Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat

4.6 Faktor Penghambat Partisipasi Masyarakat

1.5 Kurangnya dukungan pemerintah Hambatan-hambatan intrinsik berkaitan dengan ciri pemerintahan. Pemerintah mencakup beberapa aturan dan peraturan dari suatu organisasi, pemerintahan yang cenderung kaku sehingga masyrakat merasa terintimidasi dan mengasingkan masyarakat sehingga tujuan pemerintah dan tujuan masyarakat tidak terlaksana dengan baik. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dilokasi penelitian dengan informan, diperoleh data bahwa terdapat suatu jawaban atau pandangan yang sama dari informan. Seperti pernyataan yang dikemukakan oleh Bapak Tomy Sihaloho. Dapat diketahui informaisi bahwa dalam pengembangan Pantai Pasir Putih ini kurang diperhatian oleh pemerintah, semua yang dari pemerintah hanya buah bibir saja. Jika hanya musyawarah saja tetapi pelaksanaanya tidak ada, maka pengembangan Pantai Pasir Putih akan begini saja seterusnya. Seharusnya dalam pengembangan pariwisata dibutuhkan kerjasama antara Dinas Pariwsata dan Dinas Perhubungan dalam menetapkan suatu kebijakan. Penulis juga melakukan wawancara kepada Ibu Melda, dan dapat diketahui bahwa Pemerintah memang melakukan musywarah antara Masyarakat dan Dinas Pariwisata. Namun terkait dengan kebijakan yang dilakukan, pemerintah gencarnya membuat kebijakan setelah Kabupaten Samosir ini masuk dalam bagian Otorita . Selama ini pemerintah kurang memeperhatikan Pantai Pasir Putih Parbaba, dalam pengembangan Pantai Pasir Putih ini peran masyarakat sendiri yang lebih besar dalam memajukannya. Peneliti juga melakukan Waancara kepada Bapak Belly Boyking Sihaloho, Kepala Desa Hutabolon. Dapat diketahui informasi bahwa jika keadaan pemerintah Universitas Sumatera Utara yang seperti ini yang kurang peduli terhadap Pantai Pasir Putih ini, objek wisata ini akan bertahan hanya 10 tahun saja. 2. Kurangnya sinergitas Antara Pemerintah dan Masyrakat Partisipasi masyarakat merupakan sebuah kekuatam dalam pengembangan pariwisata berbasis masyarakat. Melalui pendekatan tersebut, terdapat masalah bahwa pemerintah terlalu memaksakan program yang telah direncanakan tanpa melakukan konsultasi dengan masyarakat yang akan menjadi sasaran program. Atau masyarakat diberikat sebuah wadah untuk berpartisipasi dalam pembangunan, hanya masayarakat tidak menggunakan itu. Penulis melakukan wawancara kepada Ibu Melda Turnip dan Niko Napitupulu, sehingga dapat diketahui bahwa. Masyarakat belum efektif dalam berperan serta dalam pengembangan Pantai Pasir Putih. Sebagian masyarakat kurang mendukung terhadap kebijkakan pemerintah. Dalam pembuatan jalan setapak, masyarakat ada yang tidak imgin melakukan pembangunannya bahkan sampai memanggil polisi. Namun dapat kita lihat dengan adanya jalan setapak ini Pantai Pasir Putih semakin bagus. Bukan hanya itu saja, pemerintah menetapkan batas meletakkan tenda, jika Dinas Pariwisata seminngu atau dua minggu tidak datang ke Pasir Putih ini masyarakat langsung dimajukannya tenda-tendanya. Kurangnya sinergitas antaa masyrakat dan pemerintah disebabkan oleh kurangnya sumber daya manusia. Pada saat perumusan kebijakan, masyrakat tidak memanfaatkan kesempatan itu untuk mengajukan gagasannya sehingga dalam pelaksanaan kebijakan akan memepengaruhi tidak erjalannya sesuai dengan harapan. Universitas Sumatera Utara Contohnya pemerataan pasir yang dilakukan pemerintah, namun terhenti dikarena masyrakatnya ada yang menolak. Pembangunan pariwisata berbasis masyarakat, keterlibatan masyrakat sangat diprioritaskan dengan baik sebagai pelaku usaha kecil menengah di kawasan wisata. Tingkat kesadaran masyarakat masih harus ditingkatkan terutama terkait dengan sapta pesona. Pelaksananan kegiatan sapta pesona dan sadar wisata belum dilaksanakan secara kreatif. Pokdarwis yang sudah berdiri di bulan November 2016, hanya sebatas nama saja. Ketua Pokdarwis sendiri tinggal di Medan, sehngga akan sangat sulit memajukan Pantai Pasir Putih ini karena tidak secara terus menerus melihat perkembangan objek wisata ini. 3. Kondisi Masyrakat Kondisi masyarakat yang ramah tamah sangat diperlukan dalam mendukung perkembangan daerah tujuan wisata. Aspek ini menjadi sangat penting karena pada umumnya wisatawan yang datang ingin merasakan suasana yang nyaman yang salah satunya didapatkan melalui interaksi yang menyenangkan antara masyarakat setempat dengan wisatawan itu sendiri. Penulis melakukan wawancara kepada Bapak Drs.Ombang Siboro sebagai kepala Dinas terkait kondisi masyarakat dalam pengembangan Pantai Pasir Putih Parbaba. Kondisi masyarakat menjadi hambatan dalam pengembangan objek wisata. Kapasitas masyarakat yang kurang terutama kemampuan hospitality terkait dengan keramah-tamahan, ilmu melayani, dan rendahnya inovasi tentang kreativitas melayani dan membuat ketertarikan wisatawan. Hal ini disebabkan adalah masyarakat itu Universitas Sumatera Utara sebelumnya adalah petani dan pedagang sehingga butuh waktu untuk berubah menjadi pemberi jasa. Bermacam-macam profesi dan latar belakang yang tidak berbasis usaha jasa dan sekarang beralih menjadi pemberi jasa. Kemudian rata-rata mereka usia tua , kemudian faktor bahasa dan perilaku hidup bersih dan higenis yang masiah kurang. Dalam pengembangan pariwisata, kondisi masyrakat Batak Toba menjadi sebuah hambatan dan tantangan dalam pengembangan Pantai Pasir Putih Parbaba. Dari bapak Belly Boyking Sihaloho, Kepala Desa Hutabolon dapat diketahui bahwa masyarakat belum sadar bahwa pariwisata lebih menjanjikan. Kemampuan berbicara masyarakat juga belum, seperti yang kita ketahui bahwa temperamental masyarakat Batak Toba yang kasar, mereka yang senang dengan keterbukaan dan berbicara apa adanya. Kadang-kadang tidak peduli lawan bicarnya tersinggung atau tidak. Pernyataan tersebut diakui oleh masyrakat di sekitar Pantai Pasir Putih Parbaba, bahwa melayani wisatwan masih kurang terutama dalam kemampuan berbicara yang susah untuk berbicara lembut, padahal keindahan pariwisata bukan hanya dilihat dari objek wistata itu sendiri tetapi juga interaksi antara masyarakat dan wisatwan. 4. Sarana dan Prasarana kurang memadai Infrastruktur sebagai salah satu faktor penting pada pengembangan pariwisata pembuangan sampah, fasilitas kesehatn, dan monyechanger. Dengan ketersediaan infrastruktur yang memadai akan memenuhi kebutuhan pengunjung tentunya akan meningkatkan jumlah pengunjung yang berkunjung pada kawasan wisata tersebut. Penyediaan infrastruktur yang baik perlu dilakukan untuk meningkatkan daya saing Universitas Sumatera Utara kawasan wisata tersebut. Untuk itu pada pengembangan pariwisata perlu adanya perencanaan penyediaan infrastruktur yang memadai untuk kawasan wisata. Aksesbilitas menuju kawasan wisata masih belum baik dan transportasi belum memadai. Lokasi Pantai Pasir Putih ini strategis di simpang pasar terus ditengah- tengah Samosir, baik dari Tomok maupun dari Tele. Tetapi terkait pengangkutan umum masih kurang. Angkutan umum dari Pangururan dan Pantai Pasir Putih ke Tomok hanya sampai sore saja. Letak wilayah Samosir harus menyebrangi danau juga membuat wisatwan harus terburu-buru karena Kapal mempunyai batas waktu. Di kawasan Pantai Pasir Putih Parbaba ini masih banyak yang harus dilengkapi dan dibenahi misalnya tempat solat belum ada, Polisi air seharusnya ada dikarenankan objek wisata merupakan kawasan pantai jadi sangat dibutuhkan. ATM di daerah objek wsisata juga belum ada, jangkauan yang paling dekat harus ke Pangururan yang membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Kondisi jalan kurang baik menuju objek wisata kurang terawat. Kebersihan daerah tujuan wisata masih kurang karena masih ditemukan sampah disekitar objek wiata. Ternak yang masih berkeliaran di kawasan objek wisata seperti Kambing dan Babi Universitas Sumatera Utara BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan