HACCP Hazard Analysis and Critical Control Point

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HACCP Hazard Analysis and Critical Control Point

HACCP adalah suatu sistem dengan pendekatan sistematik untuk mengidentifikasi dan mengakses bahaya-bahaya dan risiko-risiko yang berkaitan dengan pembuatan, distribusi dan penggunaan produk pangan. Sistem ini bertanggung jawab untuk menentukan aspek-aspek kritis dalam memperoleh keamanan makanan selama proses di pabrik. HACCP memberikan kesempatan pada pabrik makanan untuk meningkatkan efisiensi pengontrolan dengan menciptakan kedisiplinan pendekatan sistematik terhadap prosedur untuk keamanan pangan Mortimore, 1995. HACCP Hazard Analysis and Critical Control Point merupakan suatu sistem yang mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengontrol setiap tahapan proses yang rawan terhadap risiko bahaya signifikan yang terkait dengan ketidakamanan pangan Codex Alimentarius Commission, 2001. Sistem HACCP ini dikembangkan atas dasar identifikasi titik pengendalian kritis critical control point dalam tahap pengolahan dimana kegagalan dapat menyebabkan risiko bahaya Wiryanti dan Witjaksono, 2001. Dari segi teknik, HACCP menggunakan pendekatan yang rasional, menyeluruh, berkelanjutan kontinyu dan sistematis dalam menjamin bahwa produk yang dihasilkan aman untuk dikonsumsi. HACCP disebut rasional karena pendekatannya didasarkan pada sejarah penyebab penyakit dan kerusakan pangan yang memfokuskan perhatian terhadap operasi kegiatan kritis yang memerlukan pengendalian kontrol yang memadai. HACCP bersifat kontinu, karena jika ditemukan masalah, dengan segera dapat dilakukan tindakan koreksi untuk memperbaikinya. Konsep ini bersifat sistematis, karena konsep ini merupakan perencanaan yang teliti mencakup tahap demi tahap operasi, prosedur dan sarana- sarana pengendalian masalah. Sistem HACCP yang diterapkan pada industri dan diakui dunia, salah satunya mengacu pada pedoman Codex Alimentarius Comission dalam “Guidelines for Application of The Hazard Analysis Critical Control Point System” yang terdiri dari 12 tahap dan 7 prinsip Gambar 1. Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3 Tahap 4 Tahap 5 Tujuh prinsip HACCP Tahap 6 Prinsip 1 Tahap 7 Prinsip 2 Tahap 8 Prinsip 3 Tahap 9 Prinsip 4 Tahap 10 Prinsip 5 Tahap 11 Prinsip 6 Tahap 12 Prinsip 7 Gambar 1 Peta alir tahap aplikasi HACCP Codex Alimentarius Comission, 2004 Menyusun Tim HACCP Mendeskripsikan produk Identifikasi konsumen yang dituju Analisis bahaya dan tindakan preventif Identifikasi CCP Menetapkan critical limit untuk setiap CCP Menyusun diagram alir proses produksi Verifikasi diagram alir Menetapkan sistem pemantauan untuk setiap CCP Menetapkan prosedur verifikasi Menetapkan tindakan koreksi Menetapkan prosedur pencatatan Menurut Wiryanti dan Witjaksono 2001 alasan utama pembuatan dan penerapan sistem HACCP dalam industri pangan adalah: a. Meningkatnya tuntutan konsumen atas ”food safety” b. Pengujian akhir End Product Inspection EPI sudah tidak mampu memenuhi tuntutan konsumen c. Adanya pendekatan baru yang berdasarkan atas Preventive measures, In Process Inspection IPI dan semakin dominannya peranan perusahaanswasta dalam self regulatory quality control. Menurut Wiryanti dan Witjaksono 2001, sistem HACCP sebagai suatu sistem pengendalian mutu tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus ditunjang oleh faktor-faktor lain yang menjadi dasar dalam menganalisis besar kecilnya risiko terjadinya bahaya. Faktor penunjang yang menjadi pra-syarat pre-requisite keefektifan penerapan program HACCP sebagai sebuah sistem pengendalian mutu adalah terpenuhinya persyaratan kelayakan dasar suatu sistem unit pengolahan, yang meliputi: a. Cara berproduksi yang baik dan benar Good Manufacturing Practices, meliputi persyaratan bahan baku, bahan pembantu, bahan tambahan makanan, persyaratan produk akhir, penanganan, pengolahan, perwadahan atau pengemasan, penyimpanan, pengangkutan dan distribusi Lampiran 5. b. Standar prosedur operasi sanitasi Sanitation Standard Operating Procedure, meliputi kondisi fisik sanitasi dan higienis perusahaan atau unit pengolahan, sanitasi dan kesehatan karyawan dan prosedur pengendalian sanitasi Lampiran 6. Penerapan program kelayakan dasar di perusahaanunit pengolahan sering mengalami kendala-kendala teknis, sehingga melahirkan berbagai penyimpangan, baik terhadap operasi sanitasi, keamanan pangan, keutuhan dan keterpaduan ekonomi, maupun penyimpangan lainnya. Bentuk-bentuk penyimpangan dalam kelayakan dasar menurut Ditjen Perikanan 1999 meliputi:

a. Penyimpangan minor minor deficiency