Penggunaan Kromatografi cair kinerja tinggi dapat menentukan besarnya kadar difenhidramin dalam obat batuk sirup, yang apabila tidak sesuai dengan persyaratan yang
terdapat dalam farmakope akan menyebabkan efek negatif bagi konsumen seperti pusing, mual, mengantuk dan lain-lain. Oleh karena itu diperlukan metode yang sesuai agar
mendapat kan hasil yang akurat. Walaupun disadari biaya yang dibutuhkan untuk analisis dengan KCKT sangat mahal, namun metoda ini tetap dipilih untuk digunakan
menganalisis 277 jenis obat bahan obat karena hasil analisis yang memiliki akurasi dan presisi yang tinggi, serta waktu analisis yang cepat. Kromatografi merupakan teknik
analisis yang paling sering digunakan dalam analisis sediaan farmasetik. Suatu pemahaman terhadap parameter-parameter yang berpengaruh terhadap kinerja
kromatografi akan meningkatkan sistem kromatografi sehingga akan dicapai suatu pemisahan yang baik. Rohman, 2009
1.2. Permasalahan
Permasalahan dalam pembuatan karya ilmiah ini adalah : - Apakah kadar difenhidramin yang terkandung dalam obat batuk sirup Unydril
Expectorant telah memenuhi syarat sesuai dengan Farmakope Amerika Edisi 31 United State of Pharmacopeia XXXI yaitu tidak kurang dari 90,0 dan tidak lebih dari 110,0.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah : - Untuk mengetahui kadar difenhidramin dalam obat batuk sirup Unydril Expectorant.
- Untuk mengetahui metode yang digunakan dalam penentuan kadar difenhidramin dalam obat batuk sirup secara laboratorium.
1.4. Manfaat
- Memberikan informasi tentang kadar difenhidramin dalam obat batuk sirup
- Memberikan informasi tentang apakah kadar difenhidramin yang terkandung
dalam obat batuk sirup telah memenuhi syarat sesuai dengan Farmakope Amerika Edisi 31 yaitu tidak kurang dari 90,00 dan tidak lebih dari 110,0.
- Memberikan informasi tentang metode yang digunakan dalam penentuan kadar
- difenhidramin dalam obat batuk sirup.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Obat
Obat adalah bahan kimia atau sediaan biologik yang dipergunakan untuk diagnostik, pengobatan maupun pencegahan penyakit adalah peluru utama bagi senjata seorang
dokter. Walaupun dunia kedokteran mengenal berbagai cara pengobatan, seperti tindakan operatif, fisioterapi, radioterapi, psikoterapi, diet dan sebagainya, namun pemberian obat
tetap menjadi bagian yang dominan. Obat dapat dianggap sebagai zat kimiawi, hewani maupun nabati yang dalam dosis layak dapat menyembuhkan, meringankan, mencegah
penyakit atau untuk kepentingan diagnostik. Yahya, 1993
2.2. Penggolongan Obat
Obat dikelompokkan atau digolongkan berdasarkan : a.
Menurut letak aksi anatomis, contohnya obat-obat yang bekerja pada susunan syaraf pusat
b. Menurut penggunaan terapi berdasarkan khasiat, contohnya obat hipnotik
menidurkan c.
Menurut mekanisme aksi farmakologis d.
Menurut sumber asli atau sifat kimia, penggunaan dan sifat farmakoterapi. Penggolongan obat Menurut Undang-Undang :
e. Obat yang dapat dijual bebas.
f. Obat yang termasuk dalam golongan Obat Bebas Terbatas dulu disebut daftar
W, yaitu obat keras dengan batasan jumlah dan kadar isi berkhasiat dan harus ada tanda peringatan P boleh dijual bebas.
g. Obat keras dulu disebut obat daftar G = gevaaljik = berbahaya yaitu obat
berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter. h.
Obat narkotik dulu disebut obat daftar O = opiat untuk memperolehnya harus dengan resep dokter dan apotik diwajibkan melaporkan jumlah dan macamnya.
Selain penggolongan obat menurut undang-undang tersebut diawasi pula penggunaan obat-bahan Psikotoprik. Yang disebut obat bebas yaitu obat yang tidak
digolongkan sebagai obat keras, obat psikotoprik, obat narkotik, maupun obat bebas terbatas. Yahya, 1993
2.3. Pengertian Obat Batuk