaman, pengembalian, perpanjangan, penagihan.

3. Dengan adanya pelayanan yang diberikan BPAD Propsu ke penyandang tunanetra, tunanetra dapat mencari informasi yang diinginkannya.

4. Pelayanan yang diberikan BPAD Propsu kepada tunanetra yaitu buku braille dan dua unit komputer berbicara dengan menggunakan program jaws.

5. Sistem yang diterapkan pada BPAD Propsu kepada layanan tunanetra adalah sistem layanan terbuka dimana pengguna dapat secara langsung dapat memilih, menemukan dan mengambil bahan pustaka yang dikehendaki dengan meminta bantuan kepada pustakawan agar pengguna tunannetra dapat menemukan informasi yang diinginkanya.


(51)

4.2 Saran

Berdasarkan pembahasan dari observasi yang telah dilakukan, maka penulis mencoba untuk mengemukakan saran dan masukkan, diantaranya adalah : 1. Koleksi bahan pustaka huruf braille di tambahkan lebih banyak lagi agar pengguna tunanetra tidak bosan saat mencari informasi yang diinginkanya.

2. Memberikan ruang khusus untuk penyadang cacat yaitu tunanetra agar tunanetra bebas dalam pergerakannya dengan memberikan huruf braille di setiap ruangan.

3. Sebaiknya rak-rak buku, diberi tulisan huruf braille agar tunanetra bisa mencari informasi yang diinginkanya dengan meraba tulisan huruf braille tersebut.

4. Menambahkan komputer berbicara dan teknologi yang canggih bagi penyadang tunanetra agar tunanetra dapat juga merasakan apa yang dirasakan dengan non penyadang tunanetra.

5. Sistem Klasifikasi berdasarkan DDC 22 BPAD Propsu harusnya menerjemahkan ke huruf braille agar tunanetra lebih mudah mencari informasi dibutuhkanny


(52)

DAFTAR PUSTAKA

DAISY Player. 2010. (http://www.hksb.org) diakses 12 Juni 2013

Darmono. 2001. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah Jakarta : Grasindo.

Darmono. 2006. Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Grasindo.

Depdiknas RI. Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi. 2004. Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jakarta: Dapartemen Pendidikan Nasional Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi.

Digital Talking Book. 2010. (http://www.lbph.lib.md.us/) diakses 23 Maret 2011 Hasugian, Jonner. 2009. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Medan :

USU Press.

Hermawan, Rachman. 2006. Etika Kepustakawanan : Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta : Sagung Seto.

Huruf Braille

Indonesia, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. 1994. Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Indonesia, Perpustakaan Nasional RI. 1992. Pedoman Umum Penyelenggaraan

Perpustakaan Umum. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.

Indonesia, Perpustakaan Nasional RI. 1999.Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI Bagian Proyek Pengembangan Sistem Nasional.

Indonesia, Perpustakaan Nasional RI. 2000. Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.

Jane, Ware. 2002. Buku belajar bagaimana untuk menuliskan musik Braille dari RNIB.

Komputer Berbicara. 20


(53)

Khoerunnisa, Lina. 2010. Layanan Berbasis Teknologi sebagai Sarana Mewujudkan Perpustakaan Ideal bagi Penyandang Tunanetra.

Martoadmojo, Karmidi. 1993. Pelayanan Bahan Pustaka. Jakarta : Universitas Terbuka, Depdikud.

Printer Braille. 2010 (http://forum.bncc.net/index.php) diakses 12 Juni 2013. Safaruddin, 2010. Layanan Berbasis Teknologi sebagai sebagai Sarana

Mewujudkan Perpustakaan Ideal bagi Penyandang Tunanetra

2013.

Soeatminah. 1992. Perpustakaan, Kepustakawanan dan Pustakawan Yogyakarta : Kanisius.

Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia. Sulistyo, Basuki. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia. Sulistyo, Basuki. 1999. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia. Sutarno NS. 2006. Manajemen Perpustakaan : Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Sagung Seto.

Sutarno NS.2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta : Sagung Seto.

Telesensory. 2010.(http://shopping.telesensory.com/) diakses 12 Juni 2013.

Termoform.

diakses 12 Juni 2013

Trimo, Soejono. 1986. Pedoman Pelaksanaan Perpustakaan. Bandung: Alumni. Yusuf, Taslimah. 1996. Manajemen Perpustakaan Umum.Jakarta : Universitas


(54)

PERSEMBAHANKU

“ Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. Dengarkanlah didikan ayahmu, dan janganlah menyia-nyiakan didikan ibumu, sebab karangan bunga bagi kepalamu, dan suatu kalung bagi lehermu”.

(Amsal 1:7-9)

Kupersembahankan kepada Yesus Kristus, yang selalu membingku dan memeberi pertolangan yang luar biasa.

Juga Buat Keluarga Tercinta Ayahku :Paten sitepu

Ibuku :Rismauli Br Sembiring

Saudaraku :Serpina Br Sitepu

Sukarto Sitepu

Tiur Meida Br Sitepu

Takut akan Tuhan dan berpegang pada perintah-perintahnya adalah kewajiban setiap orang”.


(55)

LAMPIRAN

Gambar koleksi Perpustakaan BPAD Propsu

Ruang Baca Tunanetra bergabung dengan Ruang Anak Dewasa B


(56)

(1)

4.2 Saran

Berdasarkan pembahasan dari observasi yang telah dilakukan, maka penulis mencoba untuk mengemukakan saran dan masukkan, diantaranya adalah :

1. Koleksi bahan pustaka huruf braille di tambahkan lebih banyak lagi agar pengguna tunanetra tidak bosan saat mencari informasi yang diinginkanya.

2. Memberikan ruang khusus untuk penyadang cacat yaitu tunanetra agar tunanetra bebas dalam pergerakannya dengan memberikan huruf braille di setiap ruangan.

3. Sebaiknya rak-rak buku, diberi tulisan huruf braille agar tunanetra bisa mencari informasi yang diinginkanya dengan meraba tulisan huruf braille tersebut.

4. Menambahkan komputer berbicara dan teknologi yang canggih bagi penyadang tunanetra agar tunanetra dapat juga merasakan apa yang dirasakan dengan non penyadang tunanetra.

5. Sistem Klasifikasi berdasarkan DDC 22 BPAD Propsu harusnya menerjemahkan ke huruf braille agar tunanetra lebih mudah mencari informasi dibutuhkanny


(2)

DAFTAR PUSTAKA

DAISY Player. 2010. (http://www.hksb.org) diakses 12 Juni 2013

Darmono. 2001. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah Jakarta : Grasindo.

Darmono. 2006. Manajemen Perpustakaan. Jakarta: Grasindo.

Depdiknas RI. Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi. 2004. Pedoman Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jakarta: Dapartemen Pendidikan Nasional Direktoral Jenderal Pendidikan Tinggi.

Digital Talking Book. 2010. (http://www.lbph.lib.md.us/ ) diakses 23 Maret 2011

Hasugian, Jonner. 2009. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Medan : USU Press.

Hermawan, Rachman. 2006. Etika Kepustakawanan : Suatu Pendekatan Terhadap Kode Etik Pustakawan Indonesia. Jakarta : Sagung Seto.

Huruf Braille

Indonesia, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. 1994. Perpustakaan Perguruan Tinggi : Buku Pedoman. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Indonesia, Perpustakaan Nasional RI. 1992. Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.

Indonesia, Perpustakaan Nasional RI. 1999.Pedoman Umum Pengelolaan Koleksi Perpustakaan Perguruan Tinggi. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI Bagian Proyek Pengembangan Sistem Nasional.

Indonesia, Perpustakaan Nasional RI. 2000. Pedoman Umum Penyelenggaraan Perpustakaan Umum. Jakarta : Perpustakaan Nasional RI.


(3)

Khoerunnisa, Lina. 2010. Layanan Berbasis Teknologi sebagai Sarana Mewujudkan Perpustakaan Ideal bagi Penyandang Tunanetra.

Martoadmojo, Karmidi. 1993. Pelayanan Bahan Pustaka. Jakarta : Universitas Terbuka, Depdikud.

Printer Braille. 2010 (http://forum.bncc.net/index.php) diakses 12 Juni 2013.

Safaruddin, 2010. Layanan Berbasis Teknologi sebagai sebagai Sarana Mewujudkan Perpustakaan Ideal bagi Penyandang Tunanetra

2013.

Soeatminah. 1992. Perpustakaan, Kepustakawanan dan Pustakawan Yogyakarta : Kanisius.

Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia.

Sulistyo, Basuki. 1993. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia.

Sulistyo, Basuki. 1999. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia.

Sutarno NS. 2006. Manajemen Perpustakaan : Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Sagung Seto.

Sutarno NS.2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta : Sagung Seto.

Telesensory. 2010.(http://shopping.telesensory.com/) diakses 12 Juni 2013.

Termoform.

diakses 12 Juni 2013

Trimo, Soejono. 1986. Pedoman Pelaksanaan Perpustakaan. Bandung: Alumni.

Yusuf, Taslimah. 1996. Manajemen Perpustakaan Umum.Jakarta : Universitas Terbuka.


(4)

PERSEMBAHANKU

“ Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan. Dengarkanlah didikan ayahmu, dan janganlah menyia-nyiakan didikan ibumu, sebab karangan bunga bagi kepalamu, dan suatu kalung bagi lehermu”.

(Amsal 1:7-9)

Kupersembahankan kepada Yesus Kristus, yang selalu membingku dan memeberi pertolangan yang luar biasa.

Juga Buat Keluarga Tercinta

Ayahku :Paten sitepu

Ibuku :Rismauli Br Sembiring Saudaraku :Serpina Br Sitepu

Sukarto Sitepu

Tiur Meida Br Sitepu

Takut akan Tuhan dan berpegang pada perintah-perintahnya adalah kewajiban setiap orang”.


(5)

LAMPIRAN

Gambar koleksi Perpustakaan BPAD Propsu

Ruang Baca Tunanetra bergabung dengan Ruang Anak Dewasa B


(6)