Hasil Pemilihan Kolom METODE PENELITIAN

detektor 250 o C dan suhu injektor 200 o C. Berbeda dengan kromatogram sebelumnya Gambar 7, waktu retensi etanol yang dicapai lebih cepat +100 detik walaupun suhu yang digunakan lebih rendah dari pengaturan dengan suhu isothermal. Fakta ini juga ditegaskan dengan pemisahan etanol dengan n-butanol yang sangat baik. Maka dapat dikatakan bahwa dengan pengaturan suhu terprogramkan hasil kromatogram yang diperoleh lebih baik dan pemisahan dengan komponen senyawa lain juga lebih baik. Kelemahan pengaturan suhu terprogramkan yaitu sistem pengaturan ini cukup kompleks sehingga perlu banyak komponen yang butuh dioptimasi.

2. Pengaturan Alat dengan Sistem Suhu Terprogram

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa kekurangan sistem suhu terprogramkan adalah pengaturannya lebih banyak daripada sistem suhu isothermal. Pada pengaturan suhu terprogramkan terdapat pengaturan tambahan yang tidak digunakan pada sistem suhu isothermal antara lain initial time dan initial temperature, final time dan final temperature, serta rate. Pengaturan tambahan inilah yang menjadikan sistem suhu terprogram dapat menghasilkan pemisahan komponen-komponen senyawa yang lebih baik. Initial time merupakan pengaturan yang mengatur waktu kapan kita menginginkan fase gerak membawa sampel menuju kolom untuk dilakukan pemisahan komponen-komponen senyawanya. Fungsi dari menahan sampel ini adalah memberikan waktu pada kolom untuk mencapai suhu yang dikehendaki agar dapat berinteraksi dengan komponen senyawa secara optimal. Selanjutnya ada initial temperature yang merupakan suhu awal kolom yang ingin dicapai sebelum berinteraksi dengan komponen senyawa. Initial temperature ini harus dicapai kolom selama initial time. Kemudian initial temperature akan meningkat sesuai rate yang diinginkan. Rate merupakan tetapan peningkatan suhu kolom beberapa derajat setiap menitnya sampai mencapai final temperature. Peningkatan initial temperature dimulai setelah alat melewati initial time. Tujuan meningkatkan suhu kolom secara bertahap adalah terjadinya pemisahan komponen-komponen senyawa yang memiliki kadar kecil dengan jelas. Selain itu juga menyebabkan peak senyawa berkadar tinggi menjadi lebih runcing dan simetris. Selain pengaturan yang telah disebutkan di atas, ada pengaturan lain yang pada umumnya harus dilakukan pada alat kromatografi gas antara lain column head pressure, split vent, purge vent, tekanan udara, tekanan hidrogen, dan tekanan nitrogen.

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Metanol dan Etanol dalam Deodoran Imperial Leather Sportif secara Kromatografi Gas

38 190 47

Penetapan Kadar Simvastatin Dalam Sediaan Tablet Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Dengan Fase Gerak Metanol–Air

23 164 114

Perbandingan Metode Kromatografi Gas Dan Berat Jenis Pada Penetapan Kadar Etanol

6 50 94

PROFIL KROMATOGRAM EKSTRAK ETANOL LEMPUYANG EMPRIT (Zingiber amarincans Bl.) DAN PENETAPAN KADAR ZERUMBON-NYA Profil Kromatogram Ekstrak Etanol Lempuyang Emprit (Zingiber amarincans Bl.) Dan Penetapan Kadar Zerumbon-Nya Dengan Metode Kromatografi Cair Ki

0 1 12

Optimasi metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT)-densitometri pada penetapan kadar asam ursolat dalam ekstrak etanol daun binahong.

0 1 1

Optimasi metode penetapan kadar etanol dan profil senyawa yang terdapat dalam hasil produksi 'Ciu' rumahan Desa Sentul Kabupaten Sukoharjo dengan metode Kromatografi Gas.

0 3 110

Penetapan kadar etanol dan profil senyawa yang terdapat dalam hasil produksi ``CIU`` rumahan Dusun Sentul Desa Bekonang Kabupaten Sukoharjo dengan metode kromatografi gas.

0 0 110

VALIDASI METODE KROMATOGRAFI GAS- SPEKTROMETRI MASSA UNTUK PENETAPAN KADAR RESIDU ENDOSULFAN DALAM KUBIS

0 0 11

Penetapan kadar etanol dan profil senyawa yang terdapat dalam hasil produksi ``CIU`` rumahan Dusun Sentul Desa Bekonang Kabupaten Sukoharjo dengan metode kromatografi gas - USD Repository

0 0 108

Validasi metode penetapan kadar etanol hasil produksi \"Ciu\" rumahan Dusun Sentul Desa Bekonang Kabupaten Sukoharjo dengan metode kromatografi gas - USD Repository

0 0 94