Balance Scorecard and Strategy Maps

The Mission Customer Perspective Fiduciary Perspective Internal Perspective “ If we succed, how will look to our taxpayers or donors” “ To achieve our vision, how must look to our customer “ “ To satisfy our customer and financial donors, which business process must we excel at ? Learning and Growth Perspective “ To achieve our vision, how must our organization learn and improve “ Gambar 2.3. Adapting the Balance Scorecard Framework to Nonprofit and Public Organization

2.1.6 Balance Scorecard and Strategy Maps

Konsep Balaced Scorecard pertama kali dipublikasikan dalam artikel Robert S. Kaplan dan David P. Norton di Harvard Business Review tahun 1992 dalam sebuah artikel berjudul ”Balanced Scorecard – Measures that Drive Performance”. Artikel tersebut merupakan laporan dari serangkaian riset dan eksperimen terhadap beberapa perusahaan di Amerika untuk mengembangkan suatu model pengukuran kinerja baru. Balanced Scorecard terdiri atas tolok ukur keuangan financial perspective yang merupakan keluaran atau hasil dari kegiatan perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada perspektif-perspektif operasional lainnya, seperti customer, internal business process, dan learning and growth. Dalam perkembangannya, Balanced Scorecard dikembangkan untuk menghubungkan tolok ukur bisnis dengan strategi perusahaan. Kaplan Norton menjelaskan pentingnya memilih tolok ukur berdasarkan keberhasilan strategis dalam artikel kedua Harvard Business Review, ”Putting the Balanced Scorecard to Work” Kaplan dan Norton, 1993. Dalam artikel tersebut Kaplan Norton menunjukkan bagaimana beberapa perusahaan menggunakan Balanced Scorecard. Intinya adalah pengukuran yang efektif harus merupakan bagian integral dari proses manajemen. Mulai tahun 1993, perusahaan konsultan yang dipimpin oleh David P. Norton, Renaissance Solution, Inc., menerapkan Balanced Scorecard sebagai sarana untuk menerjemahkan dan mengimplementasikan strategi di berbagai perusahaan kliennya. Sejak saat itu, Balanced Scorecard tidak saja digunakan sebagai sistem pengukuran kinerja, namun berkembang lebih jauh sebagai sistem manajemen strategis. Keberhasilan pemanfaatan Balanced Scorecard tersebut dituangkan dalam artikel Harvard Business Review dengan judul ”Using Balanced Scorecard as a Strategic Management System” Norton, 1996. Artikel tersebut menjelaskan bagaimana sebuah perusahaan harus bersaing dalam era informasi dengan meningkatkan kemampuannya dalam mengeksploitasi intangible assets secara lebih baik dari sekadar mengelola tangible assets-nya. Artikel tersebut Kaplan Norton mengawali bukunya yang berjudul ”The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action” Kaplan dan Norton 1996. Dalam perjalanannya penerapan Balanced Scorecard di perusahaan-perusahaan yang menerapkannya saat itu mengalami kesulitan ketika strategi bisnis mereka berubah menjadi strategi bisnis baru yang berbeda sama sekali dengan strategi sebelumnya. Kaplan Norton menuliskan pengalaman perusahaan-perusahaan yang berhasil dalam menerapkan Balanced Scorecard sekalipun strateginya berubah dalam sebuah bukunya yang kedua “The Strategy- Focused Organization” Kaplan dan Norton, 2001. Buku tersebut mengangkat tema tentang bagaimana mengimplementasikan strategi perusahaan dan melakukan pengendalian terhadap implementasi strategi tersebut. Dalam buku tersebut dijelaskan tentang prinsip-prinsip sebuah organisasi perusahaan yang berfokus pada strategi, antara lain sebagai berikut: 1. Translate the strategy into operational terms 2. Align the organization to the strategy 3. Make strategy everyone’s everyday job 4. Make strategy a continual process 5. Mobilize change through executive leadership Buku ketiga, Strategy Maps Kaplan dan Norton, 2004, Kaplan Norton mengupas salah satu prinsip pada buku kedua mereka - “The Strategy-Focused Organization” Kaplan dan Norton, 2001 yaitu Translate the strategy into operational terms dan artikel ”Having Trouble with Your Strategy? Then Map It” Kaplan dan Norton, 2001 yaitu bagaimana mengubah intangible asset menjadi tangible asset. Artikel dan buku ke tiga tersebut memperkenalkan beberapa hal baru antara lain: 1. Sebuah template yang menjelaskan bagaimana komponen-komponen dasar dalam perspektif internal process dan learning growth dapat menciptakan nilai tambah; 2. Tema-tema strategi, yang mengartikulasikan dinamika strategi; 3. Sebuah kerangka framework untuk menggambarkan, mengukur, dan menyelaraskan align ketiga komponen dalam perspektif learning growth, seperti human capital, information capital, dan organization capital. Balance Scorecard Strategy Map BSC Maps terbukti melekat didalam sistem pelaporan manajemen dan menyediakan agenda strategis untuk pertemuan manajemen strategis dan itu membuktikan adanya transformasi yang diperluakan untuk perubahan. Gambar 2.4. Balance Scorecard Sebuah perusahaan pasti ingin memenangkan persaingan dalam berbisnis. Kemajuan yang pesat dan persaingan yang ketat dalam dunia industri menuntut setiap industri untuk meningkatkan kinerja. Kaplan dan Norton 2000, menjelaskan bahwa Balance Scorecard lebih dari sekedar sistem pengukuran taktis atau operasional. Perusahaan yang inovatif menggunakan scorecard sebagai sebuah sistem manajemen strategis, untuk mengelola strategi jangka panjang gambar 2.5. Perusahaan menggunakan fokus pengukuran scorecard untuk menghasilkan berbagai proses manajemen penting : • Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi. • mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis. • Merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategis. • meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategi. Gambar 2.5. Balance Scorecard sebagai suatu kerangka kerja tindakan strategis

2.1.7 Perspektif dalam Balance Scorecard