bersama-sama  dengan  organisasi  terkait  di  dalamnya  seperti  produsen peralatan, material kemas, bahan pembersih, bahan aditif dan bahan baku.
ISO 22000 mengharuskan bahwa semua bahaya yang mungkin terjadi dalam rantai makanan, termasuk bahaya yang berhubungan dengan proses
dan  fasilitas  yang  digunakan,  diidentifikasi  dan  ditinjau.  Jadi  hal  ini menyediakan cara untuk menentukan dan mendokumenkan alasan bahaya
teridentifikasi yang tertentu perlu dikendalikan oleh organisasi tertentu dan mengapa  yang lainnya tidak perlu. Ilustrasi skema rantai pangan di mana
ISO 22000:2005 dapat diterapkan dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Skema rantai pangan di mana ISO 22000:2005 dapat diterapkan ISO, 2005
F. Industri dan Teknologi Pengolahan Gula
Gula adalah sebutan untuk bahan pemanis yang diekstraksi dari tumbuh- tumbuhan yang menghasilkan gula alami Anonim
c
, 2008.  Gula  yang umum dikenal di dunia berasal dari tumbuhan bit dan tebu. Tumbuhan lainnya yang
dapat digunakan juga untuk menghasilkan gula adalah kelapa dan aren. Kegunaan  dari  gula  sebagai  bahan  pangan  cukup  bervariasi.  Gula  dapat
berfungsi  sebagai  pemberi  rasa  manis  pada  pangan  maupun  minuman.  Gula merupakan  bahan  baku  utama  dalam  produk  konfeksioneri.  Selain  itu,  gula
bisa  berguna  sebagai  humektan atau  pengikat  air  untuk  pangan  tertentu  yang
memiliki  a
w
rendah.  Selain  menentukan  tekstur,  sifat  pengikat  air  ini  juga menjadikan  gula  sebagai  salah  satu  pengawet  alami.  Melalui  pengikatan  air
bebas  oleh  gula  hingga  kadar  a
w
tertentu,  sebagian  mikroba  tidak  mampu untuk  tumbuh  maupun  hidup  di  dalam  pangan.  Gula  juga  bisa  berfungsi
sebagai agen pembentuk warna coklat melalui proses karamelisasinya. Gula memiliki berbagai jenis bentuk dan karakter fisik yang bergantung
pada  pengolahannya.  Melalui  ekstraksi  cairan tumbuhan,  biasanya  dihasilkan gula  kristal  mentah  dan  molase.  Gula  kristal  mentah  ini  yang  nantinya  dapat
diolah menjadi berbagai jenis produk turunan lainnya. Secara umum, diagram
pengolahan berbagai jenis gula dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Pengolahan berbagai jenis gula secara umum dimodifikasi dari
Anonim
b
, 2008
Gula kristal mentah
Molase Cairan gula
Ekstraksi Kristalisasi lambat
Gula Batu
Pemurnian sederhana
Kristalisasi
Gula granulasi
Rafinasi Gula
rafinasi caster
Pencampuran Gula
coklat Gula
bubuk Gula icing
icing sugar
Penghancuran mekanis
Penghancuran mekanis +
sirup jagung Tumbuhan
1. Gula rafinasi
Gula  rafinasi  adalah  gula  sukrosa  yang  diproduksi  melalui  tahapan proses  pengolahan  gula  kristal  mentah  yang  meliputi:  afinasi
– pelarutan kembali remelting - klarifikasi
– dekolorisasi – kristalisasi – fugalisasi – pengeringan
– pengemasan BSN, 2006. Setelah melalui tahapan ini gula akan  mengalami  perubahan  ukuran,  warna,  derajat  polarisasi,  dan  kadar
gula  pereduksi.  Tahapan  proses  pembuatan  gula  rafinasi  secara  umum dapat dilihat pada Gambar 10.
Proses  pembuatan  gula  rafinasi  dimulai  dari  penanganan  gula  kristal mentah.  Gula  kristal  mentah  masih  dilapisi  dengan  molase  yang
mengandung  ketidakmurnian  impurities  dan  bahan  berwarna.  Rerata kemurnian  dari  film  tersebut  sekitar  70  Baikow,  1982.  Film  ini  dapat
dihilangkan  melalui  proses  afinasi.  Afinasi  adalah  proses  pencucian  gula kristal  mentah  yang  telah  dicampur  dengan  air  atau  sirup  gula  dalam
mixer.  Selanjutnya,  gula  dicuci  menggunakan  mesin  sentrifugal  untuk menghilangkan lapisan tetes yang ada di permukaan kristal.
Gula  afinasi  atau  gula  yang  telah  dicuci  harus  memasuki  tahapan pelarutan  kembali  re-melting  sebelum  memasuki  tahapan  selanjutnya.
Pelarutan  kembali  biasanya  menggunakan  air  gula  sweet  water, kondensat,  atau  air  netral  yang  bebas  dari  garam  anorganik  terlarut  dan
bakteri.  Pelarutan  gula  yang  paling  menguntungkan  dan  ekonomis  sebaik nya  66°  Brix  karena  dapat  menghilangkan  proses  evaporasi  lebih  lanjut
Baikow, 1982. Sirup gula dari proses re-melting masih memiliki warna yang keruh dan
memerlukan  proses  penjernihan  atau  klarifikasi.  Proses  klarifikasi  bisa dilakukan  dengan  fosfatasi,  karbonatasi  atau  proses  lainnya.  Umumnya,
industri rafinasi gula menggunakan fosfatasi dan karbonatasi karena kedua proses tersebut baik dalam menghilangkan warna dengan harga rendah dan
peralatan sederhana.
Gambar 10. Pembuatan gula rafinasi secara umum dimodifikasi dari BSN, 2006
Gula kristal mentah Afinasi
Gula afinasi Re-melting
Sirup gula I Klarifikasi
Sirup gula II Filtrasi
Sirup gula III Dekolorisasi
Sirup gula IV Penguapan,
pH =9 Sirup gula V
Pendinginan Massecuites
Larutan Induk Fugalisasi
Kristal sukrosa
Gula Rafinasi Pengemasan
Pengeringan Gula Rafinasi dalam kemasan
Sirup  gula  yang  sudah  melalui  penjernihan  di  proses  klarifikasi, dijernihkan melalui proses filtrasi untuk menghilangkan semua bahan yang
tidak dibutuhkan. Oleh karena itu, proses filtrasi biasanya dilakukan dalam beberapa  tingkat  tergantung  metode  pemurnian  refining.  Mesin  filter
bertekanan  digunakan  dalam  proses  filtrasi  untuk  menghilangkan  partikel atau  endapan  yang  ada  di  sirup  gula.  Hasil  yang  diperoleh  berupa  sirup
yang  jernih,  sedikit  berwarna, tipis,  dengan  kandungan  kering  sekitar  12- 15 Belitz and Grosch, 1987.
Setelah  melalui  filtrasi,  sirup  gula  sudah  memiliki  tingkat  kejernihan tinggi  karena  terbebas  dari  bahan  warna  dan  endapan  lainnya.  Langkah
selanjutnya  adalah  dekolorisasi  atau  penghilangan  warna  sirup  gula. Dekolorisasi bisa menggunakan resin penukar ion, karbon aktif atau bahan
penyerap  warna  lainnya.  Penghilangan  warna  sirup  ini  menghilangkan pigmen-pigmen warna melalui adsorpsi.
Sirup  gula  yang  sudah  kehilangan  warna  diuapkan  dalam  tahapan berkali-kali. Selama proses penguapan, kondisi alkali pH 9 dijaga untuk
mencegah  inversi  sukrosa.  Melalui  proses  penguapan  dan  pendinginan sirup  gula,  dihasilkan  campuran  kristal  sukrosa  dengan  larutan  induk
mother liquor. Campuran  kristal  sukrosa  dengan  larutan  induk  selanjutnya  diproses
melalui  fugalisasi  untuk  memisahkan  keduanya.  Pemisahan  dilakukan dengan  menggunakan  mesin  sentrifugal.  Larutan  induk  fase  cair  yang
memiliki  berat  jenis  lebih  rendah  akan  berada  di  lapisan  atas,  sedangkan kristal  sukrosa  fase  padat  yang  memiliki  berat  jenis  lebih  tinggi  akan
berada  di  lapisan  bawah.  Fase  cair  dari  mesin  sentrifugal  dilarutkan  dan dikembalikan ke panci pemanasan reboilingre-melting.
Proses  selanjutnya  adalah  pengeringan.  Fase  padat  dikeringkan, disaring,  digranulasikan,  dan  ditekan  menjadi  bentuk  yang  diinginkan.
Proses pengeringan fase padat tersebut setidaknya melalui dua tahap, yaitu penghilangan  uap  air  tidak  terikat,  dan  penghilangan  uap  air  terikat  yang
berlebih Baikow, 1982.
Tahap terakhir pembuatan gula rafinasi adalah pengemasan. Pada tahap ini gula rafinasi dalam bentuk curah bulk sugar disalurkan melalui pipa-
pipa  kemudian  ditampung  dalam  silo-silo  gula  rafinasi.  Selanjutnya  gula rafinasi ini akan disalurkan ke konsumen dalam dua bentuk pilihan, yaitu
curah atau karung. Gula  rafinasi  yang  diproduksi  di  Indonesia  ditujukan  untuk  konsumsi
industri makanan dan minuman. Guna melindungi kepentingan konsumen dan  memudahkan  produsen,  Badan  Standardisasi  Nasional  BSN
mengeluarkan  SNI  01-3140.2-2006,  yang  mengatur  penetapan  syarat mutu, pengambilan contoh dan cara uji gula kristal rafinasi.
2. Gula kristal mentah
Gula kristal mentah yang dikenal sebagai sukrosa dengan rumus kimia C
12
H
22
O
11
dapat  dilihat  pada  Gambar  11  diperoleh  dari  hasil  olahan kristalisasi  cairan  tanaman  bit  Beta  vulgaris  ssp.  vulgaris  atau  tebu
Saccharum officinarum dan masih memiliki lapisan molase. Gula kristal mentah  yang  dibahas  di  dalam tulisan  ini  adalah  gula  kristal  hasil  olahan
cairan tebu. Menurut Bender di dalam Anonim 2008, gula kristal mentah adalah  gula  kristal  berwarna  coklat  yang  belum  dimurnikan,  memiliki
kadar  kemurnian  96-98,  dan  perlu  dimurnikan  lebih  lanjut  refining. Gula  kristal  mentah  tidak  dapat  dikonsumsi  langsung  oleh  manusia
sebelum diproses lebih lanjut.
Gambar 11. Rumus kimia sukrosa C
12
H
22
O
11
Menurut James di dalam Jackson 1999 proses pembuatan gula kristal mentah yang berasal dari tebu meliputi tahapan sebagai berikut:
1. Tebu dihancurkan dan cairannya diperas keluar
2. Cairan  tebu  dipanaskan  dan  diberikan  kapur  untuk  menghilangkan
kotoran impurities
3. Cairan tebu dievaporasi sampai gula mengkristal
4. Campuran kristal dan cairan induk mother liquor  yang juga disebut
massecuite  atau  masse,  disentrifugasi  untuk  menghasilkan  gula  tebu mentah dan cairan induk
5. Cairan induk dari tahapan 4 dipanaskan lagi untuk menghasilkan gula
mentah lainnya 6.
Cairan induk dari tahapan dipanaskan lagi untuk ketiga kalinya 7.
Setelah pemanasan pada tahapan 6, akan dihasilkan sisa cairan induk yang  secara  ekonomi  sudah  mengalami  penurunan  mutu  hingga
tingkatan  paling  rendah  bottom  downgrade.  Sisa  ini  disebut  juga factory molasses
8. Gula  mentah  hasil  ekstraksi  tebu  mengandung  97  sukrosa  dan  3
molase. Gula kristal mentah biasanya masih terkontaminasi dengan spora kapang,
bakteri,  serat  tebu,  dan  butiran  tanah.  Gambar  gula  kristal  mentah  dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar  12. Gula kristal mentah Anonim
a
, 2008 3.
Molase Molase  merupakan  produk  samping  dari  pembuatan  gula,  memiliki
warna  coklat  berbentuk  lapisan  hasil  dari  olahan  massecuite ––magma
yang terbentuk dari proses kristalisasi cairan gula ––dengan tingkatan mutu
terendah.  Bagian  utama  molase  tersusun  dari  berbagai  karamel  dan mineral.  Molase  digunakan  sebagai  bahan  campuran  bersama  gula  kristal
mentah  dalam  pembuatan  gula  coklat  brown  sugar.  Gambar  molase dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Molase Anonim
b
, 2008 4.
Gula coklat Gula  coklat  adalah  produk  turunan  gula  granulasi  yang  dicampur
dengan sedikit molase untuk menghasilkan gula dengan warna coklat dan flavor  yang  khas.  Pembuatan  gula  coklat  menurut  Anonim
c
2008 dibedakan  menjadi  gula  coklat  terang  dan  gula  coklat  gelap.  Gula  coklat
terang  dapat  dibuat  dengan  perbandingan  23  gula  coklat  gelap  ditambah 13  gula  granulasi.  Gula  coklat  gelap  dapat  dibuat  dengan  perbandingan
satu cangkir gula granulasi ditambah dua sendok makan molase atau satu cangkir  gula  coklat  terang  ditambah  satu  sendok  makan  molase.  Gambar
gula coklat dapat dilihat pada Gambar 14.
Gambar 14. Gula coklat Anonim
b
, 2008 5.
Gula batu Gula  batu  memiliki  bentuk  besar  tidak  beraturan  dengan  derajat
kemurnian    rendah.  Gula  batu  tidak  semanis  gula  granulasi  biasa.  Gula batu  memiliki  kristal  bening  berukuran  besar  berwarna  putih  atau  kuning
kecoklatan.  Kristal  bening  dan  putih  dibuat  dari  larutan  gula  jenuh  yang mengalami  kristalisasi  secara  lambat.  Gula  batu  putih  memiliki  rekahan-
rekahan  kecil  yang  memantulkan  cahaya.  Kristal  berwarna  kuning kecoklatan  mengandung  berbagai  karamel.  Gula  ini  kurang  manis  karena
kandungan  air  dalam  kristal  cukup  tinggi  Anonim
a
,  2008.  Gambar  gula batu bisa dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Gula batu Anonim
b
, 2008 6.
Gula granulasi Gula  granulasi  gula  pasir  adalah  kristal-kristal  gula  berbentuk
butiran kecil yang umumnya dijumpai dan digunakan di rumah  Anonim
a
, 2008.  Gula  granulasi  merupakan  hasil  olahan  pemurnian  gula  kristal
mentah  secara  sederhana.  Pembuatan  gula  granulasi  serupa  dengan  gula kristal  mentah,  hanya  saja  untuk  gula  granulasi  melalui  proses
penambahan sulfur dioksida yang berfungsi memucatkan warna sirup gula
sebelum  proses  penguapan  atau  evaporasi  Bloch,  2007.  Gula  granulasi
dijual dalam bentuk gula butiranpasir seperti terlihat pada Gambar 16 atau dicetak dalam bentuk gula kubus seperti terlihat pada Gambar 17.
Gambar 16. Gula granulasi gula pasir Anonim
b
, 2008
Gambar 17. Gula kubus Anonim
b
, 2008 7.
Gula bubukgula icing Icing sugar Gula  bubuk  biasanya  diproduksi  di  industri  melalui  penghancuran
mekanis gula granulasi dengan cara digiling menjadi 4 kali, 6 kali, atau 10 kali  lebih  kecil  dengan  satuan  ukuran  mesh  Baikow,  1982.  Biasanya,
gula  ini  dicampur  dengan  sedikit  pati  atau  bahan anti  kempal  seperti  pati jagung  atau  tri-kalsium  fosfat  sebanyak  3  dari  berat  gula  untuk
mencegah  penggumpalan.  Gula  bubuk  juga  dikenal  sebagai  gula confectionary.  Gula  ini  biasa  digunakan  sebagai  bahan  baku  dalam
pembuatan kue-kue manis dan juga bisa menjadi bahan pelapis kue. Gula bubukgula icing dapat dilihat pada Gambar 18.
Gambar 18. Gula bubukgula icing icing sugar Anonim
b
, 2008 8.
Gula caster Gula castor atau caster adalah nama dari gula pasir yang sangat halus.
Gula ini dinamai demikian karena ukuran butirannya sangat kecil sehingga dapat ditaburkan dari wadah berlubang-lubang kecil. Biasanya gula caster
diperoleh dari pembuatan gula rafinasi yang dimodifikasi sehingga ukuran partikel gula ini mampu melewati saringan shieve berukuran 0.4 mm atau
lebih kecil. Karena  kehalusannya,  gula  ini  lebih  cepat  larut  dibandingkan  gula
putih  pada  umumnya.Oleh  karena  itu  gula  ini  secara  khusus  bermanfaat dalam  pembuatan  „meringues  dan  cairan  dingin.  Gula  ini  tidak  sehalus
gula bubuk yang dihaluskan secara mekanis. Gula caster dapat dilihat pada Gambar  19.  Perbandingan  bentuk  antara  gula  icing,  gula  granulasi,  dan
gula caster dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 19. Gula caster Anonim
b
, 2008
Gambar 20. Gula icing – gula granulasi – gula caster Arfi, 2008
G. Mutu dan Keamanan Produk Gula Rafinasi