Pengaturan zona penangkapan ikan dalam jarak sejajar garis pantai Analisis pengelolaan zona penangkapan ikan

66 pengelolaan penangkapan, dibuat batas masing-masing zona yaitu zona A dengan batas koordinat 113 o 30’ – 113 o 52’ BT dan 7 o 22’ 30” – 7 o 45’ LS, zona B dalam koordinat 113 o 52’ – 114 o 6’ 30” BT dan 7 o 22’ 30” – 7 o 42’ 30” LS, serta zona C dalam koordinat 114 o 6’ 30” – 115 o BT dan 7 o 20’ – 7 o 55’ 30” LS. Gambar 15 Batas zona pengelolaan penangkapan ikan Kabupaten Situbondo meliputi PPI Besuki, PPI Tanjung Pecinan dan PPI Pondok Mimbo. Dengan memperhatikan wilayah kecamatan yang mempunyai pantai sebagaimana Tabel 1 dalam Bab 3, dilakukan pengelompokan 13 wilayah kecamatan di Kabupaten Situbondo ke dalam 3 PPI. Pengelolaan penangkapan ikan zona A meliputi mengelolaan penangkapan dari 5 kecamatan yaitu Banyuglugur, Besuki, Suboh, Melandingan dan Bungatan. Zona B meliputi pengelolaan penangkapan untuk 4 kecamatan yaitu Kendit, Panarukan, Mangaran, dan Kapongan. Zona C meliputi pengelolaan penangkapan untuk 4 kecamatan yaitu Arjasa, Tanjung Jangkar, Asembagus, dan Banyuputih. Analisis zona penangkapan ikan oleh nelayan Situbondo dibagi menjadi 4 empat pola pengaturan penangkapan sebagai berikut: 1 Nelayan dari masing-masing PPI melakukan kegiatan penangkapan ikan dalam PPI yang bersangkutan; 67 2 Nelayan melakukan kerjasama penangkapan ikan antar PPI dalam wilayah pengelolaan perikanan tangkap Kabupaten Situbondo Besuki, Tanjung Pecinan, dan Pondok Mimbo; 3 Nelayan Situbondo dari PPI Besuki, Tanjung Pecinan, dan Pondok Mimbo melakukan kerjasama penangkapan ikan dengan nelayan dari PPI lain di sekitar Selat Madura Probolinggo, Sampang, Pamekasan, Sumenep; 4 Nelayan Situbondo yang menggunakan kapal penangkapan ikan dengan ukuran di atas 20 GT khususnya dari PPI Besuki dan Tanjung Pecinan melakukan kerjasama dengan nelayan dari PPI lain yang beroperasi di Selat Bali PPI Banyuwangi, Laut Bali PPI Singaraja dan Laut Jawa bagian timur khususnya PPI Sokabana Sampang, PPI Pasongsongan Pamekasan, PPI Karanglanggar Sumenep, nelayan dari pulau Sepudi dan Raas. 68 5 HASIL PENELITIAN

5.1 Kondisi Oseanografi Selat Madura dan Sekitarnya

5.1.1 SPL dan kandungan klorofil-a

SPL Selat Madura dan perairan sekitarnya pada awal musim barat yaitu bulan Desember, SPL berada bervariasi pada selang 26 o - 30 o C. Kandungan klorofil-a berada pada kisaran 0,1 – 0,8 mgm 3 , di perairan Laut Bali pada kisaran 0,1 – 0,4 mgm 3 . Pada bulan Januari, SPL Selat Madura dan sekitarnya dengan kisaran 28 o - 30 o C, dengan klorofil-a 0,1 – 3,0 mgm 3 , di Laut Bali pada kisaran 0,2 – 0,6 mgm 3 . Sebaran SPL Selat Madura pada bulan Februari pada kisaran 27 o – 28 o C, konsentrasi klorofil-a pada kisaran 0,3 – 0,5 mgm 3 . SPL Laut Jawa dan Laut Bali pada kisaran 30 o – 31 o C, konsentrasi kolofil 0,2 – 0,4 mgm 3 . SPL Selat Madura pada bulan pertama musim peralihan pertama yaitu bulan Maret pada kisaran 30 o – 32 o C, dengan konsentrasi klorofil-a pada kisaran 0,4 – 1,0 mgm 3 . SPL Laut Bali pada kisaran 28 o - 30 o C dan Laut Jawa pada kisaran antara 28 o – 31 o C, dengan klorofil-a pada kisaran 0,2 – 0,5 mgm 3 . Pada bulan April, SPL Selat Madura dalam kisaran 27 o – 32 o C, konsentrasi klorofil-a dalam kisaran 0,3 – 1,5 mgm 3 . SPL Jawa terjadi pada kisaran 30 o - 31 o C, dengan konsentrasi klorofil-a dalam kisaran 0,3 – 0,5 mgm 3 . Pada bulan Mei, perairan Selat Madura dan Laut Jawa didominasi oleh SPL 29 o – 31 o C, dengan konsentrasi klorofil-a di Selat Madura pada kisaran 0,4 – 1,5 mgm 3 , sedangkan di Laut Jawa bagian timur pada kisaran 0,2 – 0,5 mgm 3 . Sebaran SPL di perairan Selat Bali dengan kisaran 27 o – 28 o C. Pada awal musim timur yaitu bulan Juni, SPL Selat Madura, Laut Jawa, dan Laut Bali berada pada kisaran 29 o - 31 o C. Konsentrasi klorofil-a Selat Madura pada 0,5 – 1,5 mgm 3 , di Laut Jawa serta Laut Bali pada kisaran 0,2 – 0,5 mgm 3 . Perairan sebelah timur Pulau Raas pada kisaran 0,6 – 3,0 mgm 3 . Pada bulan Juli, SPL Selat Madura pada kisaran 29 o - 31 o C, dengan klorofil-a pada kisaran 0,4 – 1,5 mgm 3 , di Laut Jawa berkisar pada kisaran 0,3 – 0,8 mgm 3 , perairan bagian utara Selat Bali dengan kisaran 0,2 – 0,4 mgm 3 menyebar ke bagian barat Laut 69 Bali. Konsentrasi klorofil-a di perairan sebelah timur Pulau Raas pada kisaran 0,6 – 1,5 mgm 3 . Pada bulan Agustus yang merupakan bulan terakhir musim angin timur, SPL pada perairan Selat Madura bagian timur di timur laut Pondok Mimbo terjadi pada kisaran suhu 28 o - 31 o C. Konsentrasi klorofil-a di Selat Madura dengan kisaran 0,4 – 1,0 mgm 3 , di Laut Jawa juga pada kisaran 0,4 – 1,5 mgm 3 . Konsentrsi klorofil-a di Laut Bali didominasi oleh kisaran 0,3 – 0,5 mgm 3 , di perairan antara Pulau Raas dan Kangean pada kisaran 2,0 – 3,0 mgm 3 . Pada awal musim peralihan kedua yaitu bulan September, SPL Selat Madura dan Laut Jawa pada kisaran 28 o - 32 o C, dengan konsentrasi klorofil-a pada kisaran 0,4 – 0,7 mgm 3 , di Laut Bali pada kisaran 0,3 – 0,5 mgm 3 . Konsentrasi klorofil-a sebelah timur Pulau Raas pada kisaran 2,0 – 3,0 mgm 3 . SPL bulan Oktober di Selat Madura dan Laut Jawa pada kisaran 28 o - 30 o C, dengan konsentrasi klorofil-a didominasi oleh kisaran 0,5 – 1,5 mgm 3 , pada sisi timur berkisar antara 0,4 – 0,6 mgm 3 . Konsentrasi klorofil-a di Laut Jawa berada dalam kisaran 0,2 – 0,4 mgm 3 , di perairan Laut Bali dalam kisaran 0,3 – 0,5 mgm 3 . Konsentrasi klorofil-a di perairan sebelah timur Pulau Raas pada kisaran 1,5 – 3,0 mgm 3 . Pada bulan Nopember yang merupakan bulan terakhir musim peralihan kedua, SPL Selat Madura pada kisaran 28 o - 30 o C dengan konsentrasi klorofil-a pada kisaran 0,2 – 0,8 mgm 3 . Kosentrasi klorofil-a di Laut Bali pada kisaran 0,3 – 0,8 mgm 3 , di sebelah timur Pulau Raas pada 0,5 – 1,0 mgm 3 . Contoh citra SPL Selat Madura dan perairan sekitarnya berdasarkan satelit penginderaan jauh NOAA-AVHRR sebagaimana ditunjukkan pada lampiran 1 a sampai dengan d, sedangkan citra klorofil-a berdasarkan satelit SeaWiFS sebagaimana ditunjukkan pada lampiran 2 a sampai dengan d.

5.1.2 Angin dan gelombang

Angin pada awal musim barat yaitu bulan Desember, dominan dengan kecepatan 1 – 3 knot, ketinggian gelombang dominan 0,1 - 0,5 meter. Pada bulan Januari, angin dominan datang dari arah barat dengan kecepatan 1 – 3 knot dan ketinggian gelombang 0,1 - 0,5 meter. Pada akhir musim barat yaitu bulan Februari, angin dari arah barat dengan kecepatan 4 – 10 knot dan ketinggian gelombang dominan antara 0,1 - 0,5 meter. 70 Pada awal musim peralihan pertama yaitu bulan Maret, angin dari barat dengan kecepatan 1 - 6 knot, ketinggian gelombang 0,1 - 0,5 meter. Pada bulan April, angin dari arah timur dengan kecepatan 1 – 6 knot, ketinggian gelombang 0,1 - 0,5 m. Pada akhir musim peralihan pertama yaitu bulan Mei, angin dari arah timur dengan kecepatan 1 - 6 knot dan ketinggian gelombang 0,1 - 0,5 meter. Pada awal musim timur yaitu bulan Juni, angin dominan dari timur dengan kecepatan 1 - 10 dan gelombang dengan ketinggian 1 – 1,5 meter. Pada bulan Juli, angin dominan dari timur dan tenggara dengan kecepatan 1 – 16 meter dan gelombang mencapai ketinggian lebih dari 1,5 meter. Pada bulan terakhir musim timur yaitu bulan Agustus, angin dari timur dengan kecepatan mulai dari 1 knot sampai lebih dari 17 knot dan gelombang dengan ketinggian 1,1 - 1,5 meter, kadang-kadang lebih dari 1,5 meter. Pada bulan pertama musim peralihan kedua yaitu bulan September, angin dominan datang dari arah timur dengan kecepatan berkisar mulai 4 sampai di atas 17 knot, dan ketinggian gelombang dominan antara 0,1 - 1,5 meter. Pada bulan Oktober, angin dominan datang dari arah timur dan tenggara dengan kecepatan 11 – 16 knot. gelombang dominan dengan ketinggian maksimum 0,1 – 1,0 meter. Pada bulan terakhir musim peralihan kedua yaitu November, angin dominan dari selatan dan barat dengan kecepatan 1 - 6 knot dan gelobang dengan ketinggian 0,1 – 1,5 meter. Data arah, kecepatan dan frekuensi angin selengkapnya sebagaimana dinyatakan dalam lampiran 3 a sampai dengan l, sedangkan data arah, ketinggian dan frekuensi gelombang dinyatakan pada lampiran 4 a sampai dengan l. Contoh arah dan kecepatan angin serta tinggi gelombang digambarkan secara tematik sebagaimana ditunjukkan pada lampiran 5.

5.1.3 Kedalaman perairan Selat Madura

Kedalaman Selat Madura bagian timur sama dengan kedalaman Selat Bali bagian utara dan Laut Bali bagian barat. Kedalaman Selat Madura bagian timur berkisar antara 500 m – 1.000 m, mengalami gradasi kedalaman sehingga antara selatan Kangean ke selatan pulau Raas sampai utara Pondok Mimbo mempunyai kedalaman antara 100 m – 200 m, antara selatan Kangean sampai selatan pulau Raas dan utara Pondok Mimbo mempunyai kedalaman sekitar 90 m. Antara utara