e. Obat yang dapat dijual bebas.
f. Obat yang termasuk dalam golongan Obat Bebas Terbatas dulu disebut daftar
W, yaitu obat keras dengan batasan jumlah dan kadar isi berkhasiat dan harus ada tanda peringatan P boleh dijual bebas.
g. Obat keras dulu disebut obat daftar G = gevaaljik = berbahaya yaitu obat
berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter. h.
Obat narkotik dulu disebut obat daftar O = opiat untuk memperolehnya harus dengan resep dokter dan apotik diwajibkan melaporkan jumlah dan macamnya.
Selain penggolongan obat menurut undang-undang tersebut diawasi pula penggunaan obat-bahan Psikotoprik. Yang disebut obat bebas yaitu obat yang tidak
digolongkan sebagai obat keras, obat psikotoprik, obat narkotik, maupun obat bebas terbatas. Yahya, 1993
2.3. Pengertian Obat Batuk
Baik batuk maupun pilek merupakan suatu gejala, bukan penyakit. Batuk adalah
suatu refleks pertahanan tubuh untuk mengeluarkan dahak, riak, dan benda asing misal
kacang, dsb dari saluran nafas, sedangkan pilek adalah suatu gejala adanya cairan encer
atau kental dari hidung yang disebut ingus.
Obat batuk dan pilek digunakan untuk menghilangkan gejala penyakit sehingga disebut simtomatik. Batuk dan pilek menyerang saluran pernapasan bagian atas dan
seringkali mengganggu aktivitas sehari-hari. Obat batuk dan pilek dapat digunakan bila dirasakan gejala sudah mengganggu.
Batuk terdiri dari 2 jenis, yaitu batuk kering non produktif dan batuk berdahak produktif. Untuk mengobati batuk tergantung dari jenis batuk yang diderita.
www.medicastore.com
Pada umumnya obat batuk akan mengandung satu atau lebih komponen berikut, yaitu Ekspektoran berkhasiat untuk memudahkan mengeluarkan dahak melalui refleks
batuk dan meudahkan mengeluarkan dahak melalui refleks batuk dan Antihistamin zat untuk mencegah atau meredam aksi alergi. Ada pula pabrik farmasi yang menambah
dengan Antitusif zat peredam batuk, baik yang berasal dari narkotika, maupun yang bukan narkotik. Akhir-akhir ini ada pula yang menambahkan bahan Mukolitik pengencer
dahak yang kental, dan Surfaktan bahan pencegah melekatnya dahak pada dinding saluran pernapasan dan diharapkan dapat memperlancar pengeluaran dahak melalui
refleks batuk. Danusantoso, 2001
2.4. Komposisi Obat Batuk
Komposisi yang terdapat di dalam obat batuk biasanya
Tiap 5 ml sirop mengandung : Difenhidramin HCl, Dekstrometorfan HBr, Fenilefrin HCl dan Ammonium Klorida. www.meprofarm.com
a.
Difenhidramin HCl
Difenhidramin HCl berfungsi sebagai penekan batuk dan mempunyai efek antihistamin antialergi dan mempunyai manfaat mengurangi batuk kronik pada bronkitis. Memiliki
efek samping yaitu pengaruh pada kardiovaskular dan SSP seperti sedasi, sakit kepala, gangguan psikomotor, gangguan darah, gangguan saluran cerna, reaksi alergi, efek
antimuskarinik seperti retensi urin, mulut kering, pandangan kabur dan gangguan saluran cerna, palpitasi dan aritmia, hipotensi, reaksi hipersensitivitas, ruam kulit, reaksi
fotosensitivitas, efek ekstrapiramidal, bingung, depresi, gangguan tidur, tremor, konvulsi, berkeringat dingin, mialgia, paraestesia, kelainan darah, disfungsi hepar, dan rambut
rontok. http:www.diskes.jabarprov.go.idInformasiObat
b.
Dekstrometorfan HBr
Dekstrometorfan merupakan derivat fenantren non-narkotik sintesis berkhasiat menekan rangsangan batuk, yang sama kuatnya dengan kodein tapi bertahan lebih lama. Tidak
berkhasiat analgetis, sedatif, sembelit, atau adiktif, maka tidak termasuk daftar narkotika. Mekansime kerjanya berdasarkan peningkatan ambang pusat batuk di otak. Pada
penyalahgunaan dengan dosis tinggi dapat terjadi efek stimulasi SSP dengan menimbulkan semacam euforia, maka kadang kala digunakan oleh pecandu drugs. Efek
sampingnya hanya ringan dan terbatas pada rasa mengantuk, termangu-mangu, pusing, nyeri kepala dan gangguan lambung usus. Tjay, 2010
c.
Fenilefrin HCl
Fenilefrin HCl merupakan derivat adrenalin hanya memiliki 1 OH pada cincin benzen. Obat ini terutama berdaya alfa-adrenergis secara tak langsung jalan pembebasan NA dari
ujung saraf. Daya kerjanya 10 kali lebih lemah dari adrenalin, tetapi bertahan lebih lama. Tidak menstimulir SSP, efek jantungnya ringan sekali. Berdaya vasokonstriksi perifer
dengan meningkatkan tensi, maka digunakan pada keadaan hipotensi kolaps. Digunakan sebagai dekongestivum hidung dan mata dan dalam banyak sediaan kombinasi anti flu
bersama analgetika, antihistamin dan antitusif. Tjay, 2010
d.
Ammonium Klorida
Ammonium Klorida ini berdaya diuretis lemah yang menyebabkan acidosis, yakni kelebihan asam dalam darah. Keasaman darah merangsang pusat pernapasan, sehingga
frekuensi napas meningkat dan gerakan bulu getar cillia di saluran napas distimulasi. Sekresi dahak juga meningkat. Maka senyawa ini banyak digunakan dalam sediaan sirop
batuk, misalnya obat batuk hitam. Efek sampingnya hanya terjadi pada dosis tinggi dan berupa acidosis khusus pada anak-anak dan pada pasien ginjal, berhubung sifatnya yang
merangsang mukosa. Tjay, 2010
2.4.1. Difenhidramin
Difenhidramin merupakan generasi pertama obat antihistamin. Dalam proses terapi difenhidramin termasuk kategori antidot, reaksi hipersensitivitas, antihistamin dan
sedatif. Memiliki sinonim Diphenhydramine HCl dan digunakan untuk mengatasi gejala alergi pernapasan dan alergi kulit, memberi efek mengantuk bagi orang yang sulit tidur,
mencegah mabuk perjalanan dan sebagai antitusif, anti mual dan anestesi topikal.
Struktur Difenhidramin 2-diphenylmethoxy-N,N-dimethylethanamine
Diphenhydramine Hydrochloride. Berat molekul 291,82. Anonim.2011.http:en.wikipedia.orgwikiDiphenhydramine
Difenhidramin merupakan amine stabil dan cepat diserap pada pemberian secara oral, dengan konsentrasi darah puncak terjadi pada 2-4 jam. Di dalam tubuh dapat
terdistribusi meluas dan dapat dengan segera memasuki system pusat saraf, sehingga dapat menimbulkan efek sedasi dengan onset maksimum 1-3 jam. Diphenhydramine
memiliki waktu kerjadurasi selama 4-7 jam. Obat tersebut memiliki waktu paruh eliminasi 2-8 jam dan 13,5 jam pada pasien geriatri. Bioavailabilitas pada pemakaian oral
mencapai 40-60 dan sekitar 78 terikat pada protein. Sebagian besar obat ini dimetabolisme dalam hati dan mengalami first-pass efect, namun beberapa dimetabolisme
dalam paru-paru dan system ginjal, kemudian diekskresikan lewat urin.
Difenhidramin ini memblokir aksi histamin, yaitu suatu zat dalam tubuh yang menyebabkan gejala alergi. Difenhidramin menghambat pelepasan histamin H
1
dan asetilkolin menghilangkan ingus saat flu. Hal ini memberi efek seperti peningkatan
kontraksi otot polos vaskular, sehingga mengurangi kemerahan, hipertermia dan edema yang terjadi selama reaksi peradangan. Difenhidramin menghalangi reseptor H
1
pada perifer nociceptors sehingga mengurangi sensitisasi dan akibatnya dapat mengurangi
gatal yang berhubungan dengan reaksi alergi. Memberikan respon yang menyebabkan efek fisiologis primer atau sekunder atau kedua-duanya. Efek primer untuk mengatasi
gejala-gejala alergi dan penekanan susunan saraf pusat efek sekunder.
Kerja antihistaminika H
1
akan meniadakan secara kompetitif kerja histamin pada reseptor H
1
, dan tidak mempengaruhi histamin yang ditimbulkan akibat kerja pada reseptor H
2
. Reseptor H
1
terdapat di saluran pencernaan, pembuluh darah, dan saluran
pernapasan. Difenhidramin bekerja sebagai agen antikolinergik memblok jalannya impuls-impuls yang melalui saraf parasimpatik, spasmolitik, anestetika lokal dan
mempunyai efek sedatif terhadap sistem saraf pusat.
http:www.doctorslounge.comchestdrugsantihistamines diphenhydramine.htm
a. Cara Kerja Difenhidramin
Difenhidramin memiliki dua cara kerja di dalam tubuh yaitu sebagai : -
Kerja Antikolinoseptor, Kebanyakan antagonis H
1
, terutama dari subgrup etanolamin dan etilendiamin, mempunyai efek seperti atropin yang bermakna atas
reseptor muskarinik perifer. Kerja ini mungkin bertanggung jawab bagi beberapa bukan pasti manfaat yang dilaporkan bagi rinore nonalergi tetapi bisa juga
menyebabkan retensio urina dan kaburnya penglihatan. -
Anstesi Lokal, Sebagian besar antagonis H
1
merupakan anestesi lokal yang efektif. Ia menghambat saluran natrium pada membran yang dapat dirangsang
dengan cara yang sama seperti prokain dan lidokain. Sebernarnya difenhidramin dan prometazin lebih kuat sebagai anestesi lokal daripada prokain. Kadang-
kadang dipakai untuk menimbulkan anestesi lokal pada penderita yang alergi terhadap obat anestesi lokal konvensional.
b. Indikasi