Rumus bangun beberapa komponen kimia minyak sirih dapat dilihat pada Gambar 1.
OH O
OH Kopana
Eugenol Kavikol
O O
OH
α-farnesen
2-metoksi -4-1 propenil fenol
Gambar 1. Rumus bangun komponen kimia minyak sirih 2. Sifat Fisik-Kimia dan Daya Guna Minyak Sirih
Menurut Dutt 1957, minyak sirih mempunyai berat jenis sebesar 0.9408-1.0482, indeks bias 1.5048-1.5088, bilangan asam 4.2-14.8 dan
bilangan penyabunan minyak sirih 5.84-8.36. Minyak sirih berwarna kuning kecoklatan, mempunyai rasa getir, berbau wangi dan larut di dalam pelarut
organik seperti alkohol, eter dan kloroform serta tidak larut dalam air. Sosialsih 2002 melakukan pengamatan terhadap sifat fisik daan
kimia minyak sirih, terdiri dari warna, bau, bobot jenis, indeks bias, kelarutan dalam alkohol dan bilangan asam. Hasil pengamatan sifat fisik dan kimia
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Sifat fisik dan kimia minyak sirih
Sifat Fisik dan Kimia Hasil Pengamatan
Warna Kuning jernih
Bau Khas sirih
Bobot jenis 2525 ° C 0.9898 gml
Indeks bias 20 ° C 1.5026
Kelarutan dalam alkohol 85 1:5
Bilangan asam 6.32
Sumber: Sosialsih 2002 Kegunaan minyak sirih menurut Quisumbing 1951 antara lain:
1. Untuk mengobati gangguan di daerah hidung dan tenggorokan.
2. Sebagai salep pada tumor.
3. Sebagai fungisida dan bakterisida yang dipakai untuk mengobati
gatal dan mencuci luka. 4.
Untuk mengobati diphteria. Minyak sirih ini belum diproduksi untuk diperdagangkan, meskipun
besar manfaatnya dalam industri farmasi.
C. PENYULINGAN MINYAK SIRIH
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau padatan dari dua macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik
uapnya dan proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air Ketaren, 1985.
Berdasarkan penelitian Yunilawati 2002, sebelum disuling. daun sirih diiris halus dirajang. Minyak atsiri dalam tanaman aromatik, dikelilingi
oleh kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh kantung minyak atau rambut glandular. Bila bahan dibiarkan utuh, minyak atsiri hanya dapat diekstraksi
apabila uap air berhasil melalui jaringan tanaman dan mendesaknya ke permukaan. Proses ini hanya dapat terjadi karena peristiwa hidrodifusi, suatu
fenomena yang penting artinya dalam proses penyulingan tanaman. Tetapi proses difusi berlangsung sangat lambat, bila tanaman atau bagian tanaman itu
dibiarkan dalam keadaan utuh atau dirajang berupa partikel-partikel kasar saja.
Jadi sebaiknya bahan tanaman sebelum diproses, dirajang terlebih dahulu menjadi potongan-potongan kecil. Hal ini untuk memudahkan proses
penguapan minyak yang terdapat di dalamnya, karena perajangan ini menyebabkan kelenjar minyak dapat terbuka selebar mungkin. Tujuan lainnya
yaitu agar rendemen minyak menjadi lebih tinggi dan waktu penyulingan lebih singkat Lutony, 1994.
Penyulingan destilasi minyak sirih dilakukan dengan cara penyulingan air-uap water-steam distilation. Penyulingan air-uap merupakan
salah satu metode penyulingan tidak langsung indirect distilation. Daun sirih yang akan disuling ditempatkan di tempat tersendiri yang
dialiri dengan uap air, atau secara lebih sederhana daun diletakkan di atas air mendidih Harris, 1993. Prinsip penyulingan dengan cara ini adalah dengan
menggunakan tekanan uap rendah. Daun sirih diletakkan di atas saringan berlubang yang terletak beberapa sentimeter di atas air di dalam ketel. Setelah
air mendidih, uap air akan keluar melalui melalui lubang-lubang saringan dan terus mengalir melalui sela-sela daun sirih. Bersama uap air ini akan ikut
terbawa minyak sirih yang dikandung oleh daun. Uap air yang timbul disalurkan melalui pipa, yang selanjutnya masuk ke ketel pendingin
kondensor. Dalam ketel pendingin ini uap air berkondensasi menjadi air dan minyak. Campuran antara minyak sirih dan air ini ditampung pada botol
florentine, kemudian dipisahkan dengan menggunakan corong pemisah. Walaupun minyak sudah dipisahkan dari destilat, namun masih terdapat air.
Air yang tersisa dalam minyak sirih diserap dengan menggunakan Na
2
SO
4
anhidrat.
d b
c g
e
Gambar 2. Penampang ketel penyulingan air-uap Lutony, 1994
Keterangan: a. Sumber panas
e. Saluran pembuangan b. Kondensor
f. Tabung penampung dan pemisah c. Saluran pemasukan air dingin
minyak atsiri dan air d. Saluran pengeluaran air dingin
g. Plat berpori a
bahan air
f