26
c. Bahan hukum tertier, yaitu bahan-bahan yang memberikan informasi tentang
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, berupa kamus-kamus seperti kamus bahasa Indonesia, Inggris, dan Arab, serta kamus-kamus keilmuan seperti
kamus istilah hukum, ekonomi, dan perbankan. Di samping melakukan pengumpulan mengenai bahan hukum, juga
dikumpulkan data primer yang dilakukan penulis dengan melakukan wawancara interview dengan narasumber. Wawancara dilakukan terhadap para pihak yang
terkait dalam dana talangan haji, seperti Bank Sumut Syariah, Depertemen Agama Tingkat II dan juga pada Kantor Majelis Ulama Indonesia Tingkat II.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dikenal adalah studi kepustakaan dan wawancara interview. Sesuai dengan sumber data seperti yang dijelaskan di atas,
maka dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara : a.
Studi Kepustakaan Terhadap data sekunder dikumpulkan dengan melakukan studi kepustakaan,
yaitu dengan mencari dan mengumpulkan serta mengkaji Al-qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber hukum Islam, peraturan perundang-undangan, rancangan undang-
undang, hasil penelitian, jurnal ilmiah, artikel ilmiah, dan makalah seminar yang berhubungan dengan pembiayaan dana talangan haji pada perbankan syariah.
b. Wawancara interview
Universitas Sumatera Utara
27
Terhadap data lapangan primer dikumpulkan dengan teknik wawancara tidak terarah non-directive interview atau tidak terstruktur free flowing interview
yaitu dengan
mengadakan komunikasi
langsung kepada
informan, dengan
menggunakan pedoman wawancara interview guide guna mencari jawaban atas pelaksanaan akad pembiayaan dana talangan haji pada bank syariah di kota Medan.
5. Analisis Data.
Semua bahan yang diperoleh dari bahan pustaka serta data yang diperoleh dilapangan dianalisa secara kualitatif. Melalui metode deduktif, data sekunder yang
telah diuraikan dalam tinjauan pustaka secara komparatif akan dijadikan pedoman dan dilihat pelaksanaannya dalam melihat pembiayaan dana talangan haji pada Bank
Sumut Syariah di kota Medan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dianalisa dengan cara kualitatif, selanjutnya dilakukan proses pengolahan data, setelah selesai
pengolahan data baru ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode deduktif.
Universitas Sumatera Utara
28
BAB II KONSEP PENGELOLAAN DANA TALANGAN HAJI DI BANK SUMUT
SYARIAH CABANG MEDAN
A. Konsep Pengelolaan Dana 1.
Pengertian Konsep Pengelolaan Dana Menurut Hukum Perbankan
Dalam pengelolaan dana bank, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu aspek likuiditas kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dana dengan segera dan
dengan biaya yang sesuai, dan aspek rentabilitas alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha yang dicapai oleh bank yang bersangkutan, dan
pengelolaan dua aspek ini sangat penting dalam pengelolaan dana bank syari’ah, karena disatu sisi bank harus memenuhi kewajibannya terhadap nasabah yang ingin
menarik dana dan disisi lain bank juga perlu untuk mendapatkan keuntungan dari dana yang telah dihimpun dari masyarakat untuk membayarkan biaya bunga maupun
biaya operasional dari bank itu sendiri. Dalam pengelolaan dua aspek ini, bank harus siap untuk menanggung segala
resiko yang mungkin timbul dari penghimpunan ataupun penyaluran dana yang
dilakukan, dan dalam hal ini yang dapat dilakukan oleh bank yaitu dengan meminimalisir segala resiko yang mungkin terjadi bahkan jika mungkin bank harus
bisa terhindar dari segala resiko operasional sehingga bank masih dapat mengambil keuntungan dari penyaluran dan penghimpunan dana tersebut. Dan disinilah
28
Universitas Sumatera Utara
29
diperlukan Assets dan Liability Management pengelolaan resiko jangka pendek dari sebuah bank.
35
Assets Liability Management ALMA adalah suatu proses pengelolaan aktiva dan pasiva secara terpadu, berkesinambungan untuk mencapai keuntungan dalam
situasi lingkungan usaha yang bergejolak atau secara ringkas dapat dikatakan bahwa Assets Liability Management merupakan pengelolaan risiko jangka pendek aktiva
pasiva yaitu resiko likuiditas, resiko perubahan peningkatan suku bunga, resiko pembatasan devisa suatu negara, resiko modal.
36
Dan dalam keberhasilannya ALMA memerlukan koordinasi serta partisipasi dari seluruh bagian yang terlibat dalam
penanganan aktiva dan pasiva bank, dimana koordinasi seluruh bagian ini disebut dengan ALCO Assets Liabilities Management Committee.
37
ALCO adalah
suatu wadah
untuk menampung
kebersamaan proses
manajemen untuk mencapai keberhasilan tujuan bank, tetapi dalam hal ini ALCO hanya bertindak sebagai wadah penampung kebersamaan dalam mengelola
kebijaksanaan, strategi, serta pengambilan keputusan dan bukan merupakan fungsi manajemen dari ALMA.
Dalam Bank Syari’ah, pada dasarnya dalam pengelolaan keuangan baik modal ataupun pertanggungjawabannya masih sama dengan bank-bank pada umumnya.
Namun, untuk bank syari’ah ada perbedaan mendasar dalam dominasi pembagian
35
Slamet Riyadi, 2006. Banking Assets and Liability Management Edisi Ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2006, hal.30
36
Imam Rusyamsi, Asset Liability Management Strategi, Pengelolaan Aktiva Pasiva Bank. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 1999, hal 54.
37
Asset Liabilities Management Committee, selanjutnya disebut juga ALCO
Universitas Sumatera Utara
30
hasil atau keuntungan dalam pendistribusian uang tersebut. Dalam bank syari’ah itu sendiri lebih banyak bertumpu pada kualitas aset, dimana kualitas ini akan banyak
menarik perhatian dari nasabah untuk meng-investasikan dananya di bank syari’ah dan ini juga berarti bank tersebut juga meningkatkan pertanggungjawabannya. Dan
dalam hal peningkatan kualitas modal ini kemampuan manajemen untuk melakukan fungsinya sebagai profesional investment manager akan menentukan kualitas modal
yang dikelolanya. Untuk mendapatkan keuntungan besar dari segala pengelolaan modal dan
pertanggungjawabannya, bank harus mampu menangani segala resiko yang mungkin muncul selama proses pengelolaan dana nasabah dan investor tersebut. Berikut ini
resiko-resiko yang mungkin timbul dari penempatan dana yang dilakukan oleh bank, antara lain:
a. Liquidity Risk resiko likuiditas
b. Interest Rate Risk Resiko perubahan peningkatan suku bunga
c. Credit Risk resiko kreditpembiayaan
d. Management Risk resiko manajemen
e. Exchange Risk resiko perubahan nilai tukar
f. Sovereign Risk resiko pembatasan devisa di suatu negara
g. Legal Risk resiko dari pelanggaran hukum yang berkaitan dengan aspek yuridis
h. Market Risk resiko yang timbul dalam proses operasional dilapangan
i. Operasional Risk resiko operasional dari suatu bank
Universitas Sumatera Utara
31
Dari berbagai resiko yang timbul diatas, hal ini sama-sama mungkin untuk dialami oleh semua bank baik itu bank syari’ah atau konvensional. Tetapi, tentu saja
ada perbedaan yang mendasar dalam pengelolaan modal dan pertanggungjawaban dari bank syari’ah untuk mencapai tingkat likuiditas dan rentabilitas. Berikut adalah
beberapa karakteristik yang membedakan pengelolaan Bank syari’ah dengan Bank konvensional, antara lain:
38
1. Bank Syari’ah menjamin pembayaran kembali nominal simpanan giro dan
tabungan Wadi’ah, tetapi tidak menjamin pembayaran kembali nilai nominal dari deposito dan juga tidak menjamin keuntungan atas deposito. Sehingga
mekanisme pengaturan pembagian keuntungan atas deposito bergantung pada kinerja bank. Berbeda dengan sistem yang digunakan oleh bank konvensional
yang menjamin pembayaran keuntungan deposito atas bunga tertentu. 2.
Sistem operasional bank syari’ah berdasarkan prinsip Equity, dalam hal ini semua modal memiliki resiko, sehingga hubungan bank dengan nasabah
investor berdasarkan prinsip bagi hasil dan berbagai resiko. 3.
Tingkat likuiditas bank syari’ah tergantung pada tingkat kelabilan deposito nasabah,
kepercayaan dana-dana
pada non-PLS
Profit Loss
Sharing, kompetensi teknis yang berhubungan dengan pengaturan struktur tanggung
jawab, ketersediaan modal yang siap dikonversikan menjadi kas dan akses pada pasar antar bank dan sumber dana lainnya.
38
Ibid, hal.55.
Universitas Sumatera Utara
32
4. Dalam bank konvensional, tingkat likuiditasnya bergantung pada ada tidaknya pengendalian likuiditas yaitu perhatian pada biaya yang ditimbulkan dalam
pengendalian likuiditas, arus dana masuk dan keluar dan tingkat suku bunga. Didalam sebuah badan seperti bank, ada yang namanya pembiayaan yang di
berikan oleh pihak pengelola untuk nasabah. Pembiayaan tersebut di berikan bank guna untuk membantu nasabah yang membutuhkan dana dengan bentuk tagihan yang
mana dalam jangka waktu tertentu dengan kesepakatan atau persetujuan antara pihak bank dan nasabah.
Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syariah kepada nasabah.
Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan
sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain. Sedangkan menurut UU N0. 10 tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan :
39
“Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.”
Menurut Muhammad Syafi’i Antonio, Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan
untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.
39
UU N0.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.
Universitas Sumatera Utara
33
Dalam pelaksanaan pembiayaan, bank syariah harus memenuhi beberapa aspek, diantaranya:
40
1. Aspek Syar’i, berarti dalam setiap realisasinya pembiayaan kepada para nasabah, bank syariah harus tetap berpedoman pada syariat islam antara lain
tidak mengandung unsur maisir, gharar dan riba serta bidang usahanya harus halal.
2. Aspek Ekonomi, berarti disamping mempertimbangkan hal-hal syariah bank syariah tetap mempertimbangkan perolehan keuntungan baik bagi bank
syariah maupun bagi nasabah bank syariah. Pelaksanaan pembiayaan pada bank syariah dicakup bagian pemasaran, yaitu
sebagai aparat manajemen yang ditugaskan untuk membantu direksi dalam menangani tugas-tugas khususnya
yang menyangkut bidang marketing dan pembiayaan. Beberapa tugas pokok bidang pemasaran adalah:
41
1. Melakukan koordinasi setiap pelaksanaan tugas–tugas pemasaran dan pembiayaan.
2. Melakukan pengamatan, evaluasi, dan pengawasan 3. Bertindak sebagai komite pengambilan keputusan pembiayaan.
4. Melayani, menerima tamu secara aktif calon nasabah atau nasabah. Menurut Muhammad Syafi’i Antonio Ada empat kelompok petugas-petugas
yang menjalankan aktivitas pembiayaan pada bank syariah, mulai dari yang
40
Joko Adi
Yulianto, Pengertian
Kredit dan
Pembiayaan, http:boeink-
494.blogspot.com200906pengertian-dan-jenis-pembiayaan-di-bank.html, diakses pada 22 Maret 2012
41
Bank Sumut Syariah Cabang Medan, 2012.
Universitas Sumatera Utara
34
menawarkan produk bank syariah sampai pada petugas yang melakukan penanganan pembiayaan macet. Petugas-petugas tersebut adalah:
42
1. Account Officer AO
AO atau
pembina pembiayaan
bertugas memproses
calon nasabah
pembiayaan. Selanjutnya membina nasabah tersebut agar memenuhi kesanggupan terutama dalam pembayaran kembali pinjamannya. Dengan demikian jauh hari
sebelum menjadi nasabah perlu dilakukan penanggulangan kemungkinan terjadi masalah, sehingga sejauh mungkin dihindari dengan cara preventif penanggulangan.
2. Bagian support pendukung pembiayaan
Bersama dengan AO mengadakan penilaian pemohon pembiayaan sehingga memenuhi kreteria dan persyaratannya. AO dalam memproses calon nasabah dari
segi keandalannya, sedangkan bagian pendukung dari segi keabsahannya, seperti kebenaran lampiran, usaha maupun penggunaan pembiayaan, taksasi jaminan,
keabsahan jaminan,dan lain-lain. 3.
Bagian Administrasi Di dalam proses pembiayaan terdapat administrasi yang ditangani oleh AO
atau pun bagian support pembiayaan. Disamping itu setelah pemohon menjadi nasabah mulai dari pencairan dananya sampai pelunasan ataupun pembayaran debitur
akan ditangani oleh bagian administrasi pembiayaan. 4.
Bagian Pengawasan Pembiayaan
42
Muhammad Syafi’I Antonio, Op.Cit, hal. 135.
Universitas Sumatera Utara
35
Bagian pengawasan pembiayaan bertugas untuk memantau pembiayaan antara lain
membuat surat-surat
peringatan kepada
nasabah, penagihan-penagihan.
Disamping itu juga mengadministrasikan jaminan ataupun mengurusi data nasabah. Untuk memantapkan performa kerjanya, pejabat bank syariah sebagai suatu
profesi perlu menjunjung tinggi kode etik pejabatan pembiayaan bank syariah, yaitu: 1.
Patuh pada perundang-undangan dan peraturan pembiayaan 2.
Memperhitungkan dampak dari setiap kebiajakan terhadap ekonomi, sosial, dan lingkungan.
3. Menjaga kerahasian nasabah dan banknya
Menurut Rivai dan Vaithzal, analisis pembiayaan atau penilaian pembiayaan dilakukan oleh Account Officer atau bahkan dapat pula berupa Committee
tim yang ditugaskan untuk menganalisis permohonan pembiayaan. Account officer dituntut memiliki keahlian dan keterampilan, baik teknis maupun
operasional, serta memiliki penguasaan pengetahuan yang bersifat teoritis.
43
Account officer yang baik telah terbiasa dengan berbagai barang yang lazim digunakan untuk menganalisis, mengetahui cara-cara menganalisis, memiliki
pengetahuan yang memadai tentang aspek ekonomi keuangan, manajemen, hukum, dan teknis, serta memiliki wawasan yang luas mengenai prinsip-prinsip pembiayaan.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-qur’an: “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin,
Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu
43
Rivai dan Veithzal, Islamic Financial Management, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta 2008, hal. 345
Universitas Sumatera Utara
36
memutar balikkan
kata-kata atau
enggan menjadi
saksi, Maka
Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.”
44
Tujuan utama dalam melakukan analisis pembiayaan adalah menilai seberapa besar kemampuan dan kesediaan debitur mengembalikan pembiayaan yang mereka
pinjam dan membayar keuntungan dan bagi hasil sesuai dengan isi perjanjian pembiayaan. Berdasarkan penilaian ini, bank dapat memperkirakan tinggi rendahnya
risiko yang akan ditanggung. Dengan demikian, pihak bank dapat memutuskan apakah permintaan pembiayaan yang diajukan ditolak, diteliti lebih lanjut atau
diluluskan kalau perlu dengan memasukkan syarat-syarat khusus kedalam perjanjian pembiayaan.
2. Pengertian Konsep Pengelolaan Dana Talangan Haji Menurut Hukum