16
ternyata belum pernah disusun oleh peneliti lain. Oleh karena itu, penelitian yang dilakukan dalam penulisan tesis ini adalah asli, sehingga dapat dipertanggung
jawabkan secara akademis berdasarkan nilai-nilai objektifitas dan kejujuran.
F. Kerangka Teori dan Landasan Konsepsional
1. Kerangka Teori
Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi,
23
dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidak benarannya. Kerangka teori adalah
kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis.
24
Pada masyarakat yang demokratis dan berpegang pada prinsip hukum, telah mencerminkan rasa keadilan masyarakat karena hukum tersebut bersifat aspiratif,
sehingga hukum yang ditegakkan mencerminkan rasa keadilan dan kepastian hukum, sebagaimana yang telah diaspirasikan oleh masyarakat. Pada negara-negara yang
sedang dalam masa transisi menuju demokrasi dan menuju ke negara yang menganut prinsip hukum yang berlaku sepenuhnya mencerminkan rasa keadilan masyarakat.
Karena hukum-hukum
tersebut belum
aspiratif belum
sepenuhnya dapat
menyuarakan dan mencerminkan nilai-nilai yang hidup di masyarakat, bahkan
23
J.J.J.M.Wuisman, dengan menyunting M.Hisyam, Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Jilid I, FEUI, Jakarta,1996,hal.203.
24
M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Mandar Maju, Bandung, 1994, hal.80.
Universitas Sumatera Utara
17
sering dituding sebagai suatu hukum yang mencerminkan kehendak dan kepentingan penguasa yang tidak jarang mengabaikan rasa keadilan masyarakat.
Pada saat hukum akan ditegakkan untuk menjamin adanya kepastian hukum, maka ada kemungkinan rasa keadilan masyarakat terganggu, sehingga dalam situasi
yang demikian ada konflik atau benturan kepentingan antara kepastian hukum dengan rasa keadilan masyarakat.
Perkembangan ilmu hukum tidak terlepas dari teori hukum sebagai landasan dan tugas teori hukum adalah untuk menjelaskan nilai-nilai hukum dan postulat-
postulatnya hingga dasar-dasar filsafatnya yang paling dalam.
25
Sehingga penelitian ini tidak terlepas dari teori-teori ahli hukum yang dibahas dalam bahasa dan sistem
pemikiran para ahli hukum sendiri. Jelas kiranya bahwa seorang ilmuan mempunyai tanggung jawab sosial yang terpikul dibahunya. Bukan karena ia adalah warga
masyarakat yang kepentingannya terlibat secara langsung di masyarakat, melainkan juga karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam kelangsungan hidup masyarakat.
26
Holland yang dikutip oleh Wise, Percy M.Winfield dan Bias, bahwa tujuan hukum adalah menciptakan dan melindungi hak-hak legal rights. Hukum pada
hakikatnya adalah sesuatu yang abstrak, tetapi dalam manifestasinya bisa berwujud konkrit. Suatu kententuan baru dapat di nilai baik jika akibat-akibat yang dihasilkan
25
W.Friedmann, Teori dan Filsafat Umum, Raja Grafindo, Jakarta, 1994, hal.2.
26
Jujun S.Suryasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1999, hal.237.
Universitas Sumatera Utara
18
dari penerapannya adalah kebaikan, kebahagiaan yang sebesar-besarnya dan berkurangnya penderitaan.
27
Menurut teori konvensional, tujuan hukum adalah mewujudkan keadilan rechts gerenchtigheid, kemanfaatan rechtsuitilieteit dan kepastian hukum rechts
zekerheid.
28
Dalam mewujudkan keadilan, Adam Smith 1732-1790 Guru besar dalam bidang filosofi moral dan sebagai ahli teori hukum dari Glasgow University
pada tahun 1750, telah melahirkan ajaran mengenai keadilan justice. Smith mengatakan bahwa tujuan keadilan adalah untuk melindungi diri dari kerugian the
end of justice is to secure from injury.
29
Untuk mencapai suatu suasana kehidupan masyarakat hukum yang mampu menegakkan kepastian hukum dan sekaligus mencerminkan rasa keadilan masyarakat
maka diperlukan beberapa faktor, yaitu : a.
Adanya suatu perangkat hukum yang demokratis aspiratif b.
Adanya struktur birokrasi kelembagaan yang efisien dan efektif serta transparan dan akuntabel.
c. Adanya aparat hukum dan profesi hukum yang profesional dan memiliki
integritas moral yang tinggi
27
Lili Rasidi dan I.B.Wiyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, hal.79.
28
Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukum Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis, PT.Gunung Agung Tbk, Jakarta, 2002,hal.85.
29
Bismar Nasution, Mengkaji Ulang Landasan Pembangunan Ekonomi, Pidato pada Pengukuhan Sebagai Guru Besar USU-Medan, 17 April 2004, hal.4-5. Sebagaimana di kutip dari Neil
Mac Cormik, ”Adam Smith On Law”, Valvaraiso University Law Review, Vol.15, 1981, hal.244.
Universitas Sumatera Utara
19
d. Adanya budaya yang menghormati, taat dan menjunjung tinggi nilai-nilai hukum
dan HAM menegakkan supermasi hukum. Berdasarkan Fatwa DSN Nomor: 29DSN-MUIVI2002 Tentang Pembiayaan
Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah, tidak secara tegas memberikan defenisi mengenai pembiayaan dana talangan haji. Hanya menyatakan bahwa salah satu
bentuk jasa pelayanan keuangan yang menjadi kebutuhan masyarakat adalah pengurusan haji dan talangan pelunasan biaya perjalanan iIbadah haji, dan bahwa
lembaga keuangan syariah perlu merespon kebutuhan masyarakat tersebut dalam berbagai produknya. Agar pelaksanaan transaksi tersebut sesuai dengan prinsip
syariah, Dewan Syariah Nasional memandang perlu menetapkan fatwa tentang pengurusan dan pembiayaan haji oleh LKS untuk dijadikan pedoman.
30
Tujuan dari hukum Islam adalah mewujudkan kemaslahatan bagi umat manusia. Sejalan dengan hal tersebut, maka teori
yang digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori kemaslahatan. Secara sederhana maslahat
al-maslahah diartikan sebagai sesuatu yang baik atau sesuatu yang bermanfaat. Secara leksikal, menuntut ilmu itu mengandung kemaslahatan, maka hal ini berarti
menuntut ilmu itu merupakan penyebab diperolehnya manfaat secara lahir dan
bathin.
31
Al Ghazali menformasikan teori kemaslahatan dalam kerangka mengambil manfaat dan menolak kemudharatan untuk memelihara tujuan syara’. Hal tersebut
30
Fatwa Dewan Syariah Nasioanl Nomor: 29DSN-MUIVI2002 Tentang Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah.
31
Husain Hamid Hasan, Nadzirriyah al Mashalahah fi al fiqh al Islamy, Kairo: dar Al Nahdhah al- Arabiyah, hal.3-4.
Universitas Sumatera Utara
20
dapat diartikan bahwa setiap kegiatan manusia harus bermanfaat bagi umat manusia, namun demikian tidak boleh bertentangan dengan tujuan dari syariat Islam.
Berdasarkan pendapat Ibnu Taymiyyah, sebagaimana dikutip oleh Syekh Abu Zahrah,
32
mengatakan bahwa yang dimaksud dengan maslahat ialah pandangan mujtahid tentang perbuatan yang mengandung kebaikan yang jelas dan bukan
perbuatan yang berlawanan dengan hukum syara’. Maslahat dari segi tingkatannya yaitu maslahat yang menjadi hajat hidup manusia
dapat dibagi kepada tiga tingkatan, yaitu :
33
1. Maslahat Dharurriyat Yaitu kemaslahatan yang menjadi dasar tegaknya kehidupan asasi manusia
baik yang berkaitan dengan agama maupun dunia. Jika ia luput dari kehidupan manusia maka rusaknya tatanan kehidupan manusia tersebut. Yang termasuk
dalam maslahat dharuriyat ialah hal-hal yang berkaitan dengan pemeliharaan agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.
2. Maslahat Hajiyat Yaitu persolan-persoalan yang dibutuhkan oleh manusia untuk menghilangkan
kesulitan dan kerusakan yang dihadapi. Maslahat ini seringkali lebih rendah di bawah maslahat daruriyat. Maslahat ini berkaitan dengan keinginan-
keinginan dalam hukum Islam, seperti boleh berbuka puasa bagi orang sakit
32
Muhammad Abu Zahrah, Ibn Taymiyyah, Hayatuhu wa Ashruhu wa Ara’uhu wa fiwhuhu, Mesir, Dar al-fikr al-Arabiy,tt, hal.495.
33
Hasballah Thaib, Tajdid, Reaktualisasi dan Elastisitas Hukum Islam, Konsentrasi Hukum Islam Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2002, hal.28.
Universitas Sumatera Utara
21
dan musafir, boleh mengqashar shalat dalam perjalanan. Bila keringanan itu tidak diberikan akan melahirkan kesulitan walaupun tidak mengakibatkan
kerusakan atau kegoncangan dalam hidup. 3. Maslahat Tahsiniyat
Yaitu maslahat yang sifatnya untuk memelihara kebaikan dan kebagusan budi pekerti serta keindahan. Kemaslahatan ini dibutuhkan manusia seperti
berpakaian yang indah, memakai wangi-wangian waktu hendak beribadah. Maslahat ini bersifat kesempurnaan dan pelangkap.
Berdasarkan ketiga tingkatan maslahat diatas, maka dana talangan haji itu masuk kedalam maslahat hajiyat, karena ada unsur keringanan disini, artinya naik
haji diwajibkan bagi orang-orang yang sanggup, dan kata sanggup dalam Islam ada tiga unsur, yaitu: sanggup dengan sendirinya, sanggup dengan dibayari oleh orang
lain dan sanggup dengan cara berhutang atau dengan dana talangan haji. Keringanan yang diberikan dalam maslahat hajiyat disini bisa diartikan bahwa adanya bantuan
dari bank syariah untuk menalangi dana calon jemaah haji yang ingin berangkat haji dengan segera, namun dananya belum mencukupi untuk mendapati nomor porsi haji,
lalu bank syariah memberi keringanan dengan memberikan pinjaman kepada calon jemaah haji itu dengan persyaratan-persyaratan tertentu.
DSN dan Majlis Ulama Indonesia pada tanggal 15 Rabiul Akhir 1423 H atau bertepatan dengan tanggal 26 juni 2002 M, menetapkan fatwa DSN-MUI No
29DSN-MUIIII2002 tentang pembiayaan pengurusan haji LKS. Dalam
Universitas Sumatera Utara
22
fatwa tersebut dinyatakan bahwa ketentuan pembiayaan pengurusan haji lembaga keuangan syariah adalah sebagai berikut:
34
a. Dalam pengurusan haji bagi nasabah, LKS dapat memperoleh imbalan jasa ujrah dengan menggunakan prinsip al-ijarah sesuai fatwa DSN-MUI No.
9DSN-MUIIV2000. b. Apabila diperlukan, LKS dapat membantu menalangi pembayaran BPIH
nasabah dengan menggunakan prinsip Al-qardh sesuai dengan Fatwa DSN- MUI No. 19DSN-MUIIV2001.
c. Jasa pengurusan haji yang dilakukan LKS tidak boleh dipersyaratkan dengan pemberian talangan haji.
d. Besar imbalan jasa al-ijarah tidak boleh didasarkan pada jumlah talangan yang diberikan LKS kepada nasabah.
2. Konsepsi