Perkembangan Giro Wajib Minimum GWM

periode sebelumnya karena tidak ada peristiwa khusus berdampak signifikan terhadap meningkatnya permintaan barang dan jasa. Hal ini sejalan dengan hasil survey penjualan eceran pada triwulan I tahun 2008 oleh kantor Bank Indonesia Medan yang menunjukkan bahwa permintaan masyarakat, yang tercermin dari volume penjualan pedagang eceran. Tabel 4.8 Tingkat Inflasi di Sumatera Utara Persen Per Tahun Tahun Inflasi 1990 9.52 1991 9.53 1992 4.94 1993 9.77 1994 9.24 1995 8.64 1996 6.47 1997 11.05 1998 83.56 1999 1.39 2000 5.73 2001 14.78 2002 9.6 2003 4.23 2004 6.82 2005 22.51 2006 6.08 2007 6.60 2008 0.57 Sumber : Statistik Keuangan Indonesia BI,2008

4.3.3 Perkembangan Giro Wajib Minimum GWM

Salah satu piranti kebijakan moneter yang digunakan Bank Indonesia saat ini untuk menyeimbangkan permintaan dan penawaran adalah dengan mengendalikan likuiditas perbankan. Pengendalian dilakukan dengan penerapan giro wajib minimum staturory reserves atau juga disebut Reserve requirement Universitas Sumatera Utara merupakan perbandingan antara saldo giro wajib bank yang harus ditempatkan pada Bank Indonesia terhadap Dana Pihak Ketiga DPK yang dimiliki bank. Giro wajib minimum yang ditetapkan Bank Indonesia dari tahun 1990 sebesar 2. Ini dimulai sejak adanya pakto’88 yang menurunkan GWM dari 15 menjadi 2. Tetapi nilai ini bertambah kembali sejak tahun 1996 sebesar 1 menjadi 3. Saldo ini terus meningkat sebesar 5 dari tahun 1997 sampai tahun 2008. Dibawah ini dapat dilihat nilai GWM dari tahun 1989-2008. Tabel 4.9 Perkembangan GWM Dari Tahun 1990-2008 Tahun GWM 1989 2 1990 2 1991 2 1992 2 1993 2 1994 2 1995 2 1996 2 1997 3 1998 5 1999 5 2000 5 2001 5 2002 5 2003 5 2004 5 2005 5 2006 5 2007 5 2008 5 Sumber : Statistik Keuangan Indonesia, BI Berbagai Terbitan Universitas Sumatera Utara HASIL PENELITIAN Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian yaitu data yang telah diolah ke dalam model melalui perhitungan komputer dengan menggunakan program eviews 5.1 dengan hasil sebagai berikut: Log Y = 9,842796 + 0,005094X1 – 0,096694X2 + 0,281566X3 Se 0,670726 0,008510 0,022106 0,104345 T-stat 14,67484 0,598617 -4,374044 2,698424 F-stat 20,12679 R 2 0,790522 keterangan: : Tingkat signifikan pada α = 10 atau tingkat kepercayaan 90 : Tingkat signifikan pada α = 5 atau tingkat kepercayaan 95 : Tingkat signifikan pada α = 1 atau tingkat kepercayaan 99 Interpretasi Model 1 Tingkat inflasi mempunyai pengaruh positif terhadap jumlah kredit yang disalurkan dan koefisiennnya sebesar 0,005094 artinya naik 100 cateris paribus maka jumlah kredit yang disalurkan turun sebesar 0,005094. 2 Tingkat suku bunga kredit mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pertumbuhan kredit yang disalurkan dan koefisiennya sebesar -0,096694 artinya suku bunga kredit naik 100 cateris paribus, maka jumlah kredit yang disalurkan akan turun sebesar 0,096694. 3 Giro wajib minimum mempunyai pengaruh yang positif terhadap jumlah kredit yang disalurkan dan koefisiennya sebesar 0,281566 artinya giro wajib minimum naik 100 cateris paribus, maka jumlah kredit yang disalurkan naik sebesar 0,281566 . Universitas Sumatera Utara

4.1.2 Test Goodness of Fit Uji Kesesuaian a. Koefisien Determinasi R