Bentuk Lain Penyakit Kulit Akibat Kerja Prognosis Penyakit Kulit Akibat Kerja

kontak, di mana cenderung meluas beberapa hari setelah kontak kulit. Urtikaria kontak meluas dengan segera setelah kulit kontak dengan kontaktan. Manifestasi klinisnya biasanya berupa terjadinya erupsi urtikaria segera dalam waktu 30 menit setelah kontak dan pada waktu yang lama menjadi dermatitis Kaplan, 2008. Penyebab terjadinya urtikaria kontak meliputi bahan makanan seperti daging, telur, seafood dan sayuran, bulu dan sekresi dari hewan seperti ulat dan artropoda yang lainnya, tumbuhan dan bumbu-bumbu seperti rumput laut, thyme dan cabai rawit, parfum dan bahan penyedap seperti balsam dari Peru dan minyak kayu manis, beberapa jenis obat-obatan seperti antibiotik, logam, bahan pengawet seperti formalin dan asam benzoat, dan karet lateks sarung tangan Kaplan, 2008.

2.2.5. Bentuk Lain Penyakit Kulit Akibat Kerja

Bahan atau alergen dari lingkungan lain, termasuk agen fisik seperti radiasi ion, faktor mekanik, sinar ultraviolet, panas dan dingin dapat merusak kulit. Beberapa bahan kimia diserap secara perkutaneus dan dapat menyebabkan toksik sistemik seperti dioksin yang menyebabkan klorakne. Minyak dan lemak dapat menyebabkan oilakne. Campuran fenol seperti para tertiary butyl phenol formaldehyde resins dapat menyebabkan depigmentasi kulit. Gejalanya jarang terjadi, hanya 10 dari semua kasus DAK Rofiq, 2007. Keganasan pada kulit akibat bahan karsinogen yang berasal dari lingkungan seperti sinar ultraviolet, hidrokarbon aromatik polisiklik dan arsenik seringkali tercetus setelah terpapar selama beberapa tahun Rofiq, 2007.

2.2.6. Prognosis Penyakit Kulit Akibat Kerja

Universitas Sumatera Utara Penyakit Kulit Akibat Kerja PKAK umumnya mempunyai prognosis buruk. Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap pekerja logam dan pekerja konstruksi menemukan 70 persen tetap menderita dermatitis meskipun telah dilakukan upaya penghindaraan terhadap alergen penyebab dan perubahan jenis pekerjaan Odom, 2000. Meski PKAK tidak memerlukan rawat inap, ringan, dan umumnya dianggap sebagai risiko yang perlu diterima, pengaruh terhadap pekerjaan dan status sosial psikologi harus diperhitungkan. Dampak PKAK terhadap ekonomi sangat besar. Ini meliputi biaya langsung atas pengobatan, kompensasi kecacatan dan biaya tidak langsung yang meliputi kehilangan hari kerja dan produktivitas, biaya pelatihan ulang serta biaya yang menyangkut efek terhadap kualitas hidup Rofiq, 2007. Dengan penelitian ini dapat diharapkan apakah kedua hal tersebut dapat terjadi pada para pemulung di TPA sehingga dapat disimpulkan apakah pekerjaan yang mereka lakukan berisiko atau dapat dilakukan dengan tanpa kekhawatiran akan menderita penyakit kulit di samping itu tentunya akan diperoleh suatu sistem perlindungan terhadap rakyat kecil berupa pencegahan agar mereka dapat terlindungi dari penyakit sesuai dengan rencana pemerintah Indonesia Sehat 2010 karena pemulung juga adalah rakyat Indonesia Suryani, 2008.

2.3. Landasan Teori