Comparative advantage produk dana talangan haji dan talangan umroh pada Bank Muamalat Indonesia

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Disusun Oleh : RAHMA PUTRI ISLAMI

1110046100018

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya hasil saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta 26 Juni 2014


(5)

COMPARATIVE ADVANTAGE PRODUK DANA TALANGAN HAJI DAN TALANGAN UMROH PADA BANK MUAMALAT INDONESIA, adalah skripsi hasil karya Rahma Putri Islami NIM 1110046100018. Pada konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1435H/2014M.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan keunggulan produk dana talangan haji dan talangan umroh pada Bank Muamalat Indonesia, selain itu juga untuk mengetahui produk mana yang lebih menguntungkan bagi bank dari dua produk pembiayaan tersebut.

Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Yaitu menjelaskan keunggulan masing-masing produk serta mekanismenya yang diterapkan Bank Muamalat Indonesia. Untuk pengumpulan data yaitu data primer berupa hasil wawancara dengan narasumber terkait dan data sekunder berupa studi pustaka dan dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian ini.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, produk dana talangan haji ternyata berbeda dengan talangan umroh baik dari segi akad maupun dari nama produk. Kemudian, produk yang lebih menguntungkan bagi bank dari kedua jenis produk tersebut yaitu produk talangan umroh. Selain itu, masing-masing produk pembiayaan tersebut memiliki keunggulan dalam berbagai aspek yaitu baik dalam kemampuan financial ekonomi, inovasi produk serta promosi.

Kata Kunci: Comparative Advantage, Dana Talangan Haji, Dana Talangan Umroh Pembimbing: Dr. H. Zainul Arifin Yusuf, M.Pd


(6)

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena dengan ridha dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul

COMPARATIVE ADVANTAGE PRODUK DANA TALANGAN HAJI DAN

TALANGAN UMROH PADA BANK MUAMALAT INDONESIA.

Sholawat serta salam yang tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW, yang dengan jiwa sucinya penuh pengorbanan dan keikhlasan telah membimbing dan menuntun umatnya ke jalan penuh dengan cahaya ilmu yang diridhai Allah SWT. Skripsi ini tidak dapat selesai tanpa bantuan, dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis sampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. JM. Muslimin, MA, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, M.H, Ketua Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam) Fakultas Syariah dan Hukum dan Bapak H. Abdurrauf, Lc, MA selaku sekretaris Prodi Muamalat.


(7)

kesabaran membimbing dan memberi arahan serta masukan yang sangat berguna hingga terselesaikannya skripsi ini.

4. Kepada Kedua Orang Tuaku, Ayahanda H. Akhmad Arifin, Bsc dan Ibunda Dra. Chaerul Nurdjanah, MM dan kakakku Muhammad Insan Akbar Pradipta, SH, yang selalu memberikan motivasi dan bantuan doa yang selalu dipanjatkan selama masa studi di perguruan tinggi sampai akhirnya dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Bapak Yayat Taryadi dan Ibu Any Mulyani selaku officer Consumer Finance Division Kantor Pusat PT. BMI, yang telah memberikan informasi tentang produk pembiayaan dana talangan haji dan umroh. Kepada Bapak Ferry selaku officer Legal Division di BMI, terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan, terima kasih atas kerjasama dan partisipasinya.

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang dengan sabar memberikan petunjuk, bimbingan serta bekal ilmu selama penulis mengikuti perkuliahan.

7. Teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2010 khususnya kelas B, yang sudah memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Untuk Ai Nurilmi, Anggun Pradini, Lisa Safirah, Nurfie R, Della P, Sekar A, Marlena I yang sudah membantu memberikan dukungan dan menyumbangkan ide-ide cemerlang dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas persahabatan yang terjalin selama ini. Suka


(8)

kesuksesan dan keberkahan hidup.

8. Teman-teman Paduan Suara Mahasiswa (PSM) khususnya angkatan Maximilian yaitu Vista, Isaka, Subito, Ardito, Kendang, Parda, Apis, Lullaby, Vorest, Cajon, Laja, Gupa, Mudei dan teman-teman yang lain yang penulis tidak bisa sebutkan satu-persatu tanpa mengurangi rasa persahabatan yang telah terjalin. Teman-teman KKN Sanubari 2013, terima kasih atas semangat dan support yang kalian berikan diberikan untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh pihak yang telah banyak berjasa dalam proses penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu namun tidak mengurangi sedikitpun rasa terima kasih dari penulis. Semoga amal yang telah kita lakukan menjadi amal yang tiada putus pahalanya, dan bermanfaat untuk kita baik di dunia maupun akhirat. Semoga skripsi ini dapat menjadi sumber informasi yang bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Jakarta, Juni 2014 Penulis,


(9)

ix

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

E. Sistematika Penulisan ... 8

BAB II LANDASAN TEORI A. Comparative Advantage ... 11

B. Talangan Pembiayaan ... 16

C. Haji dan Umroh ... 19

D. Akad Qardh dan Ijarah ... 25


(10)

x

C. Sumber Data Penelitian ... 46

D. Teknik Pengumpulan Data ... 47

E. Objek Penelitian ... 49

F. Metode Analisis... 49

G. Teknik Penulisan Skripsi ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Analisis Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh di Bank Muamalat Indonesia ... 51

B. Perbedaan Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh di Bank Muamalat Indonesia... 62

C. Produk yang Lebih Menguntungkan dan Lebih Berisiko Dalam Praktik Pembiayaan di Bank Muamalat Indonesia ... 63

D. Analisis Comparative Advantage Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh di Bank Muamalat Indonesia... 67

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 74

B. Saran ... 75


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hadirnya perbankan syariah di Indonesia, hendaknya umat Islam menjadi pelopor dalam menggunakan bank syariah. Keadaan ini merupakan peluang yang prospektif bagi bisnis perbankan syariah. Banyak produk-produk yang telah diciptakan bank syariah, antara lain produk pembiayaan, penghimpunan dana, ataupun produk jasa. Semua produk tersebut ditujukan untuk melayani masyarakat. Produk perbankan syariah yang sangat populer dan banyak diminati adalah produk pembiayaan.

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Pada istilah teknisnya pada perbankan syariah, pembiayaan disebut sebagai

Earning Assets (Aktiva Produktif). Earning Assets berupa investasi dalam bentuk pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan (Musyarakah), pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli (Murabahah), pembiayaan berdasarkan prinsip sewa (Ijarah, Ijarah Muntahiya Bittamlik), surat-surat berharga syariah, dan investasi lainnya.1


(12)

Diantara produk pembiayaan yang dikeluarkan bank syariah, ada produk yang banyak peminatnya selain pembiayaan kepemilikan rumah, yaitu produk dana talangan haji dan talangan umroh. Produk pembiayaan ini memang sangat banyak diminati oleh umat islam karena ibadah haji merupakan salah satu bagian dan rukun Islam ke lima, bukan hanya bertujuan meningkatkan ketakwaan dan nilai spiritual pelakunya, namun di dalam operasional dan pengelolaannya juga menyimpan potensi ekonomi yang sangat dahsyat. Potensi tersebut terlihat dimana di dalam hal pengelolaan haji itu melibatkan belasan sektor industri, manufaktur, perdagangan, dan jasa. Logikannya, Indonesia merupakan penyumbang jamaah haji terbesar di dunia.

Sedangkan untuk ibadah umroh, ternyata merambah ke kalangan pelajar ataupun ke kalangan anak-anak muda. Mereka sekarang tidak sekadar bicara tur ke Singapura atau ke Hongkong, tetapi juga untuk beribadah umroh. Pada dua bulan terakhir di tahun 2013 ada sekitar 60% jamaah umroh berasal dari kalangan pelajar, seiring dengan meningkatnya peminat perjalanan umroh dari tahun ke tahun, namun dengan kuota keberangkatan yang semakin terbatas.

Jumlah jamaah yang melaksanakan ibadah haji dari tahun ke tahun terus bertambah.2 Besarnya peluang untuk dana talangan haji dan talangan umroh ini, selain karena potensi besarnya masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama

2 Zuhairi Misrawi, Mekkah: Kota Suci, Kekuasaan, dan Teladan Ibrahim (Jakarta: PT Kompas


(13)

Islam, Ibadah Haji dan Umroh juga merupakan suatu amalan yang diwajibkan bagi kaum muslimin yang mempunyai kemampuan dan kesanggupan agar mereka dapat merasakan berbagai manfaat kerohanian yang sangat berguna. Pada saat melakukan ibadah haji, umat Islam dari seluruh dunia berkumpul di Mekkah, Masjidil Haram dibawah naungan satu agama, untuk mencapai satu tujuan, Ukhwah Islamiyah.

Pertemuan internasional yang besar itu sudah tentu akan mempermudah tergalangnya persatuan dan kesatuan. Semuanya merasakan hangatnya persaudaraan Islam.3

Banyak jasa perbankan syariah di Indonesia yang menawarkan layanan dana talangan haji dan talangan umroh. Diantara bank syariah yang mengeluarkan dana talangan haji seperti Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, BNI Syariah, dan sebagainya. Penulis ingin memfokuskan penelitian di Bank Muamalat Indonesia. Salah satu produk pembiayaan unggulan yang ditawarkan Bank Muamalat terkait aktivitas haji, umroh serta perjalanan wisata selain Tabungan Haji Arafah yang telah banyak dikenal, Bank Muamalat juga menawarkan Produk Dana Talangan Haji (Dana Talangan Porsi Haji) dan Talangan Umroh (Pembiayaan Umroh Muamalat).

3 Dikutip dari skripsi dalam buku Zakiah Derajat, Haji Ibadah yang Unik (Jakarta; Ruhama,


(14)

Dua produk pembiayaan ini merupakan produk yang prospeknya bagus karena banyak orang muslim yang ingin sekali menunaikan ibadah haji maupun umroh, akan tetapi selalu terbentur dengan biaya yang sangat mahal, oleh karena itu peranan perbankan syariah sangat besar disini. Bank bukan hanya sebagai tempat untuk mencari keuntungan ataupun berinvestasi untuk kehidupan dunia saja akan tetapi sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Adapun pengertian dari kedua produk pembiayaan ini yaitu, untuk Dana Talangan Haji merupakan pinjaman dari Lembaga Keuangan Syariah kepada nasabah untuk menutupi kekurangan dana, guna memperoleh porsi haji pada saat pelunasan kepada BPIH (Biaya Perjalanan Ibadah Haji). Sedangkan untuk Talangan Umroh adalah produk pembiayaan yang akan membantu mewujudkan untuk beribadah umroh dalam waktu yang segera.

Akad yang digunakan pada Dana Talangan Haji adalah qardh. Pembiayaan

qardh adalah pinjaman kebajikan/ lunak tanpa imbalan.4 Dalam fatwa Dewan Syariah nasional (DSN) No. 19/DSN-MUI/IV/2001 pengertian qardh adalah suatu akad pinjaman kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada LKS pada waktu yang telah disepakati oleh LKS dan nasabah.5

4 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2007), h. 45

5 Fatwa DSN-MUI 19/DSN-MUI/IV/2001, Pembiayaan al-Qardh,artikel ini diakses pada 5

Februari 2014 dari http://www.bprsvitkacentral.com/main/index.php/kebijakan/fatwa-dsn/82-19dsn-muiiv2001-al-qardh


(15)

Sedangkan untuk Talangan Umroh, akad yang digunakan untuk pembiayaan ini yaitu ijarah. Dalam fatwa Dewan Syariah nasional (DSN) No. 09/DSN-MUI/IV/2000 pengertian ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.6

Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh merupakan produk yang memfasilitasi perjalalanan ibadah haji dan umroh. Namun, mengapa kedua peoduk ini dibedakan dari segi akadnya. Untuk Dana Talangan Haji akad yang digunakan adalah qardh (pinjaman tanpa ujrah), lalu darimana bank mendapatkan keuntungan jika menggunakan akad qardh, sedangkan untuk pembiayaan umroh menggunakan akad ijarah.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis ingin meneliti dan mengkaji lebih jauh tentang dana talangan haji dan pembiayaan umroh dengan judul skripsi:

Comparative Advantage Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh

Pada Bank Muamalat Indonesia”

B. Identifikasi Masalah

1. Produk talangan umroh hampir sama dengan produk dana talangan haji, tetapi jika dilihat dari segi akadnya itu berbeda dan nama produknya berbeda.

6 Fatwa DSN-MUI No: 09/DSN-MUI/IV/2000, Pembiayaan Ijarah, artikel ini diakses pada 5


(16)

2. Dana talangan haji menggunakan akad qardh, sedangkan talangan umroh menggunakan akad ijarah. Berarti dana talangan haji tidak mendapatkan margin/keuntungan dari pembiayaan talangan umroh.

3. Strategi bank syariah dalam memasarkan produk melalui umroh mungkin akan menjadi alternatif bagi masyarakat.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian dalam skripsi ini lebih terarah dan efisien, maka penulis membatasi permasalahannya mengenai comparative advantage serta mekanisme dari Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh. Oleh karena itu, penelitian skripsi ini mengarah kepada spesifikasi penelitian hanya pada Kantor Pusat Bank Muamalat Indonesia.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka penulis perlu melakukan pembahasan yang mempunyai maksud dan tujuan yang terarah dan jelas, supaya tidak terjadi perbedaan masalah dalam penulisan skripsi ini. Serta pokok permasalahan yang terkait didalamnya dengan tujuan agar dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas dalam menguraikan masalah tersebut dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu penulis telah menentukan permasalahan sebagai berikut:


(17)

1. Bagaimana Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh di Bank Muamalat Indonesia?

2. Bagaimana analisis comparative advantage antara Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh di Bank Muamalat Indonesia?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh di Bank Muamalat Indonesia.

2. Untuk mengetahui hasil analisis comparative advantage dari Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh di Bank Muamalat Indonesia.

Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Akademisi

Dapat memberikan informasi bagi civitas akademika dapat menambah informasi sumbangan pemikiran, baik dosen maupun mahasiswa dalam rangka memberikan pengetahuan, informasi dan sebagai proses pembelajaran mengenai Produk dari Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh.

2. Manfaat bagi Praktisi

Bagi manajemen perusahaan perbankan itu sendiri yaitu Bank Muamalat Indonesia, diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran sebagai acuan


(18)

dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi serta sebagai masukan dan saran untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan Produk Dana Talangan Haji dan Talangan Umroh.

3. Manfaat bagi Masyarakat

Sebagai informasi dan bahan penambah wawasan mengenai produk dana talangan haji dan juga sebagai media sosialisasi mengenai produk ini. Serta dapat digunakan sebagai acuan perbandingan penelitian yang akan datang yang berkaitan dengan Comparative Advantage Produk Talangan Haji dan Talangan Umroh.

E. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini diperlukan adanya suatu uraian mengenai susunan dari tulisan yang dibuat agar pembahasan menjadi teratur dan terarah pada permasalahan yang sedang dibahas. Untuk itu skripsi ini akan dibagi ke dalam lima bab, yaitu:

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan, mencakup latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.


(19)

BAB 2 LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan konsep-konsep yang terkait dengan permasalahan yang dibahas, yaitu teori yang terkait tentang

comparative advantage, talangan pembiayaan, akad qardh dan

ijarah, haji dan umroh di Bank Muamalat Indonesia. Selain itu, pada bab ini juga menyajikan uraian secara ringkas penelitian terdahulu sebagai acuan dalam penyusunan penelitian.

BAB 3 METODE PENELITIAN

Melanjutkan dari bab II, selanjutnya penulis mencoba menjabarkan tentang metode penelitian yang terdiri dari pendekatan, jenis penelitian, objek penelitian yaitu pada Bank Muamalat Indonesia, teknik pengumpulan data serta metode analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Pada bab ini dibahas tentang perbedaan produk pembiayaan dari dana talangan haji dan talangan umroh. Analisis dan pembahasan mengenai keunggulan komparatif dari produk dana talangan haji dan talangan umroh, mekanisme dari masing-masing produk serta analisis produk yang lebih berisiko dalam praktik pembiayaan di Bank Muamalat Indonesia.


(20)

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi uraian pembahasan penelitian sesuai dengan hasil analisa dan pembahasan masalah, sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan dan saran.


(21)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Comparative Advantage

Comparative advantage atau keunggulan komparatif, kata kuncinya adalah “Comparative” yang diartikan sebagai relatif. Maksudnya adalah untuk lingkup

negara perekonomian suatu negara harus lebih banyak memproduksi barang-barang yang relatif lebih efisien untuk memproduksinya untuk seterusnya produk itu diekspor.7 Sedangkan barang yang harus diimpor adalah barang yang keuntungannya relatif lebih kecil. Konsepnya8 pertama kali dikemukakan oleh David Ricardo pada awal abad ke 19.

Badudu Zein dalam Kamus Bahasa Indonesia mengartikan bahwa keunggulan komparatif adalah suatu keunggulan yang dimiliki oleh suatu organisasi untuk dapat membandingkan dengan yang lain guna mencapai suatu tujuan bersama. Sedangkan untuk lingkup perusahaan, secara sederhana keunggulan komparatif dapat diartikan sebagai berikut: Perusahaan seharusnya berfokus menghasilkan produk bila diproduksi sendiri relatif lebih efisien dan memberikan keuntungan kepada perusahaan, sedangkan yang tidak memberikan keuntungan sebaiknya

7 Ahmad Amiruddin, Comparative Advantage Produk Pembiayaan Kepemilikan Rumah Syariah

di Bank Syariah, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h. 30

8 Dirgantoro Crown, Keunggulan Bersaing Melalui Proses Bisnis, (Jakarta: Grasindo, 2002), h.


(22)

jangan dilakukan sendiri, misalnya bisa di sub-kontrakkan.9 Dengan mengacu dari beberapa pendapat, maka dapat disimpulkan keunggulan komparatif adalah keunggulan-keunggulan yang dimiliki suatu produk atau organisasi guna mencapai suatu tujuan berupa keefisienan bagi organisasi tersebut.

Adapun keunggulan bersaing, berkembang dari nilai yang mampu diciptakan perusahaan untuk pembelinya melebihi biaya perusahaan dalam menciptakannya. Nilai adalah apa yang pembeli bersedia membayar, sedangkan nilai yang unggul berasal dari tawaran harga yang lebih rendah daripada pesaing. Keunggulan bersaing tidak dapat dipahami dengan memandang perusahaan sebagai suatu keseluruhan. Keunggulan bersaing berasal dari banyak aktivitas berlainan yang dilakukan perusahaan dalam mendesain, memproduksi, memasarkan, menyerahkan, dan mendukung produknya.10

Perusahaan perlu memutuskan dasar apa yang akan dipakai bersaing dalam industrinya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar, dengan posisi menguntungkan terhadap para pesaingnya. Derajat keberhasilan yang dicapai akan bergantung pada sifat industri, dan strategi bersaing kompetitif yang dipilih.

9 Ekonomi Koperasi, Artikel ini dipublis pada 3 Desember 2013 diakses pada 25 Juni 2014 pada http://www.raisadwisp.blogspot.com/2013/12/ekonomi-koperasi-tugas-2html


(23)

Apabila perusahaan memutuskan mengikuti strategi kepemimpinan harga, tujuannya adalah untuk menyediakan barang dan jasa yang sebanding dengan pesaingnya, tetapi dengan harga yang lebih rendah. Strategi ini akan dimungkinkan jika perusahaan menginginkan demikian, dengan menetapkan kebijakan harga agresif, sementara tetap mempertahankan margin yang lebih besar terhadap para pesaing. Seringkali, hal ini meningkatkan pangsa pasar yang lebih besar, karena pesaing lain terusir dari pasar. Pelaksanaan strategi seperti itu mempunyai dampak besar dalam perusahaan, paling tidak dalam bidang operasi. Kebijakan secara pasti akan berdampak pada keputusan investasi, penerimaan tenaga kerja dan renumerasi, kerjasama dengan pemasok, dan lain-lain.11

Seluruh keputusan ini tentu perlu difokuskan pada meminimalkan biaya operasi total perusahaan, dan jika strategi ini telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu, maka proses pengambilan keputusan akan tertanam dalam budaya biaya minimum perusahaan. Jika perusahaan memilih bersaing melalui strategi kepemimpinan harga, maka harus tercermin dalam penetapan tugas operasi kunci. Seluruh keputusan struktural dalam bidang operasi harus dibuat dengan tujuan untuk mengurangi harga, karena ini akan berhubungan dengan posisi perusahaan secara keseluruhan di dalam industri.12

11 Anatan. Lia dan Lenna Elliatan, Strategi Bersaing Konsep, Riset dan Instrumen, (Bandung:

Alfabeta, 2009), h. 139

12 D.T. Johns dan H.A Harding, Manajemen Operasi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif,


(24)

Porter merumuskan dalam keunggulan kompetitif kekuatan-kekuatan pokok yang benar-benar signifikan secara lengkap dalam merumuskan strategi bersaing. Porter mengidentifikasikan data penting yang harus dikumpulkan, data-data penting diantaranya adalah lini produk, harga, teknologi, pemasaran, saluran distribusi dan inovasi.13

Perusahaan harus memiliki cakupan yang luas dalam melayani banyak segmen, bahkan beroperasi dalam industri terkait. Sumber keunggulan biaya bervariasi dan bergantung pada struktur industri. Bila perusahaan dapat mencapai dan mempertahankan keunggulan biaya, maka akan menjadi perusahaan dengan kinerja rata dalam industri asal dapat menguasai harga pada, atau terdekat, rata-rata industri.14

Pilihan lainnya adalah mengikuti strategi diferensiasi. Dalam hal ini tujuannya adalah untuk menyediakan berbagai produk atau jasa yang berbeda dengan para pesaingnya. Perbedaan itu dianggap oleh para pelanggan potensial sebagai sesuatu keuntungan tambahan, hingga mereka pun siap membayar harga untuk itu. Dalam menyajikan kemampuan ini, perusahaan harus menetapkan harga bersaing dengan para pesaing non-diferensiasinya, dengan demikian menjamin bahwa harga yang dibebankan lebih penting dari biaya yang terkait dengan diferensiasi itu, dan oleh karena itu, dapat menghasilkan keuntungan yang lebih

13 George A. Steiner dan John B. Miner, Kebijakan dan Strategi Manajemen, (Jakarta: Erlangga,

1997), h. 123-124


(25)

baik.15

Diferensiasi (differentiation) mengharuskan agar bisnis memiliki keunggulan berkesinambungan yang memungkinkannya menyediakan sesuatu yang bernilai unik bagi pembeli. Suatu strategi diferensiasi yang sukses memungkinkan bisnis untuk menyediakan produk atau jasa yang di mata pembeli memiliki nilai lebih tinggi pada “biaya diferensiasi” yang lebih rendah dibandingkan dengan “nilai

premium” bagi pembeli. Diferensiasi biasanya berasal dari satu atau lebih aktivitas

dalam rantai nilai yang menciptakan nilai unik yang penting bagi pembeli. Selain itu, kesinambungan dari diferensiasi tersebut akan bergantung pada dua hal: kesinambungan dari nilai yang tinggi dalam pandangan pembeli dan kurangnya imitasi oleh pesaing.16

Dalam menentukan pilihan strategi, perusahaan perlu mempertimbangkan prospek industri dan kemampuannya sendiri untuk mendukung posisi yang berkesinambungan dan dapat bertahan hidup secara ekonomi di dalam industri itu. Misalnya, jika perusahaan memilih strategi kepemimpinan harga, apakah perusahaan itu secara realistik memiliki upaya untuk menopang proses kerja pengembangan teknologi yang diperlukan untuk mendukung keunggulan bersaing harga rendahnya.

15 D.T. Johns dan H.A. Harding, Manajemen Operasi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif, h.

20

16 John A. Pearce II, Richard B. Robinson, Jr, Manajemen Strategis-Formulasi, Implementasi,


(26)

Jika pendanaan tidak tersedia untuk mendukung upaya berkesinambungan yang diperlukan itu, maka perlu ditanyakan apakah strategi seperti itu dapat dipertahankan dalam jangka panjang. Tentu saja, jika pengembangan proses kinerja tidak dibiayai, persaingan diantara para pesaing atau para pendatang baru pada akhirnya akan menyingkirkan perusahaan.

Perusahaan berusaha mencari kemampuan menciptakan keunggulan bersaing jangka panjang dalam industrinya. Hal tersebut akan mendukung baik kepemimpinan harga maupun strategi diferensiasi, yang pasti memerlukan juga dukungan operasi. Secara khusus, keputusan itu pasti perlu dikomunikasikan kepada bidang operasi dengan suatu cara yang akan mendorong pengambilan keputusan operasi yang tepat.17

B. Talangan Pembiayaan

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 25 UU Perbankan Syariah dan PBI No. 10/24/PBI/2008, pembiayaan adalah penyediaan dana dan/atau tagihan/piutang.18 Sedangkan dalam UU No.10 Tahun 1998 Pasal 1 ayat 12 menyatakan bahwa pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyaluran uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan

17 D.T. Johns dan H.A Harding, Manajemen Operasi Untuk Meraih Keunggulan Kompetitif, h. 26

18 Nanang Budianas, Pengertian Pembiayaan dan Jenis-Jenis Pembiayaan Bank Syariah, artikel

ini dipublikasikan pada 08 Februari 2013, diakses pada 3 Mei 2014 dari


(27)

uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dan imbalan atau bagi hasil.19

Pasalnya, pada tanggal 26 Juni 2002, MUI mengeluarkan fatwa No. 29/DSN-MUI/VI/2002 terkait dengan pembiayaan pengurusan haji oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS). Salah satu isinya menyebutkan bahwa LKS dapat menalangi pembayaran BPIH (Badan Pengurusan Ibadah Haji) nasabah dengan prinsip al-qardh.20

Talangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah memberikan pinjaman uang untuk membayar sesuatu; membelikan barang dengan membayar kemudian.21

Pengertian talangan bisa diartikan Lend dalam bahasa Inggris yaitu, memberikan sesuatu yang berharga kepada orang lain, selama jangka waktu tertentu atau yang tidak tertentu, tanpa memberikan atau melepaskan hak miliknya, dan tetap mempunyai hak untuk meminta kembali barang yang semula itu atau yang sepadan dengan itu. Orang yang Lends atau meminjamkan mesin atau tanah, misalnya dapat mengharapkan kembali harta milik yang semula itu, akan tetapi orang yang meminjamkan uang atau barang-barang yang dapat dijual/belikan, mengharapkan akan mendapatkan kembali sejumlah uang yang ekuivalen.22

19 Ibid, h. 16

20 Yasir Maqosid, Dana Talangan Haji: Halal atau Haram?, artikel ini diakses pada 25 April

2014 dari http://ibadahhaji.wordpress.com/2012/03/13/dana-talangan-haji-halal-atau-haram

21 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), (Jakarta:

Balai Pustaka, 1990), h. 888

22 Abdurahman, Ensiklopedia Ekonomi, Keuangan, Perdagangan, (Jakarta: Pradnya Paramita,


(28)

1. Dana Talangan Haji

Dana talangan haji adalah sebuah pinjaman bagi mereka (nasabah) yang ingin mendapatkan porsi haji namun dana yang mereka miliki tidak mencukupi untuk mendapatkan porsi haji di KEMENAG. Artinya, dana talangan ditujukan untuk mencukupi kekurangan dana untuk memenuhi persyaratan minimum mendapatkan porsi haji.

Dari pengertian tersebut, maka ada beberapa manfaat dari Dana Talangan Haji, yaitu: nasabah mendapatkan porsi haji, membangkitkan semangat berikhtiar mengumpulkan bekal/dana untuk berangkat haji, serta memungkinkan berangkat haji dalam waktu dekat, karena semakin lama menunda pendaftaran haji akan semakin lama berada dalam antrian. Diketahui bahwa peminat haji yang jumlahnya sangat besar dibanding jatah/quota haji dari tahun ketahun akan menyebabkan semakin lama menunggu keberangkatan haji.23

Di satu sisi, masyarakat memandang adanya pembiayaan dana talangan haji sebagai alternatif yang cukup menarik untuk mengatasi masalah sulitnya berhaji, baik karena faktor pendanaan yang belum mencukupi maupun karena terbatasnya quota haji yang tersedia untuk calon jamaah haji di Indonesia. Namun, di sisi lain, diduga ada unsur riba dalam praktek dana talangan haji. Hal ini karena praktek dana talangan

23 Artikel ini dipublikasikan pada Agustus 2012, diakses 22 April 2014 dari


(29)

haji mengharuskan calon jamaah haji membayar sejumlah uang lebih daripada yang dipinjamnya.

2. Dana Talangan Umroh

Di masa sekarang, umroh semakin mudah untuk dilakukan, dengan memanfaatkan fasilitas dari bank syariah yaitu talangan umroh maka masyarakat semakin mudah menunaikan ibadah umroh.24 Dana Talangan Umroh adalah pembiayaan jangka pendek yang digunakan untuk memfasilitasi biaya perjalanan umroh seperti tiket pesawat, akomodasi dan persiapan biaya umroh lainnya.

Manfaat Dana Talangan Umroh, yaitu:

1. Membantu calon jamaah dalam menunaikan ibadah umrohnya

2. Mengangsur pembayaran dengan jumlah angsuran yang tidak akan berubah selama masa perjanjian.25

C. Haji dan Umroh 1. Haji

a) Pengertian Haji

Haji menurut etimologi bahasa arab, kata haji mempunyai arti qashd, yakni

tujuan, maksud, dan menyengaja. Sedangkan menurut istilah syara‟ ialah

menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan

24 Cheria Travel, dipublikasikan pada 22 Nov 2010, diakses pada 19 April 2014 dari

http://www.cheria-travel.com/2010/11/dengan-talangan-umrah-bank-syariah.html

25 Misbakul Huda, Mudahnya Umroh Dengan Dana Talangan Umroh, dipublikasikan pada 7

Maret 2013, diakses pada 19 April 2014 dari http://www.nawwafhuda-travel.com/2013/03/mudahnya-umroh-dengan-dana-talangan.html


(30)

amalan ibadah tertentu pula. Yang termasuk dengan tempat-tempat tertentu adalah selain Ka‟bah dan Mas‟a (tempat sa‟i), juga Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Selain itu, yang dimaksud dnegan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji yang dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Adapun amalan tertentu ialah thawaf, sa‟i, wukuf, mabit di Muzdalifah, melontar jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain.26

b) Rukun dan Syarat Wajib Haji

Pekerjaan-pekerjaan yang dipandang Rukun Haji menurut Hanafiyah, rukun haji hanya dua yaitu wukuf di Arafah dan empat kali tawaf yang pertama dari tujuh kali tawaf. Yang tiga kali lagi dipandang wajib. Menurut golongan Syafi'iyah rukun haji ada enam, yaitu:ihram (niat ihram), wukuf di Arafah, bercukur atau bergunting, yang dilakukan sesudah berlalu separoh malam di malam Hari Raya, Tawaf Ifadah atau Tawaf Ziarah, Sa'i antara Shafa dan Marwah, dan berurutan, yaitu mendahulukan ihram atas segala yang lainnya, mendahulukan wukuf atas Tawaf Ifadah.

Jumhur Ulama (Malikiyah dan Hanabilah) berpandangan bahwa rukun haji itu ada empat yaitu: niat ihram, wukuf di Arafah, tawaf Ifadhah atau tawaf Ziarah, Sa'i antara Shafa dan Marwah. Sedangkan untuk syarat haji ada empat syarat wajib haji yaitu:

26 Madena Wisata Tour & Travel, artikel ini dipublikasikan pada 2011, diakses pada 19 April 2014 dari http://madenawisata.com/manasik/pengertian_haji


(31)

1) Orang yang mengerjakan haji itu seorang yang beragama Islam.

2) Orang yang mengerjakan haji itu seorang yang mukalaf (orang yang telah dewasa yang wajib menjalankan hukum agama).

3) Orang yang mengerjakan haji itu merdeka (bukan budak belian). 4) Orang yang mengerjakan haji mempunyai kesanggupan melakukannya.

Ringkasnya, syarat wajib haji, ialah Islam, baligh, berakal, merdeka dan sanggup mengerjakannya. Maka orang kafir27

tidak sah hajinya dan tidak akan diterima oleh Allah jika ia melakukannya, karena mereka tidak termasuk dalam persyaratan. Islam sebagai syarat utama dalam semua ibadah. Bagi orang yang gila, dia tidak wajib haji. Kalau dia melakukan haji, maka hajinya tidak sah.

Sedangkan anak kecil yang belum baligh, hajinya sah dan walinya mendapat pahala karena menghajikan anaknya. Akan tetapi haji anak kecil tidak menggugurkan kewajiban haji baginya ketika dia telah baligh. Bagi hamba sahaya, dia tidak wajib haji karena dia mempunyai kewajiban melayani tuannya. Akan tetapi bila dia melaksanakan haji, maka hajinya sah dan mendapatkan pahala atas hajinya. Oleh karena itu, bagi orang-orang yang tidak terdapat pada syarat-syarat tersebut, tidaklah diwajibkan haji. Dengan memiliki syarat-syarat ini, menjadi wajiblah seseorang melaksanakan ibadah haji.

27 Muhammad bin „Abdul „Aziz al-Musnad, Fatwa-Fatwa Haji dan Umrah, (Jakarta: Pustaka


(32)

c) Dalil Pensyari’atannya Adapun Dalil dari Al-Quran:























“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (diantaranya) maqam Ibrahim, barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia, mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari

semesta alam.”(Al-Imran: 97) Dalil dari HR Bukhari dan Muslim28

:

“Ibnu Umar ra, Rasulullah SAW bersabda: “Islam dibangun dibangun di atas

lima perkara yaitu syahadat laa ilaaha illallah dan Muhammad raulullah,

menegakkan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan haji.”

28 Muhammad Ridwan, Mekanisme Pembiayaan Dana Talangan Haji di Bank Muamalat Cabang

Ciledug, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), h. 15


(33)

2. Umroh

a) Pengertian Umroh

Umroh menurut bahasa bermakna ziarah. Menurut istilah syara‟ umroh ialah

menziarahi Ka‟bah, melakukan tawaf di sekelilingnya, bersa‟i antara Shafa dan

Marwah dan mencukur atau menggunting rambut. Sedangkan pengertian umroh

secara istilah adalah berkunjung ke Ka‟bah untuk melakukan serangkaian ibadah

dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan. Umroh disunahkan bagi muslim yang mampu. Umroh dapat dilakukan kapan saja, kecuali pada hari Arafah 11, 12, 13 Zulhijah. Melaksanakan umroh pada bulan Ramadhan sama nilainya dengan melakukan Ibadah Haji (Hadits Muslim).29

b) Syarat Wajib Umroh

Sejumlah syarat yang harus dipenuhi, yang jika tidak maka seseorang tidak wajib melakukan umroh. Syarat itu adalah: Islam, baligh, aqil, merdeka dan istitha‟ah. Sedangkan wajib umroh adalah ketentuan yang bila mana dilanggar, maka ibadah umrohnya tetap sah, tetapi seseorang harus membayar dam karena meninggalkannya. Yang termasuk wajib umroh hanya dua, yakni: niat ihram dari miqat dan tidak berbuat yang diharamkan pada waktu melakukan ibadah umroh.30

29 Zaenal Abidin, Pengertian Haji dan Umroh Terkini, dipublikasikan pada 14 April 2012,

diakses pada 19 April 2014 dari http://jurnal-haji.blogspot.com/2012/04/pengertian-haji-umroh-terkini.html

30 Nino, Umroh, artikel ini dipublikasikan pada 22 Februari 2011, diakses pada 19 April 2014 dari


(34)

c) Rukun Umroh

Rukun umroh hampir mirip dengan rukun haji. Jika salah satunya ditinggalkan, ibadah tersebut tidak sah. Bedanya hanya satu yaitu tidak wukuf di Arafah. Lengkapnya, rukun umroh adalah ihram, thawaf (berkeliling

Ka‟bah), sa‟i diantara shafa dan Marwah, bercukur dan tertib/ menertibkan

antara empat rukun diatas.31 d) Hukum Umroh

Para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan hukum umroh. Asy Syafi'i dalam mazhab jadidnya menerangkan, bahwasanya umroh itu adalah suatu fardhu. Sedangkan Abu Hanifah, Malik dan Abu Tsawr menetapkan bahwa umroh itu sunah muakkadah, bukan wajib. Pendapat ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Munzir dan An Nakha'i.32

Mereka melandaskan pendapat ini pada beberapa dalil dan salah satu firman Allah SWT :

Mendudukan ayat Al-Quran, “Sempurnakanlah Ibadah Haji dan Umroh

karena Allah” (Al-Baqarah: 196) sebagai dalil wajibnya umroh adalah keliru. Pasalnya objek yang diwajibkan disini ialah penyempurnaan haji dan umroh setelah ihram untuk keduanya dilakukan.33

31 M Ablah, Buku Induk Haji dan Umrah Untuk Wanita, (Jakarta: Zaman, 2009), h.375-376

32 Nino, Umroh, artikel ini dipublikasikan pada 22 Februari 2011, diakses pada 19 April 2014 dari

http://umroh-murah.blogspot.com


(35)

D. Akad Qardh dan Ijarah

Dalam Al Quran, ada beberapa istilah yang berkaitan dengan janji atau perjanjian, yaitu kata akad (al-aqdu), ahd (al-ahdu), dan wa‟adu.34 Secara bahasa, akad atau perjanjian itu digunakan untuk banyak arti, yang keseluruhannya kembali kepada bentuk ikatan atau penghubungan terhadap dua hal. Sementara akad menurut istilah adalah keterikatan keinginan diri dengan sesuatu yang lain dengan cara yang memunculkan adanya komitmen tertentu yang di syariatkan.

Sedangkan menurut fatwa DSN No. 45/DSN-MUI/II/2005, mengartikan akad

sebagai transaksi atau perjanjian syar‟i yang menimbulkan hak dan kewajiban. Akad

yang sah mempunyai akibat hukum pada objek akad. Setiap transaksi memiliki akibat hukum masing-masing sesuai dengan jenis dan bentuknya. Dalam transaksi jual beli (murabahah), akibat hukumnya adalah terjadinya pemindahan pemilikan dari satu pihak (yang melakukan ijab) kepada pihak lain (yang menyatakan kabul). Sedangkan dalam transaksi sewa-menyewa (ijarah), akibat hukumnya adalah terjadinya pengalihan kemanfaatan dari suatu barang dan jasa dari pemilik sewa kepada pengguna sewa dan begitu seterusnya dalam transaksi-transaksi lain.35

34 Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012), h.

126


(36)

1. Qardh

a. Pengertian Qardh

Qardh adalah suatu akad pembiayaan kepada nasabah tertentu dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada Lembaga Keuangan Syariah (LKS) pada waktu yang telah disepakati oleh LKS dan nasabah.36

Kata qardh ini kemudian diadopsi menjadi credo (Romawi),

credit (Inggris), dan kredit (Indonesia). Objek dari pinjaman qardh biasanya uang atau alat tukar lainnya yang merupakan transaksi pinjaman murni tanpa bunga ketika peminjam mendapatkan uang tunai dari pemilik dana (dalam hal ini bank) dan hanya wajib mengembalikan pokok utang pada waktu tertentu di masa yang akan datang.37

Dalil yang menjadi landasan hukum qardh sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional No. 19/DSN-MUI/IX/2000, tanggal 9 April 2001 antara lain menegaskan bahwa nasabah qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima pada waktu yang telah disepakati bersama. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan LKS telah memastikan ketidakmampuannya, LKS dapat memperpanjang jangka waktu pengembalian, serta menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.

36 Mukhtar Alshodiq, Briefcase Book Edukasi Profesional Syariah Fatwa-Fatwa Ekonomi

Syariah Kontemporer, (Jakarta: Renaisan, 2005), h. 53-57


(37)

Berdasarkan fatwa DSN tersebut, maka yang menjadi pertimbangan Dewan Syariah Nasional menetapkan qardh sebagai sebuah sistem perekonomian yang sah menurut syariah adalah:

a) Lembaga Keuangan Syariah (LKS) di samping sebagai lembaga komersial, harus dapat berperan sebagai lembaga sosial yang dapat meningkatkan perekonomian secara maksimal.

b) Sebagai salah satu sarana peningkatan perekonomian yang dapat dilakukan oleh LKS adalah penyaluran dana melalui prinsip qardh, yakni suatu akad pinjaman kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada LKS pada waktu yang telah disepakati oleh LKS dan nasabah.

c) Akad tersebut sesuai dengan syariah Islam, DSN memandang perlu menetapkan fatwa tentang akad qardh untuk dijadikan pedoman oleh LKS. Transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qardh merupakan salah satu bentuk pembiayaan atau penyaluran dana oleh bank syariah kepada nasabah penerima fasilitas (debitur).38

Aplikasi qardh dalam perbankan biasanya dalam empat hal, yaitu:

a) Sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji diberikan pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji. Nasabah akan melunasinya sebelum keberangkatannya ke haji.


(38)

b) Sebagai pinjaman tunai (cash advanced) dari produk kartu kredit syariah, dimana nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai milik bank melalui ATM. Nasabah akan mengembalikannya sesuai waktu yang ditentukan.

c) Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, dimana menurut perhitungan bank akan memberatkan pengusaha bila diberikan pembiayaan dengan skema jual beli, ijarah, atau bagi hasil.

d) Sebagai pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank bank menyediakan fasilitas ini untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank. Pengurus bank akan mengembalikan dana pinjaman itu secara cicilan melalui pemotongan gajinya.39

b. Rukun dan Syarat Qardh

Rukun dari akad qardh yang harus dipenuhi dalam transaksi antara lain: 1) Pelaku akad, yaitu muqtaridh (peminjam), pihak yang membutuhkan dana,

dan muqridh (pemberi pinjaman), pihak yang memiliki dana 2) Objek akad, yaitu qardh (dana)

3) Tujuan, yaitu „iwad atau countervalue berupa pinjaman tanpa imbalan (pinjam Rp.X,- dikembalikan Rp.X,-); dan

4) Sighat, yaitu ijab dan kabul.


(39)

Sedangkan syarat dari akad qardh yang harus dipenuhi dalam transaksi yaitu, kerelaan kedua belah pihak dan dana digunakan untuk sesuatu yang bermanfaat dan halal.

Pinjaman qardh biasanya diberikan oleh bank kepada nasabahnya sebagai fasilitas pinjaman talangan pada saat nasabah mengalami over-draft. Fasilitas ini merupakan bagian dari satu paket pembiayaan lain, untuk memudahkan nasabah bertransaksi.40

c. Dasar Hukum Qardh

Dasar hukum transaksi pembiayaan berdasarkan akad qardh antara lain berdasarkan Al-Quran:





“Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah SWT pinjaman yang baik,

maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman untuknya dan dia akan

memperoleh pahala yang banyak.”(Al-Hadid: 11)








(40)

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik

(menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipatgandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”(Al Baqarah: 245)

Dasar hukum qardh berdasarkan Hadits: Hadits riwayat Ibnu Majah41

“Anas bin malik berkata, berkata Rasulullah SAW: aku melihat pada waktu

malam di isra‟-kan, pada pintu surga tertulis: shadaqah dibalas 10 kali lipat dan

qardh 18 kali. Aku bertanya: “Wahai jibril mengapa qardh lebih utama dari

sedekah? Ia menjawab: Karena peminta-minta sesuatu dan ia punya, sedangkan

yang meminjam tidak akan meminjam kecuali karena keperluan.”

Dari hadits terebut dapat disimpulkan bahwa memberikan pinjaman kepada orang lain yang membutuhkan lebih utama daripada orang yang bersedekah. Allah SWT akan lebih banyak melipatgandakan kepada orang yang meminjamkan hartanya di jalan Allah daripada orang yang bersedekah karena seseorang tidak akan meminjamkannya jika dia benar-benar membutuhkannya.

41 Anisy Kurlillah, Kajian Muamalah, artikel ini dipublikasikan pada 7 Desember 2011 dan

diakses pada 19 April 2014 dari http://caknenang.blogspot.com/2011/12/normal-O-false-false-false-en-us-x-none.html


(41)

Selain itu menurut Pasal 19 ayat (1) huruf e dan ayat (2) huruf e serta pasal 21 huruf b angka 3 UU Perbankan Syariah, Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang Qardh, PBI No. 7/6/PBI/2005 tentang Transparasi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah beserta ketentuan perubahannya dan PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah berikut perubahannya dengan PBI No. 10/16/PBI/2008.

Perlakuan Akuntansi terhadap transaksi pembiayaan berdasarkan akad qardh

berpedoman kepada PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah dan PAPSI yang berlaku. Serta pembiayaan berdaarkan akad qardh berlaku bagi Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.42

42


(42)

d. Skema Pembiayaan Qardh

Tenaga Kerja Modal 100%

Kembali Modal

Gambar 2.1. Skema Qardh

Dalam pembiayaan berdasarkan akad qardh, bank bertindak sebagai penyedia dana untuk memberikan pinjaman (qardh) kepada nasabah berdasarkan kesepakatan. Bank dilarang dengan alasan apapun untuk meminta pengembalian pinjaman melebihi jumlah nominal yang sesuai akad. Bank juga dilarang membebankan biaya apapun atas penyaluran pembiayaan atas dasar qardh, kecuali biaya administrasi dalam batas kewajaran. Pengembalian jumlah pembiayaan atas dasar qardh harus dilakukan oleh nasabah pada waktu yang telah disepakati. Dalam hal nasabah digolongkan mampu, namun tidak mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada waktu yang telahdisepakati, maka bank dapat memberikan sanksi sesuai syariah dalam rangka pembinaan nasabah.43

43 Saefuddin Arif, dan AH. Azharuddin Lathif, Kontrak Bisnis Syariah, h. B-14

Perjanjian Qardh

Nasabah Bank

Proyek Usaha


(43)

Berdasarkan fatwa DSN No. 19/DSN-MUI/IV/2001 tanggal 18 April 2001 tentang qardh, bank syariah dapat meminta jaminan kepada nasabah bila dipandang perlu. Nasabah qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela kepada bank selama tidak diperjanjikan dalam akad. Sanksi yang dijatuhkan kepada nasabah dapat berupa dan tidak terbatas pada penjualan barang jaminan. Jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus memenuhi kewajibannya secara penuh.

Dengan memperhatikan pengertian fatwa di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pinjaman dana dalam transaksi dengan akad qardh adalah pinjaman kebajikan (benevolent loan). Dalam transaksi ini bank syariah berperan sebagai lembaga sosial yang dapat meningkatkan perekonomian nasabahnya secara maksimal.44

3. Ijarah

a. Pengertian Ijarah

Transaksi non-bagi hasil selain yang berpola jual beli adalah transaksi berpola sewa atau ijarah. Ijarah biasa juga disebut sewa, jasa, atau imbalan.45

Ijarah

adalah transaksi sewa-menyewa atas suatu barang dan/ atau jasa antara pemilik objek sewa termasuk kepemilikan hak pakai atas objek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakan.

44 Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, h. 126


(44)

Fatwa DSN No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan Ijarah. Memberikan pengertian akad ijarah yaitu akad pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang dalam waktu tertentu dengan pembayaran sewa (ujrah), tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.

Berdasarkan penjelasan mengenai akad ijarah dalam Undang-Undang Perbankan Syariah dan penjelasan dalam fatwa DSN terkait pembiayaan berdasarkan akad ijarah dapat dipahami bahwa dalam pembiayaan ijarah, bank tidak perlu membeli dan membalik nama objek sewa yang akan dibiayai dengan fasilitas pembiayaan ijarah tersebut.46

Ada dua jenis ijarah dalam hukum Islam, yaitu:

1) Ijarah yang berhubungan dengan sewa jasa, yaitu mempekerjakan jasa seseorang dengan upah sebagai imbalan jasa yang disewa. Pihak yang mempekerjakan disebut musta‟jir, pihak pekerja disebut ajir, upah yang dibayarkan disebut ujrah.

2) Ijarah yang berhubungan dengan sewa aset atau properti, yaitu memindahkan hak untuk memakai dari aset atau properti tertentu kepada orang lain dengan imbalan biaya sewa. Bentuk ijarah ini mirip dengan

leasing (sewa) di bisnis konvensional. Pihak yang menyewa (lessee) disebut musta‟jir, pihak yang menyewakan (lessor) disebut mu‟jir/muajir, sedangkan biaya sewa disebut ujrah.


(45)

Ijarah bentuk pertama banyak diterapkan dalam pelayanan jasa perbankan syariah. Sementara itu, ijarah bentuk kedua biasa dipakai sebagai bentuk investasi atau pembiayaan di perbankan syariah.47

b. Rukun dan Syarat Ijarah

Rukun dari akad ijarah yang harus dipenuhi dalam transaksi ada beberapa, yaitu:

1) Pelaku akad, yaitu musta‟jir (penyewa) adalah pihak yang menyewa aset, dan mu‟jir/muajir (pemilik) adalah pihak pemilik yang menyewakan aset. 2) Objek akad, yaitu ma‟jur (aset yang disewakan), dan ujrah (harga sewa). 3) Sighat, yaitu ijab dan kabul.48Ijab kabul antara mu‟jir dan musta‟jir Syarat-syarat ijarah adalah sebagai berikut:

1) Hendaklah barang yang menjadi objek akad sewa-menyewa dan upah-mengupah dapat dimanfaatkan kegunaannya.

2) Hendaklah benda-benda yang objek sewa-menyewa dan upah-mengupah dapat diserahkan kepada penyewa dan pekerja berikut kegunaanya (khusus dalam sewa-menyewa).

3) Manfaat dari benda yang disewa adalah perkara yang mubah (boleh) menurut syara‟, bukan hal yang dilarang (diharamkan).

47 Ibid, h. 99


(46)

4) Benda yang disewakan disyaratkan kekal „ain (zat)-nya hingga waktu yang ditentukan menurut perjanjian dalam akad.49

Sedangkan dua hal harus diperhatikan dalam penggunaan ijarah sebagai bentuk pembiayaan. Pertama, beberapa syarat harus dipenuhi agar hukum-hukum syariah terpenuhi, dan yang pokok adalah:

1) Jasa atau manfaat yang akan diberikan oleh aset yang disewakan tersebut harus tertentu dan diketahui dengan jelas oleh kedua belah pihak.

2) Kepemilikan aset tetap pada yang menyewakan yang bertanggung jawab atas pemeliharaannya sehingga aset tersebut terus dapat memberi manfaat kepada penyewa.

3) Akad ijarah dihentikan pada aset yang beersangkutan berhenti memberikan manfaat kepada penyewa. Jika aset tersebut rusak dalam periode kontrak, akad ijarah masih tetap berlaku.

4) Aset tidak boleh dijual kepada penyewa dengan harga yang ditetapkan sebelumnya pada saat kontrak berakhir. Apabila aset akan dijual, harganya akan ditentukan pada saat kontrak berakhir.

Syarat-syarat diatas menyiratkan bahwa pemilik dana atau pemilik aset tidak memperoleh keuntungan tertentu yang ditetapkan sebelumnya. Tingkat keuntungan (rate of return) baru dapat diketahui setelahnya.


(47)

Kedua, sewa aset tidak dapat dipakai sebagai patokan tingkat keuntungan dengan alasan:

1) Pemilik aset tidak mengetahui dengan pasti umur yang bersangkutan. Aset hanya akan memberikan pendapatan pada masa produktifnya. Selain itu, harga aset tidak diketahui apabila akan dijual pada saat aset tersebut masih produktif.

2) Pemilik aset tidak tahu pasti sampai kapan aset tersebut dapat terus disewakan selama masa produktifnya. Pada saat sewa pertama berakhir, pemilik belum tentu langsung mendapatkan penyewa berikutnya. Apabila sewa diperbaharui, harga sewa mungkin berubah mengingat kondisi produktivitas aset yang mungkin telah berkurang.50

c. Dasar Hukum Ijarah

Dasar hukum transaksi pembiayaan berdasarkan akad ijarah antara lain berdasarkan Al-Quran:




















(48)

“Tempatkanlah mereka (para isteri) dimana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah di talaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka itu nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya dan musyawarahkanlah diantara kamu (segala sesuatu), dengan baik dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain

boleh menyusukan (anak itu) untuknya.” (QS. Al-Thalaq: 6)





”Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat

dipercaya.”(QS. Al-Qashash: 26)

Dasar hukum ijarah berdasarkan hadits adalah: Hadits riwayat Bukhari dan Muslim:

“Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah olehmu upahnya kepada tukang bekam itu.”


(49)

Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud:

“Dahulu kami menyewa tanah dengan jalan membayar dari tanaman yang

tumbuh. Lalu Rasulullah melarang kami cara itu dan memerintahkan kami agar membayarnya dengan uang mas atau perak.”51

Selain itu menurut pasal 19 ayat (1) huruf f dan ayat (2) huruf f serta Pasal 21 huurf b angka 4 UU Perbankan Syariah, Fatwa DSN No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan Ijarah, serta PBI No. 7/6/PBI/2005 tentang Transparasi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah beserta ketentuan perubahannya dan PBI No. 9/19/PBI/2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah berikut perubahannya dengan PBI No. 10/16/PBI/2008.

Perlakuan Akuntansi terhadap transaksi pembiayaan berdasarkan akad ijarah

tersebut berpedoman kepada PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah dan PAPSI. Pembiayaan berdasarkan akad ijarah sebagaimana uraian di atas berlaku bagi Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.52

51Sohari Sahrani & Ru‟fah Abdullah, Fikih Muamalah, h. 169


(50)

d. Skema Pembiayaan Ijarah

3.Akad Pembiayaan Ijarah

Mu‟ajir 1. Permohonan Musta‟jir 2.Menyewa 4. Ijarah

Gambar 2.2. Skema Pembiayaan Ijarah

Keterangan gambar:

1) Nasabah mengajukan pembiayaan ijarah ke bank syariah.

2) Bank Syariah membeli/menyewa barang yang diinginkan oleh nasabah sebagai objek ijarah, dari supplier/penjual/pemilik.

3) Setelah dicapai kesepakatan antara nasabah dengan bank mengenai barang objek ijarah, tarif ijarah, periode ijarah dan biaya pemeliharaannya, maka akad pembiayaan ijarah ditandatangani. Nasabah diwajibkan menyerahkan jaminan yang dimiliki.

4) Bank menyerahkan objek ijarah kepada nasabah sesuai akad yang disepakati. Setelah periode ijarah berakhir, nasabah mengembalikan objek ijarah tersebut kepada bank.

Nasabah Bank Syariah


(51)

5) Bila bank membeli objek ijarah tersebut (al-bai‟ wal ijarah), setelah periode ijarah berakhir objek ijarah tersebut disimpan oleh bank sebagai aset yang dapat disewakan kembali. Sedangkan, bila bank menyewa objek

ijarah tersebut (al-Ijarah wal ijarah, atau ijarah parallel). Setelah periode

ijarah berakhir objek ijarah tersebut dikembalikan oleh bank kepada supplier/penjual/pemilik.53

Dalam transaksi pembiayaan berdasarkan akad ijarah, bank wajib menyediakan dana untuk merealisasikan penyediaan objek sewa yang dipesan nasabah. Pengembalian atas penyediaan dana bank oleh nasabah dapat dilakukan baik dengan angsuran maupun sekaligus. Pengembalian atas penyediaan dana bank tersebut tidak dapat dilakukan dalam bentuk piutang maupun dalam bentuk pembebasan utang.

Fatwa DSN No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah tidak menyatakan adanya agunan terhadap pembiayaan berdasarkan akad tersebut, namun mengingat penyaluran dana oleh bank syariah berdasarkan akad tersebut juga harus layak, maka bank wajib berpedoman kepada ketentuan Pasal 23 UU Perbankan Syariah. Dalam pasal 23 tersebut antara lain ditegaskan bahwa bank wajib melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha calon nasabah penerima fasilitas.54

53 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Bank Islam, h. 146-147


(52)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembiayaan

ijarah, berdasarkan ketentuan Pasal 23 UU Perbankan Syariah tentang Kelayakan Penyaluran Dana, adanya agunan tambahan pada dasarnya diwajibkan.

Dalam pembiayaan ijarah, barang yang disewa oleh nasabah bukan milik nasabah, karena itu secara yuridis nasabah tidak bisa menjadikan objek sewa tersebut sebagai agunan. Fatwa DSN tentang ijarah menyebutkan bahwa kewajiban LKS (bank syariah) adalah menyediakan barang yang disewakan. Berdasarkan fatwa tersebut dapat ditafsirkan bahwa bank tidak perlu memiliki objek sewa. Apabila objek sewa tersebut milik pihak ketiga dan bukan milik Negara/pemda, maka objek sewa dimungkinkan menjadi agunan atas pembiayaan

ijarah atau jaminan pihak ketiga.55 E. Review Studi Terdahulu

Adapun studi terdahulu untuk penelitian yang akan saya lakukan melihat kepada beberapa penelitian skripsi terdahulu, yaitu:

1. Analisis Manajemen Pembiayaan Dana Talangan Haji Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Malang – (FE/Manajemen/UIN Malang 2010) Skripsi ini membahas manajemen pembiayaan dana talangan haji untuk membantu nasabah mendapatkan porsi secara cepat serta membahas prinsip


(53)

penyaluran dana (akad) pembiayaan yang dilakukan BSM Cabang Malang. Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan mengumpulkan data melalui wawancara dengan pihak terkait dan studi pustaka.

2. Keunggulan Kompetitif Produk Tabungan Haji Bank Syariah (BMI, BSM dan DKI Syariah) – Suhaeti (FSH/Muamalat/Perbankan Syariah 2011) Penelitian ini fokus kepada keunggulan kompetitif produk tabungan haji yang dikeluarkan bank syariah di tiga bank yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank DKI Syariah. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan mengumpulkan data melalui wawancara dengan pihak terkait dan studi pustaka.

Skripsi ini membahas mengenai fatwa DSN No. 29 tentang pengurusan haji oleh LKS yang didasarkan melalui prespektif ushul fiqh, serta mekanisme pembiayaan dana talangan haji pada Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH). Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan mengumpulkan data melalui wawancara dengan pihak terkait dan studi pustaka.

3. Aplikasi Akad Ijarah (Multijasa) dalam Pembiayaan Talangan Umroh pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Fatmawati – Nuzulur Rohman (FSH/Muamalat/Perbankan Syariah 2012)

Skripsi ini membahas tentang aplikasi akad ijarah yang digunakan Bank Muamalat Indonesia dalam pembiayaan talangan umrah, serta membahas


(54)

kesesuaian akad dengan ketentuan dari fatwa DSN dan Peraturan Bank Indonesia.

Dengan melihat review studi terdahulu diatas, maka dalam penelitian ini yang menjadi fokus penulis yaitu perbandingan keunggulan dua produk antara dana talangan haji dan talangan umroh pada Bank Muamalat Indonesia.


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Metode adalah suatu prosedur atau cara mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodelogi ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Dengan demikian, metode penelitian ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan yang terdapat dalam penelitian.56 Ruang lingkup metode penelitian dari skripsi ini akan membahas berbagai aspek yang berkaitan dengan pembiayaan dana talangan haji dan dana talangan umroh pada Bank Muamalat Indonesia.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan berdasarkan paradigm, strategi dan implementasi model secara kualitatif. Istilah penelitian kualitatif dimaksudkan sebagai jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lain. Contohnya, dapat berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat dan perilaku seseorang, peranan organisasi, gerakan sosial, atau hubungan timbal balik. Sebagai datanya dapat dihitung sebagaimana data

56 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi


(1)

19 Al-Qardh 3

4. LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang perlu.

5. Nasabah al-Qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad.

6. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan LKS telah memastikan ketidakmampuannya, LKS dapat:

a. memperpanjang jangka waktu pengembalian, atau

b. menghapus (write off) sebagian atau seluruh kewajibannya.

Kedua : Sanksi

1. Dalam hal nasabah tidak menunjukkan keinginan mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya dan bukan karena ketidak-mampuannya, LKS dapat menjatuhkan sanksi kepada nasabah.

2. Sanksi yang dijatuhkan kepada nasabah sebagaimana dimaksud butir 1 dapat berupa --dan tidak terbatas pada-- penjualan barang jaminan.

3. Jika barang jaminan tidak mencukupi, nasabah tetap harus memenuhi kewajibannya secara penuh.

Ketiga : Sumber Dana

Dana al-Qardh dapat bersumber dari: a. Bagian modal LKS;

b. Keuntungan LKS yang disisihkan; dan

c. Lembaga lain atau individu yang mempercayakan penyaluran infaqnya kepada LKS.

Keempat : 1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta

Pada tanggal : 24 Muharram 1422 H 18 April 2001 M DEWAN SYARI’AH NASIONAL

MAJELIS ULAMA INDONESIA


(2)

(3)

FATWA

DEWAN SYARI’AH NASIONAL Nomor: 29/DSN-MUI/VI/2002

Tentang

PEMBIAYAAN PENGURUSAN HAJI LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH

ِﻢﻴِﺣﺮﻟﺍ ِﻦﻤﺣﺮﻟﺍ ِﷲﺍ ِﻢﺴِﺑ

Dewan Syari'ah Nasional setelah:

Menimbang : a. bahwa salah satu bentuk jasa pelayanan keuangan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah pengurusan haji dan talangan pelunasan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH);

b. bahwa lembaga keuangan syari'ah (LKS) perlu merespon kebutuhan masyarakat tersebut dalam berbagai produknya; c. bahwa agar pelaksanaan transaksi tersebut sesuai dengan prinsip

syari’ah, Dewan Syariah Nasional memandang perlu menetapkan fatwa tentang pengurusan dan pembiayaan haji oleh LKS untuk dijadikan pedoman.

Mengingat : 1. Firman Allah, QS. al-Maidah [5]: 1:

ﺂﻳ

ﺎﻬﻳﹶﺃ

ﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ

ﺍﻮﻨﻣﺁ

ﺍﻮﹸﻓﻭﹶﺃ

ِﺩﻮﹸﻘﻌﹾﻟﺎِﺑ

ﺖﱠﻠِﺣﹸﺃ

ﻢﹸﻜﹶﻟ

ﹸﺔﻤﻴِﻬﺑ

ِﻡﺎﻌﻧَﻷﹾﺍ

ﱠﻻِﺇ

ﺎﻣ

ﻰﹶﻠﺘﻳ

ﻢﹸﻜﻴﹶﻠﻋ

ﺮﻴﹶﻏ

ﻰﱢﻠِﺤﻣ

ِﺪﻴﺼﻟﺍ

ﻢﺘﻧﹶﺃﻭ

،ﻡﺮﺣ

ﱠﻥِﺇ

َﷲﺍ

ﻢﹸﻜﺤﻳ

ﺎﻣ

ﺪﻳِﺮﻳ

)

ﺓﺪﺋﺎﳌﺍ

:

١

(

“Hai orang yang beriman! Tunaikanlah akad-akad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.”

2. Firman Allah, QS. al-Qashash [28]:26:

ﺖﹶﻟﺎﹶﻗ

ﺎﻤﻫﺍﺪﺣِﺇ

ِﺖﺑﹶﺃﺎﻳ

ﻩﺮِﺟﹾﺄﺘﺳﺍ

ﱠﻥِﺇ

ﺮﻴﺧ

ِﻦﻣ

ﺕﺮﺟﹾﺄﺘﺳﺍ

ﻱِﻮﹶﻘﹾﻟﺍ

ﲔِﻣَﻷﹾﺍ

.

“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Hai ayahku! Ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.”


(4)

ﺎﻬﻳﹶﺄﻳ

ﻦﻳِﺬﱠﻟﺍ

ﺍﻮﻨﻣﺁ

ﺍﹶﺫِﺇ

ﻢﺘﻨﻳﺍﺪﺗ

ِﻦﻳﺪِﺑ

ﻰﹶﻟِﺇ

ٍﻞﺟﹶﺃ

ﻰﻤﺴﻣ

ﻩﻮﺒﺘﹾﻛﺎﹶﻓ

...

"Hai orang yang beriman! Jika kamu bermu'amalah tidak secara tunai sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis..." 4. Firman Allah, QS. al-Baqarah [2]: 280:

ﹾﻥِﺇﻭ

ﹶﻥﺎﹶﻛ

ﻭﹸﺫ

ٍﺓﺮﺴﻋ

ﹲﺓﺮِﻈﻨﹶﻓ

ﻰﹶﻟِﺇ

ٍﺓﺮﺴﻴﻣ

“Dan jika ia (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, berilah tangguh sampai ia berkelapangan…”

5. Firman Allah tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS.al-Maidah [5]: 2:

ﺍﻮﻧﻭﺎﻌﺗﻭ

ﻰﹶﻠﻋ

ﺮِﺒﹾﻟﺍ

ﻯﻮﹾﻘﺘﻟﺍﻭ

ﹶﻻﻭ

ﺍﻮﻧﻭﺎﻌﺗ

ﻰﹶﻠﻋ

ِﻢﹾﺛِﺈﹾﻟﺍ

ِﻥﺍﻭﺪﻌﹾﻟﺍﻭ

ﺍﻮﹸﻘﺗﺍﻭ

ﱠﻠﻟﺍ

ﻪ

ﱠﻥِﺇ

ﻪﱠﻠﻟﺍ

ﺪﻳِﺪﺷ

ِﺏﺎﹶﻘِﻌﹾﻟﺍ

.

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesung-guhnya Allah amat berat siksa-Nya”

6. Hadis riwayat ‘Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id al-Khudri, Nabi s.a.w. bersabda:

ِﻦﻣ

ﺮﺟﹾﺄﺘﺳﺍ

ﺍﺮﻴِﺟﹶﺃ

ﻪﻤِﻠﻌﻴﹾﻠﹶﻓ

ﻩﺮﺟﹶﺃ

.

“Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya.”

7. Hadis-hadis Nabi shallallahu alaihi wasallam tentang beberapa prinsip bermu’amalah, antara lain hadis riwayat Muslim dari Abu Hurairah:

ﻦﻣ

ﺝﺮﹶﻓ

ﻦﻋ

ٍﻢِﻠﺴﻣ

ﹰﺔﺑﺮﹸﻛ

ﻦِﻣ

ِﺏﺮﹸﻛ

،ﺎﻴﻧﺪﻟﺍ

ﺝﺮﹶﻓ

ُﷲﺍ

ﻪﻨﻋ

ﹰﺔﺑﺮﹸﻛ

ﻦِﻣ

ِﺏﺮﹸﻛ

ِﻡﻮﻳ

،ِﺔﻣﺎﻴِﻘﹾﻟﺍ

ُﷲﺍﻭ

ﻲِﻓ

ِﻥﻮﻋ

ِﺪﺒﻌﹾﻟﺍ

ﻡﺍﺩﺎﻣ

ﺒﻌﹾﻟﺍ

ﺪ

ﻲِﻓ

ِﻥﻮﻋ

ِﻪﻴِﺧﹶﺃ

)

ﻩﺍﻭﺭ

ﻢﻠﺴﻣ

.(

“Barang siapa melepaskan dari seorang muslim suatu kesulitan di dunia, Allah akan melepaskan kesulitan darinya pada hari kiamat; dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia (suka) menolong saudaranya.”

8. Hadis Nabi s.a.w. riwayat Jama’ah:

ﹸﻞﹾﻄﻣ

ﻲِﻨﻐﹾﻟﺍ

ﻢﹾﻠﹸﻇ

“Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu adalah suatu kezaliman….”


(5)

29 Pembiayaan Pengurusan Haji LKS 3

ﻲﹶﻟ

ِﺪِﺟﺍﻮﹾﻟﺍ

ﱡﻞِﺤﻳ

ﻪﺿﺮِﻋ

ﻪﺘﺑﻮﹸﻘﻋﻭ

.

“Penundaan (pembayaran) yang dilakukan oleh orang mampu menghalalkan harga dirinya dan memberikan sanksi kepadanya.”

10. Hadis Nabi s.a.w. riwayat al-Bukhari:

ﱠﻥِﺇ

ﻢﹸﻛﺮﻴﺧ

ﻢﹸﻜﻨﺴﺣﹶﺃ

ًﺀﺎﻀﹶﻗ

.

“Orang yang terbaik di antara kamu adalah orang yang paling baik dalam pembayaran utangnya.”

11. Hadis Nabi riwayat Tirmizi dari ‘Amr bin ‘Auf al-Muzani, Nabi s.a.w. bersabda:

ﺢﹾﻠﺼﻟﹶﺍ

ﺰِﺋﺎﺟ

ﻦﻴﺑ

ﲔِﻤِﻠﺴﻤﹾﻟﺍ

ﱠﻻِﺇ

ﺎﺤﹾﻠﺻ

ﻡﺮﺣ

ﹰﻻﹶﻼﺣ

ﻭﹶﺃ

ﱠﻞﺣﹶﺃ

ﺎﻣﺍﺮﺣ

ﹶﻥﻮﻤِﻠﺴﻤﹾﻟﺍﻭ

ﻰﹶﻠﻋ

ﺷ

ﻢِﻬِﻃﻭﺮ

ﱠﻻِﺇ

ﺎﹰﻃﺮﺷ

ﻡﺮﺣ

ﹰﻻﹶﻼﺣ

ﻭﹶﺃ

ﱠﻞﺣﹶﺃ

ﺎﻣﺍﺮﺣ

.

“Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”

12. Kaidah Fiqh:

ﹸﻞﺻَﻷﹶﺍ

ﻲِﻓ

ِﺕﹶﻼﻣﺎﻌﻤﹾﻟﺍ

ﹸﺔﺣﺎﺑِﻹﹾﺍ

ﱠﻻِﺇ

ﹾﻥﹶﺃ

ﱠﻝﺪﻳ

ﹲﻞﻴِﻟﺩ

ﻰﹶﻠﻋ

ﺎﻬِﻤﻳِﺮﺤﺗ

.

“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”

ﹶﺍ

ﹸﺔﱠﻘﺸﻤﹾﻟ

ﺐِﻠﺠﺗ

ﺮﻴِﺴﻴﺘﻟﺍ

“Kesulitan dapat menarik kemudahan.”

ﹸﺔﺟﺎﺤﹾﻟﹶﺍ

ﺪﹶﻗ

ﹸﻝِﺰﻨﺗ

ﹶﺔﹶﻟِﺰﻨﻣ

ِﺓﺭﻭﺮﻀﻟﺍ

“Keperluan dapat menduduki posisi darurat.”

Memperhatikan : 1. Permohonan fatwa dari berbagai LKS, baik tertulis maupun lisan, tentang pembiayaan dana talangan haji.

2. Pendapat peserta rapat pleno DSN pada hari Rabu, 26 Juni 2002 M./ 15 Rabi’ul Akhir 1423 H.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : FATWA PEMBIAYAAN PENGURUSAN HAJI LKS Pertama : Ketentuan Umum

1. Dalam pengurusan haji bagi nasabah, LKS dapat memperoleh imbalan jasa (ujrah) dengan menggunakan prinsip al-Ijarah sesuai Fatwa DSN-MUI nomor 9/DSN-MUI/IV/2000.


(6)

2. Apabila diperlukan, LKS dapat membantu menalangi pembayaran BPIH nasabah dengan menggunakan prinsip al-Qardh sesuai Fatwa DSN-MUI nomor 19/DSN-MUI/IV/2001. 3. Jasa pengurusan haji yang dilakukan LKS tidak boleh

dipersyaratkan dengan pemberian talangan haji.

4. Besar imbalan jasa al-Ijarah tidak boleh didasarkan pada jumlah talangan al-Qardh yang diberikan LKS kepada nasabah.

Kedua : Ketentuan Penutup

1. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua belah pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui badan arbitrase syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta

Pada Tanggal : 15 Rabi’ul Akhir 1423 H 26 Juni 2002 M

DEWAN SYARI’AH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA

Ketua, Sekretaris,