8. Operasional Variabel 10. Hipotesa PENDAHULUAN

I. 7. Model Teoritis

Berdasarkan variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut : Independent Variabel X Dependent Variabel Y Iklan Sabun Lux di Televisi Perilaku Siswi Untuk Membeli Intervening Variebel Z Karakteristik Responden Gambar I.3 Model Teoritis

I. 8. Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka konsep diatas yang telah dikelompokkan dalam variabel, maka perlu dilakukan pengkuran dengan jalan mengoperasionalisasikan variabel-variabel tersebut sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel I.1 Operasional Variabel Variabel Teoritis Variabel Operasional 1. Faktor Fisik : - Warna - Penggunaan Model - Durasi 1. Variabel Bebas X 2. Faktor Isi : Iklan Sabun Lux - Kejelasan Pesan 3. Faktor Letak : - Waktu Penayangan - Frekuensi Penayangan 1. Perhatian terhadap iklan dan produk 2. Variabel Terikat Y 2. Ketertarikan Perilaku Siswi 3. Hasrat SMUN 2 Medan 4. Tindakan membeli : Dalam Membeli Sabun Lux - Harga Produk - Tempat Memperoleh Produk 1. Usia 3. Variabel Antara Z 2. Pendidikan Karakteristik responden 3. Frekuensi Menonton 4. Uang Saku Per Bulan Universitas Sumatera Utara

I. 9. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penjabaran lebih lanjut dari konsep-konsep yang telah dikelompokkan menjadi variabel. Batasan konsep dari variabel-variabel tersebut antara lain :

1. Variabel Bebas X

Variabel Bebas Strategi Positioning Iklan Sabun Lux di Televisi, terdiri dari : a. Faktor Fisik - Warna : suatu unsur yang membuat iklan menjadi kontras dan kelihatan hidup. - Penggunaan Model : figur yang dipakai dalam iklan untuk mewakili produk. - Durasi : lamanya iklan yang ditayangankan. b. Faktor Isi - Kejelasan Pesan : kejelasan makna pesan dalam iklan yang ditayangkan. c. Faktor Letak : - Waktu Penayangan : waktu iklan tersebut ditayangkan pagi, siang, sore, malam hari. - Frekuensi Penayangan : seringnya suatu iklan muncul di televisi.

2. Variabel Terikat Y

Variabel Terikat Perilaku Siswi Dalam Membeli Sabun Lux, terdiri dari : a. Perhatian tehadap Iklan dan Produk : rangsangan dari dalam diri komunikan terhadap gejala yang dirasakan menarik untuk dilihat, didengar dan dinikmati baik terhadap iklan maupun terhadap produk. Universitas Sumatera Utara b. Ketertarikan : adanya perhatian terhadap iklan yang akan menimbulkan ketertarikan terhadap produk. c. Hasrat : suatu dorongan dalam diri individu untuk bertindak sesuai dengan yang disukainya. d. Tindakan Membeli: dorongan untuk membeli suatu produk. - Harga Produk : nilai tukar dari sebuah barang atau jasa. - Tempat memperoleh produk : kemudahan akses untuk mendapatkan produk atau dimana produk dijual.

3. Variabel Antara Z

Variabel Antara Karakteristik Responden, terdiri dari : a. Usia : merupakan tingkat umur responden. b. Pendidikan : merupakan tingkat pendidikan terakhir dari responden. c. Frekuensi Menonton : merupakan seberapa sering responden melihat iklan yang ditayangkan di televisi. d. Uang Saku Per Bulan : merupakan uang saku yang diberikan oleh orang tua atau jumlah pendapatan responden per bulannya.

I. 10. Hipotesa

Secara etimologis hipotesis dibentuk dari dua kata, yaitu hypo dan thesis. Hypo berarti kurang dan thesis berarti pendapat. Jadi, hipotesis merupakan kesimpulan yang belum sempurna sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis itu dengan menguji hipotesis dengan data di lapangan Burhan Bungin, 2001 : 90. Universitas Sumatera Utara Hipotesis adalah suatu pernyataan sementara mengenai sesuatu, yang keandalannya biasanya tidak diketahui. Dengan hipotesis, penelitian menjadi tidak mengambang, karena dibimbing oleh hipotesis tersebut. Hipotesis dalam penelitian ini adalah : H o = Tidak terdapat hubungan antara positioning iklan sabun Lux di televisi terhadap perilaku siswi SMUN 2 Medan dalam membeli sabun Lux. H a = Terdapat hubungan antara positioning iklan sabun Lux di televisi terhadap perilaku siswi SMUN 2 Medan dalam membeli sabun Lux. Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI

II. 1. Komunikasi dan Komunikasi Massa

Salah satu persoalan di dalam memberi pengertian komunikasi, yakni banyaknya definisi yang telah dibuat oleh para pakar menurut bidang ilmunya. Hal ini disebabkan karena banyaknya disiplin ilmu yang telah memberi masukan terhadap perkembangan ilmu komunikasi, misalnya psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu politik, dan lain sebagainya. Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antarmanusia human communication bahwa komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antarsesesama manusia melalui pertukaran informasi untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu. Everett M. Rogers memberikan definisi komunikasi khususnya dalam hal penyebaran inovasi. Rogers mengatakan komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Sedangkan Shannon dan Weaver mengemukakan bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia saling mempengaruhhi satu sama lainnya sengaja atau tidak disengaja. Cangara, 2004 :19. Universitas Sumatera Utara