Analisis Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Mengikuti Pola Kemitraan PIR Analisis Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Mengikuti Pola Kemitraan Profit Share

Share 209,16, pada tahun 2011 produktivitas pola PIR 229,10 TonHa dan pola Profit Share 200,10 TonHa. Hal ini menunjukkan program kemitraan pola PIR yang terdapat di Sinunukan I dan III lebih baik dari pada program pola kemitraan pola Profit Share di Sinunukan II dan IV, walaupun memiliki perusahaan inti yang sama. Perbedaan keunggulan program ini disebabkan perbedaan luas lahan dan latar belakang status sosial penduduk desa.Anggota petani pola PIR 80 Jawa adalah Suku 10 Nias dan 10 Batak, sedangkan petani Profit Share 40 adalah Suku Jawa, 30 Suku Batak, dan 30 Suku Nias. Tidak dapat dielakkan bahwa karakteristik etnik sangat berpengaruh pada kemampuan mengorganisir kegiatan perkebunan. Etnik Jawa pada umumnya lebih terbuka dan mau diajak bekerja sama dibanding etnik Jawa dan Nias. Sehingga lebih mudah menyerap informasi dan tekhnologi baik dalam pelatihan tekhnis dilapangan maupun pengelolaan manajemen keuangan dan berpengaruh pada tingkat produktivitas perkebunan.

4.4. Analisis Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Mengikuti Pola Kemitraan PIR

Hasil analisis uji beda rata-rata dengan t-test one-sample statistics atau uji t satu sampel yaitu pendapatan rata-rata petani setiap bulan sebelum melakukan pola kemitraan dan pendapatan rata-rata petani setelah pola kemitraan di Desa Sinunukan I dan Sinunukan III dapat dilihat pada Tabel 7. Universitas Sumatera Utara Tabel 7. Hasil Analisis Uji t Sebelum dan Sesudah Program PIR No. Uraian Sebelum Sesudah 1 Jumlah 100 100 2 Rata-rata Pendapatan 568.000 4.158.333 3 Standar deviasi 504.745,16 468.964,32 4 Signifikasi 0,000 5 t-hitung -71,132 6 t- tabel α 0.05 1,66 Sumber : Diolah dari Data Primer, 2011 Peningkatan pendapatan sebelum dan sesudah mengikuti pola kemitraan PIR dapat dilihat dari besarnya perbedaan pendapatan rata-rata petani perbulan sebelum dan setelah perkebunan rakyat berproduksi. Hasil uji beda t stastistik satu sampel menunjukkan rata-rata pendapatan perbulan sebelum program sebesar Rp.568.000,- dan sesudah program Rp.4.158.333,-. Perbedaan pendapatan petani sebelum dan sesudah program kemitraan sangat signifikan, dimana nilai signifikasi 0,000 diperoleh dari hasil uji t lebih kecil da ri nilai ½ α ½ x 0,05 = 0,0250 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata pada pendapatan petani sebelum dan sesudah tergabung pola kemitraan PIR.

4.5. Analisis Pendapatan Petani Sebelum dan Sesudah Mengikuti Pola Kemitraan Profit Share

Hasil analisis uji beda rata-rata dengan t-test one-sample statistics atau uji t satu sampel yaitu pendapatan rata-rata petani setiap bulan sebelum melakukan pola kemitraan dan pendapatan rata-rata petani setelah pola kemitraan di Desa Sinunukan II dan Sinunukan IV dapat dilihat pada Tabel 8. Universitas Sumatera Utara Tabel 8. Hasil Analisis Uji t Sebelum dan Sesudah Program Profit Share No. Uraian Sebelum Sesudah 1 Jumlah 121 121 2 Rata-rata Pendapatan 444.049,6 3.875.000 3 Standar deviasi 372.025,04 468.964,32 4 Signifikasi 0,000 5 t-hitung 98,120 6 t- tabel α 0.05 1,65 Sumber : Diolah dari Data Primer, 2011 Analisis peningkatan pendapatan sebelum dan sesudah mengikuti pola kemitraan Profit Share dapat dilihat dari besarnya perbedaan pendapatan rata-rata petani sebelum dan setelah perkebunan rakyat berproduksi dengan pola kemitraan Profit Share. Hasil uji beda t stastistik satu sampel menunjukkan rata-rata pendapatan perbulan sebelum program Rp. 444.049,- dan sesudah program Rp. 3.875.000,- Terdapat perbedaan pendapatan petani sebelum dan sesudah program kemitraan dimana nilai signifikasi 0,000 diperoleh dari hasil uji beda rata. Besar nilai signifikan lebih kecil dari nilai ½ α ½ x 0,05 = 0,0250 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata pada pendapatan petani sebelum dan sesudah tergabung pola kemitraan. Peningkatan pendapatan masyarakat yang bermitra dengan perusahaan inti baik pola PIR dan Profit Share telah sesuai dengan prinsip pola kemitraan sebagaimana dituliskan oleh Sunarko 2009, Prinsip kemitraan adalah saling terbuka dan percaya sehingga kedua pihak saling menguntungkan dan membutuhkan. Dari rasa saling percaya dan bergantung antara perusahaan dan petani, maka terbentuk hubungan win win solution berorientasi jangka panjang. Jika petani membutuhkan biaya Universitas Sumatera Utara pemeliharaan, pihak perusahaan akan menyediakan dana, kemudian timbal baliknya, perusahaan menentukan TBS untuk berproduksi dan petani plasma memenuhi permintaan tersebut. Pabrik Kelapa Sawit PKS memerlukan TBS dengan kondisi matang, bersih dan segar. Karena itu petani sebagai mitra harus mampu menyediakannya. Petani ingin mendapatkan Sisa Hasil Usaha SHU yang mencukupi kebutuhan hidup minimal, maka perusaan inti harus dapat membimbing dan menyediakan SHU yang cukup dengan kinerja kebun dan PKS yang efisien, produksi kebun yang tinggi, dan biaya produksi yang efisien. 4.6. Dampak Pola Kemitraan terhadap Pengembangan Perkebunan Rakyat Pola kemitraan memberikan konstribusi yang besar terhadap perkebunan rakyat terutama pada masa pembangunan fisik kebun atau masa konstruksi perkebunan kelapa sawit. Perusahaan menyediakan sarana dan prasarana perkebunan yang dibutuhkan petani sehingga optimalisasi produksi dapat dicapai. Sesuai hasil wawancara dengan pangurus koperasi dan karyawan perusahaan inti, berikut diuraikan urutan kegiatan satu siklus tanam dari awal hingga Penanaman Ulang atau Pengakhiran : - Pembibitan Nursery establishment - Pembangunan akses jalan Access road; - Pembuatan bangunan sementara Base camp; - Pembersihan lahan Site clearing - underbrushing clear felling; - Pengelolaan biomass Biomass management disposal; Universitas Sumatera Utara - Perataan tanah, pemaritan dan jaringan penyiraman Earthworks, drainage irrigation; - Penanaman kecambah dan pemeliharaan Planting and maintenance of seedlings. - Pembukaan Lahan Site preparation - Pembangunan akses jalan Access road; - Pembuatan bangunan sementara Base camp; - Utilities provision; - Pembersihan lahan Site clearing - underbrushing clear felling; - Pengelolaan biomass Biomass management disposal; - Land clearing, pemaritan, infrasruktur Earthworks, drainage infrastructure; - Penanaman cover crop. - Penanaman di Lapangan Field establishment - Pemancangan dan lubang tanam Field lining holing; - Seleksi bibit terakhir Final culling; - Penanaman di lapangan Transplanting. - Perawatan Panen Maintenance harvesting - Aplikasi pemupukan Fertilizer application; - Penggunaan dan kontrol bahan kimia Use of control agro-chemicals; - Perawatan tanaman General field upkeep; - Panen Harvesting; Universitas Sumatera Utara - Angkutan tandan buah segar ke pabrik Transportation of fresh fruit bunches to oil mill. - Penanaman Ulang Replanting - Pembibitan Nursery establishment; - Penumbangan dan penghancuran pohon sawit tua Removal of old palm trees; - Pengelolaan biomass Biomass management disposal; - Pemancangan dan lubang tanam Field lining holing; - Penanaman di lapangan Transplanting; - Perawatan Tanaman Maintenance field upkeep; - Panen dan angkutan TBS Harvesting transportation of fresh fruit bunches. - Pengakhiran Abandonment - Pelepasan tenaga kerja Evacuation of plantation staff workers; - Demobilisasi peralatan Removal of equipment, machinery structures; - Reboisasi Site restoration rehabilitation. Sumber : Diolah dari Data Primer, 2011 Pelatihan tekhnis dan manajemen keuangan yang diberikan perusahaan inti kepada anggota koperasi plasma memberikan konstribusi yang besar bagi peningkatan produktivitas petani. Pelatihan tekhnis langsung diberikan kepada petani setiap kali petani turun kelapangan melalui bimbingan mandor. Pelatihan tekhnis yang diberikan mulai dari proses penanaman sampai pemananan. Sedangkan kegiatan pelatihan manajemen keuangan dilakukan 2 kali dalam 1 bulan melalui Universitas Sumatera Utara pembinaan Dinas terkait yaitu Dinas Perindustrian, Pasar dan Koperasi. Pemupukan merupakan faktor modal yang membedakan perkebunan rakyat dengan pengelolaan optimal dengan perkebunan tanpa pengelolaan optimal. Pada proses pemupukan petani telah dibimbing untuk mampu memberikan aplikasi dosis pemupukan yang sesuai dengan dosis pupuk anjuran jenis tanah ultisol atau podsolik merah kuning di Sumatera Utara. Aplikasi pemupukan merupakan hal terpenting pada proses pemeliharaan tanaman perkebunan guna menunjang produktivitas tanaman yaitu akurasi dosis dan jenis pupuk. Kelapa sawit berdasarkan masa produktifnya terbagi : Tanaman Belum Menghasilkan TBM dan Tanaman Menghasilkan TM. Sehubungan dengan jenis tanah Podsolik paling dominan, maka disajikan dosis rekomendasi di tanah tersebut Winarna et al., 2000 dalam Darmosarkoro et al., 2003. Petani juga diharapkan dapat menghitung konversi dari kadar hara ke jenis pupuk. Jenis pupuk boleh berbeda namun harus diketahui tingkat kadar haranya, jika direkomedasi digunakan ZA kadar N = 21, namun dilapangan hanya ada Urea kadar N = 46, maka diperlukan penyetaraan dengan cara membagi kadar hara kedua jenis pupuk tersebut. Universitas Sumatera Utara Tabel 9. Dosis Pemupukan Tanaman Kelapa Sawit Belum Menghasilkan untuk Tanah Podsolik Merah Kuning Ultisol No. Umur Tanaman Jenis dan dosis pupuk kgpohon Bulan ZA RP MOP Kieseriet HGF-borate 1 - 0,5 - - - 2 1 0,1 - - - - 3 3 0,25 - 0,15 0,1 - 4 5 0,25 0,5 0,15 0,1 - 5 8 0,25 - 0,35 0,25 0,02 6 12 0,5 0,75 0,35 0,25 - 7 13 0,5 - 0,5 0,5 0,03 8 20 0,5 1 0,5 0,5 - 9 24 0,5 - 0,75 0,5 0,05 10 28 0,75 1 0,75 0,75 - 11 32 0,76 - 1 0,75 - Jumlah 4,35 3,75 4,5 3,7 0,1 Sumber : Dioleh dari Data Primer, 2011 Keterangan: Jika hanya tersedia Urea, maka ZA 21N diubah ke Urea 46 N, maka konversinya: 2145 = 0,47. Jika petani punya Urea, maka dosis ZA dikalikan 0,47. Contoh: umur 1 bulan perlu Urea 0,1 x 0,47 = 0,047 kgpohon Urea atau 12 onspohon Urea. Jadi kebutuhan Urea lebih sedikit dibandingkan ZA, karena kadar N pupuk Urea lebih tinggi dari kadar N pupuk ZA. Jika petani memiliki pupuk SP-36, maka dapat digunakan sesuai RP Rock Phospat dengan catatan kandungan P2O5 sama-sama 36. Namun jika yang tersedia pupuk SP-18, maka dosis RP harus dikalikan 3618 = 2. Jadi jika kebutuhan RP lobang tanam 0,5 maka dikalikan 2 atau 0,5 x 2 = 1 kg. Jadi untuk SP-18 diperlukan dosis 1 kgpohon. MOP dapat digunakan setara dengan pupuk KCl yang memiliki kadar K2O 60. jika petani memiliki dolomit MgO 18 dan tidak ada Kieserit MgO 25, maka aplikasi dolimit sebesar kiserit harus dikalikan 2518 = 1,4. Contoh umur sawit 8 bulan memerlukan dolomit sebesar 0,25 x 1,4 = 0,35 kgpohon. Setelah penanaman pemupukan dilakukan menjelang akhir musim hujan. Rekomendasi dosis pemupukan untuk setiap tanaman adalah 250 gram pupuk KCl. Penebaran pupuk di sekeliling tanaman dengan jarak persis di ujung terluar tajuk Universitas Sumatera Utara daun. Setelah pupuk ditabur, sebaiknya tutupi dengan tanah dan bila telah diberi mulch seperti tandan kosong, maka mulch disingkirkan dulu sebelum menabur pupuk. Tabel 10. Rekomendasi Pupuk N Kondisi Tanaman Dosis Kgpokok N Urea Equivalent 2 - 3 tahun sejak tanam 0,25 - 0,75 0,54 - 1,63 5 - 10 tahun sejak tanam 1,0 - 1,5 2,17 - 3,26 Penggantian hara 0,5 - 0,6 1,0 - 1,3 Observasi symptom defisiensi 1,5 - 1,8 3,3 - 3,9 Sumber : Dioleh dari Data Primer, 2011 Tabel 11. Rekomendasi Pemupukan Mg No. Jenis Unsur Hara Dosis Kgpokok MgO Kieserite 1 Hara pengganti 0,20 - 0,27 0,75 - 1,0 2 Observasi Symptoms Deficiency 0,54 - 0,81 2,0 - 3,0 Sumber : Dioleh dari Data Primer, 2011 Tabel 12. Rekomendasi Pemupukan Cu No. Jenis Tanah Dosis Kgpokok CuSO 4 1 Tanah Berpasir 0,1 2 Tanah Gambut 0,4-0,5 Sumber : Dioleh dari Data Primer, 2011 4.7. Dampak PIR terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Sinunukan Desa Sinunukan I dan III merupakan Desa yang terkait dengan program transmigrasi pada tahun 1982, namun program ini tidak berjalan sebagaimana mestinya. Pada tahun 1998 Desa Sinunukan I dan Sinunukan III melaksanakan pola kemitraan PIR dengan perusahaan perkebunan dan mulai melaksanakan pembangunan perkebunan pada tahun 2004, sejak saat itu Desa Sinunukan I dan III Universitas Sumatera Utara banyak berinteraksi dengan wilayah lain baik dalam keterlibatan dengan pembangunan perkebunan dan berbagai jenis kegiatan perekonomian. Dampak pola kemitraan PIR Perusahaan Inti Rakyat terhadap pengembangan wilayah Kecamatan Sinunukan dapat dilihat dari segi perekonomian masyarakat setempat, dimana penghasilan penduduk yang terkait pola PIR yaitu Desa Sinunukan I dan Sinunukan III terjadi sangat signifikan. Pendapatan petani sebelum terkait pola kemitraan ini memiliki rata-rata pendapatan sebesar Rp. 568.000,-bulan dan setelah program kemitraan berhasil berproduksi pendapatan rata-rata petani Rp. 4.153.333,-bulan. Perubahan pendapatan masyarakat Desa Sinunukan I dan Sinunukan III dimulai sejak perkebunan kelapa sawit telah berproduksi, tepatnya mulai tahun 2008 dan terus meningkat sampai sekarang. Peningkatan pendapatan masyarakat tidak terlepas dari efek yang ditimbulkan pola kemitraan antara petani dan perusahaan inti sehingga dapat membuka lapangan kerja , optimalisasi pengolahan lahan dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang memadai, dimana sebelumnya petani tidak dapat mengolah keseluruhan luas lahan yang ada. Peningkatan pendapatan petani mendorong pemenuhan kebutuhan yang lebih kompleks, baik dari segi pendidikan, kesehatan, sarana ibadah dan infrastruktur. Fasilitas Pendidikan yang terdapat di Desa Sinunukan I adalah 2 Sekolah Dasar Sinunukan III telah berdiri Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Swasta dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri yang dibangun setelah Sinunukan dijadikan Ibu Kota Kecamatan Sinunukan. Fasilitas kesehatan yang terdapat di Desa Sinunukan I yaitu 1 unit gedung Puskesmas dan 1 unit gedung Posyandu, untuk Desa Sinunukan III telah dibangun 1 Pustu dan 1 Posyandu. Dari Universitas Sumatera Utara segi analisis kelembagaan pola kemitraan PIR telah meningkatkan peran serta penduduk masyarakat terhadap kelembagaan petani sendiri melalui Koperasi Unit Desa, Lembaga pemerintahan dan lembaga keuangan. Pengelolaan optimal kondisi geografis daerah yang potensial untuk wilayah perkebunan kelapa sawit dapat dicapai melalui kelompok tani yang tergabung dalam Koperasi Unit Desa. Keterbukaan wilayah ini menjadikan daya tarik untuk penduduk luar wilayah untuk melakukan berbagai aktivitas ekonomi yang lebih beragam dan membawa penduduk dari luar wilayah untuk masuk dan menetap di wilayah Kecamatan Sinunukan yang pada akhirnya menyebabkan keragaman penduduk Kecamatan Sinunukan dengan latar belakang status sosial yang beragam.

4.8. Dampak Profit Share terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Sinunukan