Pembuatan Larutan Baku Larutan Sampel Cara Penetapan Interpretasi Hasil Data Percobaan

3.2. Prosedur Kerja 3.2.1. Pembuatan Fase Gerak Diukur asetonitril, air dan trietilamin dengan perbandingan 50 : 50 : 0,5, kemudian diukur pH campuran asetonitril, air dan trietilamin dengan asam asetat sehingga pH mencapai 6,5 dengan menggunakan pH meter. Setelah itu campuran asetonitril, air dan trietilamin disaring dengan menggunakan kertas saring PTFE 0,5 µm. Kemudian disonikasi dengan menggunakan Ultrasonic Cleaner Branson.

3.2.2. Pembuatan Larutan Baku

Ditimbang baku difenhidramin BPFI No.208125 sebanyak 4 mg. Kemudian dimasukkan kedalam labu ukur 10 ml. Diencerkan dengan aquades sampai garis tanda dan dihomogenkan. Setelah itu disaring dengan menggunakan Syringe dengan kertas saring whatman 0,45 µm dan dimasukkan kedalam botol vial.

3.2.3. Larutan Sampel

Dipipet 20 ml sampel kedalam labu ukur 100 ml. Kemudian ditambahkan aquades sampai garis tanda dan dihomogenkan. Setelah itu disaring dengan menggunakan Syringe dengan kertas saring Whatman 0,45 m µ dan dimasukkan kedalam botol vial.

3.2.4. Cara Penetapan

- Dialirkan fase gerak air : asetonnitril : trietilamine = 50 : 50 : 0,5 dengan menggunakan pompa dengan laju alir 1,5 ml per menit ke dalam kolom yang berisi fase diam oktadesilsilana - Kemudian disuntikkan secara terpisah larutan baku difenhidramin HCl dan larutan sampel difenhidramin ke dalam Kromatografi Cair Kinerja Tinggi dengan volume penyuntikkan masing-,asing 20 µl - Pemisahan zat aktif terjadi melalui mekanise kromatografi - Hasil pemisahan dibaca oleh detektor dengan panjang gelombang 254 nm - Dicatat direcorder - Dihitung luas area puncak utama masing-masing larutan baku dan larutan sampel.

3.2.5. Interpretasi Hasil

Kadar Difenhidramin = baku xkadar Fb Fu x etiket kadar xpakai Dosis x Vp Bb x Ab Au 1 Keterangan : Au : Area sampel Ab : Area Baku Bb : Bobot Baku Vp : Volume pemipetan Fu : Faktor pengenceran Sampel Fb : Faktor pengenceran Baku Kadar Baku : 99,48 Kadar Etiket : 12,5 ml BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil

4.1.1. Data Percobaan

Tabel 4.1. Larutan Baku dan Sampel Difenhidramin Nama zat Bobot Faktor pengenceran Volume penyuntikan Respon puncak Wadah+ zat Wadah+ sisa Baku pembanding Sampel yang diuji adalahUnidryl Expectorant dilakukan 2 x perlakuan : Perlakuan 1 Perlakuan 2 13,573 Pipet 20 ml Pipet 20 ml 8,397 10 x 100 x 100 x 20 l µ 20 l µ 20 l µ 512815 491202 488936 Kadar Difenhidramin = baku xkadar Fb Fu x etiket kadar xpakai Dosis x Vp Bb x Ab Au 1 Keterangan : Au : Area Sampel pada perlakuan pertama dan perlakuan kedua yang terdapat pada tabel 4.1 yaitu respon puncak sebesar 491202 dan 488936 Ab : Area Baku Pembanding Difenhidramin yang terdapat pada tabel 4.1 yaitu respon puncak sebesar 512815 Bb : Bobot Baku yang didapat dari hasil penimbangan baku pembanding difenhidramin yaitu 13,573 – 8,397 = 5,176 mg Vp : Volume Pemipetan sebesar 20 ml Fu : Faktor pengenceran sampel yang terdapat pada tabel 4.1 yaitu sebesar 100 x Fb : Faktor pengenceran baku yang terdapat pada tabel 4.1 yaitu sebesar 10 x Kadar etiket : Kadar yang terdapat pada kemasan Unidryl Expectorant untuk 1 x pemakaian yaitu sebesar 12,5 mg Kadar baku : Kadar baku pembanding yang sudah ditetapkan yaitu sebesar 99,48 Dosis 1 x pakai : yaitu dosis 1 kali pemakaian sebesar 1 kali • Penentuan kadar difenhidramin pada perlakuan 1 : 48 , 99 5 , 12 1 10 100 20 176 , 5 512815 491202 1 x x x x Pk = = 98,64 • Penentuan kadar difenhidramin pada perlakuan 2 : 48 , 99 5 , 12 1 10 100 20 176 , 5 512815 488936 2 x x x x Pk = = 98,19 • Penentuan kadar rata-rata Pk rata-rata = 2 19 , 98 64 , 98 2 2 1 + = + Pk Pk = 98,41 = 12,032 mg5 ml Persyaratan Mengandung Difenhidramin tidak kurang dari 90,0 dan tidak lebih 110,0 Difenhidramin. Kesimpulan Sirup Unidryl Expectorant memenuhi syarat karena berada dalam rentang tidak kurang dari 90,0 dan tidak lebih dari 110,0 . Kadar yang diperoleh adalah 98,41.

4.2. Pembahasan