Analisis Kointegrasi Dan Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Giro Wajib Minimum Dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan Kredit Yang Disalurkan Oleh Bank Umum Di Sumut

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

ANALISIS KOINTEGRASI DAN PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, GIRO WAJIB MINIMUM DAN INFLASI TERHADAP PERTUMBUHAN KREDIT

YANG DISALURKAN OLEH BANK UMUM DI SUMUT

SKRIPSI

Diajukan Oleh : SULASTRI SIBURIAN

060501091 Ekonomi Pembangunan

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Medan 2010


(2)

ABSTRACT

The research title is “Analisis Kointegrasi Dan Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Giro Wajib Minimum Dan Inflasi Terhadap pertumbuhan Kredit Yang Disalurkan Bank Umum Di Sumut”. The world of banking is important sector in supporting of economies increasing. The improvement of macroeconomic condition by controlled inflation rate, decrease of interest rate and decrease of reserve requirement decided by Bank Indonesia, because this is can be influence for liquidity of bank. The credit distributed by banking has not been sufficient to be a supporting machine for economical growth, but distributed of banking credit in Sumut more increasing from year to year.This condition represented growth for human business climate like working capital, investment credit and consumption credit. This study aims to look term relationship and influence of interest rate, current acoount and inflation requirement for credit growth.

Data analysis methods used in this study are cointegration model and ordinary least square (OLS). Calculation model used is eviews 5.1 used data from the years 1990-2008 (19 years).

Results show that credit interest rates have a negative effect on the growth of outstanding loans by commercial banks. GWM and inflation level has a positive influence on the amount of loans growth. three independent variables (inflation, interest rates, GWM) has a bound variable cointegration the growth of outstanding loans of commercial banks.

Keywords : interest rate, requirement reserve, inflation, credit, ordinary least square (OLS), cointegration


(3)

ABSTRAK

Judul dari penelitian ini adalah “Analisis Kointegrasi Dan Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Giro Wajib Minimum Dan Inflasi Terhadap pertumbuhan Kredit Yang Disalurkan Bank Umum Di Sumut”. Dunia perbankan merupakan sector yang sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Membaiknya kondisi makro ekonomi tercermin dari terkendalinya laju inflasi, turunnya suku bunga kredit dan giro wajib minimum yang ditetapkan Bank Indonesia rendah karena dapat mempengaruhi likuiditas bank. Kredit yang disalurkan belum cukup menjadi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi. Kredit yang disalurkan bank umum di Sumut semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat menunjukkan perkembangan iklim usaha masyarakat melalui kredit modal kerja dan investasi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan jangka panjang dan pengaruh tingkat suku bunga,inflasi dan giro wajib minimum terhadap pertumbuhan kredit.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model kointegrasi dan ordinary least square (OLS). Model perhitungan yang digunakan adalah dengan menggunakan eviews 5.1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dari tahun 1990-2008 (19 tahun sample data).

Hasilnya menunjukkan bahwa suku bunga kredit mempunyai pengaruh negatif terhadap pertumbuhan kredit sedangkan inflasi dan giro wajib minimum mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan kredit. Ketiga variabel bebas ( suku bunga kredit, inflasi, giro wajib minimum) berkointegrasi terhadap variabel terikat yaitu pertumbuhan kredit yang disalurkan bank umum di Sumut.

Kata kunci : suku bunga kredit, inflasi, giro wajib minimum, jumlah kredit, OLS, kointegrasi


(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dan penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih setia dan berkat-Nya setiap waktu yang tak berkesudahan, yang selalu menyertai penulis dalam melakukan segala aktivitas penulisan hingga sampai pada penyelesaian skripsi ini yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “Analisis Kointegrasi Dan Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Giro Wajib Minimum Dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan Kredit Yang Disalurkan Bank Umum Di Sumut”.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik berupa dorongan semangat, materil, maupun sumbangan pemikiran. Oleh sebab itu pula pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih penulis yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan yang mendukung penyelesaian skripsi ini terutama kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, Selaku Ketua Departemen Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, PhD, sebagai sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan FE USU.

4. Ibu Ilyda sudardjat,S.Si,M.Si selaku Dosen pembimbing penulis yang telah memberikan bantuan bimbingan, saran, masukan, kritikan dan petunjuk kepada penulis hingga terselesainya skripsi ini.


(5)

5. Bapak Paidi Hidayat,SE,M.Si, Dosen Penguji I yang telah banyak mem-berikan petunjuk, saran dan kritik yang membangun pada penulis.

6. Bapak Drs. Rahmad Sumanjaya Hsb, Msi selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan petunjuk, saran dan kritik yang membangun pada penulis.

7. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec, yang telah banyak membantu penulis selama perkuliahan.

8. Serta seluruh Staff Pengajar dan Staff Administrasi Fakultas Ekonomi USU yang selama ini telah mendidik dan membimbing penulis dengan baik.

9. Kedua Orangtua tercinta penulis Ayahanda L.Siburian dan Ibunda S.Tambunan, Dengan penghargaan dan kasih sayang yang sedalam-dalamnya, terimakasih buat dukungan yang telah diberikan kepada saya baik dukungan materil maupun semangat dan doa yang tak ternilai harganya.

10.Adik penulis, Henry, Jimmy, Esra dan Seven Siburian yang telah banyak memberi dukungan dan semangat bagi penulis.

11.Buat Teman-teman satu pelayananku(pengurus, KTB, ade dan kaka tersayang) saya berterimakasih buat motivasi dan supportnya selama ini. 12 Buat sahabat-sahabatku ( Sonya Lumban Raja, Asniari Pasribu,

Rosmawati Sinuraya) terimakasih buat bantuannya, doa dan semangat yang diberikan kepada saya.

13.Buat teman-teman di Departemen Ekonomi pembangunan, khususnya angkatan ’06 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah


(6)

memberikan warna dan kebersamaan pada setiap hari yang kita lewati bersama.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih memiliki kekurangan ataupun kelemahan dan keterbatasan dalam penyusunanya oleh sebab itu penulis menerima segala masukan yang konstruktif dari para pembaca guna penyempurnaan isi maupun teknik penulisan yang benar. Akhir kata, semoga penelitian ini bermanfaat bagi para pembaca, terimakasih.

Hormat Saya Penulis,


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ...xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 9

1.3. Hipotesis ... 9

1.4 Tujuan Penelitiaan ... 10

1.5. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kredit 2.1.1. Pengertian Kredit ... 12

2.1.2. Fungsi Kredit ... 13

2.1.3. Jenis-jenis Kredit... 13

2.1.4. Jaminan Kredit ... 16

2.1.5. Jenis Pembebanan Suku Bunga Kredit ... 18


(8)

2.1.7. Prosedur Pemberian Kredit ... 22

2.2. Bunga Kredit 2.2.1. Pengertian Dan Teori Tentang Bunga Kredit ... 25

2.2.2. Faktor Penentu Tingkat Bunga ... 29

2.2.3. Perhitungan Bunga Kredit ... 31

2.2.4. Teori Tingkat Suku Bunga ... 32

2.3. Inflasi 2.3.1. Pengertian Inflasi ... 34

2.3.2. Laju Inflasi ... 35

2.3.3. Dampak Inflasi ... 37

2.3.4. Teori-teori Inflasi ... 38

2.3.5. Kebijakan Pengendalian Inflasi ... 40

2.4. Giro Wajib Minimum 2.4.1. Pengertian GWM ... 43

2.4.2. Tujuan GWM ... 44

2.4.3. Persentase GWM... 44

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 46

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 46

3.3. Metode dan Teknik Pengumpulan Data... 46

3.4. Pengolahan Data ... 47

3.5. Metode Analisis ... 48


(9)

3.5.2 Uji Kointegrasi ... 48

3.6. Test of Goodness of Fit (uji Kesesuaian) 3.6.1. Koefisien Determinasi (R-squre) ... 52

3.6.2.Uji t-Statistik (Uji Parsial) ... 52

3.6.3. Uji f-Statistik (uji Keseluruhan) ... 53

3.7. Uji Penyimpangan Asumsi klasik 3.7.1. Multikolinearity ... 54

3.7.2. Autocorrelation (LM-Test) ... 55

3.8. Defenisi Variabel Operasional ... 56

BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Deskriptif Daerah Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Sumatera Utara ... 57

4.1.2. Gambaran Perekonomian Sumatera Utara ... 61

4.1.3. Perkembangan Perbankan ... 62

4.1.4. Perkembangan Variabel-variabel ... 68

4.2. Analisis Data 4.2.1. Hasil Estimasi Model ... 72

4.2.2. Test Goodness of Fit (uji Kesesuaian) ... 73

4.2.2.1 Analisis Koefisien Determinasi (R-Square) ... 73

4.2.2.2 Hasil Uji T-Statistik ... 73

4.2.2.3 Hasil Uji F-Statistik ... 77

4.2.3 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik 4.2.3.1. Hasil Uji Multikolinerity ... 78


(10)

4.2.3.2. Hasil Uji Autokorelasi ... 78

4.2.4. Analisis Kointegrasi ... 80

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 83

5.2. Saran ... 84

DAFTAR PUSTAKA ... xiii


(11)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Halaman

4.1 Perkembangan Jumlah Penduduk Sumatera Utara (%) 59 4.2 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk Dan Kepadatan

Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2008 60 4.3 Jumlah Kantor Bank dan Pembiayaan Menurut

Kegiatan Usaha Di Provinsi Sumatera Utara 61

4.4 Perkembangan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaanya 64 Di Sumut Tahun 1990-2008 ( Dalam Juta Rp)

4.5 Kredit Bank Umum Yang Disalurkan Dalam rupiah Menurut Jenis Penggunaannya Di SUMUT Tahun

1990-2006 (Juta Rp) 65

4.6 Perkembangan Kredit Bank Umum Sumut Menurut

Kelompok Bank 66

4.7 Perkembangan Tingkat Suku Bunga Kredit (%) 67

4.8 Tingkat Inflasi di Sumatera Utara 68


(12)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Halaman

4.1 Perkembangan Kredit Perbankan Sumatera Utara

Tahun 1990-2008 63

4.2 Jumlah Kredit Yang Disalurkan Berdasarkan

Kelompok Bank 64

4.3 Uji T-Statistik Inflasi 73

4.4 Uji T-Statistik Tingkat Suku Bunga Kredit 74

4.5 Uji T-Statistik Giro Wajib Minimum 75

4.6 Uji F-Statistik 77


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Lampiran Judul

1 Data Variabel

2 Hasil Regresi Linear Berganda

3 Uji Multikolinearitas


(14)

ABSTRACT

The research title is “Analisis Kointegrasi Dan Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Giro Wajib Minimum Dan Inflasi Terhadap pertumbuhan Kredit Yang Disalurkan Bank Umum Di Sumut”. The world of banking is important sector in supporting of economies increasing. The improvement of macroeconomic condition by controlled inflation rate, decrease of interest rate and decrease of reserve requirement decided by Bank Indonesia, because this is can be influence for liquidity of bank. The credit distributed by banking has not been sufficient to be a supporting machine for economical growth, but distributed of banking credit in Sumut more increasing from year to year.This condition represented growth for human business climate like working capital, investment credit and consumption credit. This study aims to look term relationship and influence of interest rate, current acoount and inflation requirement for credit growth.

Data analysis methods used in this study are cointegration model and ordinary least square (OLS). Calculation model used is eviews 5.1 used data from the years 1990-2008 (19 years).

Results show that credit interest rates have a negative effect on the growth of outstanding loans by commercial banks. GWM and inflation level has a positive influence on the amount of loans growth. three independent variables (inflation, interest rates, GWM) has a bound variable cointegration the growth of outstanding loans of commercial banks.

Keywords : interest rate, requirement reserve, inflation, credit, ordinary least square (OLS), cointegration


(15)

ABSTRAK

Judul dari penelitian ini adalah “Analisis Kointegrasi Dan Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Giro Wajib Minimum Dan Inflasi Terhadap pertumbuhan Kredit Yang Disalurkan Bank Umum Di Sumut”. Dunia perbankan merupakan sector yang sangat penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Membaiknya kondisi makro ekonomi tercermin dari terkendalinya laju inflasi, turunnya suku bunga kredit dan giro wajib minimum yang ditetapkan Bank Indonesia rendah karena dapat mempengaruhi likuiditas bank. Kredit yang disalurkan belum cukup menjadi mesin pendorong pertumbuhan ekonomi. Kredit yang disalurkan bank umum di Sumut semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat menunjukkan perkembangan iklim usaha masyarakat melalui kredit modal kerja dan investasi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan jangka panjang dan pengaruh tingkat suku bunga,inflasi dan giro wajib minimum terhadap pertumbuhan kredit.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model kointegrasi dan ordinary least square (OLS). Model perhitungan yang digunakan adalah dengan menggunakan eviews 5.1. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dari tahun 1990-2008 (19 tahun sample data).

Hasilnya menunjukkan bahwa suku bunga kredit mempunyai pengaruh negatif terhadap pertumbuhan kredit sedangkan inflasi dan giro wajib minimum mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan kredit. Ketiga variabel bebas ( suku bunga kredit, inflasi, giro wajib minimum) berkointegrasi terhadap variabel terikat yaitu pertumbuhan kredit yang disalurkan bank umum di Sumut.

Kata kunci : suku bunga kredit, inflasi, giro wajib minimum, jumlah kredit, OLS, kointegrasi


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi makro ekonomi yang membaik ditandai dengan stabilnya kondisi moneter. Kondisi ekonomi dikatakan belum sehat apabila tidak diikuti oleh aktivitas kegiatan ekonomi yang riil. Hubungan fungsional dalam sistem ekonomi tidak berjalan dengan baik jika masing – masing fungsi masih belum berjalan dengan semestinya. Sistem perekonomian yang belum berjalan dengan baik, belum dapat mengkoordinasikan berbagai elemen dan fungsi yang ada di dalamnya. Keadaan seperti ini harus cepat diatasi agar perekonomian tidak berjalan pincang, yang mengakibatkan perekonomian tidak stabil.

Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan ekonomi dan kegiatan usaha, maka akan dirasakan perlu adanya sumber-sumber penyediaan dana guna membiayai kegiatan usaha tersebut. Oleh karena itu, hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan suatu kegiatan usaha dalam eksistensi perkreditan mempunyai koefisien korelasi yang sangat erat, baik bersifat negatif maupun dalam sifatnya yang positif. Sedangkan apabila ditinjau dari sisi yang lain yaitu dari sudut pandangan perbankan atau lembaga keuangan yang menyediakan sumber dana yang berbentuk perkreditan tersebut, maka kredit akan mempunyai suatu kedudukan yang sangat istimewa, terutama pada negara-negara yang sedang berkembang sebab antara volume permintaan akan dana jauh lebih besar dari penawaran dana yang ada dimasyarakat.

Sektor perkreditan tetap merupakan kegiatan yang penting dari suatu industri perbankan baik di negara-negara yang sedang berkembang maupun pada


(17)

negara-negara yang telah maju, karena “kredit” sebagai salah satu sumber dana yang penting dari setiap jenis kegiatan usaha dapat diibaratkan sebagai darah bagi makhluk hidup

Perkembangan ekonomi dapat juga dilihat dari salah satu indikator yaitu kebijakan moneter di bidang perbankan. Pertumbuhan kredit perbankan yang mendorong perkembangan dunia usaha mulai dari unit terkecil sampai unit terbesar. Ketika dunia usaha ataupun bisnis bertumbuh pesat maka, secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan ekonomi yang juga berkembang pesat. Perbankan adalah sebagai fungsi intermediasi penyaluran kredit kepada masyarakat baik kredit untuk konsumsi, investasi maupun modal usaha. Penyaluran kredit ini dipengaruhi oleh variabel – variabel ekonomi seperti tingkat suku bunga, inflasi dan giro wajib minimum ( GWM ).

Salah satu lembaga ekonomi yang diperlukan dalam perekonomian modern adalah lembaga keuangan baik bank maupun lembaga bukan bank. Lembaga keuangan adalah semua badan yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana dari dan untuk masyarakat. Lembaga keuangan merupakan badan yang kegiatannya untuk menarik dari dana masyarakat (tabungan, giro maupun deposito) dan menyalurkan dana itu kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit maupun pinjaman.

Sebagai lembaga intermediasi ataupun pihak – pihak yang kelebihan dana, baik perorangan, badan usaha, yayasan maupun lembaga pemerintah dapat menyimpan kelebihan dananya di bank dalam bentuk rekening giro, tabungan maupun deposito berjangka sesuai kebutuhan dan prefensinya. Sementara itu, pihak – pihak yang kekurangan dana mengajukan pinjaman atau kredit ke bank.


(18)

Fungsi intermediasi dapat berjalan dengan baik apabila kedua belah pihak tersebut memiliki kepercayaan terhadap bank. Kebijakan perbankan efektif apabila bank tersebut dapat menjaga kepercayaan masyarakat. Tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat maka fungsi intermediasi tidak dapat dilakukan dengan baik. Pendapatan bunga dari dana yang disimpan dan ketersediaan dana bagi pihak yang mau meminjam baik untuk konsumsi, produksi, modal usaha maupun investasi, dan untuk ini bank akan mendapat spread (selisih antara pendapatan dan biaya bunga).

Di sisi lain perekonomian juga mendapat manfaat berupa mekanisme alokasi sumber – sumber dana secara efisien dan efektif. Bank sebagai lembaga intermediasi, berperan penting dalam memobilisasi dana – dana masyarakat untuk diputarkan sebagai salah satu sumber pembiayaan utama bagi dunia usaha baik investasi maupun produksi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Selain sebagai intermediasi perbankan juga harus memperhatikan ketentuan cakupan modal yaitu harus ditetapkan 10 % dari nilai setor bank.

Pengelolaan kegiatan lending yang merupakan penyaluran kredit atau pinjaman. Penyaluran dana ini dapat dilakukan apabila dana yang disalurkan sudah terhimpun dalam kegiatan funding. Namun apabila dana yang dihimpun tidak cukup untuk disalurkan maka pihak bank akan berusaha menghimpun dana.

Penyaluran kredit dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendukungnya seperti inflasi, suku bunga dan giro wajib minimum. Dalam setiap usaha perbankan faktor – faktor ini sangat berpengaruh dalam penyaluran kredit

Untuk mendukung pemberian kredit oleh bank, maka harus dapat dilihat beberapa indikator antara lain adalah tingkat suku bunga perbankan yaitu bunga


(19)

kredit dan juga suku bunga tabungan. Suku bunga tabungan yang rendah, rata-rata bersih per tahun tentu akan berpengaruh pada turunnya suku bunga kredit. Saat ini, secara rata-rata suku bunga kredit berkisar antara 10% sampai 15% per tahun dengan BI rate 6,5%. Dengan tingginya suku bunga menyebabkan sulitnya peminjaman kredit sehingga dunia usaha kurang berkembang.

Penyaluran kredit menurut sektor ekonomi dan menurut penggunaannnya memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara. Kredit yang diberikan kepada masyarakat baik untuk modal kerja dan investasi maupun konsumsi memberikan sumbangan besar bagi pertumbuhan dan kesejahteraaan masyarakat Sumatera Utara. Selama triwulan I tahun 2008, kredit yang disalurkan oleh bank umum di Sumatera Utara mencapai Rp 54,78 triliun. Berdasarkan penggunaannya sebagian besar kredit tersebut disalurkan untuk kegiatan produktif (modal kerja). Posisi modal kerja tercatat sebesar Rp 30,90 triliun, sementara posisi kredit investasi mencapai Rp 10,74 triliun dan kredit konsumsi mencapai Rp 13,14 triliun. Sedangkan untuk tahun 2009 selama triwulan III pada bulan September , kredit yang disalurkan oleh bank umum di Sumatera Utara adalah Rp 69,77 triliun. Dimana kredit modal kerja tercatat sebesar Rp 36,56, kredit investasi sebesar Rp15,57 triliun dan kredit konsumsi sebesar Rp 17,64 triliun

Inflasi dan suku bunga mempunyai hubungan timbal balik. Suku bunga tinggi akan mengakibatkan kenaikan bunga pinjaman kredit bank yang dibutuhkan oleh peminjam dana meningkat sehingga ongkos produksi akan meningkat dan berujung pada harga jual produk yang meningkat pula. Inflasi yang meningkat mengakibatkan suku bunga juga meningkat, sebab jika terjadi inflasi


(20)

maka setiap investor akan meminta imbal hasil minimum yang telah mampu mengganti besarnya inflasi.

Adanya tekanan inflasi menyebabkan tingkat suku bunga kredit semakin tinggi. Perbankan mengambil kebijakan ini untuk menarik kembali jumlah uang yang beredar di masyarakat yang banyak. Hal ini juga mempengaruhi perbankan menaikkan cadangan wajibnya. Tetapi seperti yang diketahui bahwa naikknya tingkat suku bunga mengakibatkan sulitnya para kreditor atau investor untuk meminjam kredit dan memperbaiki kinerja usahanya yang sedang berjalan. Tetapi jika hal ini tidak dilakukan juga akan mengganggu perekonomian yang sedang berjalan. Keadaan seperti ini membuat perekonomian serba salah dimana jika pengetatan moneter tidak dilakukan maka inflasi akan muncul, tetapi jika kebijakan ini dilakukan maka mengganggu kegiatan usaha yang sedang berjalan.

Untuk giro wajib minimum sendiri, kenaikan cadangan wajib atau giro akan mengurangi kemampuan bank untuk menciptakan uang giral, sementara penurunan cadangan wajib akan menambah kemampuan bank tersebut untuk menciptakan uang giral. Meskipun ketentuan cadangan wajib telah berlangsung sejak 1935, Bank Sentral tidaklah sering menggunakannya. Perubahan ketentuan cadangan wajib dipandang sebagai alat kebijakan yang tumpul. Bank Sentral biasanya mengubah ketentuan cadangan wajib sekurang-kurangnya 0.5%, sementara efeknya terhadap jumlah uang adalah besar dan bersifat seketika. Perubahan likuiditas perbankan yang dilaksanakan melalui operasi pasar terbuka mungkin tidak terukur besarnya dan dapat diamati melalui sistem perbankan.

Dalam kebijakan “ Paket Oktober” tahun 1988 yang salah satu isinya antara lain memberikan kemudahan bagi bank untuk membuka cabang dan


(21)

penurunan giro wajib minimum dari 15% menjadi 2%. Penurunan GWM ini diharapkan meningkatkan penyaluran dana kepada masyarakat sehingga meningkatkan kinerja ekonomi melalui peningkatan modal.

Seiring berjalannya waktu, penurunan GWM dalam kebijakan pakto justru membawa malapetaka bagi perekonomian. Penurunan GWM yang mendorong kemudahan dalam pengambilan kredit dimanfaatkan oleh para debitur untuk melakukan inverstasi di berbagai bidang sehingga kinerja ekonomi pada awalnya meningkat. Namun, terlalu besarnya modal yang tersedia justru akan mengguncang perekonomian itu sendiri. Dimana peningkatan penawaran sebagai akibat dari penambahan modal tidak diikuti oleh daya beli masyarakat sehingga investor rugi sehingga menyebabkan kesulitan dalam membayar bunga maupun pinjaman pokoknya kepada bank. Dampaknya adalah dampak likuiditas bank dimana bank kesulitan memberikan bunga kepada nasabah dan begitu pula dengan nilai pokok simpananya.

Kelancaran kredit sangatlah tergantung pada pada kondisi ekonomi khususnya di Sumatera Utara sendiri. Penyaluran kredit tersebut dapat dipengaruhi oleh tingkat suku bunga kredit yang ditawarkan bank umum, inflasi yang stabil dan juga giro wajib minimum yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Dari hasil data tahun 2009 pada triwulan ke-3 bulan September terdapat tingkat suku bunga (untuk kredit modal kerja sebesar 13,10 %, kredit investasi sebesar 12,40% dan kredit konsumsi sebesar 13,10%) , inflasi sebesar 1,2% dan giro wajib minimum sebesar 5 % serta kredit yang disalurkan sebesar Rp 69,77 trilliun


(22)

Besarnya tingkat bunga kredit yang diberikan kepada debitur sangat mempengaruhi permintaan dan realisasi kredit. Jika di dalam hal penyimpanan dana misalnya deposito bunganya besar maka masyarakat akan cenderung untuk mendepositokan uangnya sedangkan apabila bunganya kecil minat masyarakat untuk menabung sangat kecil. Berbeda halnya dengan peminjaman kredit, apabila bunga kredit kecil maka masyarakat akan cenderung mengajukan kredit dari bank, apabila semakin tinggi bunganya maka masyarakat yang mengajukan kredit akan berkurang.

Selain tingkat bunga kredit, inflasi juga mempunyai pengaruh dan peranan yang sangat besar dalam minat masyarakat dalam mengajukan kredit. Inflasi dapat didefenisikan sebagai suatu proses kenaikan tingkat harga yang terjadi secara terus-menerus dan umum pada arah yang tetap menarik yang disebabkan oleh suatu kelebihan permintaan di atas kapasitas penawaran (Nopirin,2004).

Tingginya tingkat inflasi akan menaikkan biaya hidup masyarakat. Kenaikan biaya hidup ini dapat mempengaruhi pendapatan riilnya, karena pendapatan masyarakat tersebut diserap oleh harga yang tinggi. Selain itu apabila bank Sentral menaikkan tingkat giro wajib minimum bank, maka dana yang tersedia di bank akan berkurang dan ini akan menyebabkan bank tersebut akan mengurangi penyaluran kredit kepada masyarakat untuk melindungi likuiditasnya. Melihat permasalahan diatas, maka penulis mencoba menganalisis pengaruh dan hubungan jangka panjang tingkat suku bunga, inflasi dan giro wajib minimum terhadap penyaluran kredit, dengan judul “ Analisis Kointegrasi dan Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Giro Wajib Minimum Dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan Kredit Yang Disalurkan Bank Umum Di Sumut”.


(23)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang, maka perumusan masalah yang diajukan pada judul ini adalah :

1. Bagaimana pengaruh dan hubungan jangka panjang Giro Wajib Minimum (GWM) terhadap pertumbuhan kredit di Sumatera Utara 2. Bagaimana pengaruh dan hubungan jangka panjang inflasi terhadap

pertumbuhan kredit di Sumatera Utara.

3. Bagaimana pengaruh dan hubungan jangka panjang tingkat suku bunga terhadap pertumbuhan kredit di Sumatera Utara

1.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan atau statement tentang kebenaran yang dirumuskan untuk pengertian sementara. Maka berdasarkan uraian perumusan di atas, maka hipotesis yang diambil adalah:

1. Inflasi berpengaruh negatif dan berhubungan jangka panjang dengan pertumbuhan kredit di Sumatera Utara

2. Tingkat suku bunga berpengaruh negatif dan berhubungan jangka panjang dengan pertumbuhan kredit di Sumatera Utara.

3. Giro wajib minimum berpengaruh negatif dan berhubungan jangka panjang dengan pertumbuhan kredit di Sumatera Utara


(24)

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh dan hubungan jangka panjang antara kredit perbankan dengan Giro Wajib minimum (GWM).

2. Untuk mengetahui pengaruh dan hubungan jangka panjang antara kredit perbankan dengan inflasi.

3. Untuk mengetahui pengaruh dan hubungan jangka panjang antara kredit perbankan dengan tingkat suku bunga

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai pelengkap dan bahan tambahan unutk penelitian sebelumnya 2. Sebagai bahan studi atau literatur bagi mahasiswa \ mahasiswi yang

ingin melakukan penelitian selanjutnya

3. Sebagai bahan referensi untuk menambah wawasan dan pengetahuan si peneliti

4. Sebagai bahan masukan yang berguna bagi instansi atau badan yang berhubungan dengan penelitian ini, seperti: bank – bank, kreditur/investor dan masyarakat umum.

5. Sebagai pertimbangan dalam memproyeksi serta mengambil kebijakan mengenai Giro Wajib Minimum(Reserve Reguirment), inflasi, tingkat suku bunga dan pertumbuhan kredit di sumatera Utara.


(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kredit

2.1.1 Pengertian Kredit

Dalam kehidupan sehari – hari kita sudah mengenal kredit, mulai dari kredit barang pecah belah yang dijajakan oleh tukang kredit dari rumah ke rumah atau kredit bentuk uang yang diberikan oleh tukang – tukang ijon. Dalam skala yang lebih luas lagi juga dikenal kredit yang yang diberikan oleh perusahaan leasing dan perbankan. Kemudian kita juga mengenal setiap terjadi transaksi kredit selalu berkaitan dengan angsuran dan cicilan dengan disertai jangka waktu dan jumlah cicilan yang harus dibayar. Para pengambil kredit juga sudah paham bahwa dalam cicilan kredit sudah mengandung pokok pinjaman dan bunga yang harus dibayar. Istilah yang digunakan kepada para pengambil kredit adalah dengan sebutan debitur dan pihak pemberi kredit (bank) disebut dengan kreditur atau dengan arti lain debitur adalah penerima dana sedangkan kreditur adalah penyedia dana.

Peranan bank sebagai lembaga keuangan tidak lepas dari masalah kredit. Bahkan kegiatan bank sebagai lembaga keuangan, pemberian kredit merupakan kegiatan utamanya. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menetukan keuntungan bank. Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit, sementara dana yang terhimpun dari simpanan banyak maka menyebabkan bank tersebut rugi. Oleh karena itu pengelolaan kredit harus dilakukan sebaik – baiknya mulai dari


(26)

perencanaan jumlah kredit, penentuan suku bunga, prosedur pemberian kredit, analisis pemberian kredit sampai proses pengendalian kredit macet.

Menurut asal mulanya kata kredit berasal dari kata credere yang artinya adalah kepercayaan, maksudnya adalah apabila sesorang memperoleh kredit berarti mereka memperoleh kepercayaan. Sedangkan kepada si pemberi kredit artinya memberikan kepercayaan kepada seseorang bahwa uang yang dipinjam pasti kembali.

Pengertian kredit menurut Undang – undang Perbankan nomor 10 tahun 1998 adalah penyedian uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan

nilainya dapat diukur dengan uang, misalnya bank membiaya kredit untuk pembelian rumah atau mobil. Kemudian adanya kesepakatan antara bank (kreditur) dengan nasabah penerima kredit (debitur), dengan perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam perjanjian kredit tercakup hak dan kewajiban masing – masing pihak, termasuk jangka waktu dan bunga yang ditetapkan bersama.

Drs.Ek.Op Simorangkir dalam (Budi Untung, 2005:2) mengatakan kredit adalah pemberian prestasi (misalnya uang atau barang) dengan balas prestasi (kontraprestasi) yang terjadi pada waktu yang akan datang . kehidupan ekonomi modern adalah prestasi uang yang demikian transaksi kredit menyangkut uang sebagai alat kredit.


(27)

Analisis kredit diberikan untuk meyakinkan bahwa si nasabah benar – benar dapat dipercaya maka, sebelum kredit diberikan bank terlebih dahulu melakukan analisis kredit. Analisis kredit mencakup latar belakang nasabah atau perusahaan, prospek usahanya, jaminan yang diberikan serta faktor – faktor lainnya.

2.1.2 Fungsi Kredit

Fungsi-fungsi kredit dalam garis besar besarnya adalah sebagai berikut : a. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari uang.

b. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari barang. c. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. d. Kredit adalah salah satu alat stabilisasi ekonomi. e. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat.

f. Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional. g. Kredit adalah juga sebagai alat hubungan ekonomi internasional.

2.1.3. Jenis – jenis Kredit

Secara umum jenis – jenis kredit yang disalurkan oleh bank umum yang dilihat dari berbagai segi adalah:

1. Dilihat dari Segi Kegunaan

Dilihat dari segi kegunaan terdapat dua jenis kredit yaitu:

• Kredit investasi, yaitu kredit yang digunakan untuk keperluasan perluasan usaha atau membangun proyek \ pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan.


(28)

• Kredit modal kerja, yaitu kredit yang digunakan untuk meningkatkan keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya (seperti membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya – biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi).

2. Dilihat dari Segi Tujuan Kredit

Jenis kredit dilihat dari tujuannya adalah :

• Kredit produktif, yaitu digunkan untuk meningkatkan usaha, produksi atau investasi (digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa)

• Kredit konsumtif, yaitu kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi

• Kredit perdagangan, yaitu kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut.

3. Dilihat dari Segi Jangka Waktu

Jenis kredit dilihat dari segi jangka waktunya adalah :

• Kredit dan jaminan

Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu.

Jaminan tersebut dapat berbentuk barangberwujud atau tidak berwujud.Artinya setiap kredit yang di keluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan Si calon debitur.

• Kredit tanpa jaminan.

Yaitu kredit yang diberikan tampa barang jaminan tertentu atau orang tertentu.


(29)

Kredit jenis ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas si calon debitur selama berhubungan dengan bank yang bersangkutan.

4.Dilihat dari Segi Sektor Usaha.

Setiap sektor usaha memiliki karakteristik yang berbeda-beda, oleh karena itu pemberian fasilitas kredit pun berbeda pula. Jenis kredit jika diihat dari sektor usaha sebagai berikut.

• Kredit pertanian, merupakan merupakan kredit yang yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. sektor pertanian dapat berups jangka pendek atau jangka panjang.

• Kredit peternakan, dalam hal ini kredit diberikan untuk jangka waktu yang relatif pendekmisalnya peternakan ayam dan untuk jangka panjang seperti peternakan sapi atau kambing.

• Kredit industri, kredit untuk membiayai industri pengolahan industri kecil, menengah, maupun industri besar.

• Kredit pertambangan yaitu, jenis kredit uantuk usaha tambang yang di biayai nya, biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau tambang timah.

• Kredit Pendidikan, merupakan yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula kredit untuk para mahasiswa yang sedang belajar.

• Kredit profesi, diberikan kepada kalangan para professional , seperti dosen, dokter, atau pengacara.


(30)

• Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan.

• Dan sektor usaha lainya. 2.1.4 Jaminan Kredit

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa di dalam menjalankan suatu usaha apapun tentu mengandung suatu tingkat kerugian. Resiko ini dapat saja terjadi akibat suatu musibah yang tidak dapat dielakkan seperti terkena bencana alam. Namun resiko yang paling fatal adalah akibat nasabah yang mampu tetapi tidak mau membayar kewajibanya.Adanya resiko kerugian dimana nasabah tidak sanggup lagi untuk membayar semua kewajibannya baik untuk sementara waktu atau selamanya harus cepat di antisipasi oleh dunia perbankan. Kalau tidak, maka sudah dapat di pastikan kredit tersebut macet alias tidak terbayar lagi.

Dalam prakteknya yang dapat di jadikan jaminan oleh calon debitur adalah sebagai berikut:

a. Jaminan dengan barang-barang seperti:

• Tanah

• Bangunan

• Kendaraan bermotor

• Mesin-mesin/peralatan

• Barang dagangan

• Tanaman/kebun/sawah

• Dan barang-barang berharga lainya. b. Jaminan surat berharga seperti:


(31)

• Sertifikat Obligasi

• Sertifikat Tanah

• Sertifikat Deposito

• Promes

• Wesel

• Dan surat berharga lainya. c. Jaminan orang atau pengusaha.

Yaitu jaminan yang di berikan oleh seseorang perusahaan kepada bank terhadap fasilitas kredit yang diberikan. Apabila kredit yang tersebut macet maka orang atau perusahaan yang memberikan jaminan itulah yang diminta pertanggungjawaban atau menanggung resikonya.

d. Jaminan asuransi, yaitu bank yang menjaminkan kredit tersebut kepada pihak asuransi, terutama terhadap fisik obyek kredit, seperti kendaraan, gedung dan lainnya Jadi apabila terjadi kehilangan atau kebakaran, maka pihak asuransilah yang akan menanggung kerugian tersebut.

Di Negara-negara maju seringkali kredit diberikan bukan bentuk barang atau surat-surat berharga, biasanya kredit ini diberikan karena kredibilitas perusahaan dapat dipercaya. Kredit ini diberikan untuk perusahaan yang memang benar-benar bonafid dan professional, sehingga kemungkinan kredit tersebut macet sangat kecil. Dapat pula kredit tanpa jaminan dengan penilaian terhadap prospek usahanya atau dengan pertimbangan untuk pengusaha-pengusaha ekonomi lemah.


(32)

Ada beberapa prinsip – prinsip penelian kredit yang sering dilakukan yaitu dengan analisis 5C, analisis 7P dan studi kelayakan. Prinsip pemberian kredit dengan analisis 5C dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Character

Adalah sifat atau watak seseorang yang dalam hal ini adalah debitur. Tujuannya adalah memberitahukan kepada bank bahwa sifat dan watak dari orang – orang yang diberikan kredit benar – benar dapat dipercaya. Keyakinan itu dilihat dari latar belakang si nasabah baik dari pekerjaan, gaya hidup yang dianutnya, keluarga, hobi dan social standingnya.

2. Capacity

Untuk melihat kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuanya mengelola bisnis serta kemampuanya mencari laba. Sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuanya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan. Semakin banyak sumber pendapatan seseorang maka semakin besar kemampuanya membayar kredit.

3. Capital

Biasanya bank ini tidak akan bersedia untuk membiayai usahanya 100%, artinya setiap nasabah yang mengajukan permohonan kredit harus pula menyediakan dana dari sumber lainnya atau modal sendiri, dengan kata lain Capital adalah untuk mengetahui sumber – sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank.


(33)

Merupakan jaminan yang diberikan oleh calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahanya, sehingga terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dipergunakan secepat mungkin. Fungsi jaminan adalah untuk melindungi bank dari resiko kerugian.

5. Condition

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing – masing. Dalam kondisi perekonomian yang kurang stabil sebaiknya pemberian kredit untuk sektor tertentu jangan diberikan terlebih dahulu dan kalaupun jadi diberikan sebaiknya juga dengan melihat prospek usaha tersebut di masa yang akan datang.

Sedangkan 7 P kredit adalah sebagai berikut : 1. Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadian dan tingkah lakunya sehari – hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabh dalam menghadapi suatu masalah 2. Party

Mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan – golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya, sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank.


(34)

3. Perpose

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang dinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam – macam apakah tujuan untuk konsumtif, produktif atau tujuan untuk perdagangan.

4. Prospect

Yaitu untuk menilai nasabah dimasa yang akan dating apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi tetapi jaga nasabah.

5. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang diambil atau sumber dari mana saja dana untuk pengembalian kredit yang diperolehnya. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik.

6. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah tetap sama atau meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang diperolehnya dari bank. 7. Protection

Yaitu bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank namun melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat beruapa jaminan barang, orang atau jaminan asuransi.


(35)

Adapun penilaian kredit dengan studi kelayakan meliputi : 1. Aspek Hukum

Merupakan aspek untuk menilai keabsahan dokumen – dokumen atau surat–surat yang dimilki oleh calon debitur, seperti akte otaris, izin usaha, sertifikat tanah dan dokumen atau surat lainnya.

2. Aspek Pasar dan Pemasaran

Merupakan aspek untuk menilai usaha nasbah di masa sekarang atau di masa yang akan datang.

3. Aspek Keuangan

Merupakan aspek untuk menilai kemampuan nasabah Dallam membiayai dan mengelola usahanya. Dari aspek ini tergambar bagaiman biaya dan pendapatan yang akan dikeluarkan atau diterima olah nasabah. Dalam hal ini penilainya digunakan dengan rasio rasio keuangan.

4. Aspek Operasi atau Teknis

Merupakan untuk menilai tata letak ruangan, lokasi usaha dan kapasitas produksi suatu usaha yang tercermin sarana dan prasarana yang dimiliki. 5. Aspek Manajemen

Merupakan aspek untuk menilai sumber daya manusia yang dimilki oleh suatu perusahaan baik dari segi kualitas dan kuantitas.

6. Aspek Ekonomi\ Sosial

Merupakan aspek untuk menilai dampak ekonomi dan social yang ditimbulkan dengan adanya suatu usaha tertentu terhadap masyarakat apakah lebih banyak benefit, cost atau sebaliknya.


(36)

7. Aspek AMDAL

Merupakan aspek yang menilai dampak lingkungan yang timbul dengan adanya suatu usaha, kemudian cara pencegahan terhadap dampak – dampak tersebut.

2.1.7 Prosedur Pemberian Kredit

Secara umum proses pemberian kredit oleh badan hokum adalah sebagai berikut:

1. Pengajuan proposal

Yang perlu diperhatikan dalam mengajukan proposal kredit adalah suatu yang berisi keterangan tentang : Riwayat perusahaan, seperti riwayat hidup perusahaan, jenis bidang usaha, nama pengurus, berikut latar belakang pendidikanya, perkes pengambangan perusahaan serta wilayah pemasaran produknya.

Tujuan pengambilan kredit, dalam hal ini harus jelas tujuan pengambilan kreditnya. Apakah untuk memperbesar omzet penjualan atau memperbesar kapasitas produksi atau untuk mendirikan pabrik baru ( perluasan ) serta tujuan lainnya.Besarnya kredit dan jangka waktu, dalam hal ini bank harus mengetahui besarnya kredit dan jangka waktu pengembalian kredit.

Cara pemohon mengembalikan kredit maksudnya perlu dijelaskan secara rinci cara – cara nasabah mengembalikan kreditnya apakah dari hasil penjulan atau cara lainnya. Jaminan kredit, jaminan yang dimaksud dalam bentuk sertifikat atau sertifikat dan harus diteliti keabsahannya, biasanya suatu jaminan diikat dengan suatu asuransi tertentu.


(37)

Selanjutnya proposal ini dilengkapi dengan berkas – berkas yang telah dipersyaratkan sebagai berikut :

•Akte pendirian perusahaan

•Bukti diri ( KTP ) para pengurus dan pemohon

•T.D.P ( Tanda Daftar Perusahaan )

•N.P.W.P ( Nomor Pokok wajib Pajak )

•Neraca dan laporan laba – rugi 3 tahun terakhir

•Fotocopy sertifikat yang dijadikan jaminan

•Daftar penghasilan bagi perseorangan

•Kartu Keluarga ( KK ) bagi perorangan 2. Penyelidikan berkas pinjaman

Dalam penyelidikan hal hal yang perlu diperhatikan adalah membuktikan kebenaran dan keaslian dari berkas – berkas yang ada, seperti keaslian dan kebenaran dari akte notaries, TDP, KTP dan suart – surat jaminan, seperti sertifikat tanah, BPKP mobil ke instansi yang berwenang mengeluarkannya. Kemudian jika benar dan asli maka bank akan mengkalkulasi apakah jumlah kredit yang diminta apakah relevan dan kemampuan nasabah untuk membayar. Semua ini digunakan terhadap angka dalam laporan keuangan dengan berbagai rasio keuangan yang ada. 3 Penilaian kelayakan kredit

Adapun aspek – aspek yang perlu dinilai dalam pemberian fasilitas kredit adalah :

• Aspek hukum

• Aspek pasar dan pemasaran

• Aspek keuangan


(38)

• Aspek manajemen

• Aspek ekonomi sosial

• Aspek AMDA 4. Wawancara pertama

5. Peninjauan lokasi ( on the spot ) 6. Wawancara kedua

7. keputusan kredit

8. penandatangan akad kredit \ perjanjian lainnya 9. Realisasi kredit

2.2 Bunga Kredit

2.2.1 Pengertian dan Teori Tentang Bunga Kredit

Bunga merupakan hal penting bagi bank dalam penarikan tabungan dan penyaluran kreditnya. Penarikan dan penyaluran kredit selalu dihubungkan dengan tingkat suku bunganya. Bunga bagi bank biasanya menjadi biaya (cost of found) yang harus dibayar kepada penabung, namun di lain pihak, bunga juga merupakan pendapatan bank yang diterima dari debitur atau kredit yang diberikan.

Yang dimaksud dengan bunga kredit adalah suatu jumlah ganti rugi/ balas jasa atas penggunaan uang oleh nasabah bank, bagi pengusaha kredit berarti si nasabah memerlukan suatu likuiditas untuk kegiatan usahanya.

Menurut Kaslan A. Tohir, yang dimaksud dengan bunga kredit adalah penggantian kerugian yang diterima oleh si pemberi kredit untuk penyerahan penggunaan uang itu (Tohir, 1970:58).

Bunga adalah suatu unsur yang harus ada pada suatu pemberian kredit. Pihak bank sangat membutukan bunga sebagai keuntungan yang diperoleh dari


(39)

pemberian kredit tersebut. Dalam penetuan bunga kredit bank harus dapat menetukan berapa besarnya bunga yang akan dibebankan kepada nasabahnya, karena jik bunga yang dibebankan terlalu tinggi maka bank tersebut akan kesulitan mencari nasabah yang ingin meminjam dari bank tersebut. Jika suku bunga yang ditetapkan terlalu rendah maka bank akan mendapat profit yang sanga kecil bahkan akan mengarah pada negative spread. Pada umumnya suku bunga kredit yang ditetapkan oleh bank pada suatu regional tertentu adalah sama, yaitu penambahan suku bunga kredit maksimum 5 % di atas BI rate yang ditetapkan oleh Bank Indinesia.

Pada zaman merkantilisme para ahli ekonomi di Eropa diliputi dengan pandangan yang mengatakan bahwa bunga itu adalah tanda pernyataan dari nilai uang. Teori dari penganut merkantilismemengenai bunga sangat sederhana sekali. Mereka menganggap bunga sebagai harga dari kredit produktif dan tingkat bunga dihubungkan dengan banyaknya uang yang beredar. Gerrard De Malynes dan Sir William Pety, tingkat bunga akan turun seiring dengan bertambahnya jumlah uang yang berdar. Ahli – ahli ekonomi klasik dan ahli ekonomi yang lain, teori dari merkantilisme itu dianggap tidak benar. Akan tetapi sejak tahun 1936 yakni setelah Keynes menemukan teori yang bersifat moneter, maka orang mulai mengakui kebenaran dari teori bunga aliran merkantilisme.

Setelah teori merkantilisme, muncullah teori produktivitas atau teori fructificasi. Teori ini dikemukakan oleh Turgot. Menurutnya, tiap pemilik uang akan mampu membeli tanah dan dari tanah itu akan dapat memperolaeh keuntungan dari hasil tanaman yang diusahakan di atas tanah tersebut. Kalau uang tersebut digunakan untuk tujuan lain, maka ia harus mendatangkan hasil.


(40)

Selanjutnya, menurut Turgot, tinggi bunga itu tidak boleh kurang dari sewa tanah yang diterima.

Kemudian J.B Say mengatakan bahwa hasil dari tanah tersebut timbul karena adanya kerjasama antara tanah, tenaga kerja dan modal (uang). Ketiga factor – factor tersebut memberikan jasa – jasanya dalam produksi. Dari penghasilan produksi tersebut harus dibayarkan suatu penggantian kerugian kepada mereka yang memberikan jasanya kepada tidak yang memiliki. Kepada pemilik tanah diberikan sewa, kepada tenaga kerja diberikan upah dam kepada pemilik modal diberikan bunga. Teori ini disebut produktivitas kekanak–kanakan.

Malthus kemudian mencetuskan teori yang menunjukkan dimana letak produktivitas uang. Teori ini juga menganggap bahwa jasa – jasa produktif dari uang adalah pokok pangkal adanya bunga. Menurut hasil kombinasi dari modal dan faktor produksi lainnya adalah lebih besar daripada upah + sewa + penyusutan modal. Kelebihan ini haruslah dipergunakan untuk penggantian jasa daripada para pemilik uang.

Pada akhir abad ke-18 lahirlah suatu teori yang membahas masalah bunga kredit dari sudut pandang psikologi. Teori psikologi ini beraneka ragam antara lain : (i) teori penggunaan, (ii) teori abstinence , (iii) teori pemerasan dan (iiii) teori agio.

Teori penggunaan mengatakan bahwa barang modal itu mempunyai penggunaan. Barang siapa meminjamkan barang modal itu dia akan kehilangan “pengguanaan” dari barang tersebut. Untuk kehilangan itu si pemilik modal berhak menerima penggantian dan penggantian itu disebut bunga.

Teori abstinence mengatakan, bahwa dalam pembentukan modal, orang akan menghasilkan dari sebagian penghasilannya dan dengan demikaian dia akan


(41)

mengeorbankan kemungkinana konsumsinya. Pengorbanan ini harus mendapat penggantian dan penggantian itu adalah bunga.

Teori pemerasan sesungguhnya adalah buah pikiran dari Willian Thomson dab odgkin, kemudian disempurnakan oleh Karl Marx dan Rodbertus.

Marx dengan teorinya yang dikenal dengan teori nilai yang mengatakan, bahwa pendapatan dari pengusaha yang memiliki modal itu adalah hasil pemerasan dari tenaga kerja. Dalam hal ini bunga itu merupakan nilai lebih yang didapat dari modal. Dan Marx berkata bahwa bunga itu adalah akibat dari milik swasta atas alat – alat produksi dalam masyarakat kapitalis.

Teori agio dari Von Bohm Bawer berpokok pada penafsiaran tentang penghargaan manusia atas barang – barang sekarang dan barang di kemudian hari. Umunya manusia itu lebih menghargai barang – barang sekarang daripada barang – barang di kemudian hari yang sama jenis dan kualitasnya. Pemuasan keperluan sekarang oleh orang dianggap lebih penting daripada pemuasan keperluan di kemudian hari. Perbedaan inilah yang disebut agio. Penyebab terjadinya agio dari barang – barang sekarang diatas barang di kemudian hari adalah faktor – faktor psikologis, ekonomis dan faktor teknis.

Dari teori – teori tentang bunga yang dikemukakan di atas tidak satupun yang dihubungkan dengan uang. Baru pada tahun 1936 timbul suatu teori tentang bunga yang dihubungkan dengan uang. Teori ini disebut teori bunga moneter yang dikemukakan oleh Keynes.

Menurut Keynes bunga itu adalah pengganti dari pengorbanan likuiditas. Menurut Keynes bunga itu ditentukan oleh preferensi likuiditas (Liquidity Prefrence) atau jumlah uang. Liquidity preference disebabkan oleh 3 hal, yaitu :


(42)

Transaction motive, dimana orang membutuhkan uang untuk melakukan transaksi pembayaran sehari – hari. Precautionary motive, dimana orang ingin mempunyai persediaan uang untuk menghadapi peristiwa yang tidak diduga dalam arti kata persediaan apabila dalam waktu – waktu harus melakukan pembayaran.

Speculative motive, adalah orang ingin mempunyai uang, mencari keuntungan dengan cara spekulasi.

Karena itu, maka bunga uang dapat kita anggap sebagai pendapatan pemilik atau sebagai perongkosan. Bagi pemilik uang, apabila uang itu dipinjamkan maka bunganya merupakan pendapatan, meskipun bukan pendapatan kerja. Karena apabila dia tidak meminjamkan uang tersebut, dia dapat menggunakan uang tersebut sebagai modal untuk usahanya dan dia dapat memperoleh keuntungan. Bagi orang yang meminjamkan uangnya, jelas bahwa bunga merupakan perongkosan.

2.2.2 faktor Penentu tingkat Bunga

Ditinjau dari segi ekonomi perbankan sebagai perusahaan maka faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentu tingkat bunga, yakni:

• Keadaan pasar uang, jika jumlah uang beredar terus meningkat maka tingkat bunga perlu dinaikkan

Degree of risk, kredit mengandung suatu tingkat resiko tetentu sehingga perlu dipertimbangkan. Dalam pertimbangan resiko perlu diperhatikan mengenai jangka waktu, nilai jaminan yang diberikan dan prospek usaha nasabah ke depan.


(43)

• Hubungan rekening nasabah dengan bank, dapat dilihat dari notasi keuangan yang disalurkan melalui Rekening Koran nasabah.

Cost of money ( bunga deposito, bunga giro dan lainnya ), merupakan masalah pertimbangan yang paling perlu. Apabila cos of money tinggi maka interest rate juga akan tinggi. Dalam kegiatan usaha bank juga dapat kita temui other cost (gaji dan biaya perawatan). Jadi dalam penetuan harus diperhatikan cost money dan other cost sehingga bank dapat beroperasi dengan spread yang positif untuk mendapatkan keuntungan.

• Kebutuhan dana, faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan, yaitu seberapa besar kebutuhan dana yang dinginkan. Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan peminjam meningkat, maka yang dilakukan bank agar dana tersebut cepat terpenuhi adalah dengan meningkatkan suku bunga pinjaman. Sebaliknya apabila di bank sangat banyak, sementara permohonan kredit sedikit maka bunga simpanan akan turun karena hal itu merupakan beban.

• Target laba yang diinginkan. Hal ini disebabkan karena target laba merupakan salah satu komponen dalam penentuan besar kecilnya suku bunga pinjaman. Jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman ikut besar dan demikian sebaliknya. Namun untuk menghadapi pesaing, target laba dapat diturunkan seminimal mungkin.

• Kualitas jaminan, kualitas jaminan juga dipergunakan untuk bunga pinjaman. Semakin likuid jaminan ( mudah dicairkan ) yang diberikan, dan semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya.


(44)

• Pesaing, bank dalam kondisi tidak stabil dan bank juga mengalami kekurangan dana, sementara tingkat pesaing dalam memperbutkan dana simpanan cukup ketat, maka bank harus berusaha keras untuk dapat bersaing dengan bank lainnya.dalam arti jika untuk simpanan rata – rata pesaing 15% maka, jika dinaikkan di atas bunga pesaing yaitu sekitar 16 %. Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman kita harus berada dibawah bunga pesaing agar dana yang menumpuk dapat tersalurkan.

2.2.3 Perhitungan bunga Kredit

Perhitungan bunga kredit yang dibebankan bank terhadap nasabahnya mengikuti beberapa cara, yaitu :

Flat rate

Flate rate merupakan perhitungan suku bunga yang tetap pada setiap periode, sehingga jumlah angsuran (cicilan) setiap periode pun tetap sampai pinjaman tersebut lunas. Perhitungan suku bunga model ini adalah dengan mengalikan persentase bunga perperiode dikali dengan jumlah pinjaman.

Sliding rate

Sliding rate merupakan perhitungan suku bunga yang dilakukan dengan mengalikan persentase suku bunga perperiode dengan suku bunga pinjaman, sehingga suku bunga yang dibayar debitur semakin menurun, akibatnya angsuran yang dibayar pun menurun jumlahnya.


(45)

Floating rate merupakan perhitungan suku bunga yang dilakukan sesuai dengan tingkat suku bunga pada bulan yang bersangkutan. Dalam perhitungan jenis ini suku bunga dapat naik, turun atau tetap setiap periodenya. Begitu pula dengan jumlah angsuran yang dibayar sangat tergantung terhadap suku bunga pada bulan yang bersangkutan.

2.2.4 Teori Tingkat Suku Bunga A. Teori Klasik

Teori bunga aliran klasik dinamakan “ The Pure Theory of Interest”. Menurut teori ini. Tinggi rendahnya tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan modal. Jadi modal ini telah dianggap sebagai harga dari kesempatan penggunaan modal. Sama seperti harga barang-barang dan jasa, tinggi rendahnya ditentukan oleh permintaan dan penawaran, demikian pula tinggi rendahnya bunga modal ditentukan oleh permintaan dan penawaran modal.

Investasi merupakan tingkat suku bunga. Semakin tinggi tingkat suku bunga, semakin kecil keinginan masyarakat untuk mengadakan investasi. Karena keuntungan yang diharapkan dari investasi tersebut akan lebih dari tingkat bunga (biaya penggunaan pinjaman tersebut). Bilamana terjadi tingkat suku bunga dalam keseimbangan, ertinya tidak ada dorongan untuk menabung akan sama dengan dorongan pengusaha untuk melakukan investasi.

Tingkat keseimbangan bunga berada pada io dimana pada tingkat bunga ini

tingkat tabungan yang terjadi sama dengan tingkat investasi. Bilamana tingkat bunga bergerak naik (berpindah dari io ke i1), maka jumlah investasi (keinginan


(46)

pada tingkat bunga i1dananya (mereka akan bersaing menawarkan sehingga

tingkat bunga pada i1) akan bergerak turun atau kembali ke io.

Apabila tingkat bunga iobergerak turun pada i2, para investor (pengusaha)

akan bersaing guna memperoleh dana (tabungan) yang jumlahnya kecil dibandingkan keinginan untuk investasi. Tingkat bunga keseimbangan terjadi di pasar sama dengan interaksi antara penawaran dengan permintaan suatu barang. Jadi tingkat bungalah sebagai penggerak antara kaseimbangan tabungan dan investasi.

Sumber : Mulia Nasution, 1998:89

Gambar 2.1 Tingkat Suku Bunga menurut Klasik I2

I2

I2

I1

I0

I2

0

S2 S0 S1

Saving Interest


(47)

Pendapat klasik tentang suku bunga ini didasarkan pada pada Hukum Say (pendapat Baptis Say) bahwa penawaran akan menciptakan permintaanya sendiri. Dengan bertitik tolak dari hukum Say ini maka setiap tabungan sama dengan investasi.

2.3

Inflasi

2.3.1 Pengertian Inflasi

Menurut Bodie dan Marcus (2001:331) inflasi merupakan suatu nilai dimana tingkat harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan. Inflasi adalah salah satu peristiwa moneter yang menunjukkan suatu kecenderungan akan naiknya harga-harga barang secara umum, yang berarti terjadinya penurunan nilai uang.

Inflasi merupakan kejadian ekonomi yang sering terjadi meskipun kita tidak menghendaki. Milton Friedman mengatakan inflasi ada dimana saja dan merupakan fenomena moneter yang mencerminkan adanya pertumbuhan yang kelebihan dan tidak stabil. (Dournbursch & Fischer, 2001)

Apabila didefinisikan, inflasi adalah suatu kejasian yang menunjukkan kenaikan tingkat harga secara umum dan berlangsung secara terus – menerus. Dari defenisi tersebut ada 3 kriteria yang perlu dilihat untuk melihat terjadinya inflasi, yaitu kenaikan harga yang bersifat umum, dan terjaddi terus–menerus dalam rentang waktu tertentu. Apabila terjadi kenaikan harga suatu barang yang tidak mempengaruhi harga barang lain, sehingga harga tidak naik secara umum, kejjadian tersebut bukanlah inflasi. Kecuali yang naik tersebut adalah harga BBM, ini berpengaruh terhadap harga lain sehingga secara umum semua produk semua


(48)

mengalami kenaikan harga. Bila kenaikan itu terjadi naik dan sesaat turun lagi, itupun belum dpat dikatakan inflasi karena kenaikan harga yang diperhitungkan dalam inflasi mempunyai rentang waktu dalam sebulan.

2.3.2 Laju Inflasi

Laju inflasi merupakan tingkat perubahan harga secara umum untuk berbagai jenis produk dalam rentang waktu tertentu misalnya perbulan, per triwulan, per semester atau per tahun. Indikator untuk menghitung laju inflasi adalah indeks harga konsumen (consumer index price), indeks harga produsen atau perdagangan besar ( wholesale price index) dan indeks harga implisit ( GNP deflator ).

Adapun jenis – jenis inflasi dibedakan berdasarkan pada tingkat laju inflasi dan berdasarkan pada sumber atau penyebab inflasi.

a. Berdasarkan Tingkat/Laju Inflasi

Moderat inflation ( laju inflasinya sekitar 0-10%), adalah inflasi yang ditandai dengan kenaikan harga yang meingkat secara lambat

Galloping inflation adalah inflasi ganas ( laju inflasinya sekitar 10-100%) yang dapat minimbulkan ganguan–gangguan serius terhadap perekonomian dan timbulnya distorsi–distorsi besar dalam perekonomian. Hal ini ditandai dengan uang yang kehilangan nilainya begitu cepat, sehingga orang tidak suka memegang uang tetapi labih baik memegang barang. Kredit jangka panjang pada indeks harga atau menggunakan uang asing seperti dollar. Kegiatan investasi masyarakat lebih banyak di luar negeri.


(49)

Hyper Inflation adalah inflasi yang tingkat inflasinya sangat tinggi ( di atas 100% ). Inflasi ini sangat mematikan kegiatan ekonomi masyarakat

b. Berdasarkan sumber atau penyebab inflasi

Demand Pull Inflation, inflasi ini biasanya terdapat pada masa perekonomian sedang berkembang pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya meningkatkan daya beli yang tinggi. Daya beli yang tinggi akan mendorong permintaan melebihi total produk yang tersedia. Permintaan agregate meningkat lebih cepat dengan potensi produktif perekonomian, akibatnya timbul inflasi.

Cost push Inflation, inflasi ini terjadi bila biaya produksi yang mengalami kenaikan secara terus – menerus. Kenaikan produksi dapat berwal dari kenaikan harga input seperti kenaikan upah minimum, kenaikan bahan baku, kenaikan tarif listrik, kenaikan BBM dan kenaikan input–input lainnya yang mungkin semakin langka dan harus di impor dari luar negeri.

Imported Inlation, inflasi juga dapat bersumber dari kenaikan harga–harga barang yang di impor, terutama barang yang di impor mempunyai peranan penting dalam kegiatan produksi.

2.3.3 Dampak inflasi

• Inflasi yang tinggi tingkatannya tidak akan menggalakkan perkembangan ekonomi suatu negara. Hal – hal yang mungkin timbul antara lain :


(50)

• Ketika biaya produksi naik akibat inflasi , hal ini sangat merugiakan pengusaha dan ini menyebabkan kegiatan investasi beralih pada kegiatan yang kurang mendorong kegiatan produksi nasional, seperti tindakan spekulan yang ingin mencari keuntungan sesaat.

• Pada saat kondisi harga tidak menentu 9 inflasi ) para pemilik modal cenderung menanamkan modalnya dalam pembelian bentuk tanah, rumah dan bangunan. Pengalihan investasi ini akan menyebabkan investasi produktif berkurang dan kegiatan ekonomi menurun.

• Inflasi menimbulkan efek yang buruk pada perdagangan dan mematikan usaha dalam negeri. Hal ini dikarenakan kenaikan harga menyebabkan produk – produk dalam negeri yang mampu bersaing dengan produk negara lain sehingga kegiatan ekspor turun dan kegiatan impor menurun.

• Inflasi menyebabkan tingkat tingkat suku bunga tinggi sehingga menyebabkan para kreditur sulit untuk meminjam dana dari bank karena tinngkat bunga kredit juga yang melambung tinggi.

• Inflasi menimbulkan efek yang buruk juga pada neraca pembayaran. Karena menurunnya ekspor dan meningkatnya impor menyebabkan ketidakseimbangan terhadap aliran dana yang masuk dan keluar negeri.

• Inflasi akan menurunkan pendapatan riil masyarakat, dan ini sangat merugikan orang – orang yang berpenghasilan tetap dan menguntungkan orang – orang yang mempunyai kekayaan dalam bentuk barang.


(51)

2.3.4 Teori-Teori Inflasi

Ada beberapa teori dalam ilmu ekonomi yang menjelaskan tentang inflasi (Mulia Nasution, 1997:241-147), yaitu:

a. Teori Kuantitas Uang ( Quantity Theory of Money) Menurut Irving Fisher (Transaction Equation) adalah:

P.T = M.V Dimana:

P = Tingkat harga

T = Jumlah uang yang berdar (Penawaran uang) M = Kecepatan perputaran uang

V = Volume transaksi

Dari persamaan ini dapat dikemukakan bahwa nilai dari seluruh transaksi penjualan sama dengan seluruh nilai pembelian. Nilai transaksi penjualan sama dengan nilai volume transaksi dikali dengan harga, sedangkan nilai transaksi pembelian sama dengan jumlah uang yang beredar dikali dengan kecepatan beredar rata-rata perputaran uang. Dengan asumsi kecepatan peredaran uang (V) ditentukan oleh perkembangan faktor kelembagaan dalam sektor kelembagaan dan diasumsikan bahwa sektor riil dalam ekonomi (pasar barang) menentukan volume transaksi yang juga tetap dalam jangka pendek, maka persamaan transaksi berikut dapat dikemukakan:

M T V P= /

Tingkat harga umum adalah propersional dengan jumlah uanga yang beredar dan proporsonality ini bersifat konstan adalah V/T. Dengan melihat rumus


(52)

tersebut dapat disimpulkan bahwa proses terjadinya inflasi disebabkan oleh volume uang yang beredar.

b. Teori Keynes

Keynes menyoroti faktor inflasi melalui pendekatan teori ekonomi makronya. Menurut teori yang dikeluarkan oleh Keynes, inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan pendapatannya. Terjadinya inflasi melalui proses, ada sekelompok masyarakat yang ingin bersaing untuk merebut pendapatan nasional yang lebih besar dari kemampuan pendapatan kelompok ini (kekuatan monopolis, tuntutan kenaikan upah para pekerja).

Proses perebutan ini diwujudkan dalam permintaan efektif sehingga menyebabkan permintaan masyarakat akan barang lebih besar dari barang-barang yang sanggup disediakan oleh kapasitas yang tersedia. Hal ini menyebabkan inflationary gaps, yang timbul akibat golongan masyarakat yang berhasil merebut bagian pendapatan nasional yang secara nyata diwujudkan dalam permintaan di pasar barang-barang. Dengan demikian akan menimbulkan harga-harga.

c. Teori Demand Pull

Teori ini menyatakan bahwa peningkatan harga-harga umum terjadi akibat terdapatnya permintaan yang lebih (excess demand) untuk barang dan jasa oleh konsumen investor sehingga melebihi kapasitas potensial dalam ekonomi. Asumsi pokok dalam teori ini adalah bahwa kurva penawaran barang dan jasa adalah elastis sempurna sampai pada tingkat full employment, kurva penawaran barang


(53)

dan jasa berubah menjadi tidak elastis sama sekali sehingga permintaan akan menaikkan harga umum.

D Teori Cost Push

Teori ini mengemukakan bahwa ketidaksempurnaan pasar adalah penyebab peningkatan harga umum. Kurva penawaran tidak bersifat elastis sempurna sebelum tingkat pendapatan full employment dicapai. Produsen yang menguasai pasar dan serikat-serikat buruh yang kuat menuntut kenaikan upah dapat menyebabkan kenaikan harga umum.

2.3.5 Kebijakan Pengendalian Inflasi

Upaya – upaya untuk mengendalikan inflasi dapat berupa penerapan kebijakan fiskal dan kebijakan moneter :

1. Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah untuk:

• Mengubah dan mengendaikan penerimaan dan pengeluaran pemerintah melalui APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dengan maksud untuk mengatasi masalah yang sering dihadapi. Kebijakan fiskal dalam jangka pendek dapat berupa :

• Membuat perubahan yang yang berkaitan dengan pembelanjaan / pengeluaran pemerintah.

• Membuat perubahan yang berkaitan dengan sistem pajak dan jumlah pajak yang ditetapkan.


(54)

2. Kebijakan Moneter

Cara-cara mengatasi inflasi melalui kebijakan moneter untuk sebagian besar berhubungan dengan politik Bank Sentral. Tujuannya adalah untuk mengurangi pengeluaran dari masyarakat seluruhnya. Bank Sentral dapat menyempitkan pemberian kredit atau mengurangi jumlah uang yang beredar dalam mayarakat dengan tiga cara, yaitu:

Politik Diskonto

Keinginan orang-orang atau badan usaha untuk mengadakan pinjaman kepada badan-badan kredit berhubungan dengan keuntungan yang diharapkan dari investasi yang akan dijalankan dan besarnya bungan yang harus dibayar dari modal yang di pinjam. Jika bunga pinjaman semakin besar, maka akan ada kecenderungan tertahannya aktivitas yang besar yang pembiayaannya didasarkan atas pinjaman dari badan kredit. Dengan demikian, jika Bank Sentral menetapkan bunga kredit yang tinggi mengakibatkan bank-bank umum umum mengurangi pinjamannya dari bank sentral. Hal ini akan mengakibatkan pinjaman ke masyarakat pun akan semakin berkurang dari bank-bank umum atau badan-badan kredit yang berarti mengurangi tekanan inflasi.

Politik Pasar Terbuka

Salah satu cara umum yang digunakan dalam mengatasi inflasi oleh Bank Sentral adalah mengadakan politik pasar terbuka. Politik pasar terbuka yang digunakan untuk mengatasi inflasi ini kadang-kadang disebut juga sebagai “Tight Money Policy” . Dengan kebijakan ini diharapkan Bank Sentral akan


(55)

menjual surat-surat berharga seperti obligasi kepada masyarakat dan penjualan ini juga ditujukan untuk bank umum.

Cash Ratio

Perbandingan antara uang tunai bank-bank dengan demand deposit Bank Sentral terhadap demand deposit masyarakat terhadap bank-bank yang bersangkutan. Manaikkan cash ratio dan reserve requirement daripada bank-bank dagang merupakan suatu tindakan anti inflasi, oleh karena ini selain untuk mengurangi kemungkinan memenuhi permintaan kredit dari anggota masyarakat.

2.4

Giro Wajib Minimum

2.4.1 Pengertian Giro Wajib Minimum

Giro Wajib Minimum (GWM) adalah perbandingan antara saldo giro bank yang wajib ditempatkan terhadap Bank Indonesia terhadap dana pihak ketiga (DPK) yang dimiliki bank.

Kewajiban memelihara dan pemenuhan persentase GWM dihitung dengan membandingkan jumlah Saldo Rekening Giro Bank pada Bank Indonesia setiap hari dalam satu masa laporan terhadap rata – rata harian jumlah DPK dalam satu masa laporan pada masa dua laporan sebelumnya sebagai berikut :

Saldo Giro pada Bank Indonesia Setiap Hari Dalam

Satu Masa Laporan x

100%

Rata-rata Harian Jumlah DPK Dalam satu Masa Laporan Pada Dua masa Laporan sebelumnya


(56)

Saldo rekening giro pada Bank Indonesia masing-masing terdiri dari rekening giro Rupiah dan rekening giro valas pada Bank indonesia dan juga dana pihak ketiga yang terdiri dari jumlah DPK dalam Rupiah (giro,simpanan berjangka, tabungan dan kewajiban-kewajiban lainnya) pada seluruh kantor Bank di Indonesia dan jumlah DPK dalam Valuta asing (giro, simpanan berjangka dan kewajiban-kewajiban lainnya) pada seluruh kantor bank di Indonesia.

Bank Indonesia memberikan jasa giro setiap hari kerja terhadap bagian saldo Rekening Giro Rupiah Bank yang diperuntukkan untuk pemenuhan kewajiban tambahan GWM dalam rupiah sebesar 3% per tahun. Jasa giro sebesar 3% merupakan tingkat bunga efektif tahunan ( Effective Annual Rate ) yang ditentukan berdasarkan periode compaunding harian selama 360 hari dengan rumus sebagai berikut :

Effective annual rate = ( 1 + ( tingkat bunga tahunan ))360 hari - 1 360 hari

2.4.2 Tujuan Giro Wajib Minimum Cadangan wajib memiliki 2 tujuan yaitu :

• Menyerap kelebihan cadangan yang besar atau mengimbangi adanya kehilangan cadangan dalam jumlah yang besar. Dalam contoh, dalam suatu krisis likuiditas penurunan cadangan wajib memberikan cara untuk memelihara solvabilitas dari sistem keuangan.

• Mengumumkan keputusan kebijaksanaan penting baik kepada masyarakat maupun bank. Perubahan cadangan wajib merupakan tindakan yang terbuka dan dipublikasikan dengan baik dan demikian memberikan jalan yang labih baik untuk menjaga likuiditas setiap bank.


(57)

2.4.3 Persentase Giro wajib Minimum

Pada prinsipnya GWM dalam rupiah yang wajib dipelihara bagi bank ditetapkan sebesar 5% dari DPK dengan ketentuan sebagai berikut :

• DPK > Rp 1 trilliun – Rp 10 trilliun

Bank yang memiliki DPKdalam rupiah sebesar dari Rp 1 trilliun sampai Rp 10 trilliun, wajib memelihara tambahan GWM Rupiah sebesar 1% dari DPK dalam rupiah

• DPK > Rp 10 trilliun – Rp 50 trilliun

Bank yang memiliki DPK dalam rupiah lebih besar dari 10 trilliun sampai dengan 50 trilliun, wajib memelihara tambahan GWM Rupiah sebesar 2% dari DPK dalam Rupiah.

• DPK > Rp 50 trilliun

Bank yang memelihara DPK dalam Rupiah lebih besar dari Rp 50 trilliun, wajib memelihara tambahan GWM Rupiah sebesar 3% dari DPK dalam Rupiah.

• DPK < 1 trilliun

Bank yang memelihara DPK dalam Rupiah sampai dengan 1 trilliun tidak dikenakan kewajiban tambahan GWM. Artinya bank tersebut hanya diwajibkan memeliki GWM sebesar 5% dari DPK dalam Rupiah.


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini adalah langkah dan prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kointegrasi dan pengaruh antara inflasi, suku bunga dan GWM terhadap pertumbuhan kredit yang disalurkan bank umum di sumatera utara.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam data ini adalah data sekunder yang diperolah dari sumber informasi yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu Bank Indonesia kantor cabang Medan Provinsi Sumatera Utara. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dalam kurun waktu 20 tahun selama periode 1989 sampai tahun 2008.

3.3 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam skripsi ini penulis menggunakan metode studi kepustakaan (library Research) yaitu penelitian yang digunakan melalui bahan – bahan kepustakaan berupa tulisan-tulisan, jurnal, buku-buku, dan laporan-laporan penelitian ilmiah.


(59)

Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mencatat data secara langsung dari instansi terkait atau melihat dari website instansi tersebut.

3.4 Pengolahan Data

Penulisan menggunakan program komputer E-Views 5.1 untuk mengolah data dalam skripsi ini. Tetapi sebelumnya melakukan pemindahan data ke microsoft excel supaya pengerjaannya ke eviews cepat.

3.5 Model Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam menganalisis data adalah model ekonometrika. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah model kuadrat terkecil (Ordinary Least Square/OLS) yaitu melihat berapa besar pengaruh tingkat suku bunga, inflasi dan GWM terhadap pertumbuhan kredit dan model kointegrasi (Cointegration test ) bertujuan untuk melihat hubungan jangka panjang antara inflasi, suku bunga dan GWM terhadap pertumbuhan kredit. Hubungan antara variabel – variabel independen dengan variabel dependen dirumuskan dengan fungsi sebagai berikut:

Y = f (i, inf, R) ………..1)

Dimana : Y = jumlah kredit yang ditawarkan i = tingkat suku bunga kredit inf = Inflasi


(60)

3.5.1 Metode Analisis Ordinary Least Square (OLS) Adapun persamaan model estimasinya adalah sebagai berikut: Y=f(X1,X2,X3)………..2)

Kemudian dibentuk dalam model ekonometrika dengan regresi linier berganda dengan model persamaan semi log sebagai berikut:

Log Y = ………. 3)

Dimana :

Log Y = Jumlah kredit (milyar rupiah) = Intercept

X1 = Inflasi (%)

X2 = Tingkat suku bunga kredit (%)

X3 = Giro wajib minimum (%)

= Koefisisen regresi = Error term

3.5.2 Metode Analisis Kointegrasi

Metode analisis dalam penelitian ini adalah Cointegration test. Cointegration test bertujuan untuk melihat hubungan jangka panjang antara giro wajib minimum, tingkat suku bunga dan inflasi terhadap pertumbuhan kredit di Sumatera Utara.

Dalam kaitannya dalam metode tersebut maka pengujian terhadap perilaku data runtun waktu (time series) dan integrasinya dapat dipandang sebagai uji prasyarat bagi yang digunakannya metode Cointegration test. Sebelum dilakukan

ε β

β β

α + 1X1 + 2X2 + 3X3 +

α

3 2 1β β β ε


(61)

estimasi model tersebut, maka terlebih dahulu dilakukan langkah – langkah sebagai berikut :

3.5.2.1 Uji Akar Unit ( Unit Root Test )

Pengujian ini merupakan uji stasioneritas. Prinsip dari Uji Akar Unit (Unit Root Test) dari Dickey Fuller ini adalah mengamati atau mendeteksi stasioneritas data time series yang diteliti. Adapun formula dari uji Augmented Dickey Fuller (ADF) adalah seperti persamaan berikut :

= ……….4)

Dimana :

T = Trend Waktu

= Variabel yang dimati pada periode t

B = Operasi kelambatan waktu kehulu ( backwar lag operator ) D = Perbedaan atau differensiasi

Kemudian dari hasil regresi persamaan diatas diperoleh nilai statistik ADF (Augmented Dickey Fuller). Dengan melihat nilai statistik dari koefisien pada persamaan (4) dan bila dibandingkan dengan tabel ADF (nilai kritis dan Mackinno) dapat diambil sebuah kesimpulan. Jika nilai statistik dari koefisien

lebih besar dari nilai tabel ADF maka data tersebut stasioner.

Dan apabila data tersebut tidak stasioner maka harus diciptakan variabel baru dengan cara first difference. Lalu dilakukan kembali uji akar unit. Uji ini bertujuan untuk melihat validitas data, dan bila data sudah stasioner maka dapat dilihat hubungan jangka panjangnya.

Sedangkan untuk uji Philip Perron (PP) adalah :

t

DX t t

p

i i

t DX

a

x

+ β

=

1

1 1 0 t X t BX t BX


(62)

= a + ………..5) Dimana : D adalah perbedaan atau differensiasi

Kedua uji dilakukan dengan hipotesis null untuk ADF dan

untuk PP. Stasioner tidaknya data didasrkan pada perbandingan nilai statistik ADF dan PP yang diperoleh dari nilai t hitung koefisien dan dengan nilai statistik dari Mackinnon. Jika nilai absolut statistik ADF dan PP lebih beasr dari nilai kritis Mackinnon maka data stasioner dan jika sebaliknya maka data tidak stasioner.

3.5.2.2 Uji Kointegrasi ( Cointegration Test )

Kadangkala dijumpai dua variabel random yang masing – masing merupakan random walk (tidak stasioner), tetapi kombinasi antara dua variabel tersebut merupakan data time series yang stasioner.

Uji kointegrasi bertujuan untuk mengetahui hubungan keseimbangan dalam jangka panjang antara giro wajib minimum, suku bungan dan inflasi dengan pertumbuhan kredit. Uji ini dapat dilakukan dengan cara Uji Engle-Granger atau Uji Augmented Engle-Granger. Uji ini dilakukan dengan memanfaatkan Uji DF-ADF. Adapun langkah – langkah yang diperlukan untuk melakukan pengujian AEG ( Augmented Engle-Granger) ini adalah :

• Lakukan estimasi model

• Dapatkan residual dari model tersebut

• Uji apakah residual tersebut sudah stasioner. Apabila residualnya telah stasioner, berarti ada kointegrasi.

t

DY 0 λYt1t

0 =

γ λ =1


(63)

Tetapi apabila data runtun waktu yang diperoleh tidak stasioner atau memiliki akar unit, maka untuk merubahnya menjadi stasioner maka dapat dilakukan perbedaan tahap pertama ( first difference). Kemudian lakukan pengujian akar unit dengan kembali melihat ADF statistiknya. Apabila data runtun waktu sudah stasioner maka dapat dikatakan bahwa data tersebut stasioner pada derajat intergrasi pertama atau sering ditulis dengan I(1). Sedangkan apabila data telah stasioner pada level disebut stasioner pada derajat integrasi 0 atau ditulis dengan I(0).

stasioner :

……….6) Kemudian model tersebut dapat diubah sedikit menjadi:

……….7) Atau

……… 8)

Sehingga nilai rata – rata dari perbedaan pertama (first different) bernilai nol atau = 0 dan Var maka model tersebut menjadi stasioner . model inilah yang disebut dengan metode stationary difference (pembedaan stasioner).

t t t =Υ +µ

Υ −1

t t t −Υ =µ

Υ −1

t t

∆Υ

t

Υ

) (∆Υt

Ε 2

) (∆Υt


(64)

3.6 Test Goodness of Fit ( Uji Kesesuaian )

Uji kesesuaian adalah uji sejauh mana regresi mencocokkkan data 3.6.1 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi ( R2) dilakukan untuk melihat berapa besar kemampuan kemampuan variabel independent secara bersama dapat memberikan penjelasan pada variabel dependent. Nilai R2 berkisar antar 0 sampai 1 ( 0<R2 1). Jika R2 semakin besar (mendekati satu) maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas mempunyai pengaruh yang besar terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika R2 semakin kecil (menekati nol) dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat adalah kecil ( Damondar Gujarati, 2003)

3.6.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji T-Statistik)

Uji t-statistik merupakan suatu pegujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap variabel dependent dengan menganggap variabel independent lainnya konstan dengan hipotesis sebagai berikut :

Ho : bi = b Ha : bi b

Dimana variabel bi adalah koefisien variabel independent ke-i nilai hipotesis, biasanya bi dianggap 0, yang berati tidak ada pengaruh variabel X1 terhadap Y. Ho akan diterima (Ho ditolak dengan tingkat kepercayaan tertentu jika t-hitung < t-tabel, dengan demikian variabel bebas yang diuji tidak mempengaruhi variabel terikat (tidak signifikan). Sebaliknya Ho akan ditolak pada tingkat kepercayaan tertentu jika t-hitung > t-tabel sehingga variabel bebas


(1)

Dependent Variable: X2 Method: Least Squares Date: 03/18/10 Time: 12:08 Sample: 1989 2008

Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 26.38289 3.634154 7.259705 0.0000

X1 0.205053 0.079017 2.595032 0.0189

X3 -2.516287 0.968567 -2.597948 0.0188 R-squared 0.458594 Mean dependent var 20.26150 Adjusted R-squared 0.394899 S.D. dependent var 7.089415 S.E. of regression 5.514732 Akaike info criterion 6.390204 Sum squared resid 517.0085 Schwarz criterion 6.539564 Log likelihood -60.90204 F-statistic 7.199853 Durbin-Watson stat 1.243999 Prob(F-statistic) 0.005432


(2)

Dependent Variable: X3 Method: Least Squares Date: 03/18/10 Time: 12:10 Sample: 1989 2008

Included observations: 20

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 5.419479 0.838352 6.464440 0.0000

X1 0.019443 0.019210 1.012150 0.3257

X2 -0.112940 0.043473 -2.597948 0.0188 R-squared 0.287088 Mean dependent var 3.350000 Adjusted R-squared 0.203216 S.D. dependent var 1.308877 S.E. of regression 1.168339 Akaike info criterion 3.286525 Sum squared resid 23.20528 Schwarz criterion 3.435885 Log likelihood -29.86525 F-statistic 3.422932 Durbin-Watson stat 0.568674 Prob(F-statistic) 0.056338


(3)

Lampiran 4

Uji Kointegrasi Dengan Uji Akar Unit

Null Hypothesis: D(LY,2) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.456702 0.0005 Test critical values: 1% level -3.886751

5% level -3.052169

10% level -2.666593

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20

observations and may not be accurate for a sample size of 17

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LY,3)

Method: Least Squares Date: 03/15/10 Time: 14:04 Sample (adjusted): 1992 2008

Included observations: 17 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(LY(-1),2) -1.333563 0.244390 -5.456702 0.0001

C 0.021388 0.124163 0.172262 0.8655

R-squared 0.664996 Mean dependent var 0.007330 Adjusted R-squared 0.642663 S.D. dependent var 0.856215 S.E. of regression 0.511825 Akaike info criterion 1.608465 Sum squared resid 3.929479 Schwarz criterion 1.706490 Log likelihood -11.67195 F-statistic 29.77560 Durbin-Watson stat 2.257327 Prob(F-statistic) 0.000066


(4)

Null Hypothesis: X1 has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.523155 0.0024 Test critical values: 1% level -3.831511

5% level -3.029970

10% level -2.655194

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20

observations and may not be accurate for a sample size of 19

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(X1)

Method: Least Squares Date: 03/15/10 Time: 14:06 Sample (adjusted): 1990 2008

Included observations: 19 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. X1(-1) -1.101173 0.243452 -4.523155 0.0003

C 12.75682 4.812499 2.650768 0.0168

R-squared 0.546170 Mean dependent var -0.257895 Adjusted R-squared 0.519474 S.D. dependent var 24.25683 S.E. of regression 16.81484 Akaike info criterion 8.581701 Sum squared resid 4806.559 Schwarz criterion 8.681116 Log likelihood -79.52616 F-statistic 20.45893 Durbin-Watson stat 1.998251 Prob(F-statistic) 0.000301


(5)

Null Hypothesis: D(X2) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.205252 0.0007 Test critical values: 1% level -3.857386

5% level -3.040391

10% level -2.660551

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20

observations and may not be accurate for a sample size of 18

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(X2,2)

Method: Least Squares Date: 03/15/10 Time: 14:07 Sample (adjusted): 1991 2008

Included observations: 18 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(X2(-1)) -1.253391 0.240794 -5.205252 0.0001

C -0.781205 1.714989 -0.455516 0.6549

R-squared 0.628724 Mean dependent var -0.181667 Adjusted R-squared 0.605519 S.D. dependent var 11.55854 S.E. of regression 7.259654 Akaike info criterion 6.906981 Sum squared resid 843.2413 Schwarz criterion 7.005911 Log likelihood -60.16283 F-statistic 27.09465 Durbin-Watson stat 2.171477 Prob(F-statistic) 0.000087


(6)

Null Hypothesis: D(X3) has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=4)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.898979 0.0012 Test critical values: 1% level -3.857386

5% level -3.040391

10% level -2.660551

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Warning: Probabilities and critical values calculated for 20

observations and may not be accurate for a sample size of 18

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(X3,2)

Method: Least Squares Date: 03/15/10 Time: 14:09 Sample (adjusted): 1991 2008

Included observations: 18 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. D(X3(-1)) -1.200000 0.244949 -4.898979 0.0002

C 0.200000 0.208167 0.960769 0.3510

R-squared 0.600000 Mean dependent var 0.000000 Adjusted R-squared 0.575000 S.D. dependent var 1.328422 S.E. of regression 0.866025 Akaike info criterion 2.654634 Sum squared resid 12.00000 Schwarz criterion 2.753564 Log likelihood -21.89171 F-statistic 24.00000 Durbin-Watson stat 2.100000 Prob(F-statistic) 0.000161