mulai dari diri sendiri sampai pada keluarga, sekolah, masyarakat. Kesemuanya saling mempengaruhi prestasi belajar seorang siswa. Karena itu, kerjasama dan
pengertian antara siswa, sekolah, orang tua maupun masyarakat sangat mendukung prestasi belajar anak secara keseluruhan.
Prestasi belajar akuntansi merupakan prestasi belajar yang dicapai siswa dengan kegiatan belajar mengajar yang efektif di sekolah, khususnya setelah siswa
mempelajari mata pelajaran akuntansi yang diberikan oleh guru akuntansi untuk mencapai tujuan pengajaran akuntansi.
Penilaian prestasi belajar akuntansi di SMA N 1 Tayu Pati didasarkan penilaian pada kurikulum KBK 2004. Untuk Standar Ketuntasan Belajar SKB
pelajaran akuntansi di SMA Negeri 1 Tayu adalah 63. Untuk pengukuran nilai prestasi belajar siswa di SMA Negeri 1 Tayu Pati
kelas XI IPS adalah sebagai berikut : Nilai Akhir Semester II = N tugas + 2N ulangan harian + 3 N TPM
6 Sumber: Daftar nilai siswa SMA Negeri 1 Tayu Pati
Prestasi belajar dalam penelitian ini adalah prestasi belajar akuntansi siswa, dimana prestasi tersebut diperoleh dari nilai akhir akuntansi siswa pada
semester II.
2.6 KERANGKA BERPIKIR
Salah satu prinsip dalam melaksanakan pendidikan adalah individu secara aktif mengambil bagian dalam kegiatan pendidikan yang dilaksanakan.
Untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan, pertama-tama harus ada dorongan untuk melaksanakan. Dengan kata lain, untuk dapat melakukan sesuatu harus ada
motivasi. Begitu juga dalam proses belajar atau pendidikan, individu harus mempunyai motivasi untuk mengikuti kegiatan belajar atau pendidikan yang
sedang berlangsung. Motivasi berprestasi merupakan keinginan untuk memperoleh
keberhasilan dan berpartisipasi aktif dalam suatu kegiatan Anni, 2005:134. Keberhasilan yang dicapai dipandang sebagai buah dari usaha kemampuan
personal yang dicurahkan dalam mengerjakan tugas. Mata pelajaran akuntansi SMA mempunyai tujuan pengajaran membekali
lulusannya berbagai kemampuan dan pemahaman agar siswa menguasai dan menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip dan prosedur akuntansi yang benar
untuk kepentingan melanjutkan ke perguruan tinggi atau ke masyarakat, sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan siswa.
Berkaitan dengan motivasi berprestasi dalam mata pelajaran akuntansi, siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan belajar akuntansi lebih lama
dibandingkan dengan siswa yang bermotivasi berprestasi rendah. Siswa yang bermotivasi berprestasi akuntansi memiliki keinginan dan harapan untuk berhasil,
dan apabila mengalami kegagalan, mereka akan berusaha keras dalam mencapai keberhasilan. Oleh karena itu, siswa yang memiliki motivasi berprestasi akuntansi
yang tinggi cenderung mengalami kesuksesan dalam mengerjakan tugas-tugas akuntansi di sekolah.
Motivasi berprestasi akuntansi memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan prestasi belajar siswa, sebab siswa yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi akan berorientasi jauh ke depan, berorientasi untuk masa depan,
tangguh, menyukai tantangan, tekun penuh perhatian dan konsentrasi dalam menerima mata pelajaran akuntansi, sehingga tercapai tujuan yang diharapkan
oleh siswa antara lain hasil belajarnya yang ditunjukkan dengan prestasi belajar akan meningkat. Jadi dalam hal ini motivasi berprestasi akuntansi berpengaruh
terhadap prestasi belajar siswa. Disiplin belajar merupakan suatu kondisi yang sangat penting dan
menentukan keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Kesadaran yang tinggi dalam disiplin akan menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa terhadap arti
pentingnya belajar. Disiplin timbul dari dalam jiwa karena adanya dorongan dalam menaati tata tertib, yang akan melahirkan semangat menghargai waktu
bukan menyia-nyiakan waktu berlalu dalam kehampaan Bahri, 2002:13. Disiplin belajar yang baik akan membantu siswa dalam membentuk
sikap, perilaku dan tata kehidupan berdisiplin yang akan mengantarkan seorang siswa sukses dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa yang berdisiplin tinggi akan
memiliki keteraturan dalam belajar. Belajar dengan teratur merupakan pedoman mutlak yang tidak bisa diabaikan oleh siswa yang menuntut ilmu. Banyaknya
bahan pelajaran yang harus dikuasai siswa, menuntut pembagian waktu yang sesuai dengan kedalaman dan keluasan pelajaran. Terlebih-lebih pelajaran
akuntansi yang sangat memerlukan latihan banyak, kedisiplinan sangat diperlukan agar siswa memiliki keteraturan dalam belajar akuntansi. Penguasaan atas bidang
studi akuntansi dituntut secara dini tidak harus menunggu sampai menjelang ulangan atau ujian.
Menurut Hurlock 1999:82 disiplin belajar di sekolah adalah suatu cara masyarakat untuk mengajar anak perilaku moral yang disetujui kelompok.
Indikator disiplin di sekolah terdiri dari patuh dan taat terhadap tata tetib di sekolah, persiapan belajar siswa, perhatian terhadap kegiatan pembelajaran dan
menyelesaikan tugas pada waktunya. Partisipasi siswa dalam pembelajaran merupakan faktor ekstrinsik yang
berpengaruh pada prestasi belajar siswa. Tersedianya sarana dan prasarana pendukung belajar di sekolah adalah faktor utama dalam proses belajar mengajar.
Namun yang menjadi pengaruh dalam pencapaian prestasi belajar siswa adalah partisipasi siswa dalam memanfaatkan fasilitas yang tersedia untuk menunjang
belajarnya. Siswa yang lebih banyak bertanya dan menyampaikan pendapat pada seputar bidang pelajaran yang ditekuninya akan terlibat lebih siap dalam
mengelola bentuk-bentuk evaluasi belajar. Adanya partisipasi siswa sendiri dalam pembelajaran akan lebih
mendayagunakan peran guru dalam menyampaikan materi, sehingga siswa dan guru dapat memusatkan belajar sesuai dengan apa yang diperoleh dan diberikan
sewaktu berlangsungnya pembelajaran terutama yang terjadi di lingkungan pendidikan formal atau sekolah.
Prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan kepuasan tertentu pada manusia, khususnya manusia yang
berada pada bangku sekolah mengingat prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa. Untuk lebih memperjelas
hubungan ketiga variabel tersebut, maka di bawah ini digambarkan bagan sebagai berikut:
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir
2.7 HIPOTESIS