Penyusunan Solusi Alternatif Tahapan Kedua

internal perusahaan. Tetapi menurut perusahaan, kondisi ini akan diselesaikan sesuai solusi alternatif yang diberikan dalam waktu dekat Status verifikasi: Ketidaksesuaian ini belum terselesaikan. Kondisi ini memerlukan perhatian lebih dari perusahaan untuk menjamin kegiatan pemantauan dan pengukuran untuk keamanan pangan terlaksana dengan baik dan benar. ii. Tindakan saat hasil pemantauan melebihi batas kritis Rujukan: ISO 22000:2005, klausul 7.6.5 Kondisi awal tahapan pertama: Belum ada orang yang bertanggungjawab untuk selalu siap di titik pemisahan produk yang ditolak metal detector untuk mengkomunikasikan ke bagian proses agar menunda proses produksi di lini yang sama jika terjadi penemuan produk yang ditolak sebanyak 20 karung selama 4 jam. Solusi alternatif tahapan pertama: Penyeleksian dan pemilihan orang yang kompeten untuk bertanggungjawab dan siap sedia melaksanakan prosedur metal detector. Hasil verifikasi: Sudah ditentukan dan dipilih orang-orang yang kompeten dan terlatih untuk menjalankan prosedur metal detector. Status verifikasi: Ketidaksesuaian sistem keamanan pangan terselesaikan. Prosedur pemantauan tindakan saat melebihi batas kritis telah berjalan dengan baik dan benar.

F. Penyusunan Solusi Alternatif Tahapan Kedua

Penyusunan solusi alternatif tahapan kedua ini untuk menindaklanjuti ketidaksesuaian yang terjadi saat dilakukan verifikasi sistem manajemen mutu terpadu. 1. Solusi alternatif sistem manajemen mutu Ketidaksesuaian sistem manajemen mutu PT Gula Rafinasi A dengan standar sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 sudah terselesaikan semuanya. Oleh karena itu, solusi alternatif untuk tahapan kedua tidak diberikan. 2. Solusi alternatif sistem manajemen keamanan pangan Ketidaksesuaian sistem manajemen keamanan pangan PT Gula Rafinasi A dengan standar sistem manajemen keamanan pangan ISO 22000:2005 belum terselesaikan semuanya. Terdapat empat ketidaksesuaian sistem keamanan pangan yang belum diselesaikan yaitu satu hal pada PRP, dua hal pada tindakan pengendalian OPRP dan satu hal pada HACCP Plan. Ketidaksesuaian PRP terletak pada infrastruktur bagian bagging belum mengikuti persyaratan keamanan pangan. Ketidaksesuaian tindakan pengendalian OPRP terletak pada permasalahan kontaminasi oli non-food grade pada kendaraan pengangkut raw sugar dan bak curah penampungan raw sugar sebelum memasuki tahap pengolahan gula rafinasi. Ketidaksesuaian pada HACCP plan terletak di masalah kalibrasi magnetic catcher yang belum juga dilakukan. a. Pre Requisite Programme PRP Pest control Rujukan: ISO 22000:2005, klausul 6.3 dan 7.2.1 Solusi yang bisa diberikan sama seperti solusi alternatif tahap pertama yaitu perbaikan sistem ventilasi pada saat pabrik tidak beroperasi dengan memasang ventilasi tertutup atau jaring-jaring screen. Dengan demikian, peluang investasi hama di lingkungan pabrik menjadi kecil. Hal ini penting dilakukan mengingat bahaya keamanan produk bisa disebabkan melalui kontaminasi mikroba yang bisa terbawa oleh serangga atau burung. b. Tindakan pengendalian Operational Pre Requisite Programme OPRP Rujukan: ISO 22000:2005, klausul 7.5 poin b yang mengacu ke klausul 7.4.4 i. Masalah kendaraan pengangkut raw sugar Solusi alternatif yang diberikan kepada PT Gula Rafinasi A berupa revisi prosedur penerimaan raw sugar untuk memasukkan pemantauan oli pada wheel loader. Prosedur ini setidaknya harus mewajibkan adanya poin tambahan pada laporan penerimaan raw sugar berupa batas maksimal oli pada wheel loader yang mencemari raw sugar. Tindakan koreksi langsung yang disarankan pelaksana magang adalah penundaan proses penerimaan raw sugar, jika secara visual terlihat lebih dari 30 oli mencemari raw sugar dalam kapasitas sekali angkut wheel loader dan pergunakan wheel loader lainnya yang lebih bersih untuk melakukan proses ini. Batas 30 hanya merupakan perkiraan kasar dari pelaksana magang yang bersifat subyektif. Batas ini perlu divalidasi oleh PT Gula Rafinasi A yang lebih mengetahui lebih pasti kondisi dan kemampuan alat mereka dalam menghilangkan cemaran oli pada raw sugar. ii. Masalah bak curah raw sugar Solusi alternatif yang diberikan kepada PT Gula Rafinasi A berupa revisi prosedur penerimaan raw sugar untuk memasukkan pemantauan oli pada bak curah raw sugar. Prosedur ini setidaknya harus mewajibkan adanya poin tambahan pada laporan penerimaan raw sugar berupa batas maksimal oli pada bak curah yang bisa mencemari raw sugar. Tindakan koreksi langsung yang disarankan pelaksana magang adalah penundaan proses penerimaan raw sugar, jika secara visual terlihat lebih dari 30 oli mencemari raw sugar di bak curah. Batas 30 hanya merupakan perkiraan kasar dari pelaksana magang yang bersifat subyektif. Batas ini perlu divalidasi oleh PT Gula Rafinasi A yang lebih mengetahui lebih pasti kondisi dan kemampuan alat mereka dalam menghilangkan cemaran oli pada raw sugar. c. Rencana Hazard Analysis Critical Control Point HACCP Plan Solusi alternatif yang diberikan terkait verifikasi kemampuan magnetic catcher tetap tidak berubah dari solusi alternatif yang diberikan pada tahapan pertama. Pencarian pemasok magnetic catcher yang bersedia untuk meminjamkan magnetic catcher yang sudah terkalibrasi dan tersertifikasi merupakan solusi yang paling mungkin dijalankan saat ini. Selanjutnya magnetic catcher yang dimiliki PT Gula Rafinasi A dikalibrasi kemampuannya dengan magnetic catcher terkalibrasi tersebut. Selanjutnya dilakukan validasi terhadap proses magnetic catcher. Walaupun tidak bisa memperoleh bukti sertifikat keterandalan magnetic catcher dari pihak ketiga, setidaknya PT Gula Rafinasi A dapat menjelaskan kondisi yang ada serta bukti usaha mereka untuk menunjukkan keterandalan magnetic catcher beserta bukti validasi alat tersebut kepada auditor dari badan sertifikasi sistem keamanan pangan. V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan