pemakaian jangka panjang 30 tahun dengan lama paparan satu jam selama sebulan sekali sebesar 0,002 mgkg-hari.
PPD yang masuk ke kulit mengalami biotransformasi oleh enzim N- acetyltransferase NAT 1 di sel epidermis manusia menjadi bentuk metabolit
yang tidak aktif. Hasil metabolit dan PPD yang tidak mengalami metabolisme, menuju sistemik yang ditunjukkan pada nilai AUC tertinggi saat jam ke-2
setelah pemakaian. Enzim NAT 1 dapat mengalami kejenuhan dalam artian tidak mampu
lagi dalam mengubah PPD menjadi bentuk metabolit tidak aktif, jika PPD yang dipaparkan dalam jumlah yang banyak atau PPD yang dipaparkan dalam
jangka waktu yang panjang Scheitza., et al., 2013. Hal ini yang perlu diperhatikan dalam pengakajian risiko kanker yang dapat ditimbulkan PPD.
Penentuan nilai DAD yang dipengaruhi dari hasil uji in-vitro menggunakan apparatus FDC adalah jumlah yang mengasumsikan bahwa PPD
masuk ke dalam sistemik tanpa melibatkan adanya biotransformasi. Asumsi tersebut menyatakan bahwa PPD yang dipaparkan melalui topikal masuk ke
sistemik sebanyak 0,002 mg dapat berikatan dengan reseptor yang mungkin akan menyebabkan karsinogenitas.
B. Kajian Keberbahayaan PPD
Kajian keberbahayaan adalah proses yang dilakukan untuk mengkaji potensi senyawa atau substansi dalam menimbulkan gangguan kesehatan manusia
SCCS,2012. Pada penelusuran pustaka telah dijabarkan jenis keberbahayaan yang dapat ditimbulkan dari senyawa PPD. Keberbahayaan yang peneliti kaji
adalah keberbahayaan berupa sensitisasi PPD yang terjadi melalui paparan secara topikal. Selain itu, menurut studi pustaka sebelumnya PPD yang diuji pada bakteri
secara in-vitro dengan menggunakan uji Ames memberikan respon mutagenitas, dan menurut IARC 1992 PPD dapat menimbulkan kanker kandung kemih pada
manusia yang ditunjukkan oleh nilai ORs lebih besar dari 1 1,27 dari studi case- control di New Jersey, sehingga salah satu toksisitas lainnya adalah
karsinogenitas yang akan peneliti kaji. Pada penelitian ini, akan dikaji hubungan dosis dan respon sensitisasi dan
karsinogenitas yang ditunjukkan oleh nilai NOAEL untuk sensitisasi dan nilai NOAEL untuk karsinogenitas pada manusia.
a. Sensitisasi PPD
Toksisitas yang dapat ditimbulkan PPD melalui paparan topikal adalah sensitisasi kulit. Sensitisasi kulit adalah suatu kejadian terjadinya kontak
pertama kali antara alergen dengan kulit yang selanjutnya alergen tersebut akan dikenal dan di respon oleh limfosit T Paramita, 2011. Mekanisme sensitisasi
kulit adalah senyawa yang memiliki berat molekul kurang dari 500 mengalami penetrasi pada stratum korneum untuk mencapai epidermis. Senyawa tersebut
mengalami haptenasi dengan cara beikatan dengan protein menjadi bentuk kompleks. Kompleks hapten-protein terbentuk di dalam sel dan kemudian
ditangkap oleh sel langerhans dan memprosesnya dengan MHC kelas II sehingga dapat disajikan oleh sel T. Sel-sel yang telah aktif bermigrasi ke
daerah getah bening dan sel limfosit T dapat mengalami proliferasi membentuk
sel efektor dan sel memori. Pada paparan yang berulang, sel memori akan mengeluarkan sitokin yang akan mengakibatkan alergi Scheitza, et.al., 2013.
Peneliti memilih untuk mengkaji efek berbahaya PPD berupa sensitisasi kulit, karena telah banyak kasus yang ditemukan bahwa PPD dapat
menimbulkan sensitisasi kulit berupa alergi. Oleh karena itu, peneliti mengkaji uji in-vivo dengan metode LLNA pada mencit betina galur CBAJ, untuk
melihat PPD dalam menimbulkan respon sensitisasi yang dilihat dari proliferasi sel T pada kelenjar getah bening mencit.
Metode LLNA didasarkan jika sensitisasi terjadi maka dapat menginduksi proliferasi limfosit di kelenjar getah bening. Peningkatan
proliferasi tersebut sebanding dengan dosis dari PPD yang diaplikasikan. Oleh karena itu, dalam metode LLNA dapat dilihat hubungan antara dosis dan
respon sensitisasi yang ditunjukkan oleh poliferasi limfosit. Nilai Stimulation Index SI dalam metode LLNA menunjukkan rasio proliferasi setelah senyawa
PPD diaplikasikan yang dibandingkan dengan control. Batas bawah nilai SI dalam menimbulkan sensitisasi adalah SI
≥3 SCCS, 2006. Menurut SCCS, 2012 hasil uji dari metode LLNA memberikan nilai SI lebih besar dari 3 yaitu
10,4. Nilai tersebut menyatakan bahwa PPD dapat menimbulkan sensitisasi pada kulit, karena semakin tinggi nilai SI, maka semakin besar pula senyawa
dapat menimbulkan proliferasi limfosit yang memicu terjadinya alergi. PPD merupakan senyawa yang dapat memberikan efek berbahaya
berupa sensitisasi kulit yang telah ditunjukkan dengan nilai SI lebih besar dari 3, sehingga perlu diketahui nilai EC3 pada PPD. Nilai EC3 merupakan
konsentrasi yang menyatakan senyawa tersebut dapat menyebabkan peningkaan SI sebanyak tiga kali dibanding control CAESAR, 2015. Menurut
SCCS, 2012 nilai EC3 PPD adalah 0,06 yang menunjukkan bahwa PPD dapat menimbulkan sensitisasi yang kuat CAESAR, 2015.
PPD merupakan senyawa yang sangat mudah mengalami oksidasi sehingga sensitisasi dapat terjadi jika PPD lebih dahulu mengalami oksidasi
menjadi p-benzoquinonediimine p-BQDI dan membentuk Bandrowoski’s base BB. Senyawa p-BQDI merupakan elektrofilik yang mampu berikatan
spesifik dengan protein yaitu sistein membentuk kompleks hapten-protein yang dapat memodifikasi protein. Hasil modifikasi protein mampu mengaktivasi sel
dendrit dan THP-1 juga meningkatkan proliferasi sel T, yang akan menimbulkan imunopatologik yakni reaksi hipersensistivitas. Menurut
Scheitza, et al 2013, reaksi hipersensitivitas yang timbul dapat terjadi secara cepat. Tidak hanya senyawa p-BQDI yang mampu membentuk ikatan kovalen
dengan protein, namun juga p-benzoquinone p-BQI dan BB. Menurut mekanisme tersebut, sensitisasi kulit yang terjadi merupakan
sensitisasi sistemik, karena senyawa turunan hasil oksidasi PPD dapat terbentuk saat di permukaan kulit maupun saat di sistemik. PPD yang tidak
dimetabolisme di epidermis akan masuk ke dermis dan senyawa turunan hasil oksidasi PPD BB dapat terbentuk Scheitza, et al 2013. Sedangkan PPD
yang sudah mengalami oksidasi di permukaan kulit membentuk senyawa BB, dapat masuk ke sistemik dan menyebabkan sensitisasi.
b. Karsinogenitas PPD
Salah satu toksisitas PPD yang peneliti kaji adalah karsinogenitas karena masih sedikitnya kajian mengenai karsinogenitas yang dapat
ditimbulkan PPD, sedangkan menurut SCCS, 2012 uji Ames yang dilakukan untuk PPD dapat menimbulkan mutagenitas pada Salmonella typhimurium
galur TA98 dan menurut IARC 1993 dalam studi case-control di New Jersey, PPD dapat memberikan risiko kanker kandung kemih yang ditunjukkan oleh
nilai ORs lebih dari 1 yaitu 1,27 sehingga secara pengamatan PPD dapat menimbulkan karsinogenitas. Oleh karena itu peneliti akan mengkaji uji
karsinogenitas PPD yang dilakukan pada hewan uji. Uji Ames pada bakteri galur TA98 dilakukan menggunakan
laboratorium yang telah memenuhi syarat GLP. Metode uji yang digunakan adalah pra-inkubasi lama pemaparan 72 jam; waktu pra inkubasi 60 menit.
Konsentrasi yang diberikan sebanyak 5000 µgplate. Respon mutagenitas ditunjukkan oleh galur TA98 dengan adanya S9, artinya PPD yang telah
mengalami metabolisme fase I yakni reaksi oksidasi dapat menimbulkan mutagenitas pada bakteri TA98 SCCS, 2012.
Uji karsinogenitas pada hewan uji dilakukan pada mencit galur A jantan dan betina melalui rute injeksi i.p. Dosis yang diberikan 25 mgkg bw dengan
lama pemaparan tiga kali seminggu hingga delapan minggu. Hasil yang diperoleh ditemukan tumor di paru-paru, SCCS,2012 sehingga PPD dapat
menimbulkan karsinogenitas dengan pemejanan sub-kronis. Apabila PPD yang berlebih terabsorbsi dan menuju ke sirkulasi
sistemik dapat menyebabkan karsinogenitas yang ditunjukkan oleh uji Ames
dan karsinogenitas PPD. PPD merupakan senyawa yang mudah teroksidasi, sehingga apabila PPD dilarutkan dalam air sudah dapat membentuk senyawa
turunan lainnya berupa senyawa BB ditunjukkan pada Gambar 3. BB dapat melakukan subsitusi basa nitrogen pada DNA jika PPD sudah berada dalam
sistemik, sehingga dapat menimbulkan mutasi yang akan menimbulkan tumor Robbins, 2012.
Gambar 3. Bandrowoski’s base BB Robbins, 2012.
c. No Observed Advere Effect Level NOAEL Sensitisasi PPD pada manusia
Paparan PPD secara topikal dapat menimbulkan sensitisasi kulit yang telah ditunjukkan dengan uji LLNA pada hewan uji. Menurut uji LLNA pada
mencit betina galur CBAJ, nilai EC3 yang dihasilkan dalam uji tersebut adalah 0,06. PPD sebanyak 15 µg dapat menginduksi poliferasi limfosit sebanyak 3x
dibanding kontrol pada kelenjar getah bening. Konsentrasi tersebut menjadi batas nilai PPD untuk menimbulkan sensitisasi kulit, oleh karena itu dapat
dianggap apabila jumlah PPD yang diberikan kurang dari 15 µg tidak teramati efek sensitisas kulit pada mencit betina.
Nilai NOAEL sensitisasi adalah dosis terendah yang menyatakan tidak teramatinya lagi toksisitas sensitisasi. Nilai NOAEL pada mencit diperoleh
berdasarkan konsentrasi EC3 yang dibagi dengan berat badan mencit CBAJ.
Menurut The Jackon Laboratory 2014, berat mencit betina galur CBAJ adalah 20 gr 0,02 kg, sehingga nilai NOAEL untuk mencit adalah 0,75 µgg
BB.hari. Pada kajian risiko perlu dilakukan ekstrapolasi dari nilai NOAEL sensitisasi pada hewan uji ke manusia. Ekstrapolasi dilakukan dengan menbagi
nilai NOAEL dengan Uncertainly Factor UF. UF adalah faktor keamanan untuk menentukan asupan harian yang dapat diterima, untuk data dari hewan
yang akan digunakan ke manusia memiliki UF sebesar 100 yang didapat dari 10x10, angka 10 pertama merupakan konversi dari hewan uji ke manusia dan
angka 10 kedua merupakan konversi dari manusia ke subpopulasi manusia. NOAEL yang digunakan adalah 0,75 µgg BB.hari, sehingga diperoleh
NOAEL pada manusia 7,5x10
-3
mgkg BB.hari. NOAEL pada manusia diperoleh menurut perhitungan di bawah :
����� ���� ������� = ��3
��
=
0,75
µ � �
��.
ℎℎ ℎ ℎ ℎ ℎ
hari 100
=
7,5x10
-3
µgg BB.hari = 7,5x10
-3
mgkg BB.hari
d. NOAEL karsinogenitas PPD pada manusia
Pada pengkajian risiko, masih sedikitnya pengkajian mengenai karsinogenitas PPD sehingga dalam sub bab ini peneliti akan mengkaji mengenai
batas nilai PPD hingga tidak menimbulkan respon karsinogenitas yang ditunjukkan oleh uji karsinogenitas pada hewan uji.
NOAEL karsinogenitas adalah dosis yang menyatakan tidak teramatinya risiko karsinogenitas setelah paparan PPD. NOAEL karsinogenitas didapatkan
dari uji karsinogenitas pada mencit galur A yang diberikan dosis 25 mgkg BB
melalui injeksi intraperitoneal i.p dan pada dosis tersebut dapat menimbulkan tumor di paru-paru. PPD yang dipaparkan melalui injeksi i.p dapat dengan cepat
menuju sistemik tanpa perlu mengalami metabolisme di hati, sehingga PPD dan hasil oksidasinya dapat dengan cepat berada dalam sistemik dan diasumsikan
dapat berikatan dengan reseptor tertentu dan menimbulkan tumor di paru-paru pada mencit galur A. Peneliti memilih nilai NOAEL yang digunakan untuk hewan
uji adalah 25 mgkg BB, karena peneliti mengasumsikan skenario terburuk jika PPD tidak mengalami metabolisme menjadi inaktif di dalam tubuh dan terdapat di
sistemik. Pada kajian risiko perlu adanya ekstrapolasi ke manusia. Ekstrapolasi yang
dilakukan menggunakan nilai UF. UF yang digunakan adalah 100 yang didapat dari 10x10, angka 10 pertama merupakan konversi dari hewan uji ke manusia,
angka 10 kedua merupakan konversi dari manusia ke subpopulasi manusia. Nilai NOAEL dari uji karsinoegnitas akan diekstrapolasi ke manusia dengan
menggunakan Uncertainly Factor UF dan didapatkan 0,25 mgkg BB.hari. NOAEL untuk manusia diperoleh menurut perhitungan di bawah:
����� ���� ������� = ����� ���� ℎ���� ���
��
=
25
�� ��
��.ℎ��� 100
=
0,25 mgkg BB.hari.
C. Evaluasi dan Karakterisasi Risiko PPD