RANCANGAN PERCOBAAN PENGAMATAN METODOLOGI

Gambar 3. Diagram alir penelitian utama Na 2 SO 4 .xH 2 O Daun sirih segar Penyortiran Perajangan 2.1-3.0 cm 3.1-4.0 cm 4.1-5.0 cm Penyulingan 3 jam 4 jam 5 jam Minyak sirih dan air Penambahan Na 2 SO 4 anhidrat Penyaringan Analisa bobot jenis, indeks bias, kelarutan dalam alkohol 90 dan bilangan asam Minyak sirih

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PENELITIAN PENDAHULUAN 1. Kadar Air dan Kadar Minyak Atsiri

Hasil pengukuran kadar air dan kadar minyak atsiri dari daun sirih segar tertera pada Tabel 6. Tabel 6. Data analisa daun sirih segar Analisa Nilai Kadar air 84 Kadar minyak atsiri 0.4 Hidayat 1968 menyatakan bahwa kadar air dari daun sirih segar sebesar 85.4 . Pengukuran kadar air bertujuan untuk mengetahui kandungan air pada daun sirih segar. Dari hasil analisa menunjukkan bahwa kadar air daun sirih segar adalah 84 . Nilai yang dihasilkan ini tidak begitu berbeda dengan literatur sebelumnya. Tingginya kadar air yang diperoleh disebabkan karena bahan yang digunakan dalam keadaan segar dan tidak dilakukan pengeringan. Selain itu bisa juga disebabkan karena daun sirih biasanya hanya dapat hidup di lingkungan dengan intensitas air yang tinggi. Sosialsih 2002 menyatakan bahwa kadar minyak atsiri dari daun sirih segar adalah sekitar 0.2 . Hasil penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa kadar minyak atsiri dari daun sirih segar adalah 0.4 . Nilai yang dihasilkan sedikit berbeda dari literatur. Adanya perbedaan kadar minyak atsiri kemungkinan disebabkan oleh perbedaan jenis daun sirih. tempat tumbuh atau iklim. Menurut Koesmiati 1966, perbedaan tempat tumbuh dan iklim akan mempengaruhi bentuk dan rasa daun sirih, yang berkaitan dengan sintesa minyak atsiri.

2. Penyulingan Daun Sirih

Hasil penyulingan daun sirih segar dan penyulingan daun sirih yang diangin-anginkan, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7. Data rendemen dan karakteristik minyak sirih Penyulingaan Pendahuluan Kadar Air Rendemen Indeks Bias Kelarutan dalam Alkohol A 84.00 0.49 1.4979 Tidak larut dalam alkohol 70 dan 80 , larut dalam alkohol 90 B 79.30 0.40 1.4975 Keterangan: A. Daun sirih segar B. Daun sirih yang diangin-anginkan Tabel 7 menunjukkan bahwa rendemen yang diperoleh dari daun segar lebih besar nilainya daripada dengan daun yang diangin-anginkan. Hal ini disebabkan karena pada daun yang diangin-anginkan ada sebagian kecil minyak atsiri yang menguap. Air dalam tanaman akan berdifusi sambil mengangkut minyak atsiri dan akhirnya menguap. Daun segar mempunyai nilai indeks bias yang sedikit lebih tinggi yaitu 1.4979 daripada daun yang diangin-anginkan yaitu 1.4975. Pada daun segar, ikatan tidak jenuh dapat mengalami resinifikasi sehingga nilai indeks bias menjadi lebih tinggi. Di samping itu dengan kandungan air yang lebih tinggi mengakibatkan kesempatan proses hidrolisis ester semakin tinggi yang menghasilkan senyawa-senyawa baru seperti alkohol daan asam karboksilat sehingga kerapatan komponen minyak menjadi semakin tinggi. Hasil analisis kelarutan minyak sirih dalam alkohol menunjukkan bahwa minyak sirih tidak larut dalam alkohol 70 . Penambahan konsentrasi alkohol menjadi 80 tetap tidak dapat melarutkan minyak sirih. Uji selanjutnya dengan konsentrasi alkohol 90 menunjukkan bahwa minyak sirih dapat larut dalam alkohol 90 . Minyak sirih tidak larut dalam alkohol 70 dan 80 disebabkan karena belum ada kesesuaian polaritas antara minyak dan alkohol.

B. PENELITIAN UTAMA

1. Rendemen

Pengukuran rendemen bertujuan untuk mengetahui persentase minyak dalam bahan yang dapat diisolasi pada kondisi tertentu yang dijadikan sebagai perlakuan. Rendemen minyak sirih yang dihasilkan dapat dilihat pada Lampiran 3a. Berdasarkan hasil analisa, rendemen rata-rata minyak sirih yang diperoleh berkisar dari 0.26 sampai 0.46 dengan rata-rata keseluruhan 0.36 . Hasil sidik ragam Lampiran 3b menunjukkan bahwa perlakuan ukuran rajangan berpengaruh nyata terhadap rendemen minyak sirih yang dihasilkan. Faktor lama penyulingan dan interaksi antara ukuran rajangan dengan lama penyulingan tidak berpengaruh terhadap rendemen minyak yang dihasilkan. Uji lanjut Duncan memperlihatkan bahwa pengaruh ukuran rajangan berbeda nyata terhadap rendemen minyak sirih. Bahan dengan ukuran rajangan 2.1-3.0 cm menghasilkan rendemen dengan rata-rata terbesar 0.4100. Semakin kecil ukuran rajangan, maka nilai rendemennya cenderung semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena pada bahan yang berukuran lebih kecil 2.1-3.0 cm, sebagian jaringan daunnya telah hancur sehingga sebagian besar kantong minyak pecah. Akibatnya minyak dapat keluar dengan mudah dan akan menguap bila bersinggungan dengan uap air. Selain itu, ukuran rajangan yang semakin kecil menyebabkan proses hidrodifusi berjalan lebih cepat. Rendemen rata-rata minyak sirih terbesar diperoleh dari kombinasi perlakuan ukuran rajangan 2.1-3.0 cm dengan lama penyulingan 4 jam A1B2, sedangkan rendemen terkecil diperoleh dari perlakuan ukuran rajangan 3.1-4.0 cm dengan lama penyulingan 4 jam A2B2. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4 .