Tenaga Kerja Produktivitas Dampak Profit Share terhadap Pengembangan Wilayah Kecamatan Sinunukan

sebesar 5.537,27 Ha, tahun 2009 dan 2010 sebesar 5. 588,65 Ha. Perkembangan luas lahan tersebut menunjukkan bahwa pola kemitraan di Kecamatan Sinunukan menunjukkan dampak positif terhadap efisiensi penggunaan lahan. Optimalisasi luas lahan meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan mendongkrak perekonomian masyarakat setempat yang pada akhirnya mendonrong pengembangan wilayah.

4.9.2. Tenaga Kerja

Menurut Mubyarto 1987, dalam usaha tani sebagian tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri atas ayah sebagai kepala keluarga, istri dan anak- anak petani. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan tidak pernah dinilai dengan uang. Munurut Widodo 2006, perkebunan kelapa sawit memberikan sumbangan besar terhadap penyerapan tenaga kerja bagi petani dan keluarga. Tabel 12. Distribusi Data Berdasarkan Tenaga Kerja No. Desa Jumlah Tenaga KerjaJiwa Anggota Keluarga Persentase Bukan Anggota Keluarga Persentase 1 Sinunukan I 97 17,77 25 35,71 2 Sinunukan II 170 31,14 10 14,28 3 Sinunukan III 123 22,52 18 25,71 4 Sinunukan IV 156 28,57 17 24,29 Jumlah 546 100 70 100 Sumber : BPS Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011 Dari Tabel 12. diperoleh besarnya konstribusi tenaga kerja yang berasal dari anggota keluarga sebanyak 546 orang sedangkan yang berasal dari bukan anggota keluarga sebanyak 70 orang. Konstribusi tenaga kerja keluarga terbesar adalah dari Universitas Sumatera Utara Desa Sinunukan II 170 orang 31,14 dengan pola Profit Share kemudian Sinunukan IV 156 28,57 dengan pola kemitraan yang sama. Sinunukan III 123 orang 22,52 dan Sinunukan I 97 orang 17,77. Dan berlaku sebaliknya untuk jumlah tenaga kerja yang berasal dari luar anggota keluarga dimana Sinunukan I membutuhkan tenaga kerja terbesar sebanyak 25 orang 35,71, Sinunukan III 18 orang 25,71, Sinunukan IV 17 orang 24,29 dan Sinunukan II 10 orang 14,28, hal ini sejalan dengan banyaknya anggota program pola kemitraan di Kecamatan Sinunukan.

4.9.3. Produktivitas

Menurut Mubyarto 1987, fungsi produksi merupakan hubungan antara produksi fisik output dengan faktor-faktor produksi input. Sama halnya dengan setiap kegiatan produksi yang berjalan faktor produksi dalam produksi pertanian adalah luas lahan, modal,tenaga kerja. Peningkatan jumlah produksi kelapa sawit di Kecamatan Sinunukan disajikan pada Gambar berikut : Gambar 5. Data Perkembangan Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit di Kecamatan Universitas Sumatera Utara Sinunukan Sumber : BPS Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011 Berdasarkan perolehan data sekunder produktivitas perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Sinunukan pada tahun 1998-2007 sebesar 0,00. Perubahan hasil produksi dapat dilihat setelah tahun 2008 sebesar 15,30 tonHa, tahun 2009 dan 2010 menghasilkan jumlah produksi yang sama sebesar 14,94 tonHa. Seperti halnya perkembangan luas lahan dan tenaga kerja, peningkatan produktivitas perkebunan kelapa sawit dapat dilihat setelah pemekaran Kecamatan Sinunukan. Peningkatan produktivitas secara otomatis meningkatkan jumlah pendapatan yang diterima petani dan meningkatkan perekonomian wilayah Kecamatan Sinunukan. Usaha tani produktif berarti usaha tani dengan produktivitas tinggi. Produktivitas merupakan penggabungan antara konsep efisiensi usaha fisik dengan kapasitas tanah. Efisiensi fisik mengukur banyaknya hasil produksi output dari satu satuan produksi. Sedangkan kapasitas dari sebidang tanah tertentu menggambarkan kemampuan tenaga kerja untuk menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 Produktivitas TonHa Universitas Sumatera Utara hasil produksi bruto yang sebesar-besarnya pada tingkat tekhnologi tertentu. Jadi secara tekhnis produktivitas merupakan perkalian antara efisiensi usaha dan kapasitas tanah. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Program pola kemitraan PIR memberikan kontribusi yang lebih besar dalam produktivitas kelapa sawit dibandingkan dengan Profit Share karena perbedaan efisiensi luas lahan, pengelolaan perkebunan dan pengurus Koperasi. Sehingga perbedaan pendapatan petani pola PIR dan Profit Share berbeda secara signifikan; 2. Program pola kemitraan PIR dan Profit Share memberikan dampak yang sangat nyata signifikan terhadap peningkatan pendapatan petani sebelum dan sesudah program pola kemitraan; 3. Program pola kemitraan PIR dan Profit Share memberikan dampak terhadap pengembangan perkebunan melalui ilmu pengetahuan dan tekhnologi perkebunan yang diberikan perusahaan inti kepada petani pola kemitraan; 4. Wilayah perkebunan di Kecamatan Sinunukan sebelum melakukan pola kemitraan cenderung jauh dari pusat pemerintahan dan terisolasi. Kehadiran program pola kemitraan di wilayah Kecamatan Sinunukan memacu pengembangan wilayah melalui peningkatan pendapatan dan akhirnya meningkatkan kebutuhan masyarakat yang lebih kompleks. Sehingga pemerintah membangun sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang segala kegiatan perekonomian di wilayah Kecamatan Sinunukan. Universitas Sumatera Utara