Akad Tinjauan Yuridis Terhadap Dana Talangan Haji Berdasarkan Hukum Islam (Studi Kasus Di Bank Sumut Syariah Cabang Medan)

48 Menurut Sudarsono, mengemukakan qardh adalah pinjaman uang. Aplikasi qardh dalam perbankan diantaranya: a. Sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji diberikan pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji. Digunakan modal bank yang bersumber dari zakat, infak, sedekah. b. Sebagai pinjaman tunai cash advanced dari produk kartu kredit syariah, dimana nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai milik bank melalui ATM. Nasabah akan mengembalikan sesuai waktu yang ditentukan. c. Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil atau membantu sektor sosial. Guna pemenuhan skema khusus ini dikenal suatu produk khusus yaitu Al-qardh Al- hasan. d. Sebagai pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank menyediakan fasilitas ini untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank. Pengurus bank akan mengembalikan secara cicilan melalui pemotongan gajinya. e. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia tidak bisa menarik dananya karena, misalnya, tersimpan dalam bentuk deposito. 64

2. Akad

Ijarah Menurut Fatwa Dewan Syariah Nasional, pembiayaan ijarah adalah akad pemindahan hak guna manfaat atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewaupah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang. Bagi pihak yang menyewakan, diharuskan mempersiapkan barangjasa yang disewa dan bagi pihak yang menyewa barang atau jasa wajib memelihara barang yang disewa. Bagi bank syariah, transaksi ini memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan jenis akad lainnya, yaitu : a Dibandingkan dengan akad Murabahah, akad ijarah lebih fleksibel dalam hal objek transaksi; 64 Adiwarman, Manajemen Pembiayaan, http:zonaekis.commacam-macam-pembiayaan, diakses pada 10 April 2012. Universitas Sumatera Utara 49 b Dibandingkan dengan investasi, akad ijarah mengandung resiko usaha yang lebih rendah, yaitu adanya pendapatan sewa yang relatif tetap. Berdasarkan terminologi, ijarah adalah pemindahan kepemilikan fasilitas dengan imbalan. Penyewaan dalam sudut pandang Islam meliputi dua hal, yaitu : a Penyewaan terhadap potensi atau sumber daya manusia. b Penyewaan terhadap suatu fasilitas. Ketentuan syar’i transaksi ijarah diatur dalam Fatwa DSN N0.09 Tahun 2000. Adapun ketentuan syar’i transaksi ijarah untuk penggunaan jasa diatur dalam Fatwa DSN N0.44 Tahun 2004, sedangkan ketentuan syar’i IMBT diatur dalam Fatwa DSN N0.27 Tahun 2000. Ijarah Muntahiyah bit tamlik 65 adalah akad sewa menyewa antara pemilik objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa pada saat tertentu sesuai dengan akad sewa. Perpindahan hak milik objek sewa kepada penyewa dalam IMBT dapat dilakukan dengan : a Hibah; b Penjualan sebelum akad berakhir sebesar harga yang sebanding dengan sisa cicilan sewa; c Penjualan pada akhir masa sewa dengan pembayaran tertentu yang disepakati pada awal akad, dan d Penjualan secara bertahap sebesar harga tertentu yang disepakati dalam akad. Pemilik objek sewa dapat meminta penyewa menyerahkan jaminan atas Ijarah 65 Ijarah Muntahiyah bittamlik, selanjutnya disebut juga IMBT Universitas Sumatera Utara 50 untuk menghindari resiko kerugian. Jumlah, ukuran, dan jenis objek sewa harus jelas diketahui dan tercantum dalam akad. Dalam transaksi ijarah, terdapat rukun transaksi ijarah, yang meliputi : a Transaktor penyewa dan pemberi sewa b Objek ijarah, yakni fasilitas dan uang sewa c Ijab dan qabul yang menunjukkan serah terima, baik berupa ucapan atau perbuatan. 66

1.1 Transaktor

Transakstor terdiri atas penyewa nasabah dan pemberi sewa bank syariah. Kedua transaktor disyaratkan memiliki kompetensi berupa akil baligh dewasa dan kemampuan memilih yang optimal, seperti tidak gila, tidak sedang dipaksa, dan lain- lain. Implikasi perjanjian sewa kepda bank syariah sebagai penyewa adalah sebagai berikut : a Menyediakan aset yang disewakan; b Menanggung biaya pemeliharaan aset; c Menjamin bila terdapat cacat pada aset yang disewakan. Adapun kewajiban nasabah sebagai penyewa adalah : a Membayar sewa dan bertanggung jawab untuk menjaga keutuhan aset yang disewa serta menggunakannya sesuai kontrak. b Menanggung biaya pemeliharaan yang sifatnya ringan tidak materil 66 Osmad Muthaher, Akuntansi Perbankan Syariah, Graha Ilmu, Semarang, 2011, hal.123. Universitas Sumatera Utara 51 c Jika aset yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari penggunaan yang dibolehkan, juga bukan karena kelalaian pihak penyewa dalam menjaganya, ia tidak bertanggung jawab atas kerusakan tersebut.

1.2 Objek Ijarah

Objek kontrak ijarah meliputi pembayaran sewa dan manfaat dari penggunaan aset. Adapun ketentuan objek ijarah adalah sebagai berikut : a Objek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang dan jasa; b Manfaat barang harus bisa dinilai dan dapat dilaksanakan dalam kontrak; c Fasilitasnya mudah dibolehkan; d Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan sesuai dengan syariah. e Manfaat harus dikenali secara spesifik sedemikian rupa untuk menghilangkan ketidaktahuan yang akan mengakibatkan sengketa; f Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas termasuk jangka waktunya g Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar kepada LKS sebagai pembayaran manfaat; h Ketentuan dalam menentukan sewa dapat diwujudkan dalam ukuran waktu, tempat dan jarak.

1.3 Ijab dan Qabul.

Ijab dan qabul dalam akad ijarah merupakan pernyataan dari kedua belah pihak yang berkontrak, dengan cara penawaran dari pemilik aset bank syariah dan penerimaan yang dinyatakan oleh penyewa nasabah. Universitas Sumatera Utara 52

a. Bank sebagai Pemilik Objek Sewa

1 Objek sewa diakui sebesar biaya perolehan pada saat perolehan objek sewa dan disusutkan sesuai dengan : kebijakan penyusutan pemilik objek sewa untuk aset sejenis jika merupakan transaksi Ijarah dan masa sewa jika merupakan transaksi IMBT. 2 Pendapat Ijarah dan IMBT diakui selama masa akad secara proporsional, kecuali pendapatan IMBT melalui penjualan secara bertahap maka besar pendapatan setiap periode akan menurun secara progresif selama masa akad karena adanya pelunasan bagian per bagian objek sewa pada setiap periode tersebut. 3 Piutang pendapatan ijarah dan IMBT diukur sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan pada akhir periode pelaporan. 4 Jika biaya akad menjadi beban pemilik objek sewa maka biaya tersebut dialokasikan secara konsisten dengan alokasi pendapatan ijarah atau IMBT selama masa akad. 5 Pengakuan biaya perbaikan objek sewa adalah sebagai berikut : a Biaya perbaikan tidak rutin objek sewa diakui pada saat terjadinya; b Jika penyewa melakukan perbaikan rutin objek sewa dengan persetujuan pemilik objek sewa maka sewa tersebut dibebankan kepada pemilik objek sewa dan diakui sebagai beban pada periode terjadinya perbaikan tersebut. c Dalam IMBT melalui penjualan secara bertahap, biaya perbaikan objek sewa yang dimaksud dalam huruf a dan b ditanggung pemilik objek sewa maupun Universitas Sumatera Utara 53 penyewa dibanding dengan bagian pemilik masing-masing di dalam objek sewa 6 Perpindahan hak milik objek sewa dalam IMBT melalui hibah diakui pada saat seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan dan objek sewa yang telah diserahkan kepada penyewa. Objek sewa dikeluarkan dari aset pemilik objek sewa pada saat terjadinya perpindahan hak milik objek sewa. 7 Perpindahan hak milik objek sewa dalam IMBT melalui penjualan objek sewa dengan harga sebesar sisa cicilan sewa sebelum berakhir masa sewa diakui pada saat penyewa membeli objek sewa. Pemilik objek sewa mengakui keuntungan atau kerugian atas penjualan tersebut sebesar selisih antara harga jual dan nilai buku bersih objek sewa. 8 Pengakuan pelepasan objek sewa dalam IMBT melalui pembayaran sekedarnya adalah sebagai berikut : a Perpindahan hak milik objek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan dan penyewa membeli objek sewa dari pemilik objek sewa; b Objek sewa dikeluarkan dari aset pemilik objek sewa pada saat terjadinya perpindahan hak milik objek sewa; c Jika penyewa berjanji untuk membeli objek sewa, tetapi kemudian memutuskan untuk tidak melakukannya dan nilai wajar objek sewa ternyata lebih rendah dari nilai bukunya maka selisihnya diakui sebagai piutang pemilik objek sewa kepada penyewa; Universitas Sumatera Utara 54 d Jika penyewa tidak berjanji untuk membeli objek sewa dan memutuskan untuk tidak melakukannya maka objek sewa rendah. Jika nilai wajar objek sewa tersebut lebih rendah dari nilai buku maka selisihnya diakui sebagai kerugian pada periode berjalan. 9 Pengakuan pelepasan objek sewa dalam IMBT melalui penjualan objek sewa secara bertahap adalah sebagai berikut ; a Perpindahan hak milik sebagian objek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan dan penyewa membeli sebagian objek sewa dari pemilik objek sewa; b Nilai buku bagian objek sewa yang telah dijual dikeluarkan dari aset pemilik objek sewa pada saat terjadinya perpindahan hak milik bagian objek sewa; c Pemilik objek sewa mengakui keuntungan atau kerugian sebesar selisih antara harga jual dan nilai buku atas bagian objek sewa yang telah dijual; 10 Dalam ijarah muntahiyah bit tamlik jika objek sewa mengalami penurunan nilai permanen sebelum perpindahan hak milik kepada penyewa dan penurunan nilai tersebut timbul bukan akibat tindakan penyewa atau kelalaiannya, serta jumlah cicilan ijarah yang sudah dibayar melebihi nilai sewa yang wajar maka selisih antara keduanya jumlah yang sudah dibayar penyewa untuk tujuan pembelian aset tersebut dan nilai sewa wajarnya diakui sebagai kewajiban kepada penyewa dan dibebankan sebagai kerugian pada periode terjadinya penurunan nilai. 67 67 Ibid, hal.126 Universitas Sumatera Utara 55

b. Bank sebagai penyewa

Beban ijarah dan IMBT diakui secara proporsional selama masa akad. Jika biaya akad menjadi beban penyewa maka biaya tersebut dialokasikan secara konsisten dengan alokasi beban ijarah atau IMBT selama masa akad. Jika biaya pemeliharaan rutin dan operasi objek sewa berdasarkan akad menjadi beban penyewa maka biaya terebut diakui sebagai beban pada saat terjadinya. Biaya pemeliharaan rutin dan operasi dalam IMBT melalui penjualan objek sewa secara bertahap akan meningkat secara progresif sejalan dengan peningkatan kepemilikan objek sewa. Perpindahan hak milik objek sewa dalam IMBT melalui hibah diakui pada saat seluruh pembayaran sewa ijarah telah diselesaikan dan objek sewa telah diterima penyewa. Objek sewa yang diterima diakui sebagai aset penyewa sebesar nilai wajar pada saat terjadinya. Penerima objek sewa tersebut disisi lain akan menambah saldo : a Saldo laba jika sumber pendanaan berasal dari modal bank; b Dana investasi tidak terikat jika sumber pendanaan berasal dari simpanan pihak ketiga; c Saldo laba dan dana investasi tidak terikat secara proporsional jika sumber pendanaan berasal dari modal bank dan simpanan pihak ketiga. Perpindahan hak milik objek sewa dalam IMBT melalui pembelian objek sewa dengan harga sebesar sisa cicilan sewa sebelum berakhirnya masa sewa diakui pada saat penyewa membeli objek sewa. Penyewa mengakui objek sewa yang diterima diakui sebagai aset penyewa sebesar kas yang dibayarkan. Universitas Sumatera Utara 56 Pengakuan penerima objek sewa dalam IMBT melalui pembayaran sekadarnya adalah sebagai berikut : a. Perpindahan hak milik objek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa telah diselesaikan dan penyewa membeli objek sewa dari pemilik objek sewa. b. Objek sewa yang diterima diakui sebagai aset penyewa sebesar kas yang dibayarkan.

D. Konsep Pengelolaan Dana Talangan Haji di Bank Sumut Syariah

Produk pembiayaan syariah iB talangan haji dari unit usaha syariah PT. Bank Sumut dari tahun ke tahun kian diminati oleh para nasabah bank milik Pemerintah Provinsi Sumatera Utara itu. Sejak program pembiayaan dana talangan haji ini diluncurkan Bank Sumut Syariah lima tahun yang lalu, jumlah peminatnya dari tahun ke tahun terus bertambah, menurut staf marketing PT Bank Sumut Syariah, kemudahan memperoleh porsi keberangkatan haji dan asistensi nasabah dalam melaksanakan ibadah haji, menjadi faktor yang menumbuhkan minat masyarakat. 68 Fasilitas talangan haji diberikan maksimal Rp20 juta per orang dengan jangka waktu pinjaman selama tiga tahun. Sedangkan agunan pinjaman berupa surat kuasa pembatalan keberangkatan haji serta surat kuasa hak-hak atas tabungan dan surat asli bukti perolehan porsi haji. Produk iB Talangan Haji pada Bank Sumut Syariah di berikan untuk membantu ummat Islam yang berkeinginan segera mungkin menunaikan ibadah haji dengan mendahulukan mendapatkan nomor porsi 68 http:waspada.co.idindex.php?option=com_contentview=articleid=187049:bank- sumut-talangan-haji-diminaticatid=15:sumutItemid=28, diakses pada 7 Mei 2012. Universitas Sumatera Utara 57 keberangkatan haji. Paket kemudahan lainnya, yakni membantu nasabah dalam hal mengurus pendaftaran haji melalui Sistem Komputer Haji Terpadu Siskohat dan pelunasan biaya perjalanan ibadah haji, termasuk paket manasik haji secara gratis yang diselenggarakan Bank Sumut. 69 Nasabah Bank Sumut yang selama ini memanfaatkan produk konvensional berupa tabungan Haji Makbul juga dapat memanfaatkan bantuan pembiayaan syariah iB Talangan Haji dari Unit Usaha Syariah Bank Sumut. Khusus kepada nasabah yang memanfatkan paket talangan haji, pihak Bank Sumut Syariah hanya mengenakan fee ujroh uang jasa yang jumlahnya dinilai relatif lebih rendah dibanding dengan suku bunga pinjaman bank-bank konvensional. Bank Sumut Syariah yang kini memasuki usia tahun kedelapan, dan telah menunjukkan kinerja pelayanan dan prestasi yang cukup membanggakan. Tujuan program dana talangan haji yang ada pada Bank Sumut Syariah adalah agar mempermudahkan calon jemaah haji menuju niat yang suci, yaitu dengan cara memberikan pinjaman tanpa imbalan yang diberikan oleh Bank kepada nasabah sebagai dana talangan untuk dapat memperoleh nomor porsi haji melalui Sistem Komputer Haji Terpadu SISKOHAT, yang mana nasabah dapat mengembalikan pinjaman tersebut secara angsuran maksimum 36 bulan. Mengenai prosedur pengajuan dana talangan haji, pihak bank harus bisa melihat kemampuan keuangan si calon nasabahnya terlebih dahulu, karena biaya untuk pertama kali mendaftar dana talangan haji pada Bank Sumut Syariah ini, 69 Ibid. Universitas Sumatera Utara 58 nasabah harus membuka tabungan makbul sebesar Rp.500.000 dan juga harus membuka tabungan marwah sebesar Rp.10.000, dan kemudian harus membayar dana untuk porsi haji sebesar Rp.5.000.000 lima juta rupiah dan ujrah yang dikenakan sebesar Rp.4.225.000 empat juta dua ratus dua puluh lima ribu rupiah yang dibayarkan ketika pendaftaran pertama sekali. Kemudian ada lagi biaya legalisasi akad sebesar Rp.100.000 seratus ribu rupiah, biaya materai Rp.36.000 tiga puluh enam ribu rupiah, sehingga total yang harus dibayar nasabah kepada Bank Sumut Syariah adalah sebesar Rp.9.871.000 sembilan juta delapan ratus tujuh puluh satu ribu rupiah. Dan untuk angsuran pembayaran perbulannya sebesar Rp.555.556 lima ratus lima puluh lima ribu lima ratus lima puluh enam rupiah untuk jangka waktu 36 bulan atau 3 tahun. Mengenai prosedur pendaftaran dana talangan haji ini, bagi nasabah yang telah memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh pihak Bank Sumut Syariah, maka pihak bank langsung melakukan pendataran ke Kementrian Agama Tingkat II, kemudian setelah itu keluarlah Surat Pendaftaran Pergi Haji SPPH dari Kementrian Agama, lalu si nasabah harus kembali lagi ke bank dengan membawa bukti Surat Pendaftaran Pergi Haji SPPH tersebut. Jadi prosedurnya harus ke Bank Sumut Syariah lalu ke Kementrian Agama dan lalu kembali lagi ke Bank Sumut Syariah. Sebenarnya pengelolaan dana talangan haji di Bank Sumut Syariah, Bank hanya membantu menalangi dana untuk calon jemaah haji agar segera dapat mendaftar haji ke Kementerian Agama, uang talangan itu langsung ditranferkan oleh Kementerian Agama Tingkat II yang ada di Kota Medan, semua dana itu langsung Universitas Sumatera Utara 59 disetorkan oleh Kementerian Agama Tingkat II langsung ke pusat, yaitu masuk ke rekening Kementerian Agama yang ada di pusat. Jadi dana itu tidak ada yang mengendap di Bank Sumut Syariah. Yang di untungkan dari pendaftaran haji ini adalah Kementrian Agama yang ada di pusat, sedangkan Bank Sumut Syariah hanya akan memperoleh ujrah upah dari calon jemaah haji yang menggunakan jasa Bank Sumut Syariah dalam proses pendaftaran haji.

E. Prosedur Pendaftaran Haji di Kementerian Agama Tingkat II.

Bahwa ada 11 bank sebagai Bank Penerima Setoran BPS dari nasabah yang ingin mendaftar haji di Kementerian Agama, yaitu : Bank Negara Indonesia, Bank Negara Indonesia Syariah, Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Bank Rakyat Indonesia Syariah, Bank Sumut, Bank Sumut Syariah, Bank Tabungan Negara, Bank Bukopin dan Bank Muamalat Indonesia. 70 Bank Muamalat Indonesia pada bulan 5 tahun 2011 sempat di tutup dana talangan hajinya, dan sepertinya digantikan oleh produk dana talangan Umrah, dikarenakan banyaknya calon jama’ah haji yang menggunakan jasa bank Muamalat dalam hal dana talangan hajinya, dikarenakan biaya yang cukup murah dibandingkan dari bank-bank syariah lainnya. Bank Muamalat membuka produk dana talangan haji kembali pada bulan 10 tahun 2011, dengan ketentuan dan tata cara yang berbeda dari yang sebelumnya, kalau dahulunya sebelum di tutup pada bulan 5, pengembalian dana talangan haji 70 Wawancara kepada kepada Kepala Bidang Pengurusan Haji di Kementerian Agama Tingkat II, Bapak Ahmad Qosbi, pada tanggal 9 April 2012. Universitas Sumatera Utara 60 pada Bank Muamalat adalah selama 3 tahun, tetapi setelah dibuka kembali pada bulan 10 tahun 2011, pengembalian dana pinjaman dari nasabah kepada bank Muamalat adalah selama 12 bulan saja, dikarenakan banyaknya peminat yang ingin menggunakan jasa bank Muamalat tersebut. 71 Bank Sumut Syariah sebagai salah satu Bank Penerima Setoran BPS merupakan bank daerah yang juga banyak digunakan para calon jemaah haji yang ingin mendaftar haji di Kementerian Agama. Proses pendaftaran haji pada Bank Sumut Syariah yang pertama sekali si nasabah harus melengkapi semua berkas kemudian setelah itu pihak bank bersama nasabah atau calon jemaah haji sama-sama pergi mendaftar ke Kementerian Agama, dan pendaftaran itu dilakukan secara SISKOHAT Sistem Komputerisasi Haji Terpadu. Para calon jamaah haji yang ingin mendaftar haji, harus membayar setoran awal untuk mendapatkan porsi haji waiting list sebesar Rp.25.000.000 di Kementerian Agama, kemudian dana tersebut langsung di transfer ke rekeningnya Menteri Agama, artinya semua dana setoran awal tersebut langsung di kirim ke pusat, sementara di Kemeterian Agama tingkat II hanya lah sebagai penerima dan penyalur dana serta sebagai pusat informasi mengenai syarat dan tata cara pendaftaran haji saja. Setelah penyetoran dana awal sebesar Rp.25.000.000, para calon jamaah haji harus menunggu terlebih dahulu keputusan dari pemerintah mengenai biaya pelunasan BPIH. Hal tersebut telah diatur dalam UU N0.13 Tahun 2008 tentang 71 Ibid. Universitas Sumatera Utara 61 Penyelenggaraan Ibadah Haji, dan sisa setoran BPIH untuk setiap tahunnya ditetapkan melalui Keputusan Presiden. Prosedurnya terlebih dahulu dirancang oleh Kementerian Agama kepada Dewan Perwakilan Rakyat DPR, kemudian setelah itu DPR bersama Presiden menyetujui dalam bentuk Keputusan Presiden mengenai pelunasan BPIH. Sistem pembayaran setoran awal untuk mendapatkan porsi yang telah dilakukan oleh para calon jemaah haji, tidak bisa langsung dibayar sisa pelunasan BPIH nya, karena belum ada keputusan dari Presiden mengenai pelunasan BPIH. Mengenai setoran awal biaya haji di Indonesia berbeda dengan setoran awal biaya haji di negara Malaysia, dimana dana setoran awalnya digunakan sebagai modal investasi yang dikelola negara secara transfaran dan tabungan haji di Malaysia mampu menguasai saham beberapa perusahaan yang sangat menguntungkan, diantaranya Petronas, pabrik pengolahan kelapa sawit, Kuala Lumpur Internasional Airpot, Sirkuit Sepang dan banyak sektor lainnya. Indonesia belum siap untuk melakukan hal yang sama seperti Malaysia, karena pemerintah kita takut kalau seandainya dana yang digunakan untuk investasi tersebut malah mengalami kerugian atau perusahaan yang didanai dengan dana setoran awal itu bisa saja bangkrut, dan pemerintah belum siap untuk mengganti biaya setoran awal itu. Jumlah quota untuk setiap Provinsi itu berbeda-beda, contohnya untuk Provinsi Sumatera Utara saja jumlah quotanya sebanyak 8000 sekian calon jemaah haji, dan itu bisa saja berubah kembali, jika ada para calon yang gagal berangkat haji karena sakit atau meninggal dunia, maka jumlah calon yang berangkat bisa saja Universitas Sumatera Utara 62 menurun, sehingga nomor porsi calon jamaah haji juga bisa berubah karena hal tersebut. Waiting list nomor antrian untuk calon jemaah haji itu berbeda-beda, contohnya saja pada tahun 2008 sampai dengan 2009 dimana para calon jemaah haji yang ingin mendaftar haji, akan diberangkatkan ke tanah suci pada tahun 2012. Sedangkan para calon jamaah haji yang mendaftar di tahun 2012 akan diberangkatkan di tahun 2020, karena banyaknya para calon jamaah haji yang ingin berangkat haji. Sebenarnya pemerintah Indonesia setiap tahunnya selalu memohon kepada Kerajaan Arab Saudi untuk menambah kuota haji, yang mana jumlah kuota keberangkatan haji kita saat ini adalah sebesar 211.000 calon jama’ah haji. Pemerintah Indonesia memohon untuk ditambah quota hajinya sebesar 221.000, tapi hal tersebut masih sulit untuk diwujudkan, karena menurut Kerajaan Arab Saudi, Indonesia sebagai pemilik quota terbesar di dunia untuk keberangkatan calon jama’ah hajinya. Mengenai dana setoran awal yang sudah di transfer ke rekening Menteri Agama dan sudah mengendap selama 8 tahun, semua itu apabila mendapatkan bunga atau bagi hasil dari hasil dana tersebut akan dikembalikan kembali kepada para calon Jamaah haji, pemerintah menyebutnya sebagai dana optimalisasi. Dana tersebut dipergunakan untuk kepentingan para jamaah haji yang ada ditanah suci, dalam hal tempat penginapan, transportasi dan juga katering selama melakukan ibaha haji di tanah suci Mekkah. Universitas Sumatera Utara 63 Mengenai BPIH 2012 masih dibicarakan oleh pemerintah dan hal itu masih belum rampung dan jelas, masih sukar di bahas dan masih sulit untuk menemukan kata sepakat ketika dibahas di Komisi VIII DPR RI dengan pihak Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh PHU sehingga pembahasan masih akan berlanjut. 72 Terkait dengan belum jelasnya BPIH antara Kemenag dan Komisi VIII DPR RI, menurut Bahrul hayat selaku Sekjen Kemenag, menurut beliau, BPIH masih sulit untuk ditentukan karena pembahasannya pun dilakukan secara menyeluruh, mencakup biaya yang disebut indirect cost biaya tidak langsung dan direct costbiaya langsung. Kedua hal itu ikut menentukan besar kecilnya BPIH. 73 Komponen indirect cost, yang dibiayai dengan dana optimalisasi jamaah haji, seperti pemondokan, transportasi, general service servis umum juga belum bisa ditetapkan secepatnya karena punya kaitan dengan perkembangan di lapangan. Untuk pemondokan saja, kini tentu semakin mahal karena ada pembongkaran bangunan pemondokan sebagai akibat perluasan di sekitar Masjidil Haram. Biaya pemondokan naik sesuai dengan ketentuan Pemerintah Arab Saudi, apalagi pemondokan yang terdekat dengan Masjidil Haram makin mahal. Komponen direct cost BPIH merupakan komponen yang dibayarkan langsung oleh jamaah haji, seperti biaya komponen penerbangan, sewa pemondokan. Sedangkan komponen indirect cost dibayarkan penyelenggara, dalam hal ini pemerintah dari dana optimalisasi setoran awal calon jamaah haji. 72 Wawancara kepada Ibu Ermawati Pengurus Haji di Asrama Haji Medan, Pada 10 April 2012. 73 Pembahasan BPIH Alot, http:kemenag.go.id, diakses pada 25 April 2012 Universitas Sumatera Utara 64

BAB III BENTUK PENGAWASAN DANA TALANGAN HAJI

DI BANK SUMUT SYARIAH CABANG MEDAN

A. Penempatan Biaya Perjalanan Ibadah Haji Pada Bank Syariah.

Syamsul Anwar, selaku Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah menyampaikan bahwa Muhammadiyah terpanggil untuk membahas persoalan kebijakan penyelenggaraan haji oleh Pemerintah ini karena munculnya berbagai persoalan di masyarakat, seperti keterbatasan kuota haji yang tersedia, daftar tunggu yang mencapai hampir 10 tahun, masalah DAU Dana Abadi Umat, dana talangan haji dan lain-lain. Oleh sebab itu, dalam rangka memberikan solusi terhadap rangkaian masalah penyelenggaraan haji tersebut, Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih dan Tajdid menggelar kegiatan ini. Yunahar Ilyas, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam Seminar Nasional Muhammadiyah, menyampaikan salah satu problem penyelenggaraan haji. Yunahar mengatakan tentang bagi hasil dari bank yang menyimpan uang pendaftaran jamaah haji yang dikelola Pemerintah, apabila disuruh memilih, maka tentu calon jamaah akan memilih dana itu diberikan untuk mereka, bukan untuk Pemerintah. Persoalannya, saat ini tidak ada opsi untuk memilih. Uang yang telah dibayarkan itu dikelola oleh Pemerintah, calon jamaah tidak mendapat hak apapun dari uang itu. Seminar Nasional yang diselenggarakan bekerjasama dengan Lembaga Pengembangan Studi Islam Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta ini mengundang berbagai kalangan, baik Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Agama, Perguruan 64 Universitas Sumatera Utara 65 Tinggi, Perbankan Syariah, Kelompok Bimbingan Haji, Ormas Islam dan lingkungan internal Persyarikatan Muhammadiyah khususnya Majelis Tarjih dan Tajdid di tingkat Pusat, Wilayah dan Daerah. 74 Dalam Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia ke IV di Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, Jawa Barat, juga dibahas soal hukum penempatan dana BPIH pada bank konvensional. Seperti diketahui, dana setoran haji yang berupa BPIH ditempatkan oleh Pemerintah Kementerian Agama pada bank-bank konvensional. Melihat hal tersebut, sejumlah Ormas Islam mempertanyakan hukum penempatan BPIH pada bank konvensional, karena bank konvensional menggunakan sistem bunga yang termasuk riba nasi’ah. Padahal haji adalah perbuatan ibadah yang seharusnya terhindar dari proses yang diharamkan. Ijtima’ Ulama Komisi Fatwa se-Indonesia memutuskan, dana BPIH tidak boleh haram ditempatkan di bank-bank ribawi konvensional, karena haji adalah perbuatan ibadah yang suci yang harus terhindar dari yang haram dan syubhat. Dana BPIH seharusnya ditempatkan oleh pemerintah pada bank-bank syariah, karena bank- bank syariah beroperasi sesuai syariah yang substansiruhnya sejalan dalam mendukung kesucian ibadah haji karena terhindar dari transaksi yang diharamkan, dan mendukung pertumbuhan industri keuangan syariah. 75 74 Muhammadiyah Bahas Berbagai Persoalan Dalam Penyelenggaraan Ibadah Haji, http:tarjih.muhammadiyah.or.idberita-902-detail-muhammadiyah-bahas-berbagai-persoalan-dalam- penyelenggaraan-ibadah-haji.html, diakses pada 24 Juli 2012. 75 Haram Dana BPIH Ditempatkan di Bank Konvensional, http:www.voa- islam.comnewsindonesiana2012070419768haram-dana-bpih-ditempatkan-di-bank-konvensional, diakses pada 24 Juli 2012. Universitas Sumatera Utara 66 Dalam sidang Komisi B-2, ulama juga membahas soal Status Kepemilikan Dana Setoran BPIH yang masuk daftar tunggu waiting list. Ketika ketersediaan kuota haji terbatas, sementara minat untuk melakukan ibadah haji semakin meningkat, maka melahirkan waiting list yang jumlahnya signifikan. Antrian pendaftar yang ingin melakukan ibadah haji mengakibatkan adanya “pengendapan” dana pada rekening pemerintah Kementerian Agama yang kepemilikannya dipertanyakan oleh sejumlah masyarakat. Pertanyaan masyarakat dalam pengelolaan dana haji ini salah satunya adalah, siapakah pemilik dana setoran haji untuk mendapatkan porsi atau daftar tunggu waiting list, pemerintah atau calon jama’ah haji, lalu bagaimana posisi dana tersebut secara hukum, haruskah dikelola atau tetap diendapkan di rekening tanpa menghasilkan apa-apa, dan juga pabila dana tersebut boleh dikelola, siapakah yang berhak mengelola, dan hasilnya milik siapa. Hasil Keputusan Ijtima’ Ulama mengenai Status Kepemilikan Dana Setoran BPIH yang masuk daftar tunggu waiting list menjelaskan, dana setoran haji yang ditampung dalam rekening Menteri Agama yang pendaftarnya termasuk daftar tunggu waiting list secara syar’i adalah milik pendaftar calon jamaah haji. Oleh sebab itu, apabila yang bersangkutan meninggal atau ada halangan syar’i yang membuat calon jamaah haji yang bersangkutan gagal berangkat, maka dana setoran haji wajib dikembalikan kepada calon jama’ah haji atau ahli warisnya. Dana setoran haji calon jamaah yang termasuk daftar tunggu yang terdapat dalam rekening Menteri Agama, selayaknya di-tasharrufkan pengurusan Universitas Sumatera Utara 67 pengelolaan untuk hal-hal yang produktif serta dikelola dengan mitigasi risiko yang tinggi. Oleh karena itu, atas nama pemilik, pemerintah dibolehkan mentasharrufkan mengelola dana tersebut pada sektor yang halal, yaitu sektor yang terhindar dari maisir, gharar, riba, dan lain-lain; membiarkan dana tersebut mengendap dalam rekening pemerintah tidaklah termasuk perbuatan bijak dan baik. Dana hasil tasharruf pengelolaan adalah milik calon jamaah haji yang termasuk dalam daftar tunggu antara lain sebagai penambah dana simpanan calon jamaah haji atau pengurang biaya haji yang riilnyata; sebagai pengelola, pemerintah Kementerian Agama berhak mendapatkan imbalan ujrah yang wajartidak berlebihan sebagai dijelaskan dalam hadits ibn Umar tentang hak pengelola wakaf. 76 Berdasarkan hasil Ijtima’ para ulama yang membahas masalah fiqih kontemporer pada Komisi B-2 tentang dana talangan haji dan istitha’ah untuk menunaikan haji, menetapkan bahwa : 77 1. Hukum pembiayaan pengurusan haji oleh lembaga keuangan syariah adalah boleh mubahja’iz dengan syarat mengikutitaat pada dhawabith yang terdapat dalam fatwa DSN-MUI Nomor: 29DSN-MUIVI2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah, yang ketentuannya antara lain : LKS hanya mendapat ujrah feeupah atas jasa pengurusan haji, sedangkan qardh yang timbul sebagai dana talangan haji tidak boleh dikenakan tambahan. 76 Ibid 77 http:www.mui.or.idindex.php?option=com_contentview=articleid=608:hasil-ijtima- ulama-catid=37:press-realeaseItemid=57, diakses pada 24 Juli 2012. Universitas Sumatera Utara 68 2. Istitha’ah adalah syarat wajib haji bukan syarat sah haji, Upaya untuk mendapatkan porsi haji dengan cara memperoleh dana talangan haji dari LKS adalah boleh, karena hal itu merupakan usahakasab ikhtiar dalam rangka menunaikan haji. Namun demikian, kaum muslimin tidak sepatutnya memaksakan diri untuk melaksanakan ibadah haji sebelum benar-benar istitha’ah dan tidak dianjurkan untuk memperoleh dana talangan haji terutama dalam kondisi antrian haji yang sangat panjang seperti saat ini. Sebaiknya yang bersangkutan tidak menunaikan ibadah haji sebelum pembiayaan talangan haji dari LKS dilunasi. 3. Pihak pemberi dana talangan haji wajib melakukan seleksi dan memilih nasabah penerima dana talangan haji tersebut dari sisi kemampuan finansial, standar penghasilan, persetujuan suamiistri. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin tidak terabaikannya kewajiban-kewajiban yang menjadi tanggung jawab nasabah seperti nafkah keluarga. 4. Pemerintah, dalam hal ini Bank Indonesia boleh memberlakukan kebijakan pembatasan kepada perbankan dalam menyalurkan pembiayaan dana talangan haji bila diperlukan.

B. Sistem Pengawasan Dana Talangan Haji Pada Bank Sumut Syariah Cabang Medan

1. Gambaran Umum Bank Sumut Syariah. Titik awal bagi pendirian industri perbankan yang mempergunakan prinsip syariah di Indonesia secara faktual ditandai dengan berdirinya PT.Bank Syariah Universitas Sumatera Utara 69 Muamalat Indonesia Tbk pada tahun 1991 dan memulai kegiatan operasionalnya pada bulan Mei 1992. Pendirian bank dimaksud diprakarsai oleh MUI Majelis Ulama Indonesia, Pemerintah Indonesia serta mendapat dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia ICMI dan beberapa Pengusaha muslim. Pengembangan perbankan syariah yang tengah diupayakan saat ini perlu diikuti dengan langkah-langkah pengawasan yang efektif untuk memastikan bahwa perbankan syariah telah tumbuh dan berkembang secara sehat, memperhatikan prinsip kehati-hatian, menerapkan tata kelola perusahaan yang baik, memiliki manajemen risiko yang efektif, dan memenuhi prinsip-prinsip syariah secara konsisten. Terkait hal tersebut, Bank Indonesia dengan berdasarkan kepada kerangka kerja pengawasan berdasarkan risiko, telah melaksanakan pengawasan secara langsung on-site maupun tidak langsung off-site dengan fokus pada aktivitas fungsional yang memiliki risiko tinggi. Risiko Kredit dan Risiko Operasional masih menjadi fokus utama pengawasan selama tahun 2010. Untuk mendapatkan data dan informasi yang terkait dengan dana talangan haji pada bank syariah, maka penelitian mengenai pengawasan dana talangan haji pada Bank Sumut Syariah Cabang Medan, yang terletak di jalan S.Parman Medan. Sebelumnya dengan telah mendapatkan izin dari Bank Sumut Pusat yang terletak di jalan Imam Bonjol Medan. PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara, disingkat PT.Bank Sumut selanjutnya disebut bank, merupakan bank non devisa yang kantor pusatnya Universitas Sumatera Utara 70 beralamatkan di Jalan Imam Bonjol No. 18 Medan. Bank didirikan di Medan berdasarkan akta Notaris Rusli No. 22 tanggal 04 Nopember 1961 dalam bentuk Perseroan Terbatas. Berdasarkan UU No. 13 tahun 1962 tentang ketentuan pokok Bank Pembangunan Daerah dan sesuai dengan Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 5 tahun 1965 bentuk usaha diubah menjadi Badan Usaha Milik Daerah BUMD. Pada tanggal 16 April 1999, akta Notaris Alina Hanum Nasution. S.H, No 38, menyatakan bahwa bentuk usaha kembali menjadi Perseroan Terbatas. Akta Pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan No. C-8224 HT.01.01 TH.99 tanggal 05 Mei 1999 serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 54 tanggal 06 Juli 1999 Tambahan No. 4042. Anggaran dasar Bank telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir dengan akta No. 39 tanggal 10 Juni 2008 dan akta penegasan No. 05 tanggal 10 September 2008 Notaris H. Marwansyah, S.H, mengenai penambahan modal dasar dari Rp 500.000.000.000 menjadi Rp 1.000.000.000.000. Perubahan anggaran dasar ini telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan keputusannya No. AHU-87927.A.H.01.02 tanggal 20 Nopember 2008 serta diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia No. 10 tanggal 3 Februari 2009 Tambahan No. 3023 Sebagai alat kelengkapan otonomi daerah dibidang perbankan, PT.Bank Sumut berfungsi sebagai pengerak dan pendorong laju pembangunan di daerah, Universitas Sumatera Utara 71 bertindak sebagai pemegang kas daerah yang melaksanakan penyimpanan uang daerah serta sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah dengan melakukan kegiatan usaha sebagai Bank umum seperti dimaksudkan pada undang-undang nomor 7 tahun 1992,tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998. Dalam menjalankan tugasnya sebagai bank daerah, Bank Sumut memiliki visi dan misi, yaitu : Visi Bank Sumut adalah menjadi bank andalan untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah di segala bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat. Dan misi nya adalah mengelola dana pemerintah dan masyarakat secara profesional yang didasarkan pada prinsip-prinsip compliance pelaksanaan. 78 Bank Sumut terus melakukan pengembangan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia dengan memberikan kesempatan kepada pejabat, dan pegawai untuk mengikuti pendidikan pada lembaga pendidikan perbankan maupun institusi pendidikan lainnya baik didalam negeri maupun diluar negeri sehingga diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme. Dalam rangka meningkatkan kompetensi dan memitigasi risiko, kepada seluruh pejabat struktural diwajibkan mengikuti ujian sertifikasi manajemen risiko yang dilaksanakan oleh Badan Sertifikasi Manajemen Risiko BSMR. Sampai dengan tahun 2008 pejabat struktural telah memiliki Sertifikasi Manajemen Risiko untuk tingkat I, tingkat II, tingkat III, tingkat IV dan tingkat V. 78 http:www.banksumut.com Universitas Sumatera Utara 72 Untuk menjaga dan meningkatkan kualitas kesehatan, maka telah dilaksanakan program general chek-up untuk pegawai dengan usia tertentu dan selanjutnya pegawai tersebut harus menindak lanjuti hasilnya dan memanfaatkan fasilitas asuransi kesehatan yang disediakan bank . Kepada seluruh pegawai juga diwajibkan senantiasa menjaga kesehatan dengan melakukan kegiatan olahraga yang teratur dan menerapkan pola hidup sehat. Pada tahun 2009 telah dilakukan rekruitmen calon pegawai sebanyak 318 Tiga ratus delapan belas orang yang bertujuan untuk mengisi kekurangan pegawai karena adanya pengembangan jaringan kantor dan untuk menggantikan pegawai yang berhenti karena memasuki usia pensiun atau mengundurkan diri. Modal dasar PT.Bank Sumut sesuai dengan Akta Notaris Alina Hanum, S.H No.31 tanggal 15 Desember 1999 berjumlah Rp.500 miliar. Anggaran dasar PT. Bank Sumut mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta No.39 tanggal 10 Juni 2008 yang dibuat dihadapan H.Marwansyah Nasution, S.H, Notaris di Medan berkaitan dengan Akta Penegasan No.05 tanggal 10 November 2008 yang telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor : AHU- 87927.AH.01.02 tahun 2008 tanggal 20 November 2008 yang diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia No.10 tanggal 03 Februari 2009, maka modal dasar ditambah dari Rp.500 miliar menjadi Rp. 1 Triliun. Penyetoran Modal oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara serta seluruh Pemerintah Kabupaten dan Kota se-Sumatera Utara sampai dengan tahun 2008 sebesar Rp.486,78 miliar dan pada tahun 2007 sebesar Rp. 463,73 miliar dengan nilai Universitas Sumatera Utara 73 nominal untuk setiap lembar saham sebesar Rp. 10.000,-. Rasio Kecukupan Pemenuhan Modal Minimun tahun 2008 sebesar 16,48. Dalam upaya mewujudkan visinya, Bank Sumut telah mewujudkan komitmennya untuk mengembangkan layanan perbankan berdasarkan prinsip syariah. Pembentukan unit usaha syariah ditujukan untuk memberikan layanan perbankan yang lebih luas kepada masyarakat yang berkeinginan mendapatkan layanan perbankan yang lebih selaras dengan prinsip hukum Islam. Melalui layanan produk dan jasa perbankan yang lebih luas tersebut diharapkan Bank Sumut dapat mendorong partisipasi masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan melalui prinsip-prinsip bagi hasil dalam pertumbuhan ekonomi. Prestasi dan Reputasi yang telah di raih Unit Usaha Syariah Bank Sumut yaitu : 2. Unit Usaha Syariah Terbaik Tahun 2006 dengan asset Rp 100 M dari Karim Busines Consulting Jakarta. 3. Most Prudent Unit Usaha Syariah tahun 2006 dengan asset Rp 100 M dari Karim Busines Consulting Jakarta. 4. Unit Usaha Syariah Terbaik Tahun 2007 dengan asset Rp 100 M dari Majalah Investor Jakarta. Sasaran strategis PT. Bank Sumut dalam rangka pengembangan Unit Usaha Syariah adalah : a. Menjadi pemain utama bank syariah di Sumatera Utara dengan pangsa pasar terbesar. Universitas Sumatera Utara 74 b. Beroperasi secara sehat dan menjadi sumber andalan profitabilitas bagi PT. Bank Sumut. Sasaran strategis di atas merupakan acuan dalam menyusun rencana bisnis strategis dan membangun kekuatan melalui pengembangan infrastruktur teknologi, sumber daya manusia dan jaringan distribusi. Kebijakan PT. Bank Sumut dalam rangka pengembangan Unit Usaha Syariah adalah sebagai berikut : a. Meningkatkan pemahaman manajemen resiko, good corporate governance tata kelola perusahaan, resiko budaya di setiap lini. b. Meningkatkan kegiatan penghimpunan dana pihak ketiga melalui perluasan jaringan kantor dan diversifikasi produk dana. c. Melakukan ekspansi pembiayaan dengan tetap berpedoman pada prinsip kehati- hatian serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia dibidang pembiayaan. d. Peningkatan promosi dengan cara-cara yang terfokus, efektif dan efisien dalam rangka mewujudkan visi, misi, serta citra Bank Sumut. Bank Sumut Syariah dalam menjalankan kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat, memiliki produk- produk berbentuk syariah yang di tawarkan oleh Bank Sumut Syariah kepada para nasabah, dan produk itu antara lain adalah : a. Simpanan Giro iB dengan sistem Wadiah titipan b. Tabungan iB Martabe dengan sistem Wadiah titipan c. Tabungan iB Martabe Bagi Hasil dengan sistem Mudharabah bagi hasil d. Deposito iB Ibadah dengan sistem Mudharabah bagi hasil Universitas Sumatera Utara 75 e. Tabungan Haji Makbul dengan sistem Wadiah titipan Dalam melakukan kegiatan usahanya, Bank Sumut Syariah memiliki bentuk- bentuk pembiayaan, yang antara lain terdiri dari : a. Pembiayaan iB Produktif dengan sistem Murabahah jual beli b. Pembiayaan iB Modal Kerja dengan sistem Mudharabah dan Musyarakah bagi hasil c. Pembiayaan Gadai Emas iB Sumut d. Pembiayaan iB Talangan Haji Sedangkan produk-produk jasa Bank Sumut Syariah, diantaranya yaitu : a. Surat Keterangan Dukungan Dana b. Surat Keterangan Bank SKB c. Transfer melalui sarana BI-RTGS d. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia SKNBI e. Inkaso dan Wakalah. 79 Produk pembiayaan syariah iB talangan haji dari unit usaha syariah PT. Bank Sumut dari tahun ke tahun kian diminati oleh para nasabah bank milik Pemerintah Provinsi Sumatera Utara itu. Sejak program pembiayaan dana talangan haji ini diluncurkan Bank Sumut Syariah lima tahun yang lalu, jumlah peminatnya dari tahun ke tahun terus bertambah, menurut staf marketing PT Bank Sumut Syariah, 79 Ibid. Universitas Sumatera Utara 76 kemudahan memperoleh porsi keberangkatan haji dan asistensi nasabah dalam melaksanakan ibadah haji, menjadi faktor yang menumbuhkan minat masyarakat. 80 Fasilitas talangan haji diberikan maksimal Rp20 juta per orang dengan jangka waktu pinjaman selama tiga tahun. Sedangkan agunan pinjaman berupa surat kuasa pembatalan keberangkatan haji serta surat kuasa hak-hak atas tabungan dan surat asli bukti perolehan porsi haji. Produk iB Talangan Haji pada Bank Sumut Syariah di berikan untuk membantu ummat Islam yang berkeinginan segera mungkin menunaikan ibadah haji dengan mendahulukan mendapatkan nomor porsi keberangkatan haji. Paket kemudahan lainnya, yakni membantu nasabah dalam hal mengurus pendaftaran haji melalui Sistem Komputer Haji Terpadu Siskohat dan pelunasan biaya perjalanan ibadah haji, termasuk paket manasik haji secara gratis yang diselenggarakan Bank Sumut. 81 Nasabah Bank Sumut yang selama ini memanfaatkan produk konvensional berupa tabungan Haji Makbul juga dapat memanfaatkan bantuan pembiayaan syariah iB Talangan Haji dari Unit Usaha Syariah Bank Sumut. Khusus kepada nasabah yang memanfatkan paket talangan haji, pihak Bank Sumut Syariah hanya mengenakan fee ujroh uang jasa yang jumlahnya dinilai relatif lebih rendah dibanding dengan suku bunga pinjaman bank-bank konvensional. Bank Sumut Syariah yang kini memasuki usia tahun kedelapan, dan telah menunjukkan kinerja pelayanan dan prestasi yang cukup membanggakan. 80 Prawira Setiabudi, Bank Sumut: Talangan haji diminati, http:www.waspada.co.id, diakses pada 20 Mei 2012. 81 Ibid. Universitas Sumatera Utara 77

2. Pelaksanaan Sistem Pengawasan Dana Talangan Haji Pada Bank Sumut Syariah Cabang Medan.